CBL 6
Traumatic Brain
Injury
FG 4
Keperawatan Gawat Darurat Kelas C
Anggota Kelompok
● Almaida Fitria 1906400734
● Fairuz Raissa A 1906400482
● May Veillin Wijaya 1906349816
● Nanda Oktaviani 1906349463
● Rezkia Rahmadina 1906292181
● Tiara Pramudita 1906292231
Table of contents
0 Overview 0 Triase
1 Cedera Kepala
2 Cedera Kepala
0 Algoritma
5 Cedera Kepala
0 Asuhan Keperawatan
6 ●
●
Dx Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d. cedera kepala
Dx Hipovolemia
Kasus 6B
Seorang laki-laki berusia 25 tahun diantar ke IGD dengan kondisi penurunan kesadaran setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan
pengendara motor lainnya. Saat berkendara, pasien tidak menggunakan helm. Pasien dilaporkan
sempat muntah dan mengalami kejang.
Hasil pengkajian; frekuensi napas 27x/menit tidak teratur, frekuensi nadi 65x/menit, TD 160/90 mmHg,
akral hangat, CRT <2 detik, GCS E3M5V2, tampak lesi pada temporal kanan. Pasien diketahui tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Hasil pemeriksaan CT Scan tanpa kontras
menunjukkan adanya lesi hiperdens berdensitas darah berbentuk bikonveks pada regio temporal kanan.
0 Overview
1 Definisi, Patofisiologi, Etiologi, dan
Kaitannya dengan kasus Cedera Kepala
Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala yang disebut juga sebagai
cedera otak traumatis atau traumatic
brain injury (TBI) merupakan cedera fisik
pada tengkorak dan struktur
intrakranial dengan luaran yang
berbeda-berbeda, mulai dari tidak
adanya gangguan neurologis (atau
sementara), hingga gangguan fungsi
otak yang permanen.
(Lemone, 2017)
Cedera Otak Primer
Terjadi saat terdapat tekanan fisik di dalam jaringan yang disebabkan oleh
kekuatan tumpul atau penetrasi. Cedera ini dapat dikategorikan ke dalam
cedera fokal atau difus (area).
1. Fokal: cedera yang areanya terbatas dan menyebabkan kerusakan yang
sifatnya lokal.
2. Difus: kerusakan di banyak area otak, awalnya mereka berada pada
tingkat mikroskopis dan tidak terdeteksi oleh CT scan. Namun dengan
MRI, kemampuan untuk mendeteksi kerusakan mikroskopisnya lebih
besar, namun mungkin area ini tidak dapat dicitrakan sampai nekrosis
telah terjadi.
Pencitraan struktural Normal atau abnormal Normal atau abnormal Normal atau abnormal
Loss of Consciousness 0-30 menit >30 menit dan < 24 jam > 24 jam
(LOC)/kehilangan
kesadaran
Amnesia Pasca 0-1 hari >1 dan < 7 hari > 7 hari
Trauma/Post Traumatic
Amnesia (PTA)
Cedera otak sekunder ini mencakup setiap proses yang terjadi setelah cedera
awal dan memperburuk atau secara negatif mempengaruhi hasil pasien.
Cedera sekunder diakibatkan oleh peristiwa fisiologis, vaskular, dan biokimia
yang merupakan perpanjangan dari cedera primer.
Jatuh Tertabrak
Jatuh ini memiliki persentase 47% Persentase 15%, tertabrak ini
(namun lebih tinggi pada meliputi penyerangan,
anak-anak dari usia 0-4 tahun dan kecelakaan pejalan
pada orang dewasa yang berusia kaki/kendaraan, dan cedera
65 tahun ke atas) terkait olahraga
(Lewis et al., 2014; Nutbeam & Boylan, 2013; Tscheschlog & Jauch, 2015)
Pengkajian Primer
Komponen Hasil Pengkajian
Breathing (B) ● Frekuensi napas 27 kali/menit
● Menentukan ada atau tidaknya keefektifan ● Napas tidak teratur
upaya napas dan kelainan pernapasan ● Saturasi oksigen 94%
● Mengkaji pernapasan frontal, frekuensi dan ● Klien akan menggunakan nasal
pola napas, kesimetrisan dada, mencatat kanul
warna kulit, dan integritas dinding dada
(Lewis et al., 2014; Nutbeam & Boylan, 2013; Tscheschlog & Jauch, 2015)
Pengkajian Primer
Komponen Hasil Pengkajian
Disability (D) ● Klien mengalami penurunan
● Mengkaji status neurologis klien, seperti kesadaran
status kesadaran, pupil, fungsi motorik dan ● Tingkat kesadaran delirium
sensorik (GCS 10→ E3M5V2)
● Bisa dilakukan dengan AVPU atau GCS
Exposure and Environmental Control (E) ● Ada lesi pada temporal kanan
● Pengkajian kondisi tubuh klien secara pasien
menyeluruh dengan membuka pakaian klien ● Hasil CT scan tanpa kontras
terlebih dahulu menunjukkan lesi hiperdens
● Mempersiapkan selimut atau pengaturan berdensitas darah berbentuk
suhu ruangan bikonveks
CT direkomendasikan untuk:
● TBI sedang sampai berat (GCS <12)
● TBI ringan yang mengalami sakit kepala atau muntah,
kehilangan kesadaran > 5 menit, defisit neurologis
persisten
● Fraktur tengkorak atau luka tembus
● MRI lebih sensitif terhadap koleksi smear ekstra-aksial, lesi non hemorrhagic,
dan cedera batang otak
Konsep Fisiologis
(Peate, 2019)
0 Algoritma
5
Algoritma Cedera
Kepala Ringan
(Skor GCS 13–15)
Kasus:
● GCS E3M5V2
● CT Scan tanpa kontras
menunjukkan adanya lesi
hiperdens berdensitas
darah berbentuk bikonveks
pada regio temporal kanan.
American College Surgeons. (2018). Advanced
Trauma Life Support (ATLS): Student
Course Manual, (10th ed.). Chicago:
American College Surgeons.
Algoritma Cedera Kepala Berat (Skor GCS 3-8)
American College Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support (ATLS): Student Course Manual, (10th ed.). Chicago: American College Surgeons.
American College Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support (ATLS): Student Course Manual, (10th ed.). Chicago: American College Surgeons.
Terapi Medikasi
American College Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support (ATLS): Student Course Manual, (10th ed.). Chicago: American College Surgeons.
Terapi Medikasi
Mannitol
● Untuk mengurangi peningkatan TIK.
● Pastikan pasien tidak mengalami hipotensi saat ingin diberikan manitol. → dikarenakan, manitol
tidak dapat menurunkan TIK pada pasien dengan hipovolemia dan merupakan diuretik osmotik
kuat. Efek ini selanjutnya dapat memperburuk hipotensi dan iskemia serebral.
● Manitol diberikan pada pasien yang mengalami kerusakan neurologis akut :
- Saat pasien diobservasi, pasien terlihat pupilnya melebar, mengalami hemiparesis, atau
kehilangan kesadaran (koma).
Manitol dapat diberikan 0,25–1 g/kg untuk mengontrol TIK yang meningkat.
Pemberian ini dilakukan secara bolus cepat selama 20-30 menit
American College Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support (ATLS): Student Course Manual, (10th ed.). Chicago: American College Surgeons.
Terapi Medikasi
Hypertonic saline
● Untuk mengurangi peningkatan TIK dengan konsentrasi 3-23,4%.
● Indikasi pemberian hypertonic saline;
- Pada pasien hipotensi karena tidak berefek diuresis
Antikonvulsan
● Terdapat tiga faktor utama yang berkaitan dengan insiden epilepsi yaitu kejang pada minggu
pertama, hematoma intrakranial, dan depresi fraktur tengkorak.
● Antikonvulsan dapat menghambat pemulihan otak, sehingga harus digunakan hanya jika
benar-benar diperlukan.
● Saat ini, fenitoin (Dilantin) dan fosfenitoin (Cerebyx) umumnya digunakan pada fase akut.
Dosis:
● 1 g fenitoin intravena diberikan 50 mg/menit, dilanjutkan 100 mg/8 jam → Valium (Diazepam) atau ativan
(Lorazepam) juga merupakan obat yang sering digunakan selain fenitoin sampai kejang berhenti.
● Kontrol kejang secara terus menerus, karena apabila kejang berkepanjangan (30-60 menit) dapat
menyebabkan kerusakan otak sekunder.
American College Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support (ATLS): Student Course Manual, (10th ed.). Chicago: American College Surgeons.
Asuhan
0 Keperawatan
6 Dx 1 : Risiko Perfusi Jaringan
Serebral Tidak Efektif
Dx 2 : Pola napas tidak efektif
Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Tindakan:
● Pantau suhu dan atur suhu lingkungan, sesuai indikasi.
● Pantau asupan dan haluaran (I&O). Perhatikan turgor kulit dan status membran
mukosa.
● Berikan periode istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi durasi prosedur.
● Amati aktivitas kejang dan lindungi klien dari cedera.
● Tinggikan bagian kepala tempat tidur secara bertahap hingga 20 - 30 derajat,
sesuai toleransi atau indikasi. Hindari fleksi pinggul lebih besar dari 90 derajat.
● Berikan cairan isotonik intravena (IV), seperti NaCl 0,9%, dengan alat kontrol.
● Berikan oksigen tambahan melalui rute yang tepat, seperti ventilator mekanik dan
masker, untuk mempertahankan SaO2 yang sesuai, sesuai indikasi.
● Pantau AGD atau oksimetri nadi.
● Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misalnya:
- Diuretik, seperti mannitol (Osmitrol) dan furosemide (Lasix)
- Barbiturat, seperti pentobarbital
- Steroid, seperti deksametason (Dekadron) dan metilprednisolon (Medrol)
- Antikonvulsan, seperti fenitoin (Dilantin)
- Analgesik dan obat penenang, seperti lorazepam (Ativan), benzodiazepin, dan
propofol
- Antipiretik, seperti acetaminophen (Tylenol)
● Persiapan intervensi bedah, seperti kraniotomi atau pemasangan drain ventrikel
atau monitor tekanan ICP, jika diindikasikan, dan pindahkan ke perawatan yang
lebih tinggi.
Intervensi (SIKI)