Anda di halaman 1dari 117

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN TRAUMA KEPALA

Oleh :
Ainur Rusdi, S Kep Ns.
Subbahasan / materi
• Definisi
• Penyebab
• Tanda dan gejala
• Penilaian trauma kepala
• Penatalaksanaan trauma kepala
• Komplikasi trauma kepala
• Ganggaun Kesadaran
• Asuhan Keperawatan Trauma kepala
Pendahuluan
• Trauma kepala suatu keadaan Gawat
darurat
• Harus segera ditangani
• Secara klinis akibat dari trauam kepala
komosio cerebri dan kontosio cerebri
• Pada trauma berat GCS kurang dari 8
sering kali memerlukan bantuan nafas
• Menilai kesadaran dapat menggunakan
AVPU dan GCS
Pendahuluan
• Trauma kepala menyebabakan Mortalitas
dan morbiditas tinggi
- mortality rate 14 – 30 per 100.000/th
- 70 % meninggal dunia
- 10 – 40 % spinal cord injury
• Pada usia produktif rata – rata 15 -25 th.
• Memerlukan Dx dan Tx cepat tepat
• Proses Rehabitasi lama
• Memerlukan biaya mahal
Definisi

Cedera kepala adalah suatu traumatik


yang dapat merubah kemampuan otak
dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan
pekerjaan.

Suatu traumatik yang dapat menimbulkan


perubahan – perubahan fungsi otak
Penyebab trauma kepala

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Akibat kecelakaan olah raga

3. Perkelahian
Trauma kepala

• CEDERA • AKIBATNYA
• Kulit kepala • Perdarahan
• Tulang kepala • Fraktur & perdarahan
• Otak • Kontusio, perdarahan,
edema, TIK naik
• CSF (cairan otak) • Kebocoran (fr basis
• Suplai aliran darah cranii)
• Ischemia (karena shock
atau TIK naik)
Penyebab dapat diklasifikasi cedera
berdasarkan :
1. Mekanisme : berdasarakan penetrasi durameter
- trauma tumpul dan trauma tembus
2. Keparahan cedera :
- COR : GCS 12 - 15
- COS : GCS 9 - 12
- COB : GCS 3 – 8
3. Morfologi :
- fraktur tengkorak :
kranium : linier, depresi, terbuka & tertutup
basis : kebocoran CSS / tanpa kebocoran
- lesi intrakranial : fokal dan difus
Anatomi

10% LCS

5% Blood
Perdarahan kulit kepala

Cardiac output 5000 cc/min


Cerebral Bloof Flow 15% CO

Aliran darah ke otak =


2 art carotis interna
= 750 cc/min
Aliran darah ke kulit kepala
sama banyaknya
= 750 cc/min

Kulit kepala robek satu sisi


= 375 cc/min
13
Pelindung Otak

a. Kulit kepala
b. Tulang tengkorak

c. Meningen (selaput otak)


- Piameter
- Arakhnoid
- Duramater

d. Cairan Cerrebrospinalis
Dilindungi oleh:
1. Tulang kranium,
2. Selaput otak
(meningen):
duramater,
arachnoid,
piamater
3. LCS
OTAK BESAR

• Berat: 2% dari BB kita • Sumber tenaga : glukosa


• Butuh 20% darah • Bila O2 cukup, glikolisis
dipompa dari CO aerobik menghasilkan 36
• ADO 50 ml/ 100 gram molekul ATP dari 1
otak/ menit molekul glukosa
• Konsumsi: O2 ± 45 ml • Bila iskemia, metab
/ menit atau 20% olisme anaerobik
• O2 yang dikonsumsi menghasilkan 2 molekul
tubuh ATP + 1 asam laktat
OTAK BESAR
• ATP dibutuhkan otak untuk memelihara
integritas sel, menjaga stabilitas ion, terutama
ion kalium intraseluler serta ion natrium dan
kalsium ekstraseluler.

• Otak tidak mempunyai kemampuan untuk


menyimpan tenaga  butuh pasokan darah
yang mengandung O2 dan glukosa yang cukup,
konstan & terus-menerus

• Dalam hal ini otak memiliki mekanisme


autoregulasi untuk menjamin stabilitas posokan
tersebut
Fungsi CSS
1. Sebagai alas / bantalan dari struktur
neuron.
2. Sebagai transportasi nutrisi dan produk sisa
metabolisme.

• Cairan Cerebrospinal (CSS) diproduksi ± 0,5 ml /


menit volume keseluruhan ± 150 ml

• Pada keadaan normal produksi dan absorbsi


seimbang  obstruksi  kenaikan tekanan dan
dilatasi ventrikel

• 7 cairan N : 5 – 15 mmHg
Patofisiologi Cedera Otak
CIDERA KEPALA

Normal
CIDERA OTAK
PRIMER Tx adequad

INTRACRANIAL SYSTEMIC
SECONDARY INSULT SECONDARY INSULT

CIDERA OTAK
SEKUNDER

• ICP, CPP
•ISKEMIK-HIPOKSIK
•Kerusakan sel

•MORTALITAS
•MORBIDITAS
Perdarahan kulit kepala
Mengenai tulang tengkorak
Bentuk fraktur yang memerlukan perhatian
dan penanganan intensive adalah :
1. Fraktur linier :
- bentuk garis lurus
- berbahaya bila pada temporal karena
dibawah ada arteri meningea media
dapat menimbulkan perdarahan
epidural.
2. Fraktur Mastoid
Hematom belakang telinga (battle sign)
Menyebabkan meningitis kemudian hari
3. Fraktur Impresi
Bentuk fraktur yang menyebabkan
rulang tengkorak masuk kedalam.
Bila tulang yang masuk kedalam
melebihi setengah tebal tulang akan
dapat menyebabkan epilepsi post
traumatika, meningitis & kelumpuhan.
4. Fraktur basis cranii
basis cranii anterior
basis cranii media
basis cranii posterior
5. Fraktur Diastase
fraktur terjadi pada sutura sehingga
terjadi pemisahan sutura kranial.
sering terjadi pada anak dibawah 3 th.

6. Fraktur comminuted
fraktur dengan dua atau lebih dari
fragmen fraktur
Contusio cerebri, perdarahan, edema  TIK naik

Klinis :
GCS < 8
Pupil anisocor / asimetris, refleks cahaya lambat
Hemiplegia
Derajat Cedera Kepala
• Severe ( berat ) GCS kurang dari 8

• Moderate (sedang) GCS 9 – 12

• Minor ( ringan ) GCS 13 – 15


Cedera Otak
 Kerusakan Primer
Kerusakan otak pada saat trauma
Menyebabkan kerusakan fokal maupun difus
Kerusakan fokal berupa :
- komosio serebri
- kontusio serebri ( coup – kontra cuop )
- laserasi
- ICH
 Kerusakan Secunder

- Kerusakan otak yang timbul sebagai


komplikasi dari kerusakan primer
- Hypoksia
- Iskemia
Klasifikasi berdasarkan
KERUSAKAN OTAK

1. Komosio Cerebri (gegar otak)

2. Kontusio Cerebri (memar otak)

3. Laserasio Cerebri
1. Komosio serebri
 Geger otak
 Bentuk ringan cedera otak
 Gangguan fungsi neorologik ringan
tanpa adanya kerusakan struktur otak
 Hilang kesadaran kurang dari 15 menit
 Tanpa amnesia retrogret
 Tanpa mual dan muntah
 Tanpa nyeri kepala
2. Kontusio Cerebri
 Memar otak
 Gangguan fungsi neurologik
 Adanya kerusakan jaringan otak tetapi
kontinuitas otak masih utuh
 Hilangnya kesadaran lebih dari 15 menit
 Pasien dpt bicara tetapi tdk tau apa yg
diucapkan, kesadaran turun – coma
 Terdapat Amnesia retrograd
 Gejala tergantung lokasi dan derajat
3. Laserasio Serebri

 Gangguan fungsi neurologik


 Robeknya piameter
 Perdarahan subaeachnoid
 Kerusakan otak berat
 Adanya fraktur tengkorak berat – terbuka
 Massa otak terkelupas keluar dari rongga
intrakranial
1. Cedera kepala ringan (komosio)
GCS 14 – 15
Sadar penuh
tidak ada kehilangan kesadaran
Pasien dapat mengeluh nyeri kepala &
pusing
2. Cedera kepala sedang (kontusio)
GCS 9 – 13
amnesia pasca trauma
muntah
kejang
3. Cedera kepala berat
GCS 3 – 8
penurunan derajat kesadaran
secara progresif
coma
adanya tanda neorologis vocal
caedera kepala penetrasi atau
fraktur depresi crainium
Jenis perdarahan cedera kepala
1. EDH
2. SDH
3. ICH
4. IVH
5. SAH
Macam – macam perdarahan
1. Epidural Hematoma ( EDH )
- Penumpukan darah diantara
durameter dan tabula interna
- Sering terjadi pd daerah temporal & fro.
- Sumber perdarahan dari cabang arteri
meningea, kadang dari vena
- Perdarahan vena bentuk bikonveks
- EDH jarang terjadi pd usia diatas 60 th.
Perdarahan akut epidural
tanda klasik

• Pada kejadian trauma tidak sadar sebentar


 lalu sadar baik (interval bebas, lucid interval)
 lalu kesadaran cepat memburuk
• Perubahan pupil pada sisi perdarahan
– asimetris, lebih besar
– refleks cahaya turun / (-)
• Lumpuh tangan + kaki pada sisi yang lain
2. Subdural Hematoma ( SDH )
- Penumpukan darah diantara
durameter dan arachoid.
- SDH lebih sering ditemukan dari EDH
- Mortalitas 60 – 70 %
- Akibat laserasi arteri / vena kortikal
- Akut terjadi 3 hari setelah cedera
- Kronis terjadi 3 minggu setelah cedera
- Penurunan kesaaran, pupil anisokor
- Defisit neorologis & gangg motorik
3. Intracerebral Hematoma ( ICH )

- Akumulasi darah > 25 ml pada otak


antara arachnoid dan piameter
- Akibat fraktur impresi, cedera
penetrasi peluru, gerakan aselerasi –
deselerasi secara tiba - tiba
- Penyimpangan neorologi dapat
dilakukan pembedahan
Perdarahan akut
Epidural dan Subdural
(perlu pembedahan)

• Sangat membahayakan jiwa


• Segera diagnosis
• Segera dekompresi
(burr-hole)
4. Sub arachnoid Hemotoma

• Robeknya pembuluh darah dipermukaan


otak, terjadi pada trauma kepala berat
• Perdarahan pada rongga sub arachnoid
• Adanya dilatasi pupil dan kaku kuduk
Menilai tingkat kesadaran
1. Secara cepat : AVPU
2. Secara lambat : GCS

A = Alert : sadar penuh


V = Verbal : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain : ada reaksi terhadap nyeri
U =Unersponsiv : tidak ada reaksi
Rangsangan Nyeri
Glasgow Coma Score

• Menilai derajat cedera kepala


• Evaluasi GCS berkala sangat bermanfaat untuk
meramal prognosis
• Score total maksimal 15
– Eye (4), Verbal (5), Motoric Respon (6)
– Mata bengkak E = x
– Intubasi V = x
– Paraplegia M = x (coba sisi terkuat)
– * Dapat bervariasi antar pemeriksa
• Lengkapi dengan respons pasien
Glasgow Coma Score

Eye opening (buka mata)

Open spontaneously 4 • Buka mata spontan


Open to command 3 • Buka mata
diperintah
Open to pain 2 • Buka mata krn
nyeri
None 1 Tidak buka meski
dirangsang nyeri
E =…... V =… M = ……..
Respons pupil

• Ukuran
– …. Mm

• Respons cahaya
– ada / tidak
– cepat / lambat

• Simetri
– isocor / an-isocor
(lebih besar satu sisi)
Respons pupil
• Hipoksia berat
• Hipotermia

• Kejang

Pupil bilateral jadi fixed, dilatasi,


tak ada refleks cahaya

Pupil midriasis bukan alasan untuk


tidak melakukan resusitasi
Respons pupil

• Hematoma epidural
- pada sisi pupil yang dilatasi
• Herniasi tentorial
• Kejang

Pupil dilatasi satu sisi,


tak ada refleks cahaya
Glasgow Coma Score
Best verbal response (bicara)

Oriented 5 • Orientasi baik


Confused 4 • Bingung
Inappropriate words 3 • Bicara tak tepat
Inappropriate sounds 2 • Suara tak jelas
None 1 • Diam
Glasgow Coma Score
Best motor response (gerak ekstremitas)

Obeys command 6 • Menurut perintah


Localises to pain 5 • Menunjuk tempat nyeri
Withdraws to pain 4 • Menarik menjauhi nyeri
Abnormal flexion 3 • Fleksi abnormal thd nyeri
Extensor response 2 • Ekstensi thd nyeri
None 1 • Tak ada gerakan
Berapa Motoriknya ? GCS=?
Catatan penting untuk GCS

• GCS diukur jika pasien


– tidak dibawah efek sedatif, pelumpuh otot,
narkotik, alkohol
– tidak hipotermia, shock / hipotensi, hipoksia

• Bedakan tidak bicara / tidak ada kontak


karena
– tidak sadar (general dysfunction) atau
– aphasia (local dysfunction)
Konsep Penanganan
Trauma Kepala

• Mencegah kerusakan skunder

• Pengendalian TIK

• Evakuasi perdarahan
Penanganan Trauma Kepala

AIRWAY • Atasi hipoksia


BREATHING • Atasi hipoventilasi
CIRCULATION • Atasi shock
BRAIN / Disability • Cegah TIK naik

CEGAH CEDERA SEKUNDER


Emergency Management

A. Airway
B. Breathing
C. Circulation
D. Initial Neurological Assessment
E. Evaluasi Laboratorium
F. CT Scan.
A. Airway
1. Segera bebaskan jalan nafas. Nafas spontan ? RR ?
Pola ? Sumbatan? Derajat kesadaran ?
2. GCS<8 lakukan intubasi (terutama pada anak).
3. Pada pasien trauma, hindari manipulasi leher (potensi
trauma C-spine).
4. Intubasi HARUS secara HATI-HATI.

(Winchell LJ, Hoyt DB . Arch Surg 1997 ;132 : 592 – 597)


Head tilt Chin life

Jaw trust
INTUBASI ENDOTRACHEA

•Pasien terlentang
(Bila dimungkinkan ditidurkan dengan
obat pelumpuh otot yang sesuai)
B. Breathing
1. Hindari hiperkapnea (vasodilator kuat).
2. Oksigenasi adekuat. Berikan O2 sementara
dilakukan evaluasi inisial lainnya.
Saturasi O2 < 90% merupakan prediktor buruknya
outcome. (Class II)
3. Monitor CO2

Stocchetti N, Furlan A, Volta F: J Trauma 40: 764-767, 1996.


Apa nama alat ini

Berapa Flow & FiO2


C. Circulation
1.Usahakan kardiak output dan TD adekuat (TDS
100 – 160 mmHg, CPP >70 mmHg).
2.Pastikan blood volume sirkulasi adekuat. Hindari
pemberikan cairan hipotonik. Berikan NS atau RL

The injured brain is extremely intolerant of further


insult such as hypoxia, poor perfusion due to
inadequate volume replacement or hypercapnia.

TDS < 90 mmHg* merupakan prediktor independen


terhadap buruknya outcome. (Class II)
Komosio Cerebri
• Kesadaran menurun < 15 menit
• Pasien sadar
• Tidak terdapat amnesia retrograd
• Tidak ada gejala neorologis

Penatalaksanaan
 MRS dan Observasi
 Pemeriksaan Neorologis : GCS
 Therapi simtomatis
 Mobilisasi bertahap hari ke dua
 KRS / dipulangkan < 1 minggu
Kontusio serebri
• Kesadaran munurun > 15 menit
• Pasien dapat bicara, tapi sadar apa yg dibicarakan,
gelisa, kesdaran terganggu
• Terdapat amnesia retrograd dan amnesia
Post traumatika
• Bila amnesia post traumatika < 7 hari 90 %
normal kembali
• Bila > 28 hari 10 % normal kembali
• Terdapat gangguan neorologis, gangguan saraf
kranial ( hemiparese )
• CT scan : perdarahan kecil
Penatalaksanaan
• Therapi Umum : 5 B
• Therapi spesifik :
- Monitol : mengurangi odem otak
- Kortikosteroid : mengurangi pembent.
radikal bebas
- Nimodipin : mencegah influk kalsium
Pemeriksaan Trauma kepala
• Pemeriksaan Umum
Dari ujung rambut sampai ujung kaki
Per sistim organ B1 – B6
• Pemeriksaan Neorologis
• GCS
• Saraf kranial
pupil besar / kecil, refleknya, kanan-kiri
motoris – sensoris kanan – kiri
E = …... V = …… M = ……..
Waspadalah menghitung GCS pada kasus sulit
Indikasi Radiologi
• Photo kepala AP / Lat
- jejas dikepala diameter > 5 cm
- luka tusuk, clurit, tombak, corpus alenium
- fraktur terbuka
- deformitas kepala
• Serfikal lateral
- jejas dileher - pasien tidak sadar
- nyeri dileher - gejala neorologi spinal
- mekanisme trauma jatuh dari ketinggian
Indikasi ST scan
 Nyeri kepala, muntah menetap
 Kejang
 Luka tusuk atau tembak, corpus alenium
 GCS kurang dari 15
 Penurunan GCS > dari 1 poin
 Lateralisasi ( anisocor, hemiparese )
 Bradicardia dengan gejala lain siatas
 Cedera kepala dengan multple organ
 Indakasi sosial
Prioritas Perawatan

• Pengendalian Perfusi Otak ( CPP )


• Mencegah Komplikasi
• Monitoring / mencegah TIK miningkat
• Mengembalikan ke fungsi normal
FISIOLOGI

ALIRAN DARAH OTAK MENENTUKAN PERFUSI OTAK

CEREBRAL PERFUSION PRESSURE

Rumus : CPP = MAP – ICP

CPP NORMAL = 60-70 mmHg

CRITICAL CPP
- CPP turun sampai 50mmHg Cerebral iskemia
Bila turun lagi sampai < 40mmHg Iskemia berat yang bisa
irreversibel / reversibel
< 20mmHg Kerusakan neuron
yang irreversibel
TINDAKAN KEPERAWATAN
Observasi penderita cedera otak
Untuk menjaga perfusi otak
MAP
2D + 1S
Rumus : MAP =
3

Bila ada cedera kepala CPP = …..???


Perhitungan : CPP = MAP – ICP
Cedera kepala ICP
N = 10 – 15 mmHg
ICP meningkat = >15 mmHg (± 20 mmHg)
Mis MAP 73 mmHg :
CPP = 73 – 20 mmHg
= 53 mmHg
Sehingga penderita ini CPP TURUN
CPP mormal = 60-70 mmHg
Pengkajian keperawatan
I. Anamnesa
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Keluan utama

II. Pemeriksaan fisik


Sistim B1 s/d B 6

III. Pemeriksaan penunjang


B1 Sistim pernafasan
• Kerusakan neurologi dapat menimbulkan
masalah pada beberapa tingkat.
• Trauma cerebral yang mengubah tingkat
kesadaran menimbulkan hipoventilasi
alveolar karena napas dangkal
• Disfungsi intrakranial menyebabkan
perubahan pola pernapasan.
• Hipoventilasi ini mengakibatkan laju
mortalitas yang tinggi.
Yang perlu dikaji :

1. Prekwensi nafas, pola nafas, penggunaan alat


bantu nafas, BVM atau VM
2. Suara napas: vesikuler,bronkial bronkovesikuler
3. Adanya perubahan pola pernapasan:
cheyne-stokes, cluster, kusmaul dan apnea
4. Hipo / hiperventilasi
5. Suara napas tambahan:
wheezing,gurgling,ronchi,Crackles
6. Pengembangan dada: simetris, asimetris
5. Hasil pemeriksaan gas darah, SaO2
B2 Sistim cardiovaskuler

 Hampir semua pasien cidera otak berat


mempunyai masalah untuk mempertahankan
status hidrasi yang seimbang.
 Pada kondisi stres fisiologis makin banyak
hormon
antidiuretik (ADH)dan makin banyak aldosteron
diproduksi yg menyebabkan retensi air &
natrium.
 Hipotensi akan menurunkan cerebral perfusi
presure (CPP) sehingga dapat menyebabkan
iskemik jaringan otak
 CPP = MAP - TIK (CPP normal 60 – 100mmHg)
Yang perlu dikaji :

☻ Suhu, tekanan darah,nadi dan Mean


Arterial Presure (MAP)
☻ Perfusi Perifer
☻ Capilary Refil Time (CRT): normal <2 det
☻ Adanya perdarahan pada hidung, telinga
dan luka operasi
☻ Produksi drain paska operasi,
jumlah dan warnanya .
☻ Irama jantung, bunyi jantung
Masalah keperawatan

 Gangguan perfusi jaringan cerebral


 Hipertermi
 Resiko ketidakseimbangan volume
cairancsc
B3 Sistim neurologis

 Penilaian status neurologis berdasarkan


tingkat kesadaran, kekuatan otot,
lateralisasi, pupil.
 Menilai tingkat kesadaran menggunakan
Glascow Coma Scale ( GCS )
 GCS mempunyai nilai prognostik dan
juga sebagai indikator perubahan intra
kranial bila dilakukan penilaian secara
berkala.
Yang perlu dikaji
 Glasgow Coma Scale (GCS)
 Reaksi pupil terhadap cahaya
 Perubahan pupil : isokor / anisokor,
medriasis / miosis
 Kejang
 Nyeri kepala
 Hasil CT Scan
 Tekanan intrakranial
Masalah keperawatan

 Gangguan perfusi cerebral

 Perubahan proses pikir

 Resiko cidera.
Masalah keperawatan yang muncul

 Perubahan pola napas

 Gangguan pertukaran gas

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas


Penyebab naiknya ICP / TIK

• Trauma kepala  edema otak  ICP / TIK


naik
• Batuk, mengejan, semua peningkatan tekanan
intra thorax atau intra abdomen
• Obat anestesia halothan, ketamin, morfin
• Hipoksia, hiperkarbia
• Baring kepala lebih rendah (Trendelenburg)
• Muntah  ICP tinggi
Contusio cerebri, perdarahan, edema  TIK naik

Klinis :
GCS < 8
Pupil anisocor / asimetris, refleks cahaya lambat
Hemiplegia
Ada fraktura ?

Ada perdarahan ?

Ada edema otak ?

Ada midline shift ?


Perubahan Haemodinamik
• Perdarahan kulit kepala dapat menyebkan
shock terutama pada anak
• CO 5000 cc / menit
• CBF 15 % dari CO
• Aliran darah ke otak 2 arteri ( 750 cc)
• Kulit kepala robek 1 sisi = 375 cc
• Cedera kepala berat haemodinamik
terganggu
Perdarahan kulit kepala
Patofisiologi
• Primery Injury ( Cedera Primer )
- Kelainan patologi akibat cedera
langsung dari trauma
terjadi saat trauma
- Tidak bisa dihindari
Akselerasi atau deselerasi
Contosio Cerebri
Luka tembus otak
Scondary Injur (Cedera sekunder)

• Terjadi setelah trauma


• Karena Hypotensi ( shock )
• Karena Hypertensi
• Hypoksia
• Radikal bebas
• Dapat dicegah
Penatalaksanaan
• Airway = C spain Control
Oropharing
Intubasi
• Breathing = Adakah tension pneumotorak
Oksigen 100 %, SpO2 > 95
RR 16 – 20x/m, TV 6 – 8 cc/kg
hindari PaO2 < 25
vosokontriksi iskemia
Sirkulasi
• Atasi hypovolumi iskemia
• Pemberian cairan Koloid / kristaloid
• Hindari cairan glokose eksaserbasi
• Awasi hypertensi odem otak
• Elevasi kepala 30 derajat
• Nutrisi berikan hari ke 2 perawatan
• Cedara kepala hyoermetabolik-katabolik
Indikasi Operasi - Trepanasi

• Cedera otk tertutp,pertimbangkan operasi


dengan gejala klinis :
- Tanda – tanda herniasi
- Deteriorsi Neorologis Progesif
- Gejala penekanan batang otak
-
Komplikasi Trauma Kepala
• Epilepsi traumatika
open head injury 48 %
close head injury 16 %
• Meningitis
ada hubungan dgn dunia luar
( adanya rinore & otore )
• Abses Otak
• Hidrospalus
• Dimensia pasca trauma
Diagnosa keperawatan
• Perubahan perfusi jaringan cerebral
• Ketidak efektivan bersihan jalan nafas
• Pola nafas tidak efektif
• Resiko tinggi perubahan Nutrisi
• Perubahan persebsi sensori
• Resiko tinggi infeksi
• Perubahan prose berfikir
• Kerusakan mobilitas fisik
Tindakan pada trauma kepala
• BURR HOLE
membuat lubang tulang kepala < 2 cm. di rongga
epidural / subdural untuk evakuasi hematoma.
 KRANIEKTOMI
setelah operasi flap tulang tidak dikembalikan
• KRANIOPLASTI
penggantian tulang kepala dgn akrilik
 LAMINEKTOMI
Pembedahan spinal dgn membuang sebagian
lamina vetebra mencegah herniasi
Manitol
• Menurunkan viskositas darah dengan
menurunkan hematokrit  CVR menurun 
meningkatkan CBF, vasokonstriksi
arteriolar dengan cepat  menurunkan
CBV.
• Menurunkan jumlah cairan pada jaringan
yang tidak rusak sehingga memberi tempat
untuk jaringan yang mengalami edema.
• Pemberian secara cepat lebih efektif.
Manitol
• Dosis 0.25 – 1 gr/kgBB dan dapat diulangi 2 – 6
jam kemudian untuk mempertahankan osmolaritas
310 - 320 mOsm/L.
• Tidak ada bukti dosis besar bekerja lebih efektif.
• Efek osmotik diuresis manitol akan berlangsung
selama 90 menit – 6 jam. Pemberian manitol
jangka lama akan menyebabkan dehidrasi
intravascular, hipotensi dan azotemia prerenal.
• Manitol akan menyebabkan terbukanya BBB 
manitol akan masuk kedalam jaringan otak (pada
th/ jangka lama dan infus kontinyu)  Osmolaritas
otak meningkat  ICP meningkat.
Mahasiswa S1 Keperawatan Nederland

Matur suwun

Anda mungkin juga menyukai