Oleh:
1. DEFINISI
a. Menurut Brain Injury Assosiation of America (2005), cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
b. Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan
otak (Pierce & Neil. 2006).
c. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin 2008)
d. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak
karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan
pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar
jaringan otak. (B.Batticaca, 2008)
2. KLASIFIKASI
Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek yang secara
deskripsi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme, morfologi, dan
beratnya cedera kepala. (IKABI, 2006)
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Cedera kepala tumpul
Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas,
jatuh/pukulan benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan
decelerasi yang menyebabkan otak bergerak didalam rongga kranial.
2. Cedera tembus
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan.
Berdasarkan morfologi cedera kepala :
Cedera kepala menurut (Tandian, 2011) dapat terjadi diarea tulang
tengkorak yang meliputi :
1. Laserasi kulit kepala
Laserasi kulit kepala sering didapatkan pada pasien cedera kepala.
Kulit kepala/scalp terdiri dari lima lapisan (dengan akronim SCALP)
steril
(konsultasi
otorrhea/otoliquorrhea.
ahli
Pada
bloody/otorrhea/otoliquorrhea
THT)
penderita
penderita
pada
tanda
dengan
tidur
bloody/
tanda-tanda
dengan
posisi
vena-vena
kecil
dipermukaan
korteks
cerebri.
epidural.
Perdarahan subdural kronik atau SDH kronik
Subdural hematom kronik adalah terkumpulnya darah diruang
subdural lebih dari 3 minggu setelah trauma. Subdural hematom
kronik diawali dari SDH akut dengan jumlah darah yang sedikit.
dan
lapisan
luar
(durameter).
Pembentukan
perdarahan
subarahnoit
(PSA).
Luasnya
PSA
terjadinya
vasospasme
pembuluh
darah
dan
renjatan hipovolemik.
Iskemia cerebri
Iskemia cerebri terjadi karena suplai aliran darah ke bagian otak
berkurang atau terhenti. Kejadian iskemia cerebri berlangsung
lama
(kronik
progresif)
dan
disebabkan
karena
penyakit
raga.
Cedera akibat kekerasan.
Kejatuhan benda berat.
Trauma benda tumpul.
Trauma benda tajam, misalnya tertembak peluru atau tertusuk benda
tajam.
4. PATOFISIOLOGI
Terlampir
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan, (Segun
2008):
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa
gas darah.
b. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
c. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
d. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan
trauma.
e. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak
f.
maupun thorak.
CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
g. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
h. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan tekanan intrakranial
(Musliha, 2010).
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh
faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi
jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga
direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
2.
3.
4.
vasodilatasi.
Pemberian analgetika
Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%
5.
6.
Untuk
mengurangi
Dukungan ventilasi
Pencegahan kejang
Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
Terapi anti konvulsan
Klorpromazin untuk menenangkan klien
Pemasangan selang nasogastrik
(Mansjoer, dkk, 2000)
8. KOMPLIKASI
a. Kejang
Kejang yang terjadi dalam minggu pertama setelah trauma disebut early
seizure, dan yang terjadi setelahnya disebut late seizure. Early seizure
terjadi pada kondisi risiko tinggi, yaitu ada fraktur impresi, hematoma
gastritis
erosi
dan
lesi
gastroduodenal
lain,
10-14%
tekanan
darah
semakin
meningkat.
Peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
Brain Injury Association of Michigan, 2005. Traumatic Brain Injury Provider.
Training Manual. Michigan Department Of Community Health.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : PT Salemba Medika.
B. Batticaca, Fransisca. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Client Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Cholik Harun Rosjidi, Saiful Nurhidayat. (2007). Asuhan klient Dengan Cedera
Kepala. Jogjakarta : Ardana Media.
Ginsberg, Lionel. (2007). Lecture Notes Neurulogi. Jakarta : Erlangga American
College of Suergeon Commite on Trauma. Cedera kepala. Dalam :
Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia,
Penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004 ; 168-193.
David Tandian. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Syaraf. Departemen Bedah Syaraf
FKUI-RSCM. Jakarta : Sagung Seto.
Hanif G Tobing. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Syaraf. Departemen Bedah Syaraf
FKUI-RSCM. Jakarta : Sagung Seto.
Adhim. 2010. Diagnosis dan Penanganan
Fraktur
Servikal.http/www.fik-
Medicine.
Lumbar