Penyaji:
Kezia 201806010193
Magistra Cylvia M 201906010100
Stephen Alexander 201806010153
Tony Anderson 201906010084
ANATOMI
SCALP-SKULL-MENINGES
Scalp Skull
Duramater
BRAIN-VENTRICLE-INTRACRANIAL COMPARTMENT
FISIOLOGI
TEKANAN INTRAKRANIAL :
“Monroe-Kellie Doctrine”
ALIRAN DARAH
● Kemoregulasi
○ perubahan PH → mempengaruhi
perubahan kaliber pembuluh darah
○ Perubahan PaCO2
○ Perubahan PO2 <50mmHg
● Autoregulasi
○ Perubahan Cerebral Perfusion →
perubahan kaliber pembuluh darah
CEDERA KEPALA
Definisi
Trauma pada bagian-bagian kepala oleh gaya mekanik luar baik secara
langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan timbulnya gangguan
fisik, kognitif, dan sosial, serta ada/tidaknya penurunan kesadaran yang
bersifat temporer ataupun permanen (PERDOSSI 2016)
Epidemiologi
CDC
- AS lebih dari 50.000 orang/tahun meninggal akibat cedera kepala
- Hampir 2xlipat mengalami cacat permanen
WHO
- 1.2jt orang/tahun meninggal dengan diagnosis cedera kepala akibat
kecelakaan lalu lintas
- Jutaan orang lainnya dengan kasus yang sama mengalami cacat
Epidemiologi
RISKESDAS 2018
Etiologi
1. Cedera akibat kendaraan bermotor (tersering)
2. Jatuh
3. Serangan / kekerasan fisik
Patofisiologi Brain Damage pada Head
Injury
● Ruang pada kranial berukuran tetap yang diisi oleh CSF dan jaringan otak
● Cedera otak → pembengkakan akibat edema atau perdarahan intrakranial →
peningkatan tekanan intrakranial
● Aliran darah otak berbanding lurus dengan Cerebral Perfusion Pressure
(CPP); namun berbanding terbalik dgn mean arterial pressure (MAP)
and mean ICP
● CPP turun di bawah 50 mm Hg → otak dapat menjadi iskemik
● Iskemia dan edema → memicu mekanisme sekunder cedera → kerusakan
sel lebih lanjut, edema lebih lanjut, dan peningkatan ICP lebih lanjut.
Patofisiologi Brain Damage pada Head
Injury
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
Fraktur Tempurung
- Linier
- Stellata
- Diastasis
- Open
- Closed
- Depresi
- Kominutif
- Impresi
- Contiguous
Fraktur Basis Kranii
CSF Rhinorrhoea
Anterior Fossa
Raccoon Eyes
Fracture
Subconjunctival Haemorrhage
Haematoma
Diffuse Focal
Diffuse Lesion
- Concussion (gegar otak) :
● Gangguan fungsi otak, tidak ada kerusakan otak
- Diffuse Axonal Injury (DAI) :
● Berhubungan dengan perdarahan mikro pada otak besar dan sering
terletak dekat di junction substansia alba dan nigra
● CT Scan : Perdarahan kecil (5-15mm) di substansia alba, perbatasan
subtansia alba dan nigra di lobus frontal dan temporal.
- Contusions :
● Bisa terjadi dengan atau tanpa focal damage
● Vasodiltasi dan Edema (Peningkatan cairan ekstra/intraseluler) →
Cerebral swelling
Focal Lession-Epidural
- Relatif jarang terjadi, biasanya sekitar Tanda dan Gejala :
0.5% pada cedera otak dan 9% pada - Pasien dengan EDH sering mengeluh
pasien koma dengan TBI sakit kepala parah, mengantuk, pusing,
- Rupturnya arteri / vena meningea media mual, dan muntah. Bisa tanpa gejala
sehingga terjadi akumulasi darah di antara (bila perdarahan kecil) → jarang terjadi
duramater dan tulang tengkorak - Lucid Interval (diantara waktu cedera
- Berhubungan dengan trauma dan penurunan neurologis)
- Saat hematom membesar, duramater akan - Dilatasi pupil ipsilateral
terdorong menjauh dari tulang tengkorak - Hemiparesis kontralateral
sehingga terbentuk massa bikonveks yang Pemeriksaan :
menekan otak dibawahnya - CT Scan : Gambaran lesi massa
- Predileksi di regio temporal / hiperdens (hematom), bikonveks /
temporoparietal lenticular
Focal Lession-Subdural
- Akumulasi darah antara duramater dengan Tanda dan Gejala :
membran arachnoid - Akut : Gejala muncul dalam 24 jam
- Biasanya karena pergeseran otak pada post trauma. Sering mengalami
penurunan kesadaran, sebagian besar
akselerasi dan deselerasi mendadak yang
skor GCS <8
menyebabkan “bridging vein” merenggang dan - Kronis : Gejala muncul 2 minggu /
robek lebih post trauma. Adanya gejala
- Perdarahan subdural dapat menumpuk selama kelemahan / hemiparesis unilateral
beberapa menit-jam untuk menghasilkan (terutama SDH unilateral)
kompresi otak yang fatal. Pemeriksaan :
- CT Scan : Bentuk bulan sabit (Crescent
- Seringkali perdarahan berhenti → menyisakan
shape) diantara duramater-arachnoid
makrofag yang mengandung hemosiderin dan
penebalan fibrosa pada duramater.
Focal Lession- Contusions & Intracerebral
- Kontusio serebral ummnya terjadi pada lobus frontal dan temporal
- Dalam periode jam - hari → Kontusio → Hematom Intracerebral / Kontusio
Koalesen dengan massa yang memiliki efek cukup untuk tindakan bedah
- Perdarahan intracerebral disebabkan oleh robekan PD kecil intraserebral
- Sering terjadi setelah trauma dan stroke
Pemeriksaan :
- CT Scan :
- Kontusio tampak lesi hiperdens multipel, kecil dengan batas tegas di
parenkim otak
- Intracerebral massa hiperdens, batas tegas, jejas arteri atau vena pada
parenkim otak
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Sifat kecelakaan
- Durasi dibawa ke RS
- Ada / tidak ada benturan kepala langsung
- Kondisi pasien saat kecelakaan
- Apakah pasien dapat diajak bicara
- Ada / tidak ada sakit kepala dan muntah
- Kesadaran pasien
- Riwayat lupa ingatan
- Riwayat pengobatan dan penyakit
- Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan
Pemeriksaan Fisik
Status fungsi Status Status
vital Kesadaran Neurologis
Pemeriksaan
Trauma ditempat
orientasi, amnesia,
lain dan fungsi luhur
Pemeriksaan Penunjang
❖ Rontgen tengkorak (AP Lateral) : Pada kondisi pasien akut untuk menilai adanya
fraktur di tengkorak.
❖ CT Scan :
➢ Trauma kepala sedang - berat harus segera dilakukan CT Scan setelah
hemodinamiknya kembali normal
➢ Dilakukan secara rutin dalam 24 jam bila ada perubahan status klinis pasien
➢ Dapat ditemukan edema dan lesi massa (hematom) di intrakranial, kontusio,
pergeseran struktur midline (efek adanya massa), dan obliterasi dari basal cisterns
➢ Lebih tersedia, hemat biaya, waktu pencitraan lebih cepat, dan lebih mudah
dilakukan dibandingkan MRI
➢ CT juga unggul dalam mengevaluasi tulang dan mendeteksi perdarahan akut
(subarachnoid atau parenkim)
CT SCAN
Pemeriksaan Penunjang
❖ MRI :
➢ Sangat sensitif & akurat dalam DX patologi otak pada pasien TBI
➢ Tidak dianjurkan pada kasus trauma kepala akut → scanning lebih lama
➢ 48-72 jam post cedera → MRI dianggap lebih unggul dari CT. Meskipun CT
lebih baik dalam mendeteksi patologi tulang dan beberapa jenis perdarahan
dini
➢ Kemampuan MRI untuk mendeteksi hematoma meningkat seiring waktu
dengan perubahan komposisi darah
➢ MRI lebih unggul dari CT pada cedera aksonal, area kontusio kecil, dan
kerusakan neuron yang halus
➢ MRI lebih baik dalam pencitraan batang otak, ganglia basal, dan thalami
TATALAKSANA
Mild Traumatic Brain Injury
Initial Management AMPLE history dan pemeriksaan neurologis
Pertimbangkan rujukan
kesadaran menurun