Anda di halaman 1dari 11

HAND OUT

MATA KULIAH ILMU GIZI

CICI VALIANI, SST.,M.Kes

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIV ANESTESI
2020
MATERI
LATAR BELAKANG
Dari awal hingga akhir, siklus kehidupan manusia merupakan tahap-tahap kejadian yang
menakjubkan. Sejak saat pembuahan di dalam rahim ibu, kelahiran, pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya berupa tahap bayi , anak-anak, remaja, dewasa, dan tua, saling
pengaruh antara faktor keturunan dan lingkungan menentukan jalannya tersebut. Walaupun
faktor keturunan tidak dapat di abaikan, berbagai faktor lingkugan jelas mempunyai potensi untuk
mengubah perjalanan siklus kehidupan. Di antara faktor lingkungan, faktor gizi merupakan yang
perlu mendapat perhatian khusus.

Gizi Siklus Hidup


Dari awal hingga akhir, daur kehidupan manusia merupakan tahap-tahap kejadian yang
menakjubkan. Sejak saat pembuahan di dalam rahim ibu, kelahiran, pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya berupa tahap bayi , anak-anak, remaja, dewasa, dan tua, saling
pengaruh antara faktor keturunan dan lingkungan menentukan jalannya tersebut. Walaupun
faktor keturunan tidak dapat di abaikan, berbagai faktor lingkungan jelas mempunyai potensi
untuk mengubah perjalanan daur kehidupan. Di antara faktor lingkungan, faktor gizi merupakan
yang perlu mendapat perhatian khusus.
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait
dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang sepanjang kehidupan membutuhkan
nutrien yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari
makanan, melalui peranan fisiologis yang spesisfik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain,
sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat.

Kebutuhan akan nutrien berubah sepanjang daur kehidupan dan ini terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan.
1. Tumbuh Kembang dalam Daur Kehidupan
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan di sepanjang daur
kehidupanya. Pertumbuhan terjadi melalui penambahan dan pembesaran sel, sedangkan
perkembangan adalah proses meningkatnya fungsi sel, jaringan, dan organ tubuh dalam
bentuk yang sangat kompleks.
Kedua proses ini terjadi secara bersamaan,membentuk suatu kesatuan di semua
aspek tumbuh kembang dalam daur kehidupan. Hal inilah yang memengaruhi luas dan
mutu perubahan-perubahan yang terjadi sejak di bentuknya sel-sel embrio melalui
penambahan dan diferensiasi sel, pola kecepatan tumbuh kembang janin menjadi bayi
baru lahir dalam bentuk lengkap dan utuh, yang kemudian berkembang menjadi manusia
dewasa yang utuh dan mandiri.
2. Perkembangan Fisiologis Psikologi
Tumbuh-kembang dalam daur kehidupan manusia terjadi secara fisiologis dan
psikologis. Pertumbuhan fisiologis anak bergantung pada ragam dan banyaknya zat gisi
yang di peroleh dari makanan yang dikonsumsinya,serta proses pencernaan,absorpsi,dan
metabolisme yang menyediakan tubuh dengan zat-zat yang tepat, di tempat yang tepat,dan
pada waktu yang tepat. Di samping faktor-fisik, proses tumbuh kembang juga
bergantung pada faktor –faktor psikologi dan sosial budaya. Zat-zat gisi di peroleh dari
makanan yang di konsumsi, yang kemudian banyak bergantung pada aspek psikolog,
sosial budaya, dan pengertian seseorang tentang makanan.
3. Pedoman Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955.
Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan
sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Tahun
1990an, Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Lebih dari 15 tahun lalu Pedoman Gizi
Seimbang telah dikenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, namun masih banyak
masalah dan kendala dalam sosialisasi Gizi Seimbang sehingga harapan untuk merubah
perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang belum sepenuhya tercapai.
Konsumsi pangan belum seimbang baik kuantitas maupun kualitasnya, dan perilaku hidup
bersih dan sehat belum memadai. Memperhatikan hal diatas telah tersusun Pedoman Gizi
Seimbang yang baru, pada tanggal 27 Januari 2014 lalu telah diselenggarakan workshop
untuk mendapat masukan dari para pakar pemerintah serta non pemerintah, lintas sektor,
lintas program dan organisasi profesi.
Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama,
bila diibaratkan rumah maka ada 4 (empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah
tersebut dapat berdiri, yaitu 1). Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis
makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan perilaku hidup bersih, perilaku hidup
bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang; 3) Melakukan aktivitas fisik, untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam tubuh; 4)
Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam batas normal. Memantauan BB
normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi
Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila
terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
Pesan-pesan PGS:
a) Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;
b) Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
c) Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
d) Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;
e) Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
f) Biasakan Sarapan;
g) Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
h) Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
i) Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
j) Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

PGS yang baru ini dilengkapi pula dengan pesan visualisasi untuk konsumsi kita
sehari-hari yang digambarkan “Tumpeng”, dan konsumsi makanan untuk sekali makan
digambarkan “Piring makanku” panduan sekali makan.

KELOMPOK MASYARAKAT DALAM SIKLUS KEHIDUPAN


1. PERAN ZAT GIZI PADA IBU HAMIL
Sejak pertengahan trimester 2, seorang ibu hamil sudah disarankan menambah asupan 300
kalori per hari untuk memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) ibu hamil di trimester 3. Artinya,
bila sebelumnya AKG adalah 1.800 kalori per hari, maka perlu ditambah menjadi 2.100 kalori per
hari. Penambahan tersebut bisa didapat melalui camilan sehat yang dikonsumsi dua kali sehari,
seperti buah atau bubur kacang hijau. Bila gizi terpenuhi dengan baik, di trimester 3 idealnya berat
badan ibu hamil meningkat sekitar 350—450 g per minggu atau 1,2—1,8 kg per bulan. Bila
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus IMT : BB (kg) / TB (m)2, ibu hamil dengan
indeks < 18,5 (kurus) diharapkan mengalami kenaikan berat badan sebanyak 500 g per minggu.
Untuk indeks 18,5—24,9 (normal) diharapkan naik 400 g per minggu. Untuk yang lebih dari itu,
kenaikan berat badan sebaiknya 300 g per minggu.

2. PERAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI


Gizi seimbang ibu menyusui

a) Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu menyusui
harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta
pekembangan bayinya.
b) Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan seuatu yang penting bagi ibu menyusui
karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, Oleh karena itu, pemenuhan gizi
yang baik bagi ibu menyusui akan berpengauh terhadap status gizi ibu menyusui dan juga
tumbuh kembang bayinya.
c) Komponen-komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu sehingga harus digantikan oleh
makan makanan yang cukup pada ibu menyusui tersebut. Oleh karena itu, ibu menyusui
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak menyusui
dan masa kehamilan, tetapi konsumsi pangannya tetap harus beranekaragam dan jumlah
serta poposinya sesuai.

Manfaat Gizi Keimbang untuk ibu menyusui

1. Untuk melakukan aktivitas.


2. Melakukan berbagai proses di dalam tubuh.
3. Mengembalikan alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.
4. Sebagai cadangan dalam tubuh.
5. Sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi.

Jika ibu berhasil memenuhi gizi seimbang saat menyusui, maka pertumbuhan bayi juga
akan berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan kuat serta kualitas dan kuantitas produksi
ASI menjadi baik.

Kebutuhan gizi seimbang saat menyusui

a) Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui dan masa
kehamilan.
b) Ibu dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan energi sebesar
500 kalori/hari untuk menghasilkan jumlah susu normal.
c) Sehingga total kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat menjadi 2400 kkal per
hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri
yang dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan utama dan 3x
makan selingan) sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang yang dianjukan.

Untuk mengathui terpenuhinya energi dengan cara menimbang berat badan. Bila
terjadi penurunan >0,9 kg per minggu setelah 3 minggu pertama menyusui berarti
kebutuhan kalori tidak tercukupi sehingga akan mengganggu produksi ASI.

Kebutuhan zat gizi lain juga akan meningkat selama menyusui, yaitu:

a. Karbohidrat: saat 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan ibu meningkat sebesar 65


gr per hari atau setara dengan 1 ½ porsi nasi.
b. Protein: sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu. Ibu menyusui
membutuhkan tambahan protein 17 gr atau setara dengan 1 porsi daging (35 gr) dan 1
porsi tempe (50gr).
c. Lemak: lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan berperan dalam produksi ASI
serta pembawa vitamin larut lemak dalam ASI. Kebutuhan minyak dalam tumpeng
gizi seimbang sebanyak 4 porsi atau setara dengan 4 sendok the minyak (20 gr). Lemak
yang dipelukan untuk ibu menyusui yaitu lemak tak jenuh ganda seperti omega-3 dan
omega-6.
d. Vitamin dan mineral
a) Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin & mineral dari ibu hamil.
Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi oleh vitamin yang dimakan ibu,
jadi suplementasi vitamin pada ibu akan menaikkan kadar vitamin ASI.

b) Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6, B2, B12,
vitamin A, yodium & selenium. Jumlah kebutuhan vitamin & mineral adalah 3
porsi sehari dari sayuran dan buah-buahan.
c) ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Untuk mencegahnya, Anda
memerlukan suplemen baik berupa makanan maupun vitamin dan mineral
khususnya vitamin A dan zat besi.

e. Cairan: Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu
dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau lebih dari 8 gelas air sehari
(12-13 gelas sehari). Terutama saat udara panas, banyak berkeringat dan demam
sangat dianjurkan untuk minum >8 gelas sehari. Waktu minum yang paling baik
adalah pada saat bayi sedang menyusui atau sebelumnya, sehingga cairan yang
diminum bayi dapat diganti. Kebutuhan cairan dapat diperoleh dari air putih, susu, jus
buah-buahan dan air yang tersedia di dalam makanan.

3. PERAN ZAT GIZI PADA BAYI


Saat sang bayi berada di usia 6 bulan, sekarang sudah saatnya jika anda mampu
memberikan nutrisi melalui makanan padat. ASI memang masih dibutuhkan bayi, namun
perkembangan bayi membutuhkan asupan gizi bayi lainnya sebagai makanan pendamping ASI atau
sering dikenal dengan sebutan MPASI. Nutrisi yang dibutuhkan tersebut akan membantu
pertumbuhan bayi mulai dari fisik sampai perkembangan otak.

Prinsip Gizi Seimbang Untuk Bayi


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya jika makanan terbaik bayi adalah ASI. Seiring
dengan bertambahnya umur bayi seiring dengan tumbuh kembangnya, bayi membutuhkan zat gizi
dan energi lainnya yang jumlahnya melebihi ASI. Bayi juga harus mendapatkan makanan tambahan
dan jumlah ASI yang bisa dihasilkan juga bergantung pada status gizi dari sang Ibu sendiri. Jumlah
ASI biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor stress, makanan yang dikonsumsi,
faktor bawaan dan masih banyak lainnya. Sangat dianjurkan jika menyediakan makanan bayi
sejumlah 100-110 kkal energi setiap kilogram berat badan bayi setiap harinya. Susu untuk
kebutuhan si bayi biasanya mengandung sekitar 67 kkal setiap 100cc. Jadi bisa sediakan si kecil
sekitar 150-160 cc susu untuk setiap kg berat badannya. Namun tidak semua bayi membutuhkan
jumlah tersebut, ibu bisa konsultasikan dengan dokter terkait dengan kebutuhan gizi bayi.

Zat Besi
Jenis mineral satu ini memberikan peranan penting khususnya produksi hemoglobin. Zat
besi mempunyai fungsi yang digunakan untuk memperlancar sel darah merah yang bekerja sebagai
pembawa oksigen untuk seluruh tubuh. Zat besi juga membantu perkembangan si kecil untuk
bagian motorik dan memori pada otak. Jadi pastikan jika si kecil bisa mendapatkan paling tidak 11
mg zat besi yang bisa diperoleh dari berbagai makanan seperti ayam, daging sapi, ikan, brokoli,
telur dan masih banyak lainnya.
Vitamin D dan Kalsium
Kalsium sendiri memang sangat baik dalam mengembangkan tulang kuat dan kebutuhan
vitamin D membantu tubuh si kecil dalam menyerap kebutuhan kalsium. Susu formula dan ASI
memang sudah bisa memberikan kebutuhan kalsium untuk si kecil. Namun anda tetap perlu
menyediakan asupan kedua kebutuhan gizi tersebut yang bisa didapatkan dari ikan dan telur.
Zinc
Sama halnya dengan zat besi, nutrisi ini memang bertugas untuk menjaga otak bayi supaya
bisa terus berkembang dan bergerak. Zinc sendiri juga mempunyai fungsi untuk memproduksi sel
darah putih yang dapat melawan infeksi sekaligus memastikan jika sel tubuh si kecil bisa
berkembang dengan baik. Jenis nutrisi satu ini bisa didapatkan pada daging ayam dan sapi.
Makanan yang mengandung zat besi juga biasanya mengandung zinc.
Omega 3
Kandungan ini memang sudah dikenal fungsinya untuk kesehatan jantung. Untuk
kebutuhan si bayi, nutrisi satu ini mempunyai fungsi lainnya yaitu bisa membantu perkembangan
mata dan otak. Terdapat berbagai penelitian juga mengatakan jika kandungan omega 3 juga bisa
membantu tubuh anda dalam menyerap kebutuhan vitamin E dan A. Omega 3 sendiri bisa
didapatkan dari olahan tuna, alpukat, salmon, minyak zaitun, dan masih banyak lainnya.
Vitamin A, B, C dan E
Vitamin tersebut juga bisa membantu perkembangan organ mata, saraf dan kulit sehingga
bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Keempat vitamin tersebut bisa dijadikan sebagai paket
lengkap sebagai nutrisi yang dibutuhkan untuk asupan si kecil. Jadi anda sudah tidak perlu ragu
lagi dalam menyajikan berbagai jenis sayuran yang memang sudah terbukti kandungan vitaminnya.
Vitamin A sendiri bisa didapatkan dari ubi dan wortel, Vitamin B bisa didapatkan dari pisang dan
sayuran hijau. Nah untuk vitamin C bisa anda dapatkan dari jeruk, tomat, stroberi dan buah-buahan
lainnya. Biji-bijian juga dibutuhkan si kecil karena banyak mengandung vitamin E. Anda bisa
gunakan panduan ini untuk memenuhi kebutuhan gizi balita.

4. PERAN ZAT GIZI PADA ANAK


Anak usia dini didefenisikan untuk anak-anak yang memasuki usia 0-6 tahun, anak usia
dini didefenisikan pula sebagai kelompok anak yang bersifat unik. Karena mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Menurut banyak penelitian dibidang neorologi ditemukan bahwa 50% kecerdasan anak
terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Dan setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya
mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%, (Suyanto,2005).
Gizi seimbang sering didefenisikan sebagai makanan yang 4 sehat 5 sempurna, konsep dari
makanan 4 sehat 5 sempurna tersebut yaitu 4 nutrisi pokok yang meliputi makanan pokok seperti
nasi, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan disempurnakan oleh susu.
Selain energi, protein, lemak dan karbohidrat kebutuhan zat gizi mikro anak seperti vitamin
A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, kalsium, fosfor, magnesium, natrium, dan kalium harus
terpenuhi secara seimbang agar membentu proses tumbuh kembang anak.
Zat gizi yang dibutuhkan anak-anak antara lain karbohidrat. Ini berfungsi sebagai
penghasil energi yang menunjang aktivitas anak yang mulai aktif bergerak. Setidaknya mereka
membutuhkan sekitar 1.300 kilo kalori per hari.
Anak-anak yang masih dalam proses tumbuh kembang juga memerlukan protein untuk
membangun dan memperbaiki sel tubuh serta menghasilkan energi. Dalam kesehariannya, anak-
anak membutuhkan protein 35 gram per hari.
Kebutuhan mineral dan vitamin yang penting pada makanan anak, seperti iodium,
kalsium, zinc, asam folat, zat besi, serta vitamin A, B, C, D, E, dan K. Mineral dan vitamin ini
berguna dalam perkembangan motorik, pertumbuhan, dan kecerdasan anak, serta menjaga sistem
kekebalan tubuh mereka.
Pemberian nutrisi untuk anak harus tepat. Artinya, tepat kombinasi zat gizi antara
kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serta kebutuhan tubuh cairan anak, yaitu
1-1,5 liter per hari. Jumlah dan porsinya pun harus pas berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
harian.
Perhatikan juga pola makan anak, terutama balita. Saat mengolah makanan untuk balita,
takaran bumbu dan rempah sebaiknya diperhatikan. Disarankan Anda hanya menggunakan sedikit
gula, garam, dan hindari bumbu-bumbu dengan rasa yang tajam.
Agar tidak membosankan, berikan si kecil, makanan yang bervariasi, sehat, dan seimbang.
Untuk balita, Anda bisa memberi 4 porsi jenis karbohidrat per hari, 2-3 porsi susu per hari, 1-2
porsi daging sapi atau jenis daging lainnya perhari, 5 porsi jenis buah dan sayuran per hari
Balita memerlukan energi untuk beraktivitas serta untuk menunjang spertumbuhan dan
perkembangan tubuh mereka. Mereka membutuhkan setidaknya 1500 kalori setiap harinya. Balita
bisa mendapatkan kalori yang dibutuhkan pada makanan-makanan yang mengandung protein,
lemak, dan gula.
Jangan lupa serat yang memiliki peran penting untuk mencegah sembelit serta gangguan
usus. Termasuk asupan kalsium secara teratur untuk pertumbuhan tulang dan gigi balita. Salah satu
sumber kalsium terbaik adalah susu yang diminum secara teratur.

5. PERAN ZAT GIZI PADA REMAJA

Definisi Remaja
Remaja merupakan masa berkembangnya individu dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).
Remaja mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku
dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 rentang usia remaja adlah dari usia 10-18 tahun. Jumlah
kelompok usia 10-14 tahun di Indonesia menurut Sensus tahun 2010, sebanyak 43.5 juta atau
sekitar 18% dari jumlah penduduk.
Perubahan pada remaja
Perubahan yang terjadi pada usia remaja antara lain meliputi perubahan fisik, psikologi,
maupun intelektual. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja ditandai dengan pertumbuhan badan
yang pesat dan matangnya organ reproduksi. Laju pertumbuhan remaja putri mengalami percepatan
terlebih dahulu daripada remaja putra (Poverwati, 2010).
Perubahan psikologis pada remaja nampak pada pola identifikasi anak menuju dewasa,
perubahan psikologis juga dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pada fisik remaja yang
menimbulkan kebingungan pada remaja yang menyebabkan perubahan psikologis pada remaja,
karena itu masa remaja disebut masa labil. Perubahan intelektual pada remaja nampak pada cara
remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, karena tugas perkembangan secara tidak
langsung membuat remaja berpikir lebih rasional dan lebih dewasa.

Kebutuhan Gizi Remaja


a. Energi
Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat dilihat pada tabel AKG. Kebutuhan
energi remaja putra lebih banyak daripada remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra
membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun.
Kebutuhan remaja putri memuncak pada suaia 12 tahun (2.500 kkal), untuk kemudian menurun
menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perkiraan energi untuk remaja putra berusia 11-18 tahun,
yaitu 13-23 kkal/ cm, pada remaja putri dengan usia yang sama, yaitu 10-19 kkal/cm (Arisman,
2008).

b. Protein
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan sengan pola tumbuh, bukan
berdasarkan usia kronologis. Untuk remaja putra, kisaran besarnya kebutuhan ini adalah 0,29- 0,32
gr/ cm tinggi badan. Pada remaja putrid 0,27- 0,29 gr/ cm.
c. Lemak
Kebutuhan lemak pada remaja sebaiknya tidak lebih dari 25 % dari kebutuhan energi.
d. Vitamin dan Mineral
Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg sampai 1.200 mg ( Arisman, 2008).

6. PERAN ZAT GIZI PADA LANJUT


Seiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami banyak perubahan, termasuk nafsu
makan. Maka itu, orang yang sudah lanjut usia cenderung memiliki nafsu makan yang kurang,
bahkan rentan mengalami anoreksia. Jika dibiarkan kondisi ini akan membuat berat badan lansia
menurun.
Ada berbagai hal yang menyebabkan lansia tidak nafsu makan bahkan tidak merasa lapar
sama sekali. Umumnya, hal tersebut disebabkan oleh berbagai perubahan alami yang terjadi pada
tubuh ketika mulai menua.
Perubahan yang terjadi pada lansia, antara lain:

a) Penurunan kadar hormon tertentu yang langsung memengaruhi nafsu makan


b) Menurunnya kemampuan metabolisme dalam tubuh.
c) Saraf tidak sensitif, membuat lansia sulit mencium aroma dan merasakan rasa makanan.
d) Jumlah air liur berkurang, membuat makanan sulit dicerna.
e) Mengalami disfagia atau kondisi sulit menelan.
f) Berkurangnya jumlah asam lambung.
g) Gerakan peristaltik usus yang dilakukan untuk mencerna makanan semakin melambat.
h) Kemampuan menyerap zat gizi menurun.

Segala perubahan tersebut secara otomatis membuat nafsu makan lansia berkurang.
Maka itu, harus ada pengaturan makan yang tepat supaya lansia tidak mengalami penurunan
berat badan yang drastis dan kekurangan zat gizi.

Pada dasarnya, kebutuhan energi akan berbeda-beda pada setiap orang. Ini akan
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan hal lainnya. Namun kebutuhan energi
akan menurun seiring berjalannya usia.
Perkiraannya, kebutuhan energi akan berkurang 70-100 kalori setiap penambahan usia
10 tahun Dalam Angka Kecukupan Gizi Bangsa Indonesia, kecukupan energi lansia per hari
adalah:
Pria
50-64 tahun: 2300 kalori
58-80 tahun: 1900 kalori
Wanita
50-64 tahun: 1900 kalori
58-80 tahun: 1550 kalori

Sebaiknya lansia memenuhi kebutuhan energi harian tersebut agar tidak mengalami
penurunan berat badan.

Karbohidrat
Zat gizi lansia yang tidak boleh terlewatkan pastinya karbohidrat. Karbohidrat merupakan
sumber energi utama bagi tubuh. Kebutuhan karbohidrat untuk lansia berkisar antara 45-65 persen
dari total kebutuhan energi harian.
Contohnya: nasi, roti, kentang, sagu, sereal, pasta, singkong, bihun, dan makanan pokok
lainnya.
Protein
Protein sangat penting bagi tubuh, yakni sebagai pertumbuhan dan perkembangan setiap
sel dalam tubuh. Protein juga penting untuk menjaga kekebalan tubuh lansia. Untuk lansia,
kebutuhan protein sebesar 10-35 persen dari total kebutuhan energi.
Contohnya : daging, telur, ikan, sedangkan dari nabati bisa dari jenis kacang-kacangan.
Lemak
Lemak membantu untuk menyediakan energi jangka panjang, memberikan rasa kenyang
setelah makan, membantu pembentukan hormon, membentuk membrane sel, mengangkut vitamin
A,D, E, K ke seluruh tubuh.
Asupan lemak harus dibatasi sekitar 20-35 persen per hari, dengan batas asupan lemak
yang jenuh setidaknya kurang dari 10 persennya. Jenis lemak yang harus dihindari adalah lemak
jenuh, seperti pada mentega, gajih pada daging sapi, dan kulit ayam.
Kolesterol juga perlu dibatasi di bawah 300 mg. Perhatikan juga asupan asam lemak omega
3. Menurut AKG 2013, kebutuhan omega 3 lansia adalah sebesar 1,6 gram.
Vitamin dan Mineral
Vitamin merupakan fungsi vital dalam metabolisme tubuh, yang tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh, sedangkan mineral sendiri merupakan unsur pelengkap yang membantu dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan di dalam tubuh. Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan, air
mineral, dll.
Air
Jumlah cairan tubuh akan menurun seiring bertambahnya usia, sehingga lansia
berisiko mengalami dehidrasi. Apalagi jika tidak dibarengi dengan kebiasaan minum air
yang rutin dan banyak setiap harinya.
Kebutuhan air tidak berubah sejak usia 19 tahun keatas, mengkonsumsi lebih dari
6 gelas sehari mencegah dehidrasi.
Sebagai panduan kebutuhan air, setiap 1 mL air dibutuhkan untuk setiap kalori yang
dikonsumsi dengan minimal 1500 kkal. Contohnya, untuk orang dengan kebutuhan energi
2000 kkal per hari dibutuhkan air 2000 mL atau 2 L atau setara dengan 8 gelas per hari.
Kebutuhan gizi lansia maupun energi memang sangat penting tapi bukan hannya
itu, lansia sebaiknya juga melakukan hal berikut. Sebaiknya olah makanan dengan cara
dikukus, direbus, atau dipanggang.

a) Mengurangi makanan yang digoreng.


b) Sesuaikan tekstur makanan dengan kemampuan. Jika sulit menelan, sebaiknya sajikan
makanan dalam bentuk lunak.
c) Menentukan jadwal makan yang teratur. Contoh, sarapan jam 6 pagi, selingan jam 9
pagi, makan siang jam 12, makan selingan jam 3 sore, makan malam jam 6 malam, dan
selingan jam 9 malam.
d) Batasi makanan yang manis-manis atau mengandung kadar gula tinggi.
e) Batasi makanan yang terlalu pedas.
f) Batasi minum kopi atau teh.
g) Batasi konsumsi makanan yang terlalu asin.

Lansia tetap harus olahraga untuk menjaga kesehatannya. Akan tetapi, sebaiknya
konsultasikan dahulu ke dokter apakah kondisinya memungkinkan. Jika diperbolehkan
lakukan 2-3 kali dalam seminggu, ini termasuk latihan aerobik dan latihan kekuatan. Untuk
latihan kekuatan, lakukan dengan 8-10 macam gerakan dengan 8-12 kali repetisi yang
dilakukan dengan total selama 20-30 menit. Selain olahraga, lansia juga perlu untuk
memantau berat badannya secara rutin. Lansia juga tidak boleh diam saja, lakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuan agar tubuh tetap fit dan mencegah pikun. Dan yang pasti
hindari stres dan selalu senang.

Referensi

1. Arisman, MB. 2008. Gizi Dalam DAur Kehidupan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Arrneliwati, Pujiati, Rahmalia,S. 2015. Hubungan antara Perilaku Makan dnegan Status Gizi pada
Remaja Putri. JOM. Riau: Universitas Riau.Vol2 No.2.
3. Christanti, D F dan Khosman A. 2012. Asupan Zat Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri yang
Sudah dan Belum Menstruasi. Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor: IPB. Vol7 No2, 135-142.
4. Depkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.
5. Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
6. Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
7. Vilda,AVS dan Setyowati,M. 2015. Karakter Gizi Remaja Putri Urban dan Rural di Provinsi
Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Semarang. Kesmas 11 (2015) 43-52.

Anda mungkin juga menyukai