Anda di halaman 1dari 18

ASKAN PADA PASIEN DENGAN

DEPRESSED FRACTURE PADA


TENGKORAK

CREATED BY : AGUSTINA S.S,T.,MM.K.es


Apa yang dimaksud dengn fracture depressed

• Fraktur depres adalah fraktur tulang kranium


dimana tabula eksterna melesak ke arah
duramater hingga melebihi tabula interna.
Jenis fraktur tengkorak
• Fraktur tertutup. ...
• Fraktur terbuka. ...
• Fraktur dasar tengkorak atau basis cranii. ...
• Fraktur depresi (patah tulang tengkorak cekung)
Insiden fraktur tengkorak
• Pada penelitian Prakash et al., menyatakan insiden patah
tulang tengkorak adalah 44 / 100.000 orang / tahun. Mayoritas
terjadinya fraktur tengkorak
• Cedera kepala merupakan suatu cedera yang dapat mengakibatkan perubahan
fungsi, yang terjadi baik secara fisik maupun mental yang berhubungan dengan
benturan terhadap kepala. Tingkat keparahan dari cedera kepala ini didasarkan
pada pemeriksaan awal Glasgow Coma Scale (GCS) score. Pada penilaian GCS
ini diberikan skala penilaian berupa angka, 13-15 mild head injury (kadang
nilai 13 dimasukkan ke dalam moderate injury), 9-12 moderate head injury,
kurang atau sama dengan delapan mengindikasikan severe head injury.
Pembagian tulang tengkorak/ basis cranii
Patofisiologi

• Gambar: Patofosiologi terjadinya neuroinflamasi yang


dimediasi oleh mikroglia dan leukosit. Pada cedera otak
traumatik, leukosit menempel pada endotel, dimediasi oleh
selektin dan integrin lalu bermigrasi ke jaringan yang cedera.
Mikroglia teraktivasi oleh trauma otak menjadi bentuk amuboid
lalu bermigrasi ke jaringan cedera. Mikroglia dan leukosit ini
yang akan memediasi terjadinya inflamasi yang
mengeksaserbasi kematian sel neuron.
Gambar terjadinya neuro inflamasi
Pemeriksaan penunjang
• CT scan kepala adalah pemeriksaan medis yang menggabungkan
teknologi sinar-X dengan sistem komputer untuk menghasilkan gambar
berbagai jaringan dan struktur di dalam kepala, seperti tengkorak, otak,
sinus paranasal, dan rongga mata.
• CT scan kepala berguna untuk membantu dokter dalam mendiagnosis suatu
kondisi yang terkait dengan cedera atau luka di kepala sekaligus menentukan
rencana pengobatan yang akan digunakan. Selain itu, dokter juga dapat
menggunakan CT scan kepala untuk memandu prosedur medis, seperti operasi,
biopsi, atau terapi radiasi pada
Klasifikasi fraktur tengkorak
• Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis
dikenal 3 klasifikasi, yaitu berdasarkan mekanisme cedera, berat-
ringannya dan morfologi
• Mekanisme Cedera Cedera kepala dibagi atas cedera tumpul
dan cedera tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan
dengan kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau pukulan
benda tumpul. Cedera kepala tembus disebabkan oleh luka
bacok atau luka tembak.
• Berat Ringan Cedera Untuk mengukur berat-ringannya cedera
kepala secara klinis digunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
dengan nilai minimal 3 dan nilai maksimal 15. Ini tercermin
dari nilai GCS enam jam pertama atau sesudah resusitasi,
dibagi atas 3 katagori : - Cedera kepala ringan : GCS 13 – 15 -
Cedera kepala sedang : GCS 9 – 12 - Cedera kepala Berat :
GCS 3 – 8
• Morfologi Cedera kepala dapat menimbulkan kelainan struktur kepala dan
otak berupa : - Fraktur tulang : o Kalvaria :  Linear  Diastasis 
Depressed o Basis Kranii :  Fossa anterior  Fossa media  Fossa
posterior - Lesi intrakranial : o Fokal :  Epidural hematoma  Subdural
hematoma  Intraserebral hematoma o Difus :  Konkusi  Kontusio
Multipel  Hipoksia/iskhemik  Aksonal injury
Diagnosis

• Secara umum, setiap pasien dengan cedera kepala ditangani dengan


prinsip-prinsip berikut :
• Diagnosis klinis cedera kepala (Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik/neurologis) Pemeriksaan penunjang (schedel x-ray, CT Scan,
Laboratorium) Diagnosis morfologis (EDH/SDH/ICH, dsb) Penanganan
Operatif atau Non Operative
Komplikasi

• Komplikasi yang paling sering ditemui pada cedera otak traumatik antara lain:
• Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur basis kranii
• Meningitis
• Serangan kejang
• Hidrosefalus akubat perdarahan subaraknoid
• Cedera saraf kranial
• Higroma subdural
• Chronic subdural hematoma
• Disfungsi pituitari akibat fraktur basis kranii anterior
Prognosis
• Angka morbiditas dan mortalitas pasien cedera otak traumatik berat tinggi
yakni masing-masing 38% dan 29%. Sementara pada pasien cedera otak
traumatik ringan tanpa kelainan pada CT-Scan prognosisnya membaik
dalam 24 jam dimana pasien sudah dapat kembali orientasi penuh. Gejala
gegar otak (post concussive) yakni gejalan somatik (nyeri kepala, pusing),
gejala kognitif (gangguan memori dan pemusatan perhatian), dan gejala
emosional (iritabilitas, depresi) berangsur-angsur pulih hingga dalam 12
minggu. Walaupun pemulihan mencapai 12 minggu, namun pada
umumnya pasien dapat kembali bekerja dalam waktu 1 bulan.
Penatalaksanaan

• Secara umum, setiap pasien dengan cedera kepala ditangani dengan


prinsip-prinsip berikut : - Primary survey Lakukan primary survey pada
seluruh pasien cedera kepala, terutama pasien dengan penurunan
kesadaran, meliputi pemeriksaan dan penatalaksanaan : o A = Airway
( Jaga jalan nafas dengan perlindungan terhadap servikal spine). o B =
Breathing (pernafasan). o C = Circulation (nadi, tekanan darah, tanda-
tanda syok dan kontrol perdarahan). o D = Disability (level kesadaran dan
status neurologis lain).
Lanjutan…………
• Pada primary survey ini dilakukan pemeriksaan status neurologis dasar yang
disebut AVPU ( Alert, Verbal stimuli response, Painful stimuli response or
unresponsive). Evaluasi neurologis yang cepat dan berulang dilakukan
setelah selesai primary survey, meliputi derajat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil, tanda-tanda lateralisasi dan gejala cedera spinal. GCS adalah metode
yang cepat untuk menentukan level kesadaran dan dapat memprediksi
outcome pasien. o E = Exposure (Seluruh tubuh pasien diekspose untuk
pemeriksaan dan penanganan menyeluruh, dengan memperhatikan faktor
suhu dan lingkungan).

Anda mungkin juga menyukai