Kekera Guncang
san Menurut an lanjut
Satyanegara
,1998:148
Kecelakaan
Jatuh Lalu Lintas
Manifestasi Klinis
• Rupturenya aneurisme menyebabkan sakit kepala
mendadak, biasanya terjadi sangat hebat, seringkali
terjadi kehilangan kesadaran selama beberapa periode,
nyeri dan kekauan bagian belakang leher dan
tulangbelakang, gangguan penglihatan (kehilangan
penglihatan, diplopia, ptosis).
• Dapat juga terjadi tinnitus, pusing, dan hemiparesis. Jika
aneurisme mengeluarkan darah, pasien mungkin sedikit
memperlihatkan deficit neurologis, atau perdarahan
hebat, mengakibatkankerusakanserebral yang dengan
cepat diikuti dengan komadan kematian.
• Prognosis tergantung pada kondisi neurologis, usia
pasien penyakit yang berkaitan, dan luas serta letak
Jenis Trauma Kepala
• Sindrompasca konkusi
• Kebocoran cairan serebro spinal
• Epilepsy pascatrauma
• Komplikasi lanjut
• yaitu cedera kepala ini (dapat terjadi pada cedera kepala
ringan) dapat mengakibatkan demensia.
Manajemen medis secara umum pada trauma
kepala
• Menilai tingkat keparahan
• Cedera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
• Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif)
• Tidak ada kehilangan kesadaran, misalnya konkusi
• Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
• Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
• Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala
• Tidak ada kriteria cedera sedang – berat
Cedera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
• Skor skala koma Glasgow 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
• Konkusi
• Amnesia pasca trauma
• Muntah
• Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum,
otorea, atau rinorea cairan serebrospinal)
• Kejang
• Cedera kepala berat (kelompok resiko berat)
• Skor skala koma Glasgow 3-8 (koma)
• Penurunan derajat kesadaran secara progresif
• Tanda neurologis fokal
• Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur
depresi cranium
• Pemeriksaan Diagnostik
1. Skan CT ( tanpa /dengan kontras )
2. MRI
3. EEG
4. BAER
5. PET
6. SINAR X
7. ANGIOGRAFI SEREBRAL
8. Pungsi Lumbal, CSS
9. GDA (Gas Darah Arteri)
10. Kadar antikonvulsan darah
• TINJAUAN KASUS
• Tn. D, usia 18 tahun di rawat di ruang RC.3
Bedah syaraf karena mengalami trauma kepala
sedang di sertai sub dural hematoma. Ketika di
kaji diperoleh data: GCS= 11 (E2M5V4). Pasien
telah di operasi 2 hari yang lalu, terdapat luka
post craniotomy sepanjang 10cm pada daerah
lobus frontal, pasien tampak gelisah dan
terpasang mag slang karena masih di puasakan.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital di peroleh:
TD= 140/90 mmHg, nadi= 110 x/menit, RR=
30x/menit, dan suhu= 38,5 ͦ celcius.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarafan Akibat Trauma Kepala
• 1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Data psikologis
e. Data sosial
f. Data spiritual
g. Data penunjang
Diagnosa Keperawatan Dan Perencanaan
a. Resiko atau aktual tidak efektifnya pola
pernafasan, disebabkan oleh:
1. Gangguan/ kerusakan pusat pernafasan di medula
oblongata
2. Adanya obstruksi trakeobronkial
B . Resiko terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial disebabkan oleh:
1. Adanya proses desak ruang akibat penumpukan
cairan darah di dalam otak
2. Kelainan sirkulasi serobrospinal
3. Vasodilatasi pembuluh darah otak akibat
asidosis metabolik
PENUTUP
• A. Kesimpulan
• Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda
paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan
atau gangguan fungsional jaringan otak.
• Pengartian yang lain, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan
atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.