Bryan Jennett
Definisi :
Cidera Kepala (Head Injury)
Physical injuries to the skull, facial fractures or
soft tissue damage to the face or head
“without” neurological consequences
Cidera Otak (Brain Injury)
Physical injuries to the face or head or others
with “neurological” consequences
• Cedera otak primer terjadi segera/ sesaat akibat gaya yang menyebabkan
deformitas jaringan
– Laserasi, contusion, hematom intrakranial
• Cedera otak sekunder : terjadi dalam beberapa menit, jam, hingga hari
akibat komplikasi dari cidera otak primer yang tidak tertangani (misalnya
akibat hipoksia, hipotensi, peningkatan TIK), berupa
– Hematoma intrakranial sekunder
– Edema sereberi
– Herniasi otak
• Penanganan pasien cidera otak difokuskan pada pencegahan cedera otak
sekunder
Cedera Otak Primer Cedera Otak Sekunder
(COP) (COS)
– Hypoglycemia – Vasospasme
– Hyponatremia – Seizures
– Infection
– Hypoxic – Ischemic
Cedera Otak Sekunder
• Diffuse
– Diffuse hipoxic – ischemic damage
– Diffuse brain swelling
• Focal
– Focal hipoxic – ischemic injury
– Focal brain swelling
Komplikasi Cedera Otak
1. Hematoma Intrakranial
• a1→ Epidural Hematoma
• a2 → Subdural Hematoma
• a3 → Subarachnoid Hematoma
• b1 → Intracerebral Hematoma
• b2 →Intraventrikel Hematoma
Komplikasi Cedera Otak
2. Fraktur Kalvaria
• c →Fraktur Impresi
• Fraktur linier
• Fraktur diastasis
• Hematoma epidural
(disebut juga ekstradural)
adalah akumulasi darah di
dalam rongga epidural
– Rongga epidural – antara
duramater dengan tabula
interna kranium
EPIDEMIOLOGI
• EDH terjadi pada 14-35% pasien dengan cedera otak
berat
• Lebih banyak terjadi pada pasien dewasa muda
daripada usia lanjut
– Pada pasien di bawah usia 20 tahun, hematoma
ekstradural terjadi pada sekitar 2/3 dari seluruh
kejadian hematoma intracranial traumatik2
– pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun,
hanya menyusun kurang dari 5% kejadian
hematoma intrakranial traumatik2
• Usia rata-rata penderita EDH adalah 20-30 tahun11
• Pada populasi pediatri, usia rata-rata pasien adalah 6-
10 tahun11
ANATOMI
Skull
Tabula eksterna
Tabula interna
Duramater
Peiosteal
Meningeal
Arachnoid
Piamater
PATOFISIOLOGI
(A x B x C) /2
• A : diameter terpanjang dari
hematoma pada slice CT dengan
area hematoma terbesar (garis
merah)
• B: diameter ketebalan terpanjang
yang tegak lurus dengan A (garis
biru)
• C : perkalian dari jumlah slice yang
terdampak dan ketebalan slice
Tatalaksana
• Manajemen operatif/ non-operatif,
tergantung pada
– Volume EDH
– Ketebalan EDH
– Midline shift
– GCS
Tatalaksana Operatif EDH
• Indikasi pembedahan :
– Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan volume > 30 cc, atau ketebalan
> 15 mm, atau pergeseran midline > 5 mm, atau
– Pasien EDH akut (GCS <9) dan pupil anisokor
• Waktu :
– Pasien EDH akut dengan koma (GCS < 9) dan pupil anisokor dilakukan
cito pembedahan atau evakuasi
• Metode :
– Belum ada data yang cukup untuk mendukung satu metode
pembedahan, craniotomy memberikan kemungkinan evakuasi yang
lebih baik
Wahyuhadi J, Suryaningtyas W, Susilo RI, et al. (2014) Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Tim
Neurotrauma RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
TATALAKSANA NON-OPERATIF
• Pasien EDH dengan volume <30 cc, ketebalan <15 mm,
pergeseran midline <5 mm, GCS>8, yang tidak disertai
tanda fokal neurologis dapat dilakukan manajemen non
operatif yang agresif
– CT Scan kepala evaluasi pada pasien non operatif dilakukan
6-8 jam setelah trauma
– Rawat inap dengan observasi ketat
– Manajemen TIK, medikamentosa, pemberian cairan &
nutrisi adekuat
– Apabila ada tanda perburukan neurologis dapat dilakukan
pemeriksaan CT dan tatalaksana operatif
Wahyuhadi J, Suryaningtyas W, Susilo RI, et al. (2014) Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Tim
Neurotrauma RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Prognosis
• Sebelum era CT scan, mortalitas EDH >30%
• Saat ini, mortalitas pasien EDH pada literatur secara
umum bervariasi antara 0-12%
• Faktor penentu prognosis adalah
– Waktu antara penurunan kesadaran dengan evakuasi
hematoma.
– GCS awal paska resusitasi
– Ada/tidaknya lesi intrakranial lain.
Prinsip Penanganan
“ little can be done about the primary
brain injury, but that a lot can be
done to minimize secondary brain
injury “
• Close observation
• Prompt diagnosis and treatment
Brain injury is ongoing process
Tekanan Intrakranial
Treatment of Primary BI
Prevent of Secondary BI
To Make a Good Metabolism
Prompt Diagnosis and Treatment
Manajemen Awal Pasien Cedera Otak
• Primary Survey
– Airway waspada sumbatan jalan nafas pada pasien COB
– Breathing suplementasi oksigen bila perlu
– Circulation hentikan perdarahan, resusitasi cairan, cegah
hipotensi & shock hipovolemik
– Disability periksa kesadaran, pupil
– Exposure/environmentcari jejas di lokasi lain, curiga
multitrauma
• Secondary Survey
– Complete history taking
– Pemeriksaan tubuh + neurologis lengkap
Secondary Survey
Anamnesa
– Identitas penderita : Nama, Umur, Sex, Suku, Agama,
Pekerjaan, Alamat
– Mekanisma trauma
– Waktu trauma
– Pernah pingsan atau sadar setelah trauma
– Amnesia retrograde atau antegrade
– Keluhan : Nyeri kepala seberapa berat, kejang, vertigo
– Riwayat mabuk, alkohol, narkotika
– Penyakit penyerta : epilepsi, jantung, asma, pernah
trepanasi
Pemeriksaan Fisik Umum
• Dari ujung rambut sampai dengan
ujung kaki
• Perorgan B1 – B6
• Jejas pada kepala
– laserasi scalp, hematoma
subkutan, luka tembus kepala,
fraktur kranium.
• Tanda fraktur basis kranii:
– CSF rhinorea, brill hematoma,
battle sign, dan bloody
otorhoe,
• Tanda patah tulang wajah
– fraktur maxilla (Lefort), fraktur
rima orbita dan fraktur
mandibula
Pemeriksaan Neurologis
• Kesadaran
– Pemeriksaan menggunakan Glasgow Coma Scale:
best eye, verbal, motoric response
– Grading cedera otak berdasarkan GCS pasca
resusitasi
• Ukuran pupil dan refleks cahaya bandingkan
kanan-kiri
– Dilatasi pupil ipsilateral dapat terjadi pada lesi
desak ruang intrakranial
Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan motorik anggota gerak, sensoris dan
autonom bandingkan kanan dan kiri, atas dan
bawah :
GCS < 8
GCS < 13
GCS < 15 dengan lateralisasi
GCS 15 dengan observasi ketat
cidera kepala neurologis progresif menurun
Algoritma
Penderita
Penanganan IRD
Ringan
3. Pemeriksaan radiologis, sesuai indikasi
4. Pemeriksaan radiologis, labolatoris DL + sesuai indikasi
5. Tx. Simtomatik + AB sesuai indikasi
6. Lapor jaga bedah saraf
R. Perawatan
KRS
Tatalaksana Definitif Cedera Otak
• Tatalaksana definitive tergantung pada
– grading (cedera otak ringan/ sedang/berat)
– temuan patologi intrakranial yang mendasari : operatif/non-operatif
• Tatalaksana umum
– Manajemen tekanan intrakranial : Mannitol 20% - Dosis awal 1 gr/KgBB
diberikan dalam 20-30 menit secara drip cepat. Dosis lanjutan diberikan 6 jam
setelah dosis awal. Berikan 0,5 gr/KgBB drip cepat selama 20-30 menit jika
diperlukan.
– Medikamentosa & penanganan komplikasi
• Manajemen kejang
• Analgetik nyeri dapat menyebabkan peningkatan TIK, harus ditangani
• PPI/H2 blocker mengatasi stress ulcer
– Manajemen cairan & nutrisi yang adekuat
CIDERA OTAK RINGAN
• Kriteria pasien cedera kepala • Pasien cedera kepala yang pulang
dapat dipulangkan dengan pesan diberi lembar peringatan. Harap
: segera dibawa ke IRD bila :
• Sadar dan orientasi baik, tidak • Muntah makin sering
pernah pingsan • Nyeri kepala atau vertigo
• Tidak ada gejala neurologis memberat
• Keluhan berkurang, muntah atau • Gelisah atau kesadaran menurun
nyeri kepala hilang • Kejang
• Tak ada fraktur kepala atau basis • Kelumpuhan anggota gerak
kranii
• Ada yang mengawasi di rumah
• Tempat tinggal dalam kota
Wahyuhadi J, Suryaningtyas W, Susilo RI, et al. (2014) Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Tim
Neurotrauma RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Close
Observation
OBSERVATION & MANAGEMENT
OLD WAYS
1. GCS 7. Restlessness
2. Neurologic Sign 8. Seizures
3. Vital Sign : BP, Pulse 9. Urinary
4. Position 10. Skin Care
5. Fluid 11. Drug / Medicine
6. Temperature 12. ICP Monitor
OBSERVATION & MANAGEMENT
NEW WAYS
1 Breathing Ventilation,difussion, distribution,
circulation, BGA, Assisted breathing, Oral
Higiene, upper & lower respiratory tract.
83