Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TRAUMATIC BRAIN INJURY

Mohammad Ali Hamid

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
A. PENGERTIAN
• Trauma kepala atau cedera kepala adalah suatu
injuri yang dapat melibatkan seluruh struktur
kepala mulai dari lapisan kulit kepala atau tingkat
yang paling ringan, tulang tengkorak, duramater,
vaskuler otak sampai dengan jaringan otak sendiri
baik berupa luka tertutup maupun tembus

• Injuri otak traumatik sering disinonimkan dengan


trauma kepala

• Injuri otak traumatik mrpk insufisiensi otak


nondegeneratif, nonkongenital, akibat kekuatan
mekanik eksternal yang dapat menyebabkan
gangguan kognitif, fisik, psikologis baik permanen
maupun temporal yang di hubungkan dengan
gangguan tingkat kesadaran
ANATOMI KEPALA
B. MEKANISME CEDERA KEPALA
Mekanisme cedera kepala secara garis besar
merupakan salah satu atau gabungan dari
ketiga mekanisme cedera kepala yaitu :
 Akselerasi
Terjadi jika benda yang
sedang bergerak membentur
kepala yang diam
 Deselerasi
Terjadi jika kepala membentur objek yang
diam
 Kompresi atau penekanan
• British Society of Rehabilitation Medicine membagi
cedera kepala menjadi:
Cedera kepala ringan (GCS 14-15)
Cedera kepala sedang (GCS 9-13)
Cedera kepala berat (GCS 3-8)

• Glasgow Coma Scale (GCS)


1. Respon Membuka mata
Spontan : 4
Perintah : 3
Stimuilus Nyeri : 2
Tidak ada respon : 1
2. Respon Motorik
Mengikuti perintah :
6
Lokalisasi terhadap nyeri :
5
Pergerakan widrawl thd nyeri :
4
Fleksor (dekortikasi) thd nyeri :
3
Ekstensor (deserebrasi) thd nyeri :
2
Tidak ada respon :
1

3. Respon Verbal
Orientasi terhadap orang, tempat, waktu :
5
American Congress of Rehabilitation Medicine
mendefinisikan Cedera kepala ringan adalah
gangguan fungsi fisiologis otak akibat trauma yang
dimanifestasikan satu diantara berikut :

 Periode hilangnya kesadaran


 Hilangnya memori kejadian secara tiba-
tiba sebelum atau setelah kejadian.
 Gangguan mental saat terjadi kecelakaan
 Defisit neurologis fokal

Kriteria lain cedera kepal ringan :


 GCS >12
 CT Scan normal
 Lesi non operatif
 LOS < 48 jam
Kriteria cedera kepala sedang :

 LOC > 48 jam


 GCS 9 – 12
 Lesi intracranial operatif
 CT Scan -- abnormal
C. PATOFISIOLOGI

CEDERA KEPALA PRIMER

• Cedera kepala dapat terjadi pada skalp, tulang


kepala, dan otak yang terjadi secara sendiri-
sendiri atau kombinasi

• Berdasarkan penyebabnya cedera kepala dapat


dibagi menjadi 2 kategori:
- Cedera kepala primer, terjadi secara langsung
akibat injuri
- Cedera kepala sekunder, terjadi segera setelah
trauma dan dapat berlangsung untuk waktu lama.
Bisa disebabkan oleh hipoksia, hipovolemia,
peningkatan TIK karena edema cerebral atau
hematom dan infeksi cerebral
• Cedera kepala primer dimanifestasikan
dengan fokal injuri ( fraktur
tengkorak, hematom intracranial,
laserasi, kontusio, luka penetrasi).

Fraktur tulang basal selalu disebabkan


oleh kekuatan yang menghancurkan
dan berhubungan dengan injuri pada
syaraf kranial dan adanya discharge
dari telinga, hidung.
Tanda-Tanda Fraktur Basis Kranii
Pupil mata
• Disfungsi Vestibular / Auditory
Pukulan pada bagian temporal mungkin tidak
menyebabkan fraktur tetapi dapat menyebabkan
hilangnya konduktivitas atau sensorineural pada
pendengaran

Hilangnya konduktivitas pendengaran akibat


perforasi timpanik, hemotimpanum, atau tulang-
tulang pendengaran yang patah (malleus, incus,
stappes)

Hilangnya sensoneural pendengaran terjadi karena


kerusakan sekunder pada pendengaran bag dalam
( kerusakan kohlear)
PATAH TULANG TENGKORAK
• Hemoragi Intrakranial

Epidural Hematom : terjadi bila benturan kepala


menyebabkan laserasi pembuluh darah arteri dan
vena dural, selalu disertai fraktur tulang dan
robeknya arteri meningeal.

Subdural hematom ; terjadi pada pasien dengan


injuri pada vena kortikal atau arteri pial–
menyebabkan cedera otak berat. Mortality rate :
60 – 80%

Hemoragi Intracerebral, merupakan akibat


sekunder laserasi parenkim cerebral atau kontusio
pembuluh darah otak yang lebih besar dan lebih
dalam.
Hemoragi Intraventrikular
Menyebabkan cedera otak berat – prognosis tidak
baik

Hemoragi subarakhnoid
Akibat sekunder rupturnya aneurisma karena
laserasi pembuluh darah mikrosuperfisial pada
ruang subarakhnoid.
Hemoragi subarakhnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus communikata jika darah menyumbat
villi arakhnoid atau menyebabkan hidrosefalus non
komunikata bila clot/gumpalan darah menyumbat
ventrikel ketiga atau keempat
Hematoma epidural
Hematom subdural
Hematoma intraserebral
• Coup & Countrecoup

Coup terjadi pada area yang mengalami


benturan langsung pada kepala

Countrecoup terjadi pada sisi berlawanan


dari area yang mengalami benturan
CEDERA KEPALA SEKUNDER
• Cedera kepala sekunder merupakan akibat lanjut
kerusakan seluler efek dari injuri primer
• Terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
terjadi trauma
• Cedera kepala sekunder menyebabkan keluarnya
mediator neurochemical al:
Pengeluaran asam amino :
Asam amino termasuk glutamat dan asparat meningkat
setelah trauma otak
Asam amino ,menyebabkan sel edema dan kematian
neuron.
Asam amino jg menyebabkan peningkatan chlorida dan
sodium yang menyebabkan neuron mengalami edema
akut
Proses biokimia lain yang menyebabkan
meningkatnya keparahan trauma termasuk
peningkatan pottasium ekstraseluler yang
menyebabkan edema, peningkatan cytokinin
yang menyebabkan inflamasi, dan penurunan
magnesium intraseluler yang menyebabkan
influks kalsium.
• Peningkatan Tekanan Intra Kranial :
Trauma berat menyebabkan peningkatan TIK

Peningkatan TIK juga menyebabkan hipoksia serebral,


iskemia serebral, edema serebral, hidrosefalus dan
herniasi otak.

• Edema Otak
Edema disebabkan oleh peningkatan transmiter
neurochemical dan peningkatan TIK
Kerusakan barier otak dan kelemahan autoregulasi
vasomotor menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

• Hidrosefalus
Hidrosefalus komunikata lebih sering terjadi pada
cedera otak.
• Herniasi Otak
Herniasi supratentorial dapat mengiringi terjadinya
kompresi mekanik secara langsung dengan adanya
akumulasi massa atau peningkatan TIK

• Herniasi Cerebellar
Injuri ini ditandai dengan herniasi infratentorial
dimana tonsil cerebellum terdorong melalui foramen
magnum dan menekan medula yang menyebabkan
bradikardia dan gagal pernapasan
D. MANAJEMEN CEDERA KEPALA

MANAJEMEN CEDERA KEPALA PADA PASIEN TIDAK


SADAR
1. Lakukan pengkajian lengkap airway, breathing dan
sirkulasi (A,B,C)
Lakukan resusitasi jika perlu. Perlu diingat
resusitasi yang tidak adekuat menyebabkan injuri
otak sekunder yang lenih berat.
- Panggil bantuan
- Pasang cervical collar
- Bersihkan jalan napas (keluarkan debris, dan
pasang orofaringeal)
- Berikan oksigen aliran tinggi
- Lakukan intubasi
- Pastikan pernapasan adekuat
- Pasang monitor jantung, catat HR, TD, RR
dan temperatur
Apakah sirkulasi adekuat atau pasien dalam
keadaan syok?
- Atasi hipotensi dengan pemberian cairan
kristaloid. Tapi perlu diingat terlalu banyak
cairan menyebabkan edema otak berat.
Hentikan pemberian jika ps normotensive
- Berikan darah bila perlu, periksa gula darah dg
glukostik dan berikan glukosa jika kadar
GDA menurun
- Periksa BGA

2. Hiperkapnia menyebabkan vasodilatasi cerebral dan


meningkatkan TIK. Koreksi Ventilasi
3. Periksa adanya bradikardia dan hipertensi
merupakan tanda peningkatan TIK

4. Kurangi faktor-faktor sistemik yang menyebabkan


cedera otak sekunder

5. Kaji riwayat trauma dengan menanyakan pada crew


ambulance, saksi, keluarga.
Apakah pasien mengalami perubahan kesadaran
setelah trauma?
Adakah riwayat obstruksi jalan napas?
Bagaimana mekanisme injuri dan kecepatan saat
terjadi benturan?
Kaji secara lengkap riwayat penyakit dan pengobatan
6. Catat GCS dan periksa ulang secara teratur ( tiap 15
manit )
Periksa respon pupil

7. Periksa muka, kulit kepala, laserasi, memar dan


deformitas
Jangan lupa pemberian tetanus profilaksis

8. Periksa telinga adakah darah, cairan cerebrospinal


atau hemotimpanum, mrp tanda fraktur basis cranii.
Tanda lain fr basis cranii adanya racoon eyes, battle
sign, rhinorrhoea.

9. Cek ulang jalan napas, hindari retensi pada pasien


lepaskan baju
10. Lakukan pemeriksaan foto Ro, CT scan
MANAJEMEN TRAUMA KEPALA PADA PASIEN
SADAR
1. Kaji riwayat trauma, lakukan pemeriksaan dan
investigasi untuk mengidentifikasi pasien

2. Kaji apakah pasien dapat mengingat kejadian.apakah


terjadi amnesia retrograd atau aterograd?
Pd orang tua cedera kepala akan menyebabkan
gangguan jantung atau cerebrovaskuler yang
memerlukan perhatian khusus.

3. Lakukan pemeriksaan sama dengan pasien yang


mengalami cedera kepala berat
4. Hati-hati pada pasien intoksikasi karena alkohol atau
obat.
Jika ragu lakukan observasi
5. Lakukan foto Ro/ CT Scan
Indikasi Pasien yang dilakukan CT Scan :
- Koma setelah resusitasi
- Mamburuknya GCS
- Adanya Fraktur tengkorak yang disertai dengan :
1. Gangguan kesadaran
2. Kejang
3. Gangguan neurologis
- Fraktur tulang kepala terbuka ( Termasuk Basis
cranii )
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan pada pasien
cedera kepala :
1. CT Scan ( tanpa/dengan kontras) untuk
mengidentifikasi adanya hemoragik, keadan
ventrikel, pergeseran jaringan otak. Pemeriksaan
berulang mengkuin diperlukan karena pd iskemia/
infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam.

2. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur


tulang (fraktur),pergeseran struktur dari garis
tengah (karena perdarahan, edema) adanya fragmen
tulang.

3. Gas Darah Arteri ; mengetahui adanya masalah


ventilasi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan
TIK
4. Kimia/ elektrolit darah

5. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang


mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan
kesadaran

6. Pungsi lumbal,CSS : Dapat menduga kemungkinan


adanya perdarahan sudarakhnoid

7. MRI : sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras

8. Angiografi Serebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi


serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat
edema, perdarahan, trauma

9. EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau


berkembangnya gelombang patologis
10. BAER ( Brain Auditory Evoked Respons) :
Menentukan fungsi korteks dan batang otak

11. PET (Positron Emission Tomografi) : menunjukkan


perubahan aktivitas metabolisme pada otak.
E. PENGKAJIAN PASIEN CEDERA KEPALA
A. DATA SUBJEKTIF :
Keluahan pasien ?
Tanyakan mekanisme kejadian kepada saksi, crew
ambulance, keluarga
muntah ? Amnesia ? Riw penyakit ?
B. DATA OBJEKTIF
A : Airway
Periksa kepatenan jalan napas pasien
B : Breathing
Frekuensi pernapasan ?
Kualitas pernapasan ?
C : Circulation
Frekuensi nadi ?
Kualitas ?
Tekanan darah ?
Warna kulit?
Akral dingin / hangat?
D : Disability
GCS
Pupil
E : Eksposure
Laserasi, hematom ?
Luka pemyerta ?
F : Full Vital Signs
TD, N, R, S ?
G : Give Confort
Apakah pasien memerlukan pengaman, bidai,
selimut ?
H : Head to Toe Assesment
I : Inspeksi
Adakah trauma Tulang belakang ?
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran

Tujuan :
Pasien dapat mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan kriteria :
- Tidak ada tanda dan gejala obstruksi jalan
napas al stridor, dyspnoea, suara serak
- Pernapasan; irama, kedalaman, pola napas
reguler
- Ekaspansi dada bilateral
- pasien mampu mengeluarkan sekret
Intervensi
- Buka jalan napas
- Pasang cervical colar
- Pasang oropharingeal tube atau nasopharingeal
tube
- Pasang Endotracheal Tube
- Suction
2. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan :
- Penurunan tingkat kesadaran
- Gang refleks menurun
- Adanya sekret dan debris pada jalan napas

Tujuan :
Tidak terjadi aspirasi pada pasien :
- Jalan napas paten
- Suara napas normal, bilateral
- Nilai Analisa Gas Darah
PaO2 80-100 mmHg
SaO2 >95%
PaCo2 35-45 mmHg
Ph darah 7,35-7,45
- Ro Foto bersih tanpa infiltrat
- Pasien mampu mengeluarkan skret
Intervensi ;
- Buka jalan napas
- Stabilisasi dengan cervical colar
- Pasang oropharingeal
tube/nasopharingeal tube
- Pasang Nasogastric tube
- Suction
- ambil darah untuk analisa gas darah arteri
3. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan :
- Edema cerebral, hematom
- hipoksia cerebral, hipotensi
- Hipovolemia

Tujuan :
Perfusi jaringan cerebral optimal dengan kriteria:
- GCS 14-15
- VS normal sesuai umur
- Ukuran pupil normal, refleks cahaya positif
- Tidak ada tanda dan gejala kenaikan tekanan
intrakranial al ; pusing, muntah, letargi,perubahan
orientasi atau kesadaran
- Analisa Gas darah Arteri dalam batas normal
- Urine ortput 1 ml/kgBB/hr
Intervensi :
- Tentukan faktor-faktor penyebab penurunan perfusi
jaringan otak dan potensial kenaikan TIK
- Monitor dan catan status neurologi
- Evaluasi respon pupil
- Kaji respon verbal
- Pantau tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
- Pantau Frekuensi jantung
- Pertahankan posisi kepala
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
- Kerusakan neurovaskuler
- Obstruksi trakheobronkial

5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


perubahan proses transmisi dan integrasi

6. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan


trauma jaringan, prosedur invasif
wassalamualaik
um

Anda mungkin juga menyukai