Disusun oleh:
Anindya Prima Ardhani
Widia Inata
Eiska Rohmania Zein
Rulisiana Widodo
Dwi Prasetyaning Tyas
Rizki Fortuna Putri
(G41130222)
(G41130241)
(G41130265)
(G41130278)
(G41130279)
(G41130285)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan
Makalah KKPMT 3 dengan judul Pembahasan ICD 10 Bab VIII Kode H60-H95 sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih atas segala doa, dukungan dan
bimbingan :
1. Dosen pembimbing KKPMT
2. Teman-teman.
Meskipun kami telah berusaha segenap kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang
bernilai positif akan kami terima dengan kelapangan hati untuk memperbaiki makalah kami
selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan nilai tambah
bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................iv
1.1
Latar Belakang.......................................................................................iv
1.2
1.3
Rumusan
Masalah...................................................................................v
BAB II
PEMBAHASAN.
2.1 Anatomi Fisiologi Telinga.........................................................................7
2.2 H60-H62 Disease Of External Ear..........................................................10
2.2 H65-H75 Disease Of Middle Ear and Mastoid......................................50
2.3 H80-H83 Disease Of Inner Ear............................................................100
2.4 H90-H95 Other Disorders Of Ear.........................................................140
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan..........................................................................................180
3.2
Saran...................................................................................................180
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... ..
....181
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mempelajari mata kuliah KKPMT pada jurusan Kesehatan Program Studi Rekam
Medik sangatlah penting karena mata kuliah ini adalah ilmu yang mempelajari
tentang anatomi fisiologi
kesehatan lebih khusus subjeknya adalah manusia. Selain itu di mata kuliah ini kita
juga mempelajari pengklasifikasian penyakit berdasarkan kode kode terkait yang
telah ditentukan oleh ICD-10 yang merupakan buku panduaan penglasifikasian
internasional yang telah banyak dan umum di gunakan oleh seluruh perekam medis
dunia termasuk indonesia
Salah satu hal yang terpenting dalam beberapa sistem yang di pelajari di mata
kuliah ini adalah sistem panca indera khususnya telinga dan mastoid. Maka begitu
penting untuk kita mengetahui apa saja penyakit yang terkait dengan masalah
kesehatan telinga dan mastoid melalui pendalaman patofisiologi agar kita bisa lebih
mengerti, mampu mencegah, melakukan pola hidup yang baik dan menerapkan nya
kepada orang lain. Karena kesehata adalah pilar utama kehidupan kita bukan hanya
sekarang tapi nanti dan selamanya.
2.
Mengetahui penyakit penyakit apa saja terkait dengan telinga dan mastoid
menurut pengklasifikasian dari ICD-10 Bab VIII Kode H60-H95
3.
Memahami dan mengerti patofisiologi masing masing penyakit pada blok tersebut
sehinnga bisa mengCoding dengan baik
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Telinga
Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu
mendeteksi sebagai stimulus bunyi. Indera pendengaran sangat penting dalam
percakapan dan komunikasi sehari-hari. Organ yang berperan dalam indera
pendengaran adalah telinga.
STRUKTUR TELINGA:
Aurikel (daun telinga)
Terdiri dari tulang rawan dan kulit
Terdapat konkha, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobulus
Fungsi utama aurikel adalah untuk menangkap gelombang suara dan
mengarahkannya ke dalam MAE
Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar)
Panjang + 2, 5 cm, berbentuk huruf S
1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat kelenjar
masuk.
MAE ini
juga
berfungsi
sebagai
buffer
terhadap
perubahan
Terdapat bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa dan umbo.
Reflek cahaya ke arah kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan
Dibagi 4 kwadran ; atas depan, atas belakang, bawah depan dan
bawah belakang
Berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang
pendengaran
Tulang-tulang Pendengaran
Terdiri dari Maleus, Incus dan Stapes
Merupaka tulang terkecil pada tubuh manusia.
Brfungsi menurunkan amplitudo getaran yang diterima dari membran
tympani dan meneruskannya kjendela oval
Cavum Tympani
Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang Mastoid,
sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi
mastoiditis
Tuba Eustachius
Bermula dari ruang tympani ke arah bawah sampai nasofaring
Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring
Tuba dapat tertutup pada kondisi peningkatan tekanan secara
mendadak.
Tuba ini terbuka saat menelan dan bersin
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar tubuh
BAGIAN TELINGA :
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna / aurikula) dan saluran
telinga luar (meatus auditorius eksternus). Daun telinga terletak di dua sisi
kepala setinggi mata. Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil
yang di lapisi oleh kulit sehingga menjadi tinggi keras dan lentur. Daun telinga
di
persarafi
oleh
saraf
fasialis.
Fungsi
dari
daun
telinga
adalah
timpani
menghantarkan
adalah
fibrilasi
melindungi
suara
dari
organ
telinga
telinga
luar
tengah
ke
dan
tulang
Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian
petrosus tulang temporal. Rongga tersebut di lalui oleh tiga tulang kecil
yaitu meleus, inkus, dan stapes yang membentang dari membran timpani
keforamen ovale. Sesuai dengan namanya tulang meleus bentuknya seperti
palu dan menempel pada membran timpani. Tulang inkus mehubungkan
meleus dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval di pintu
masuk telinga dalam.
Tulang stapes
di
sokong
oleh otot
stapedius yang
berperan
cairan
serebrospinalis
yang
di
sebut
kanalis
semisirkularis.
Saluran
semisirkularis
pesan
keseimbangan.
didalamnya
ke
Koklea
terdapat
otak
sehingga
berbentuk
duktus
terjadi
seperti
koklearis
proses
rumah
siput,
yang
berisi
dihantarkan
ke
nukleus
koklearis,
thalamus
kemudian
korteks
haemophylus
influenza,
escherecia
coli,
streptococcus
Otitis externa
H60.0
H60.1
H60.2
H60.3
H60.4
H60.5
H60.8
H60.9
H61
H61.0
H61.1
H61.2
Impacted cerumen
Wax in ear
H61.3
H61.8
H61.9
H62*
H62.0*
H62.1*
H62.2*
H62.3*
H62.4*
H62.8*
Pengertian
Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada saluran pendengaran
bagian luar (CAE), daun telinga, atau keduanya. Penyakit ini merupakan penyakit
umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok umur. Otitis eksterna ( OE )
biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit saluran telinga (paling sering
disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat
disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau infeksi jamur.
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang
telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan
lokal otitis eksterna. Otitis eksterna di fusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen
yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau
jamur.
Otitis Eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
infeksi jamur, bakteri, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar
adalah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH
menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear adalah
radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar
menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tandatanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga,
dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi
membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang
telinga.
ANATOMI
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastis dengan kulit di atasnya terpasang
langsung ke perichondrium tersebut. Ini mulai terbentuk selama minggu 6 kehamilan
melalui konsolidasi bagian dari mesoderm dari lengkungan branchial pertama dan
kedua, sehingga menimbulkan hillocks Nya. Tiga pertama hillocks berasal dari
lengkung pertama, kedua tiga dari lengkungan kedua. Daun telinga mencapai bentuk
dewasa pada minggu 20 kehamilan, tetapi ukuran dewasa tidak tercapai sampai usia
9 tahun.
EAC mulai terbentuk selama minggu 8 dari kehamilan, ketika ektoderm permukaan
faring alur pertama mengental dan tumbuh ke arah telinga tengah. Ini inti dari
jaringan mulai mengisap pada minggu 21 kehamilan untuk membentuk saluran yang
lengkap pada minggu 28. Kanal mencapai ukuran dewasa pada usia 9 tahun dan
mengeras sepenuhnya oleh usia 3 tahun. EAC berhubungan dengan fossa
mandibula anterior, sel-sel udara mastoid posterior, fossa kranial tengah superior,
dan kelenjar parotid inferior.
EAC dilapisi dengan epitel skuamosa dan panjang sekitar 2,5 cm pada orang
dewasa. Fungsinya adalah untuk mengirimkan suara ke telinga tengah sekaligus
melindungi struktur yang lebih proksimal dari benda asing dan setiap perubahan
kondisi lingkungan. Luar sepertiga dari kanal terutama tulang rawan dan berorientasi
superior dan posterior; batin dua pertiga dari kanal yang tulang, ditutupi dengan kulit
tipis yang melekat erat, dan berorientasi inferior dan anterior; ini bagian dari kanal
adalah tanpa kelenjar apokrin atau folikel rambut.
Semakin tebal kulit di atas bagian luar (tulang rawan) sebagian dari EAC
mengandung unit apopilosebaceous terdiri apokrin dan ekrin kelenjar yang
mengeluarkan produk mereka di sekitar pangkal folikel rambut. Sekresi ini
menggabungkan dengan epitel skuamosa yang terkelupas (cerumen) untuk melapisi
EAC dan mempertahankan pH asam (4-5). Mantel cerumen ini bermigrasi dari tanah
genting dari EAC ke bagian lateral, dan alam lilin yang melindungi epitel yang
mendasari dari maserasi atau kerusakan kulit. Jumlah cerumen yang dihasilkan
bervariasi antara individu.
Keasaman cerumen yang menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur. Sedangkan
kekurangan cerumen memungkinkan pertumbuhan bakteri, kelebihan dapat
menciptakan lingkungan ideal untuk invasi bakteri dengan memungkinkan retensi air
dan puing-puing (seperti ketika EAC secara teratur terkena air). Trauma lokal dari
benda asing yang ditempatkan di telinga juga dapat menyebabkan invasi bakteri
langsung di liang telinga. Setelah infeksi menjadi didirikan, maserasi lokal dan
peradangan terjadi, yang menyebabkan gejala.
FISILOGI
Gelombang suara yang datang melewati saluran telinga membentur membran
telinga sehingga timbul getaran. Malleus yang melekat pada permukaan dalam
membran tymphani menerima getaran dan meneruskan melalui incus kestapes.
Dimana stapes oleh ligamentum anulare bergerak seperti piston setelah menerima
getaran yang datang. Organ korti merubah getaran dari impuls syaraf. Dan melalui
syaraf pendengaran, impuls ini sampai keotak dan cerebelum pada pusat
pendengaran yang menginterpestasikan suara apa ini.
PATOFISIOLOGI
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga selsel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini
juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang
telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi
lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang
temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:
a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma.
Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit
saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan
liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
penderita otitis eksterna.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud terlalu sering bisa mendorong sel-sel
kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang, kulit pada saluran
telinga menjadi basah sehingga mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur
Kandungan air pada permukaan luar kulit diduga memegang peranan yg nyata didalam
mudahnya terjadinya infeksi telinga luar
Serumen bsifat asam (pH 4 - 5) mencegah pertumbuhan bakteri & jamur juga mencegah keru
sakan kulitkalau berkurang tidak ada yang mencegah
Gatal Garuk/cedera
GEJALA
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Gejala
dan tanda pasien otitis eksterna selengkapnya :
Otalgia
Gatal-gatal (pruritus).
Rasa penuh ( fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada tahap awal
otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan nyeri tekan daun telinga.
Pendengaran berkurang atau hilang.
Deskuamasi.
Tinnitus
Discharge
dan otore Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga ( otore ).Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukansekret / cairan berwarna putih atau
kuning, atau nanah. Cairan tersebutberbau yang tidak menyenangkan. Tidak
bercampur dengan lendir (musin).
Demam.
Nyeri tekan pada tragus
dan nyeri saat membuka mulut.
Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul
menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil
bisa bocor dari telinga.
TERAPI
Tindakan pengobatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung penyebab
otitisnya. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan anti radang bisa
diberikan bila terjadi infeksi bakteri dan pembengkakan. Obat tetes telinga yang
mengandung anti ektoparasit atau injeksi obat golongan ivermectin dan selemectin
bisa diberikan bila otitis disebabkan oleh tungau telinga atau ekto parasit lain.
Pemberian obat-obatan ini harus mengikuti siklus hidup parasit tersebut. Untuk kasus
tumor atau polip, diperlukan tindakan operasi/bedah untuk mengangkat jaringan
yang abnormal. Otitis yang disebabkan oleh alergi dan gangguan hormon
memerlukan tindakan pengobatan secara menyeluruh dan sistematis. Seringkali
pengobatan hanya bersifat mengurangi efek saja, karena penyebab utamanya (alergi
atau gangguan hormon) memang relatif sulit disembuhkan.
Pengobatan otitis eksterna dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
terapi anti alergi serta ivermectin untuk parasit telinga eksternal (infestasi Otodectes).
OPERASI
Debridement dari saluran telinga - Biasanya disediakan untuk necrotizing OE atau
komplikasi dari OE (misalnya, stenosis kanal eksternal); sering diperlukan dalam
kasus-kasus yang lebih parah dari OE atau dalam kasus di mana sejumlah besar
debit hadir di telinga; andalan pengobatan untuk infeksi jamur Insisi dan drainase
abses.
H60.0 ABSCESS OF EXTERNAL EAR
sebaseus) dan kelenjar serumen akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus &
Staphyloccus albus.
Gejala klinis Abscess external sirkumskripta berupa rasa sakit yang hebat tidak
dipengaruhi oleh ukuran furunkel, lebih lagi apabila daun telinga disentuh nyeri
semakin hebat. Nyeri terjadi akibat kulit liang telinga tidak memiliki jaringan ikat
longgar dibawahnya, sehingga penekanan langsung pada perikondrium. Rasa nyeri
timbul spontan bila membuka sendi temporomandibula. Keluhan kurang
pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Pembengkakan pada liang telinga
tampak terlokalisir dengan batas yang tegas.
Terapi Abscess external sirkumskripta (furunkel = bisul) yang sudah membentuk
abses :
Insisi. Lakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding tebal. Pasang salir
(drain) untuk mengalirkan nanah.
dan
bacitracin.
PENGERTIAN
OEM ( Otitis Externa Malignant) adalah penyakit infeksi telinga
luar yang agresif dan berpotensi kematian yang disebabkan oleh
kuman Pseudomonas Aeruginosa . Tahun 1959 Meltzer pertama kali
melaporkan adanya kasus Pseudomanal osteomyelitis tulang temporal
dan Chandler tahun 1968 pertama kali menggunakan istilah OEM.
Saat ini patogenesis terjadinya OEM masih belum jelas,
beberapa faktor predisposisinya adalah mikroangiopati diabetik, faktor
imun yang rendah, dan penyakit kronis. Lebih dari 90% kasus OEM
terjadi pada penderita DM tipe 2. Mikroangiopati diabetik dengan
kronik hipoperfusi dan resistensi lokal yang menurun akan
meningkatkan risiko infeksi. Penderita biasanya datang dengan otalgi
hebat, nyeri menjalar ke leher, otore dan pendengaran menurun.
Ada tiga stadium OEM yaitu :
1. Stadium 1 (stadium kardinal) didapatkan
granulasi MAE, tanpa paresis N.VII
2.
otore
purulen,
otalgi,
paresis N. VII tetap ada walau gradasinya lebih baik dari pada sebelum
terapi sedangkan kranial neuropati yang lain dari beberapa literatur
resolusinya bisa mencapai 100% pasca terapi.
Patofisiologi
Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan meluas ke tulang temporal
hingga ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini sering didapati pada pasien usia lanjut
dan menderita penyakit diabetes serta pasien dengan disfungsi imun selular. OEM
juga dapat terjadi pada pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang
melibatkan populasi yang lebih muda.
Patologi OEM melibatkan otitis eksterna yang berat, nekrosis kartilago dan
tulang dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke dasar
tengkorak yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan
terjadinya lower cranial neuropathies, trombosis sinus lateral, sakit kepala yang
berat, meningitis dan kematian.
Nadol menjelaskan urutan progresifitas penyakit ini seperti berikut : liang telinga luar
dengan invasi melalui fisura Santorini atau sutura timpanomastoid ke fossa
retromandibular, keterlibatan foramen stilomastoid dan jugularis, trombosis sepsis
dari sinus venosus lateral dan menyebar ke apeks petrosa melalui pembuluh darah
dan lempeng fasial (Ghofar, 2006)
Terapi:
Pengobatan dengan pembersihan liang telinga lalu memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Dapat diberikan kompres rivanol 1/1000
selama 2 hari.Lokal dapat dibelikan antibiotik topikal seperti Polymixim B/kolistin,
neomisin, dan hidrokortison atau klorampenikol. Bila infeksi sangat berat
diperlukan obat antibiotika sistemik, bila terjadi infeksi telinga tengah perlu diobati
penyebabnya.
PENGERTIAN
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi jaringan
epitel
(keratin).
Deskuamasi
terbentuk
terus
lalu
menumpuk
sehingga
ETIOLOGI
Kolesteatoma biasanya terjadi karena tuba eustachian yang tidak
berfungsi dengan baik karena terdapatnya infeksi pada telinga tengah.
Tuba eustachian membawa udara dari nasofaring ke telinga tengah untuk
menyamakan tekanan telinga tengah dengan udara luar. Normalnya tuba
ini kolaps pada keadaan istirahat, ketika menelan atau menguap, otot
yang mengelilingi tuba tersebut kontraksi sehingga menyebabkan tuba
tersebut membuka dan udara masuk ke telinga tengah. Saat tuba
eustachian tidak berfungsi dengan baik udara pada telinga tengah diserap
oleh tubuh dan menyebabkan di telinga tengah sebagian terjadi hampa
udara. Keadaan ini menyebabkan pars plasida di atas colum maleus
membentuk kantong retraksi, migrasi epitel membran timpani melalui
kantong yang mengalami retraksi ini sehingga terjadi akumulasi keratin.
PATOFISIOLOGI
Seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada
tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel
kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila
terdapat serumen yang pada (serumen plug) di liang telinga dalam waktu
yang lama, maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen
tersebut seakan terperagkap sehingga membentuk kolesteatom.
Kolesteatom ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman,
menjadi
lebih
cepat
apabila
sudah
disertai
infeksi,
Perasaan cemas
Pusing
Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah 1 sisi
wajah atau sisi telinga yang terinfeksi.
PEMERIKSAAN
Rontgen konvensional posisi Waters dan Stenvers
CT scan
MRI
H60.5 ACUTE OTITIS EXTERNA,NONINFECTIVE
Radang akut pada telinga bagian luar yang terjadi tanpa adanya infeksi
H60.8 OTHER OTITIS EXTERNA
Radang lainnya pada telinga bagian luar
H60.9 OTITIS EXTERNA, UNSPECIFIED
Radang pada telinga bagian luar yang tidak dijelaskan
H61 OTHER DISORDER OF EXTERNAL EAR
H61.0 Perichondritis of external ear
Pengertian
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila
suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan
perikondrium dan kartilago telinga luar (1,2). Umumnya trauma berupa laserasi atau
akibat kerusakan yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga (1,3,4).
Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma(2).
Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh
pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus
terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya.
Anatomi
Telinga luar termasuk aurikula atau pinna, dan liang telinga. Telinga luar berfungsi
untuk mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga
tengah. Aurikel terbentuk dari arkus brakial pertama dan kedua pada hari ke 38 dari
kehidupan fetus. Aurikel secara anatomi dikatakan sempurna pada minggu ke
20(3,4). Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang
melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membrana
timpani
dari
trauma,
benda
asing
dan
efek
termal.(1)
Gambaran
klinis
Bagian aurikel yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas dan sangat
nyeri tekan.(1,4,5)
Etiologi
Luka akibat terbakar aurikel adalah faktor predisposisi yang paling sering, sehingga
25% dapat terjadi infeksi. Baru-baru ini juga didapatkan peningkatan infeksi yang
disebabkan oleh tindik telinga. Karena menindik telinga sekarang sebagian dilakukan
di pinna, suatu daerah yang melibatkan porsi kartilago dari aurikel, dapat memberi
resiko yang besar untuk terjadinya perikondritis. Infeksi dari Pseudomonas dapat
menyebabkan deformitas kosmetik yang berat. Suatu furunkel yang tidak memadai
pengobatannya merupakan sumber agen penyebab yang potensial, seperti
mikrokokus jenis virulen (Stafilokokus), Streptokokus, atau Pseudomonas
aeruginosa.. Infeksi juga dapat dapat terjadi pada saat aspirasi dan insisi hematoma
auris. Cedera pada kartilago juga dapat disebabkan oleh frostbite.perikondritis juga
dapat terjadi sebagai komplikasi dari pembedahan seperti mastoidectomi atau
komplikasi dari hematoma atau otitis eksterna yang disebabkan oleh berenang di air
yang terkontaminasi.
Patofisiologi
Trauma
: Laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja
pada pembedahan telinga, memar.
Radang
: Furunkel dengan pengobatan yang tidak adekuat
PATOFISIOLOGI
Trauma
Gigitan serangga
Operasi telinga
c.
d.
Jika sudah terjadi supurasi dilakukan insisi, dilanjutkan eksisi bila sudah nekrosis
H61.2 NONINFECTIVE DISORDER OF PINNA
H61.2 Impacted serumen
Pengertian
ETIOLOGI
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
- Dermatitis kronik pada telinga luar,
- Liang telinga sempit,
- Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
- Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek
telinga).
PATOFISIOLOGI
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan
otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran.
Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai
penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius
dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena
trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
MANEFESTASI KLINIK
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi
serumen, antara lain :
Pendengaran berkurang.
.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
b.Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi
inf.
c.Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal
beberapa
d.MRI,
bulan
monitor
setelah
serebral,
pembuluh
resolusi
darah
klinik
yang
terkait
ekshalasi
penuh.
Masing-masing
telinga
diperiksa
sendiri
(dengan
asumsi
pemeriksa
mempunyai
nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang
berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga
tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini,
serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat
penghisap.
Biasanya
tidak digunakan
menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak
mampu melarutkan serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang
telinga, antara lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu
dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 5 hari, setelah itu
dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga
dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan
dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat
bersuhu 37
vestibuler.
PENYEBAB
H65.0
H65.1
H65.2
H65.3
H65.4
H65.9
H66
H66.1
H66.2
H66.3
H66.4
H66.9
H67*
H67.0*
H67.1*
H67.8*
H68
H68.0
Eustachian salpingitis
H68.1
H69
H69.0
H69.8
H69.9
H70
H70.0
Acute mastoiditis
Abscess } of mastoid
Empyema }
H70.1
Chronic mastoiditis
Caries
} of mastoid
Fistula
}
H70.2
Petrositis
Inflammation of petrous bone (acute)(chronic)
H70.8
H70.9
Mastoiditis, unspecified
H71
H72
H72.0
H72.1
H72.2
H72.8
H72.9
H73
H73.0
Acute myringitis
Acute tympanitis
Bullous myringitis
Excludes: with otitis media (H65H66)
H73.1
Chronic myringitis
Chronic tympanitis
Excludes: with otitis media (H65H66)
H73.8
H73.9
H74
H74.0
Tympanosclerosis
H74.1
H74.2
H74.3
H74.4
H74.8
H74.9
H75*
H75.0*
H75.8*
dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media
akut dan biasanya dikenal dengan glue ear. Bila terjadi pada orang dewasa,
penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi
telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan
barotrauma ( ex : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat
infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.
PATOFISIOLOGI
Otitis media serosa dikarakteristikan oleh akumulasi cairan sterill dibelakang
membran timpani. Otitis media serosa dapat mendahului atau menjadi komplikasi
jangka panjang otitis media akut. Efusi cairan mungkin menetap pada telinga tengah
mencapai beberapa bulan. Ketika cairan menetap lebih lama dan mulai menebal
akhirnya terjadi komplikasi berupa otitis media adhesiva. Otitis media serosa dan
kronik yang tidak diobati menyebabkan penebalan dan perlukaan pada struktur
telinga tengah dan tulang. Nekrosis osikel mengakibatka destruksi struktur telinga
tengah. Pembedahan osikel penting dilakukan untuk mengatasi ketulian.
MANEFESTASI KLINIK
a.
Kehilangan pendengaran atau tuli
b.
Telinga terasa penuh
c.
Bunyi letupan, berderik atau suara pemotretan dalam telinga tengah
d.
e.
f.
PENATALAKSANAAN
a
Irigasi antrum
b
Cairan ditelinga
tengah dikeluarkan
penghisapan
dengan
miringotomi dan
terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba
di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga. Pada otitis media serosa
kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeridengan gejala-gejala pada
telinga yang berlangsung lama.
Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan
otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.Sekret pada otitis
media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis media
serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA)
yang tidak sembuh sempurna.
H66
1. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
(Soepardi, 1998).
2. KLASIFIKASI OTITIS MEDIA :
OTITIS MEDIA SUPPURATIVE :
Otitis media superatif akut
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani
dapat menjadi otitis media supuratif kronik apabila prosesnya sudah
lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi
OMSK, antara lain: terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak
adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang
rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.
Otitis media superatif kronis
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut
congek adalah radang kronik telinga tengah dengan adanya lubang
(perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik
menetap.
Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam
sampai 39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang,
o
o
cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).
Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang
dapat dilihat.
Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga
o
o
5. Pemeriksaan Penunjang
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
timpani.
Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
menghilangkan bakteri.
Efek samping : Jika diberikan secara kontinyu dan
tidak teratur, akan menyebabkan resistensi bakteri, dan
akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok
dengan tubuh.
Indikasi : Lebih banyak diberikan pada penderita
lambung
petrositis)
Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
Tuli.
Peradangan pada selaput otak (meningitis).
v.
Abses otak.
vi.
Rupture membrane timpani.
Tanda-tanda terjadi komplikasi :
Sakit kepala.
Tuli yang terjadi secara mendadak.
Vertigo (perasaan berputar).
Demam dan menggigil.
Myringitis
A. DEFINISI
Myringitis atau inflamasi pada membran timpani
merupakan
salah
satu
jenis
kelainan
yang
dapat
hingga
bulan,
maka
kita
sudah
dapat
oleh
Wetmore
dan
Abramson,
titer
untuk
sebagai
akibat
dari
infeksi
seperti
Streptococcus
infeksi
dan
virus
menyebabkan
disfungsi
tuba
gangguan
epitel
Eustachius,
yang
sekunder
menyebabkan
myringitis
bulosa.
ditarik.
-
posterior.
-
penurunan pendengaran.
-
Gambar 5. Sebuah bula besar yang berisis cairan serosa pada permukaan
superfisial membran timpani kanan pada regio umbo
Diambil dari kepustakaan 11
ini
dan
bagian
ini
disebut
incisura
timpanika
(Rivini).
Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau membran tipis
yang memisahkan telinga luar dan telinga dalam. Ia berfungsi untuk
menghantarkan getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di
dalam telinga tengah. Kerusakan pada gendang telinga dapat menyebabkan
tuli yang konduktif. Tuli konduktif adalah hilangnya pendengaran karena tidak
dapat
tersampaikannya
getaran
suara.4,7,8
tidak diketahui)
Timpanosintesis, yaitu pungsi kecil yang dibuat
di membran timpani dengan sebuah jarum
untuk jalan masuk ke telinga tengah. Prosedur
ini dapat memungkinkan dilakukan kultur dan
lebih cepat.
Timpanostomi dengan insersi pipa ke telinga
bulla
Pada
telah
beberapa
dekade
terakhir,
terapi
mengatakan
pilihan.
bahwa
Namun
beberapa
myringotomi
dapat
pada
Miringotomi
timpani.
merupakan
tindakan
memakai
sinar
lampu
cukup
kepala
terang,
yang
memakai
dan sensorineural)
Perforasi membran timpani
Paralisis fasial
Vertigo
Proses supurativ yang berkelanjutan pada struktur
disekitarnya yang dapat mengakibatkan coalescent
mastoiditis, meningitis, abses, sigmoid sinus
thrombosis.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis),
begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis)
semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis
semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi
posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama
lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan.
Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah
gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak
sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan
perilimfe,
yang
berhubungan
langsung
dengan
cairan
organan
Corti.
B. DEFINISI
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
peroisteum telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya
adalah masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang
normalnya
steril.
(Brunner
&
Suddart.
Keperawatan
Medikal
Bedah.
Vol
3)
Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut
atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang
biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat
infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat
mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh
ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis
media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi,
sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama
terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi
saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin
sering.
Pembagian stadium otitis media akut:
Stadium
oklusi
tuba
eustachius
(presupurasi)
supurasi
resolusi
resolusi
dapat
terjadi
tanpa
pengobatan.
P.
vulgaris,
dan
P.
aeruginosa.
Faktor predisposisi:
o ISPA
o Sumbatan tuba eustachii akibat alergi atau pembengkakan amandel
(Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
D. PATOFISIOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat
saluran
Eustachius.
tiba-tiba
menjerit
saat
tidur,
diare
dan
kejang.
E. KOMPLIKASI
o Abses subperiosteal
o Abses otak
o Meningitis
o OMSK
(Otitis
Media
Supuratif
Kronik)
dan antipireutik.
Pada anak di berikan ampisilin 4x50-100 mg/ kg BB, amoksisilin 4x40
adekuat
sampai
minggu.
anterior-inferior,
dan
posterior-inferior
untuk
B. DEFINISI
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari
telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai
gangguan pendengaran.(Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Jadi, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut
dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat
berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar
oleh
perforasi
membran
trauma
berbahaya
dan
tidak
terdapat
kolesteatom. (Arif
secara
luas.
Sekret
yang
bercampur
darah
sering
kali
juga
kolesteatom
bertindak
sebagai
kohlea
biasanya
terjadi
perlahan-lahan
dengan
adanya
ancaman
komplikasi
akibat
hambatan
paranasal,
Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid
Gizi dan kebersihan yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau
diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada
OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap
penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai
karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti
atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap
ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus
diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi
yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya
dilakukan
tersendiri
sebelum
kemudian
dilakukan
mastoidektomi.
PENATALAKSANAAN
Gejala dan Tanda Klinis Otitis Media Supuratif Kronis
OMSK Tipe tubotimpani Gejalanya berupa sekret mukoid yang
tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali ditemukan bau
busuk
mungkin
ada
tetapi
dengan
pembersihan
dan
dapat
konstan
atau
intermitten.
Gangguan
ketulian
tergantung
beratnya
kerusakan
tulang
sehingga
Universitas
Sumatera
Utaramembran
mengarah
pada
meatus
menghalangi
pandangan
merupakan
diagnosa
khas
pada
omsk
tipe
tubatimpani.
G. Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani :
a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang Keadaan ini tidak memerlukan
pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air
jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila
fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi
H. TINDAKAN :
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau
maligna, antara lain adalah sebagai berikut :
Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi
hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah
untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK
tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Operasi ini
dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran
timpani.
Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan
kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak
bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan
operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran.
Menurut Fung 2004, terapi difokuskan kepada penghilangan
gejala dan infeksi. Antibiotik mungkin dikesepkan untuk infeksi
bakteri, terapi antibiotik biasanya untuk jangka panjang, yaitu
melalui pemberian per oral atau tetes telinga jika ada perforasi
membran tympani. Pembedahan untuk mengangkat adenoid
mungkin cocok untuk membuka tuba eustachius. Pembedahan
dengan membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan
maksud untuk mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah
ditelinga dalam.
Decangestan
atau
antibismin
dapat
digunakan
untuk
melakukan
teknik
mastoidektomi
radikal
(tanpa
ini
tidak
memerlukan
pengobatan,
dan
menderita
memungkinkan
infeksi
saluran
sebaiknya
nafas
dilakukan
atas.
operasi
Bila
fasilitas
rekonstruksi
I.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan
audiometri
penderita
OMSK
OMSK
ditemukan
tuli
sensorineural
yang
dan
fungsi
kohlea.
Dengan
menggunakan
membran
yang
masih
utuh
Barani.
Audiometri
tutur
dengan
maskingadalah
kronis
nilaidiagnostiknya
terbatas
dibandingkan
terutama
pada
daerah
atik
memberi
kesan
berguna
untuk
pembedahan
karena
telinga
tengah.
Akantampak
gambaran
struktur-struktur.
Proyeksi
Stenver,
memperlihatkan
gambaran
sehingga
dapat
memperlihatkan
CT
scan
dapat
menggambarkan
untuk
melakukan
operasi
jarang
telinga
luar. Sekret
bervariasi
dari
mukoid
sampai
mukopurulen.
b. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering
dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai
berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti
vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga
Didapat
Kolesteatom yang terbentuk setelah anak lahir, dapat dibagi atas:
Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi
membran timpani pada daerah atik atau pars flasida, timbul
akibat adanya proses invaginasi dari membrane timpani
pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga
iritasi
infeksi
yang
berlansung
lama
(teori
metaplasia).
kuman
(infeksi),
yang
aeruginosa.
paling
sering
Sebaliknya
infeksi
B. GEJALA KLINIS :
OMSK Tipe Atikoantral dengan Kolesteatom Sekret pada infeksi
dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna
kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat kepingan-kepingan kecil,
berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul
akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat
penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif
dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi
pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom (Orluh,
2008).
C. PENGOBATAN :
Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral Pengobatan yang tepat untuk
OMSK
maligna
adalah
operasi.
Pengobatan
konservatif
dengan
untuk
menyembuhkan
penyakit
serta
memperbaiki
penyakit
ini
secara
rinci
dan
cranial
neuropathies,
trombosis
sinus
liang
telinga
jaringan
luar
granulasi
sepanjang
disertai lower cranial neuropathies (n. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga
disertai dengan nyeri pada daerah yang dikenai (otalgia).
Eksudat pada liang telinga dan membran
Terjadinya
paralise
fasialis
dan
sindrom
foramen
timpani Intak
jugularis
(Vernet
Benecke membagi
temporal.
Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal.
Patogen penyebab
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen penyebab yang lazim pada
otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S.
aureus, Proteus dan Aspergillus.
D. Terapi
Prinsip terapi adalah:
Diagnosis dini pada populasi resiko tinggi.
Pemberian terapi antibiotik intravena jangka panjang.
Pembersihan liang telinga luar (aural toilet)
Pemeriksaan klinis dan scan gallium-67 secara serial untuk menilai
perbaikan.
Kontrol yang ketat terhadap diabetes mellitus dan intervensi bedah.
E. Komplikasi
Komplikasi
OEM
yang
dapat
terjadi
meliputi lower
cranial
kultur
dan
tes
sensitifitas
dilakukan
untuk
yang
MRI
lebih
baik
untuk
melihat
keterlibatan
technitium
bone
scans
juga
sensitif
untuk
adanya
osteomielitis.
gambaran
Pemeriksaan
mastoiditis
MRI
tidak
tanpa
adanya
didapatkan
adanya
komplikasi intrakrania l.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan standar OEM adalah dengan merawat
inap penderita dan regulasi diabetes. Kombinasi terapi diabetes,
pemberian antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur dan
debridement MAE setiap hari memberikan angka kesembuhan
yang tinggi. Standar terapi antibiotik kombinasi aminoglikosid
dengan penisilin antipseudomonas
intervensi
dengan
primer.
evaluasi
Penggunaan
fungsi
aminoglikosid
renal
mengingat
harus
efek
disertai
samping
klinis
pemberian
penderita.
antibiotik
Beberapa
selama
6-8
literatur
minggu
menganjurkan
untuk
mencegah
kekambuhan.
Penatalaksanaan standar OEM adalah dengan merawat
inap penderita dan regulasi diabetes. Kombinasi terapi diabetes,
pemberian antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur dan
debridement MAE setiap hari memberikan angka kesembuhan
yang tinggi. Standar terapi antibiotik kombinasi aminoglikosid
dengan penisilin antipseudomonas
intervensi
dengan
primer.
evaluasi
nefrotoksik
quinolones
sebagai
dan
Penggunaan
fungsi
aminoglikosid
renal
ototoksik
aminoglikosid.
harus
efek
disertai
samping
Karena
itulah
alternatif
antibiotik
dan
dari
beberapa
penelitian
sesuai
dengan
hasil
kultur
Evaluasi
dalam
kondisi
mastoidektomi dengan
dan
tes
sensitifitas.
kadang-kadang
penderita
yang
buruk
juga
yaitu
oksigen
hiperbarik
juga
digunakan
untuk
terapi
NOS
Acute NOS
Otitis media superatif akut
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani
dapat menjadi otitis media supuratif kronik apabila prosesnya sudah
lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi
OMSK, antara lain: terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak
adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang
H67*
efisiensi
obat
antimikroba
dengan
menganggu
mekanisme
terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai
nonpatogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus
pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella
catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti
Streptococcus pyogenes (group A betahemolytic), Staphylococcus aureus, dan
organisme gram negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak
ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme
yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak
(Kerschner, 2007).
A. SCARLET FEVER
B. TUBERCULOSIS
A. DEFINISI
Beberapa penyakit menular pada manusia dan binatang yang
disebabkan oleh spesies Myobacterium dan ditandai dengan pembentukan
turbekel-turbekel dan nekrosis-nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan
B. PENYEBAB
Disebabkan oleh organisme berbentuk batang, Mycobacterium
tuberkulisis. Bakteri itu dapat idup untuk jangka waktu yang lama dalam
keadaan kering karena memiliki sarung sperti lilin.
C. Patologi
Kontak pertama ddengan kuman ini menyebabkan reaksi radang
folikel tuberkular. Ini terdiri dari kuman sel-sel retikulo-endotelial yang
diinfiltrasi
dengan
sel-sel
raksasa
dan
dikelilingi
oleh
limfosit.
terkena
dan
menyebabkan
perkijuan.
Lesi asal tetap tidak tampak. Lesi primer yang diusus, akan menyebabkan hal
yang sama pada kelenjar getah bening regionalnya, yang akan mengalami
perkijuan..
Gambaran klinik
Seringkali tidak berarti walau mungkin terjadi gejala seperti 'flu' atau
menurunnya berat badan. Juga, TBC primer tidak tampak pada foto sinar
tembus abdomen kecuali jika telah terjadi perkapuran. Efusi pleura mungkin
telah terjadi, dan pada anak-anak sering terdapat pembesaran yang cukup
menyolok dari kelenjar getah bening mediastium yang dapat menyebabkan
obstruksi
bronkus.
darah,
maka
timbulah
batuk
darah.
acid),
isoniazid
(isonoacotinic
acid
hydrazide),
Otomikosis
A. DEFINISI
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah
tersebut.
Yang
tersering
ialah
jamur Pityosporum,
Aspergilus
2.2 Fisiologi
1.
Menampang gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam telinga.
c.
d.
Membrane Timpani
Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang
disebut membrane timpani
2.
a.
Cavum Timpani
Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran yang
terdiri dari malius, inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam
membrane timpani dan bagian dasar tulang Stapes membuka pada fenestra
ovalise.
b.
Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian samping
dari cavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa merupakan lanjutan
dari lapisan mukosa cavum timpani, rongga ini berhubungan dengan
beberapa rongga kecil yang disebul sellula mastoid yang terdapat dibelakang
bawah antrum didalam tulang temporalis dan andanya hubungan ini dapat
mengakibatkan menjalarnya proses radang.
c.
3.
a.
Vestibulum
Cochlea
Berbentuk seperti rumah siput, pada cochlea ini ada 3 pintu yang
Labirintus Membranosus
1.
Utrichulus
Bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya
oleh jaringan ikat, disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan
sampingnya ada daerah yang lonjong disebut makula akustica utricula
2.
Sachulus
3.
4.
Duktus Cochlearis
INCLUDEPICTURE
"http://www.nebraskamed.com/app_files/images/staywell/125921.jpg"
\*
MERGEFORMATINET
3. Patofisiologi
Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani
dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan nanah
menggumpal disel-sel udara mastoid
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma yang merupakan
pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah.
Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah
rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat kestruktur telinga tengah dan mastoid.
Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisisnervus
fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat
erusi telinga dalam) dan absesotak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik, peradangan dari
rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum.
Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas
(maligna). Pada
bentuk
maligna
peradangan
berlanjut
ke
4. Manifestasi klinik
Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:
1. Demam biasanya hilang dan timbul.
2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga,
dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.
4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus
(lemak).
5. Dinding posterior kanalis menggantung.
6. Pembengkakan postaurikula.
7. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh
cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.
8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau
4 THERAPHY+OBAT
a. Infus RL 20 tts/mnt.
5.
Penatalaksanaan
A.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1.
2.
a.
Pembedahan
Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah,
b.
Mastoidektomi
B.
Penatalaksanaan Keparawatan
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
2.
Foto Mastoid
3.
4.
MRI
5.
CT Scant
6.
Radiologi
7.
otitis media
Mastoiditis akut dapat berhubungan dengan periostitis , osteitis atau dapat menjadi
kronik
INCLUDEPICTURE
"http://t3.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcQ0DzrrblQRwwvA6wH2Tcymr2iZv8H_JCdx9gfUIMDK5HNS72P-"
\*
MERGEFORMATINET
2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit mastoiditis akut adalah penderita yang pernah
mengalami penyakit otitis media akut yang belum diobati sepenuhnya secara
tuntas dan menyeluruh menyebar dari telinga tengah ke tulang prosesus
mastoideus atau tulang disekitar telinga penderita.
3. Gejala
Biasanya gejala muncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis media
akut, dimana penyebaran infeksi telah merusak bagian dalam dari prosesus
mastoideus.
Di dalam tulang juga bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Kulit yang
melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila
ditekan. Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.
Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta
keluarnya cairan kental dari telinga. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut.
Terjadi ketulian yang berkembang secara progresif. Jika tidak diobati bisa terjadi
ketulian, sepsis, meningitis, abses otak atau kematian.
4. Theraphy dan Obat
Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu
disambung dengan antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2 minggu.
5. Tindakan
Jika
pemberian
antibiotik
tidak
dilakukan mastoidektomi(pengangkatan
berhasil
sebagian
mengatasi
tulang
dan
keadaan
ini,
pembuangan
nanah).
ada gambar sebelah kiri tampak pneumatisasi mastoid yang normal pada sisi kiri
sedangkan pada gambar sebelah kanan tampak mastoiditis akut di bagian kanan
yang menunjukan gambaran berawan pada sel yang terkena.
2. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Antibiotik: gentamycin, chloramphenicol atau metronidazole
c. Mastoidektomi
H70.2 Petrositis
Yaitu peradangan pada tulang petrosa. Petrosa itu sendiri terdapat di Hampir sepertiga
tulang temporal memiliki sel-sel udara dalam apeks petrosa. Sel-sel ini menjadi terinfeksi
melalui perluasan langsung dari infeksi telinga tengah dan mastoid. Terdapat beberapa cara
penyebaran infeksi dari telingah tengah ke os.petrosa. yang sering adalah penyebaran
langsung ke sel-sel udara tersebut. Infeksi dapat menyebar ke apeks petrosa dan
melibatkan nervus cranial VI. Petrosis merupakan salah satu komplikasi persisten setelah
mastoidektomi kortikal atau radikal yang tidak adekuat sebelumnya.
1,3,7,8
Manifestasi klinis 2 :
Petrosis terdiri dari trias gejala yang disebut Gradenigos sindrom yang terdiri dari :
1.
2.
3.
Pemeriksaan
CT Scan merupakan alat diagnostik
Pengobatan :
1.Pemberian antibiotik untuk mencegah komplikasi intracranial.
2.Eksplorasi mastoid dengan drainase di sel apical
H70.8 Other mastoiditis and related conditions
Radang pada mastoid dan kondisi lain yang berhubungan dengan penyakit tersebut
H70.9 Other mastoiditis, unspecified
Keadaan lain pada radang mastoid yang tidak dijelaskan
H71 Cholesteatoma of middle ear
1. Definisi
Kolesteatoma dapat digambarkan secara umum dengan adanya kantung epitel
skuamosa yang terisi debris keratin dalam telinga tengah. Terdapat 2 tipe
kolesteatoma yang dikenal :
a. Kolesteatoma kongenital:
Adalah kista epitel yang timbul didalam salah satu tulang kepala (biasanya tulang
temporal) tanpa adanya kontak dengan dunia luar.Dapat tumbuh di tulang temporal
bagian dalam atau skuama. Disebutkan jumlahnya meningkat dalam ruang mastoid
atau atik.
3. Etiologi
Etiologi dan patogenesis kolesteatoma belum diketahui dengan jelas. Dua teori yang sering
digunakan adalah kegagalan involusi penebalan epitel ektodermal yang terjadi pada masa
perkembangan fetus pada bagian proksimal ganglion genikulatum, serta teori terjadinya
metaplasi mukosa telinga tengah.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kolesteatoma pada anak dan dewasa adalah sama yaitu dengan
pengangkatan atau operasi segera setelah diagnosis ditegakkan. Perawatan awal
kolesteatoma membersihkan telinga, pemberian antibiotik, dan tetes telinga dengan tujuan
untuk menghentikan drainage di dalam telinga (pengendalian infeksi), serta evaluasi
pertumbuhan kolesteatoma. Pendekatan yang digunakan pada garis besarnya digolongkan
dalam Canal-Wall Up dan Canal-Wall down. Tujuan operasi adalah mengeliminer atau
menghentikan proses penyakit dan mencegah kambuhnya kembali, yang diantaranya
disebabkan oleh masih tertinggalnya kolesteatoma waktu pengangkatan. Faktor lain yang
perlu
diperhatikan
adalah
faktor-faktor
kronik
yang
dapat
mengganggu
proses
penyembuhan seperti adanya polip, jaringan granulasi, fungsi tuba yang jelek7.
atau
hilangnya
sebagian
jaringan
dari
membrane
timpani
yang
2. Gejala
Beberapa gejala klinis yang timbul pada perforasi membran timpani adalah
Penurunan pendengaran
3. Etiologi
Penyebab tersering dari perforasi membrane timpani adalah infeksi sebelumnya.
Infeksi akut pada telinga tengah seringkali menyebabkan terjadinya kurangnya suplai
darah ke membrane timpani yang seringkali berjalan dengan peningkatan tekanan
pada telinga dalam, hal ini mengakibatkan robeknya atau hilangnya jaringan
membrane timpani, yang biasanya diikuti dengan rasa nyeri. Jika robeknya
membrane timpani tidak menyembuh maka akan terjadi hubungan antara telinga
tengah dan telinga luar, yang seringkali menyebabkan infeksi yang berulang dan
resistensi terhadap antibiotic yang digunakan berulang kali. Komplikasi yang paling
ditakutkan adalah jika infekti telah menyebar kedalam kepala sehingga menimbulkan
infeksi di kepala. Penyebab lain dari perforasi adalah trauma fisik dari telinga, yang
tersering adalah pukulan yang keras kearah telinga dalam, tenaga yang timbul dapat
memecahkan atau merobek membran timpani. Beberapa trauma yang lain adalah,
perubahan tekanan pada telinga yang berubah secara mendadak, pada contohnya
sering pada penyelam, yang didahului dengan gangguan pada saluran telinga dan
mulut, peradangan ataupun infeksi.
4. Tatalaksana
Terapi pengobatan pada perforasi membrane timpani ditujukan untuk mengendalikan
infeksi pada telinga tengah. Mengingat juga penyebab dari perforasi yang
disebabkan
pengobatan
sebelumnya.
Penggunaan
anti
bacterial
sebaiknya
digunakan jika hasil kultur dan resistensi sudah didapatkan. Beberapa pengobatan
invasive adalah, kauterisasi pada ujung membrane timpani. Penyumbatan pada
lubang baik dengan lemak atau bahan sintetis yang tidak menimbulkan reaksi tubuh
penerima (timpanoplasty). Pengobatan yang terakhir ini memiliki tingkat keberhasilan
80 hingga 90 % tergantung dari besarnya perforasi maupun komplikasi yang timbul.
fisis
miringitis
antara
lain:1
terlihat lebih merah, serta tampak mengalami deformasi, dan refleks cahaya
memendek
atau
bahkan
menghilang
sama
sekali.
Karakteristik dari miringitis bulosa adalah adanya bulla pada membran timpani.
Kita harus dapat membedakan antara bulla yang berasal dari membran timpani dan
bula yang berasal dari saluran telinga luar. Bulla ini dapat pecah dan menimbulkan
perdarahan
-
Pada
pada
beberapa
kasus
membran
dapat
ditemukan
nyeri
timpani.
ketika
pinna
ditarik.
miringitis
bulosa
sudah
menyebabkan
perforasi.
Pemeriksaan
lain:1
Pada
pemeriksaan
kelenjar,
terdapat
Pada
pemeriksaan
pendengaran
dapat
limfadenopati
ditemukan
servikal
adanya
posterior.
penurunan
pendengaran.
-
di belakang membran timpani. Sehingga kita dapat mengetahui adanya otitis media
yang
-
menyertai
miringitis
bulosa.
%285%29.png" \* MERGEFORMATINET
Gambar 5. Sebuah bula besar yang berisis cairan serosa pada permukaan superfisial
membran timpani kanan pada regio umbo
Diambil dari kepustakaan 11
INCLUDEPICTURE
"http://3.bp.blogspot.com/-
BuZ7zJGQJTQ/TrxYWYiG3OI/AAAAAAAAC_I/x
4ltMd74eng/s320/New+Picture+
%284%29.png" \* MERGEFORMATINET
menjadi
ketulian.
Tinitus biasanya diderita oleh para pekerja di tempat-tempat bising, seperti mereka yang
berprofesi sebagai musisi khususnya heavy metal, ahli mesin (mesin turbin, mesin diesel,
atau mesin percetakan), dan para pekerja industri. Sebuah studi menyebutkan bahwa di
Amerika Serikat terdapat 40-50 juta penderita gangguan pada telinga dikaitkan dengan
tinitus.
Tinitus dibedakan menjadi dua jenis, yakni tinitus objektif dan tinitus subjektif. Tinitus objektif
terjadi jika suara juga bisa didengar oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar
telinga. Tinitus jenis ini berasal dari transmisi vibrasi (getaran) sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga, misalnya gangguan vaskuler berupa aneurisma,
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), dan tumor karotis; gangguan mekanis berupa
tuba eustachius terbuka sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi
tinitus; atau karena kejang klonus otot tensor timpani, otot stapedius, dan otot palatum.
Sementara itu, tinitus subjektif terjadi jika suara hanya dapat didengar oleh pasien sendiri.
Biasanya disebabkan proses iritatif atau degeneratif traktus auditorius dari sel-sel rambut
getar koklea sampai pusat saraf pendengaran. Misalnya, karena intoksikasi obat dan
hipertensi endolimfatik seperti penyakit meniere.
Tinitus bisa terjadi dalam berbagai intensitas, yakni tinitus nada rendah dan nada tinggi.
Pada tinitus nada rendah akan terdengar suara bergemuruh. Biasanya tinitus jenis ini
dikarenakan gangguan konduksi, seperti sumbatan liang telinga karena serumen (kotoran
telinga), tumor, radang telinga tengah, dan otoskierosis. Jika disertai peradangan, tinitus
akan berasa berdenyut (pulsasi). Jika terjadi tinitus yang berdenyut tanpa disertai gangguan
pendengaran bisa jadi merupakan gejala dini pada tumor glomus jugulare.
Pada tinitus nada tinggi akan terdengar suara berdenging. lni biasanya terjadi pada tuli
sensorineural yang bisa terjadi secara terus-menerus atau hilang timbul. Jenis ini biasanya
terjadi pada intoksikasi obat (salisilat, kina, streptomicin, garamicin, digitalis, dan kanamicin);
hipertensi endolimfatik (penyakit meniere); gangguan pada vaskuler koklea terminal yang
terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme, dan saat hamil. Gangguan itu akan hilang jika keadaan sudah
kembali normal.
Pada dasarnya, tinitus bukan penyakit, tetapi gejala adanya masalah lainnya. Beberapa hal
yang bisa menimbulkan tinitus antara lain penyumbatan saluran atau liang telinga oleh
rumah Jilin, alergi makanan tertentu atau alergi lain, reaksi terhadap obat-obatan kimia
tertentu, infeksi telinga tengah (radang kronis), ketidak-beresan saluran darah di otak,
ketidaknormalan saraf auditori (karena rentan terhadap suara keras), diabetes mellitus,
kolesterol tinggi, pilek, hipertensi, tumor otak, susah tidur, serta vertigo.
Pada penderita diabetes mellitus atau kadar gula darah yang tinggi dan kadar koleseterol
yang tinggi, biasanya aliran darah mampat atau peredaran darah terhambat. Akibatnya,
telinga menjadi berdengung (tinitus), bahkan karena terlalu beratnya bisa menjadi tuli.
Ketika kadar darah seseorang meningkat atau disebut dengan darah tinggi (hipertensi) bisa
dipicu karena minum obat kimia secara rutin dan dalam jangka waktu yang panjang, atau
karena menderita gangguan penyakit tertentu sehingga memerlukan obat kimia untuk
jangka waktu yang panjang. Pemakaian obat yang terlalu lama akan mengganggu fungsi
ginjal dan akhirnya menimbulkan tinitus, sehingga jika pemakaian Gangguan pada telinga
juga terkait dengan gangguan pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT). Biasanya orang
yang sering terserang pilek atau disebut dengan gangguan sinusitis akan disertai dengan
gangguan pada telinga. Selain itu, penderita bisu tuli sudah pasti mengalami gangguan
pada telinga berupa tinitus. Umumnya, bisu tuli bawaan dari lahir.
Tumor otak juga bisa memunculkan adanya tinitus dan penurunan fungsi pendengaran.
Bukan hanya pada telinga, tumor otak juga menimbulkan gangguan pada fungsi
penglihatan. Tumor otak menyebabkan saraf pendengaran terjepit. Komplikasi ini sangat
dan paling sulit diatasi karena yang diserang sarafnya. Susah tidur (insomnia) juga
menyebabkan terjadinya gangguan pada telinga. Dalam keadaan susah tidur, limpa akan
terganggu, padahal organ inilah yang mengendalikan fungsi ginjal.
Vertigo menyerang telinga tengah dan telinga dalam. Vertigo juga bisa muncul karena
adanya suara keras yang diterima daun telinga dan lubang telinga yang merupakan telinga
bagian luar. Vertigo adalah keadaan pusing yang luar biasa. Seseorang yang menderita
vertigo biasanya memiliki perasaan seolah-olah dunia sekelilingnya berputar-putar (vertigo
objektif) atau penderita sendiri merasa berputar dalam ruangan (vertigo subjektif). Biasanya,
juga disertai dengan mual dan muntah, jika sangat berat penderita tak mampu berdiri dan
terjatuh karena keseimbangan tubuhnya terganggu. Diketahui, keseimbangan tubuh
dikendalikan otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah.
P = promontory
o = oval window
R = round window
T = tensor tympani
A = annulus
Gambar 1. Membran timpani normal telinga kanan
Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu
pada
pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
Reflek cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani.
Pada
membrane timpani terdapat 2 macam serabut yaitu serabut sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berbentuk
kerucut tersebut.
Secara klinis reflek cahaya ini dinilai misalnya bila reflek cahaya mendatar berarti
terdapat gangguan pada tuba eustachius.Membran timpani dibagi dalam 4
kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus malleus dan
garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atasdepan, atas belakang, bawah depan, dan bawah-belakang. Hal ini berguna untuk
menyatakan letak perforasi dari membrane timpani.
c. Fisiologi
d. Patologi
Timpanosklerosis diduga merupakan komplikasi dari otitis media, pasca
trauma,
dan tindakan pembedahan yang mana ditemukan lapisan hialin yang aselular dan
akumulasi deposit kalsium pada membran timpani dan submukosa telinga tengah.
Pada kebanyakan pasien, gejala yang ditimbulkan tidak begitu signifikan
secara
klinis dan mengakibatkan sedikit atau tidak ada gangguan pendengaran. Pada
pemeriksaan otoskopi, timpanosklerosis memberikan gambaran semisirkuler atau
seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membrane timpani
Penyebab Tympanosclerosis
Etiologi dari timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, mungkin dibentuk
dari
sisa-sisa/bekas yang berhubungan dengan inflamasi kronis telinga tengah. Faktorfaktor
lain yang mungkin berhubungan antara lain :
- Otitis media supurativa kronis (OMSK) dan otitis media dengan efusi.
- Insersi Grommet (timpanostomi tuba) meningkatkan resiko terjadinya
timpanosklerosis
- Sklerosis sistemik
- Kemungkinan berhubungan dengan atheroma karotis atau aterosklerosis
- Hubungan dengan cholesteatoma masih diperdebatkan, meskipun dua keadaan ini
dapat muncul bersamaan
e. Theraphy + Obat
- Alat bantu dengar
Alat bantu dengar dapat digunakan dengan segala bentuk gangguan
pendengaran konduktif.
f. Tindakan
- Operasi
c. Fisiologi
d. Patologi :
Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang
tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
eustachius.Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan
infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran,
c. Fisiologi :
d. Patologi :
Telinga lem terjadi ketika telinga tengah mengisi dengan lengket, cairan lemseperti bukan udara. Cairan ini meredam getaran yang dibuat oleh gelombang
suara saat mereka melakukan perjalanan melalui gendang telinga dan ossicles.
Koklea pada gilirannya menerima getaran yang basah, sehingga volume
pendengaran pada dasarnya ditolak. Inilah sebabnya mengapa anak-anak
telinga lem menampilkan gejala seperti pendengaran tumpul.
Penyebab utama dari telinga lem dianggap karena tabung Eustachian (yang
menghubungkan faring ke telinga tengah) tidak bekerja dengan benar. Jika
tabung Eustachio sempit, diblokir, atau tidak membuka dengan benar,
keseimbangan cairan dan udara di telinga tengah dapat berubah. Udara di
telinga tengah secara bertahap dapat masuk ke dalam sel-sel di dekatnya jika
tidak digantikan oleh udara yang datang ke tabung Eustachio, dan ruang hampa
kemudian dapat berkembang pada telinga tengah. Cairan juga dapat meresap ke
dalam telinga tengah dari sel-sel di dekatnya.
Seringkali anak-anak telinga lem mengembangkan kondisi setelah batuk,
pilek, atau infeksi telinga bila lendir tambahan dihasilkan. Lendir terbentuk di
telinga tengah dan dapat berjuang untuk menguras menuruni tabung Eustachio.
Namun, banyak kasus telinga lem tidak dimulai dengan infeksi telinga jelas.
e. Theraphy + Obat
- Menggunakan otovent
Otovent yaitu balon kecil anak-anak yang dapat diledakkan menggunakan
hidung mereka.Tindakan meledakkan balon membantu untuk membuka
tabung Eustachio, sehingga memudahkan cairan mengalir dari telinga
tengah. Otovent paling baik digunakan tiga kali sehari (pagi, siang atau
sepulang sekolah, dan sore), atau setidaknya dua kali sehari (pagi dan sore)
jika itu tidak mungkin, sampai semua cairan telah terkuras habis.
- Bicara dengan jelas dan lebih keras dari biasanya pada penderita (tetapi tidak
harus berteriak).
Menarik perhatian penderita sebelum berbicara kepadanya.
- Potong kebisingan latar belakang saat berbicara pada penderita(misalnya,
matikan TV).
Memahami bahwa frustrasi penderita atau perilaku buruk mungkin karena
tumpul pendengaran.
f. Tindakan :
- Operasi Grommet
Grommet dimasukkan ke dalam telinga melalui sayatan kecil pada gendang
telinga. Grommet membantu untuk mengeringkan cairan di telinga tengah
dan juga akan membantu untuk menjaga tekanan udara di rongga telinga
tengah.
H74.2 Discontinuity and Dislocation of Ear Ossicles
Definisi : Perpindahan bagian tulang kecil pada telinga
H74.3 Other Acquired Abnormalitas of Ear Ossicles
Definisi : Suatu keaadan abnormal yang lain, yang terjadi pada telinga bagian tulang
kecil akibat pengaruh yang berasal dari luar organisme
H74.4 Polyp of Middle Ear
c. Fisiologi
d. Patologi
Mastoiditis adalah infeksi bakteri pada tulang mastoid. Tulang mastoid, yang
duduk di belakang telinga, terdiri dari ruang udara yang membantu mengalirkan
telinga tengah. Dalam mastoiditis akut, infeksi bisa menyebar di luar tulang
mastoid
dan
menyebabkan
komplikasi
kesehatan
yang
serius.
Beberapa orang memiliki mastoiditis kronis, infeksi berkelanjutan dari telinga
tengah dan mastoid menyebabkan drainase persisten dari telinga.
Seperti disebutkan di atas, mastoiditis sering berkembang sebagai akibat dari
infeksi telinga tengah.Bakteri dari telinga tengah dapat melakukan perjalanan ke
sel-sel udara tulang mastoid. Selain itu, kista kulit (cholesteatoma) di telinga
tengah dapat menghalangi drainase telinga, menyebabkan mastoiditis.
e. Theraphy + Obat
- Antibiotik oral
- Obat tetes telinga
- Pembersihan telinga rutin oleh dokter
f. Tindakan
- Miringotomi
- Mastoidectomy
2. A18.0+ Tuberculous Mastoiditis
a. Definisi : penyakit yang ditandai dengan rasa sakit, onset berbahaya telinga
debit, beberapa lubang di membran timpani, dan granulasi pucat telinga tengah
sumbing.
b. Anatomi
c. Fisiologi
d. Patologi
Tuberkulosis mempengaruhi telinga tengah melalui tiga rute aspirasi lendir
melalui tabung Eustachio, darah ditanggung penyebaran dari fokus tuberkulosis
atau implantasi langsung melalui kanal auditori eksternal dan perforasi membran
timpani. Meskipun tuberkulosis mastoid atau otomastoiditis adalah komplikasi
yang sangat jarang terjadi. Namun, ketika terjadi dapat menimbulkan morbiditas
yang signifikan. Komplikasi seperti wajah kelumpuhan dan gangguan
pendengaran permanen dapat berkembang.
e. Theraphy + Obat
f. Tindakan
H75.8* Other Specified Disorders of Middle Ear and Mastoid in disease classified
elsewhere
Definisi : keadaan abnormalitas lain pada telinga bagian tengah dan prosesus
mastoid secara spesifik
Otosclerosis
Includes: otospongiosis
H80.0
H80.1
H80.2
Cochlear otosclerosis
Otosclerosis involving:
otic capsule
round window
H80.8
Other otosclerosis
H80.9
Otosclerosis, unspecified
H81
H81.0
Mnire's disease
Labyrinthine hydrops
Mnire's syndrome or vertigo
H81.1
H81.2
Vestibular neuronitis
H81.3
H81.4
H81.8
H81.9
H82*
H83
H83.0
Labyrinthitis
H83.1
Labyrinthine fistula
H83.2
Labyrinthine dysfunction
Hypersensitivity }
Hypofunction } of labyrinth
Loss of function }
H83.3
H83.8
H83.9
H80 Otosclerosis
a. Definisi : keadaan patologis dari labirin tulang telinga, dimana terdapat
pembentukan tulang spons, atau biasa disebut dengan pengerasan pada
tulang telinga.
b. Anatomi
c. Fisiologi
Otosklerosis adalah suatu kondisi terutama yang mempengaruhi
sanggurdi (stapes), salah satu ossicles tulang kecil di telinga tengah. Untuk
memiliki pendengaran normal, ossicles harus dapat bergerak bebas dalam
menanggapi gelombang suara. Dalam otosklerosis, bahan tulang yang
abnormal tumbuh di sekitar stapes. Kaki stapes, di mana ia menempel pada
koklea, biasanya di mana kondisi dimulai. Tulang normal mengurangi gerakan
stapes, yang mengurangi jumlah suara yang ditransfer ke koklea.
Pertumbuhan tulang yang abnormal sangat bertahap. Namun, akhirnya
stapes dapat menjadi tetap, atau menyatu dengan tulang koklea. Hal ini
dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang parah. Hilangnya
pendengaran dikenal sebagai gangguan pendengaran konduktif (getaran
suara tidak dapat dilakukan (ditransmisikan) dari stapes ke koklea).
Dalam kebanyakan kasus, itu hanya stapes yang terpengaruh.
Namun, terkadang, dari waktu ke waktu, otosklerosis dapat juga
mempengaruhi tempurung tulang koklea dan sel-sel saraf di dalamnya. Jika
hal ini terjadi, kerusakan pada sel-sel saraf berarti bahwa transmisi impuls
saraf ke otak dapat dipengaruhi.
Kedua telinga biasanya terpengaruh pada otosklerosis tapi kadangkadang hanya satu telinga yang terpengaruh.
d. Patologi
Otosklerosis mempengaruhi sekitar 1 atau 2 dalam 100 orang di
Inggris. Biasanya pertama berkembang antara usia 15 dan 35, tetapi kadangkadang berkembang pada anak-anak muda. Wanita yang terkena dua kali
lebih sering daripada laki-laki. Kehamilan bukanlah penyebab tetapi dapat
membuat kondisi lebih buruk, sehingga gejala biasanya pertama kali
diketahui selama kehamilan.
Penyebab pastinya otosclerosis tidak diketahui. Tulang adalah
jaringan hidup yang mengandung sel-sel yang membuat cetakan dan
mengambil kembali (menyerap) tulang. Biasanya, tulang terus-menerus rusak
dan direnovasi. Dalam otosklerosis, tampaknya proses renovasi sanggurdi
(stapes) menjadi rusak. Tulang baru tidak dibuat dengan benar dan bentuk
tulang yang abnormal. Namun, alasan mengapa hal ini terjadi hanya di
stapes (dan kadang-kadang koklea) tidak sepenuhnya jelas.
Faktor Genetik tampaknya menjadi penting karena kecenderungan
untuk otosklerosis dapat diwariskan. Sekitar 2 dari 3 orang dengan
otosklerosis memiliki anggota keluarga lain yang juga memiliki kondisi ini.
Namun, beberapa orang dengan otosklerosis tidak memiliki riwayat keluarga.
Hal ini juga berpendapat bahwa virus dapat berperan dan virus campak telah
disarankan. Memang, jumlah orang yang didiagnosis dengan otosklerosis
tampaknya telah menurun sejak vaksinasi virus campak telah diberikan.
Mungkin kecenderungan genetik untuk mengembangkan otosklerosis
diwariskan oleh beberapa orang. Kemudian pemicu, seperti infeksi virus,
sebenarnya menyebabkan kondisi yang berkembang.
Hal ini mungkin juga bahwa fluoride ada hubungannya dengan
perkembangan otosklerosis. Jumlah kasus di Inggris turun setelah fluoride
secara rutin ditambahkan ke dalam air minum.
e. Theraphy + Obat
- Alat bantu dengar
Pada awalnya, ketika kehilangan pendengaran ringan,mungkin tidak
memerlukan pengobatan apapun.Namun, ketika penyakit berkembang dan
gangguan pendengaran menjadi lebih buruk, alat bantu dengar dapat
membuat perubahan besar. Namun, ketika gangguan pendengaran menjadi
parah, alat bantu dengar mungkin tidak banyak membantu.
- Tablet fluoride
Ada beberapa bukti terbatas bahwa tablet fluoride mungkin dapat
memperlambat perkembangan otosklerosis dalam beberapa kasus. Mereka
dapat membantu untuk mempertahankan pendengaran dan juga membantu
mengurangi gejala pusing dan keseimbangan masalah.
f. Tindakan
- Operasi
Operasi yang paling umum dilakukan adalah mengganti stapes dengan
tulang buatan yang terbuat dari plastik atau logam. Operasi ini disebut
stapedektomy.Dalam kebanyakan kasus, operasi ini berhasil mengembalikan
pendengaran. Hal ini juga dapat mengurangi kemungkinan otosklerosis
berkembang mempengaruhi telinga bagian dalam. Namun, operasi ini
sangatlah rumit, ada risiko kecil bahwa operasi akan gagal dan menyebabkan
tuli total di telinga yang dioperasi.
Otospongiosis
a. Definisi : pembentukan tulang spons di dalam labirin tulang telinga atau biasa
dikatakan dengan perubahan patologis pada otosklerosis.
H80.0 Otosclerosis involving oval window,nonobliterative
H80.1 Otosclerosis involving oval window, obliterative
H80.2 Cochlear Otosclerosis
Definisi : Pengerasan pada tulang telinga yang berkaitan dengan koklea yang
meliputi otic capsule (pembungkus telinga) dan round window.
H80.8 Other Otosclerosis
Definisi : Pengerasan pada tulang telinga yang lain
H80.9 Otosclerosis, unspecified
Definisi : Pengerasan pada tulang telinga yang tidak diketahui penyebabnya
H81 Disorders of Vestibular Function
Definisi : Suatu gangguan penyakit yang terdapat pada rongga di tempat masuknya
suatu saluran
Vertigo NOS (R42)
Vertigo Epidemic (A88.1)
Definisi : suatu ilusi gerakan, perasaan sepertinya dunia luar berputar
mengelilingi penderita atau sepertinya penderita berputar sendiri dalam ruangan,
istilah ini kebanyakan disebut dengan penyakit pusing.
H81.0 Meniere disease
a. Definisi : Gangguan pada telinga bagian dalam yang menyebabkan episode
spontan vertigo - sensasi gerakan berputar, bersama dengan berfluktuasi
gangguan pendengaran, dering di telinga (tinnitus), dan kadang-kadang
perasaan kenyang atau tekanan di telinga.
b. Anatomi :
Penyakit ini diduga disebabkan oleh perubahan sedikit dan kerusakan dalam
telinga bagian dalam.
Telinga bagian dalam meliputi rumah siput dan kanalis semisirkularis. Ini
adalah struktur tempurung kecil di mana ada sistem saluran cairan sempit yang
disebut labirin. Kanalis semisirkularis merasakan gerakan bagian kepala dan
membantu untuk mengontrol keseimbangan dan postur koklea yang
bersangkutan dengan pendengaran. Pesan keseimbangan dan suara yang
diturunkan saraf (saraf vestibular dan saraf koklea) ke otak.
Diperkirakan bahwa penumpukan cairan dalam labirin dari waktu ke waktu
menyebabkan terbentuknya cairan yang dapat meningkatkan tekanan dan
menyebabkan pembengkakan labirin. Efek ini dapat menyebabkan telinga bagian
dalam untuk mengirim pesan yang abnormal ke otak, yang menyebabkan pusing
dan muntah.
Tekanan cairan meningkat pada sel-sel pendengaran yang melapisi labirin
inilah mungkin menjadi alasan mereka tidak bekerja dengan baik, dan
menyebabkan pendengaran tumpul. Saat tekanan mempermudah sel-sel bekerja
lebih baik lagi, dan mendengar kembali normal. Namun, serangan berulang
meningkatkan tekanan, dan pada akhirnya merusak sel-sel pendengaran. Inilah
sebabnya mengapa gangguan pendengaran dapat menjadi permanen.
c. Fisiologi
d. Patologi
e. Theraphy + Obat
f.
Dalam situasi ini, ketika kepala penderita masih dalam posisi tetap, fragmen
duduk di bagian bawah saluran posterior. Tapi ketika kepala bergerak dalam arah
tertentu fragmen akan dilakukan bersama dengan aliran fluida.
Kuas fragmen sepanjang rambut halus yang melapisi kanalis semisirkularis
dan ini menghujani pesan ke saraf vestibular. Otak menjadi sangat bingung dan
bereaksi menyebabkan pusing intens (vertigo).
c. Fisiologi
d. Patologi
e. Theraphy + Obat
- The
Epley
manuver
Obat sederhana ini dapat dicoba oleh penderita. Hal ini sering bekerja jika
Anda memiliki fragmen puing (otoconia) di bagian bawah posterior kanalis
semisirkularis Anda. Hal ini dilakukan oleh serangkaian empat gerakan
kepala. Setelah setiap gerakan, kepala didongakkan di tempat yang sama
selama 30 detik atau lebih.
- Latihan
Brandt-Daroff
penderita mungkin disarankan untuk melakukan ini jika manuver Epley tidak
bekerja. Latihan-latihan ini melibatkan cara yang berbeda untuk
menggerakkan kepala dibandingkan dengan manuver Epley
-
f.
Tanpa
pengobatan
Jika manuver Epley atau latihan Brandt-Daroff tidak berhasil, atau tidak
dilakukan, penderita masih bisa tetap optimis, penyakit ini adalah suatu
kondisi yang sering hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu atau
bulan tanpa pengobatan.
Tindakan
- Operasi
Operasi jarang diperlukan, seperti dalam kebanyakan kasus kondisi baik
membaik dengan sendirinya atau dapat disembuhkan dengan manuver
Epley. Terkadang gejalanya menetap selama berbulan-bulan atau bertahuntahun dan tidak dapat mereda. Sebuah operasi telinga bagian dalam untuk
mengambil fungsi kanalis semisirkularis posterior maka bisa menjadi pilihan.
b. Anatomi
Neuritis vestibular adalah gangguan yang mempengaruhi saraf telinga bagian
dalam yang disebut saraf vestibulocochlear. Saraf ini mengirimkan
keseimbangan dan posisi kepala informasi dari telinga bagian dalam ke otak.
Ketika saraf ini menjadi bengkak (radang), itu mengganggu jalannya informasi
biasanya ditafsirkan oleh otak. Neuritis vestibular dapat terjadi pada orang dari
segala usia, tetapi jarang dilaporkan pada anak-anak.
c. Fisiologi
d. Patologi
penyebab yang paling mungkin adalah infeksi virus telinga bagian dalam,
pembengkakan di sekitar saraf vestibulocochlear (disebabkan oleh virus), atau
infeksi virus yang telah terjadi di tempat lain dalam tubuh. Beberapa contoh
infeksi virus di daerah lain dari tubuh termasuk virus herpes (menyebabkan luka
dingin, herpes zoster, cacar air), campak, flu, gondok, hepatitis dan polio.
(Herpes kelamin bukanlah penyebab neuritis vestibular.)
e. Theraphy + Obat
- Obat Ondansetron (Zofran) dan Metoclopramide (Reglan)
Untuk mengurangi mual dan muntah
- Obat Meclizine (Antivert), Diazepam (valium), Compazine dan Lorazepam
(Ativan)
Untuk mengurangi pusing
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya (DASAR,
RANDY, KATLEEN, RICHARD). Keluhan utama penderita yang demikian adalah bahwa ia
merasa pusing. Rasa rotasi dari vertigo itu digambarkan oleh para penderita dengan cara
yang berbeda-beda. Istilah yang dipergunakan berbeda pula. Istilah yang dipergunakan
penderita seringkali dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan penderita. (DASAR)
Vertigo akan timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibuler atau pada serabutserabut yang menghubungkan alat/nuklei vestibuler dengan pusat-pusat di serebelum dan di
korteks serebri. Vertigo ini akan timbul bila terdapat ketidakcocokan dalam informasi yang
oleh susunan-susunan aferen disampaikan kepadaa kesadaran kita. Susunan aferen yang
terpenting dalam hal ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan yang secara terus
menerus
menyampaikan
impuls-impuls
ke
serebelum.
(DASAR)
Namun demikian, struktur-struktur lain, seperti misalnya susunan optik dan susunan
proprioseptif dalam hal ini pula memegang peranan yang sangat penting. (DASAR)
1.EPIDEMIOLOGI
Dizziness dan vertigo adalah gejala-gejala yang paling sering menyebabkan pasien
menemui dokter (sama seringnya seperti nyeri punggung dan sakit kepala). Insiden
keseluruhan dizziness (pusing) dan vertigo adalah 5-10%, dan mencapai angka 40% pada
pasien yang berusia di atas 40 tahun. Insiden menurun sekitar 25% pada pasien yang
berusia
di
atas
65
tahun.
Sebuah penelitian terhadap pasien dengan dizziness atau vertigo dari 12 tempat
perawatan klinis menunjukkan bahwa 50% pasien yang didiagnosa di IGD mengalami
vestibulopati perifer seperti benign positional vertigo, vestibular neuritis, atau Maniere`s
disease. Penyakit serebrovaskular bertanggung jawab atas 19% penyebab vertigo.
Presinkop
bertanggung
jawab
atas
16%
kasus
di
IGD.
dirawat
di
rumah
sakit
karena
cidera
berat.
2.DIAGNOSA
Walaupun cukup banyak penyakit yang dapat menimbulkan vertigo, namun dengan
mengambil anamnesa dengan terarah dan dengan melakukan pemeriksaan neurologis dan
otologis yang seksama, tidak jarang akan sampai juga pada diagnosa yang tepat. (DASAR)
Pemeriksa hendaknya segera berusaha untuk dapat membedakan apakah vertigo itu adalah
suatu vertigo labirin ataukah vertigo sentral. Vertigo labirin adalah vertigo suatu vertigo yang
berat, paroksismal dan episodis. Vertigo ini timbul beberapa menit hingga beberapa jam.
Vertigo itu akan bertambah berat bila kepala digerakkan. Sewaktu bangkitan vertigo akan
tampak pula nistagmus. Nistagmus itu memperlihatkan fase lambat dan cepat. Fase cepat
memperlihatkan arah ke labirin yang terangsang. Nistagmus itu tidak akan tampak di luar
bangkitan vertigo. Oleh karena kelainan pada vertigo labirin itu terletak di dalam telinga
dalam, maka tidak jarang di kemudian hari akan timbul pula gangguan pendengaran.
Suatu vertigo sentral adalah suatu vertigo ringan. Vertigo ini dapat berlangsung
secara terus menerus. Bahkan vertigo ini dapat berlangsung sampai berbulan-bulan. Pada
vertigo ini akan tampak pula nistagmus. Namun nistagmus yang tampak tidak akan
memperlihatkan arah tertentu. Oleh karena kelainan pada vertigo sentral ini adalah terletak
di dalam susunan saraf pusat itu sendiri, maka pada vertigo ini tidaklah akan tampak adanya
gangguan
pendengaran.
3.PENATALAKSANAAN
1.Obat-Obatan
Obat akan paling bermanfaat untuk mengobati vertigo akut yang berlangsung
beberapa jam atau beberapa hari. Pada pasien dengan benign paroxysmal positional vertigo
(BPPV) obat akan kurang bermanfaat, karena episode vertigo biasanya kurang dari satu
menit. Vertigo yang berlangsung lebih dari beberapa hari menunjukkan adanya cidera
vertibuler yang permanen (seperti stroke), dan obat-obat yang sedang diberikan harus
dihentikan
agar
otak
dapat
beradaptasi
dengan
input
vestibuler
baru.
Begitu banyak jenis obat yang digunakan untuk mengobati vertigo dan seringnya
terjadi bersamaan dengan mual dan muntah. Obat-obat tersebut memperlihatkan berbagai
kombinasi dari antagonisme reseptor asetilkolin, dopamin, dan histamin. The American
Gastroenterological Association merekomendasikan antikolinergik dan antihistamin untuk
pengobatan
mual-mual
yang
berhubungan
dengan
vertigo.
dewasa. Obat ini dapat meningkatkan toksisitas dari depresan SSP, dan neuroleptik. Hatihati bila diberikan pada glukoma sudut tertutup, hipertropi prostat, dan obstruksi pilorus atau
doudenum. Dimenhydrinate (Dramamine) melalui aktivitas antikolinergik sentral, mengurangi
stimulasi vestibuler dan menekan fungsi labirin. Diberikan dengan dosis 50 mg PO/IM setiap
4-6 jam atau 100 mg supposutoria setiap 8 jam. Pada anak yang berumur 6-12 tahun
diberikan 25-50 mg PO setiap 6-8 jam, tidak lebih 150 mg/hari. Anak berusia 2-6 tahun
diberikan 12,5-25 mg setiap 6-8 jam, tidak lebih 75 mg/jari. Sedangkan anak di atas 12
tahun
diberikan
sama
seperti
orang
dewasa.
Antikolinergik. Obat ini diduga bekerja secara sental dengan menekan konduksi pada
lintasan vestibuler serebelum. Obat antikolinergik ini antara lain scopolamine (Isopto) dan
Glycopyrrolate (Robinul). Scopolamine bekerja dengan menghambat kerja asetilkolin pada
parasympathetic site pada otot polos, kelenjar sekretorius, dan SSP. Dosis yang diberikan
adalah 0,6 mg PO setiap 4-6 jam atau 0,6 mg transdermal 3 kali sehari. Untuk anak-anak
diberikan 6 mcg/kgBB per dosis IV/IM/SC, tidak lebih dari 0,3 mg per dosis. Glycopyrrolate
diberikan 1-2 mg PO 2 3 kali sehari untuk orang dewasa sedangkan untuk anak-anak
diberikan
40-100
mcg/kgBB
per
dosis
PO
kali
sehari.
Phenothiazine. Obat ini efektif mengobati emesis, mungkin oleh karena efek-efeknya
di dalam sistem mesolimbik dopaminergik. Yang termasuk ke dalam golongan obat ini
antara lain promethazine (phenergan) dan Prochlorperazine (Compazine). Promethazine
bekerja dengan menghambat reseptor-reseptor dopaminergik mesolimbik postsinap di
dalam otak dan mengurangi stimulus ke sistem retikularis batang otak. Diberikan dengan
dosis 25 atau 50 mg PO/IM/Per Rectal setiap 4-6 jam. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah
2 tahun, namun anak di atas 2 tahun diberikan dengan dosis 0,25 1 mg/kgBB
PO/IV/IM/Per rectal 4-6 kali per hari. Prochlorperazine diberikan dengan dosis 5-10 mg
PO/IM setiap 6 jam atau 25 mg supp per rectal setiap 12 jam. Untuk anak-anak diberikan
2,5 mg PO atau per rectal setiap 8 jam atau 5 mg PO/per rectal setiap 12 jam, tidak lebih
dari
15
mg/hari.
mg
per
oral
atau
IV
setiap
jam.
kepulangan pasien. Oleh karena ini, dimenhydrinate tampaknya menjadi obat intravena
yang
lebih
disukai
2.
untuk
mengatasi
Latihan
Latihan-latihan
(excercise)
vertigo
di
IGD.
Rahabilitasi
rehabilitasi
vestibuler
Vestibuler
sering
dimasukkan
dalam
tatalaksana vertigo. Latihan-latihan ini melatih otak untuk menggunakan isyarat penglihatan
(visual) dan proprioseptif alternatif untuk mempertahankan keseimbangan dan gaya berjalan
(gait). Pasien perlu mengalami kembali vertigo sehingga otak dapat beradaptasi terhadap
batasan baru fungsi vestibuler. Setelah stabilisasi akut pasien dengan vertigo, penggunaan
obat-obatan supresan vestibuler harus dikurangi guna membantu adaptasi otak dengan
input
vestibuler
yang
baru.
Sebuah penelitian kontrol random terhadap 143 pasien dengan pusing dan vertigo
menunjukkan bahwa latihan rehabilitasi vestibuler dapat memperbaiki nistagmus, kontrol
postural, pusing yang dicetus oleh gerakan, dan indeks-indeks subjektif gejala-gejala dan
distress. Sebuah penelitian lain menilai efektivitas rehabilitasi vestibuler yang dilakukan di
rumah pada pasien-pasien dengan vertigo kronis dengan etiologi vestibuler perifer.
Penelitian ini menunjukkan pengurangan vertigo yang signifikan dan bertambahnya
kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
Sebuah penelitian kasus retrospektif menilai efikasi terapi fisik pada pasien yang
menderita gangguan vestibuler dan keseimbangan dengan atau tanpa riwayat migren.
Kedua kelompok menunjukkan pengurangan pusing dan perbaikan keseimbangan dan cara
berjalan (gait) yang signifikan. Latihan-latihan vestibuler juga telah dibuktikan memperbaiki
kontrol postural selama bulan pertama setelah lesi vestibuler unilateral akut yang berasal
dari
vestibular
Pengobatan
Terhadap
Benign
Paroxysmal
neuronitis.
Gangguan-gangguan
Positional
Spesifik
Vertigo
(BPPV)
Benign paroxysmal positional vertigo disebabkan oleh debris kalsium di dalam kanalis
semisirkularis (canalithiasis), biasanya pada kanalis posterior. Umumnya tidak dianjurkan
obat-obatan
untuk
mengobati
gangguan
ini.
Vertigo ini membaik dengan manuver rotasi kepala yang akan membawa deposit kalsium
yang bergerak bebas kembali ke dalam vestibulum. Manuver-manuver tersebut termasuk
prosedur repositioning dan Epley manuver dan Epley manuver modifikasi (Gambar 2). Epley
manuver modifikasi dapat dilakukan di rumah
yan
iereversibel,
seperti
fibrosa
dan
osifikasi.
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin
untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama
ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.
3. Manifestasi klinis
Labirintitis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan, bisanya disertai mual
dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode
pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode
beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan untuk labirintitis balterial
meliputi terapi antibiotika intravena, penggantian cairan, dan pemberian supresan vestibuler
maupun obat anti muntah. Pengobatan labirintitis viral adalah sintomatik dengan
menggunakan obatantimuntah dan antivertigo.
4. Klasifikasi
1. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum ( general ),
dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas
( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja / tuli saraf saja.
2. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif
dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
3. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi
kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin
untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama
ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.
Gejala
dan
tanda
Terjadi tuli total disisi yang sakit, vertigo ringan nistagmus spontan biasanya kea rah telinga
yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang berfungsi
dapat menkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respons disisi yang sakit dan tes
fistulapur negatif walaupun dapat fistula.
5.patologi labirinitis
Kira kira akhir minggu setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi untuk
jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan gramulasi secara bertahap
berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan. Pembentukan tulang baru dapat mengisi
penuh ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.
6. penatalaksanaan
Terapi local harus ditujukan kesetiap infeksi yang mungkin ada, diagnosa bedah untuk
eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu focus dilabirin untuk daerah perilabirin
telah menjalar untuk dicurigai menyebar ke struktur intrakronial dan tidak memberi respons
terhadap terapi antibiotika bila dicurigai ada focus infeksi di labirin atau di ospretosus dapat
dilakukan drerase labirin dengan salah satu operasi labirin setiap skuestrum yang lepas
harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma NUA. Bila saraf fosial lumpuh, maka harus
dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal maka
harus diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi.
7. pemeriksaan penunjang
Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula, yaitu dengan memberikan tekanan udara
positif ataupun nrgatif ke liang telinga melalui otoskop siesel dengan corong telinga yang
kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang di masukan ke dalam liang
telinga. Balon karet di pencet dan udara di dalamnya akana menyebabkan perubahan
tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi
kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan ristamus
atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau
bila
labirin
sudah
mati
atau
paresis
kanal.
Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan yang baik kadang kadang dapat
memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis horizontal.
Pada fistula labirin / labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi
dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan bedah
harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi
harus diangkat dari fistula sampai bersih dan didaerah tersebut harus segera ditutup dengan
jaringan ikat / sekeping tulang / tulang rawan.
8. komplikasi
Tuli total atau meningitis.
9. anatomi
Labirin ( telinga dalam ) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada
pars petrosa os temporal.Labirin terdiri dari :
1. Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea.
2. Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang, terdiri dari :
kanalissemisirkularis,
utrikulus,
sakulus,
sakus
dan
duktus
endolimfatikus
serta
koklea.Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi
cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Didalam
labirin bagianmembran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan
diresorbsi padasakkus endolimfatikus
STUDI
DESAIN:
Ini adalah penelitian retrospektif dari 23 tahun terakhir, yang dilakukan di sebuah pusat
perawatan tersier tunggal. Para penulis mengevaluasi latar belakang, gambaran klinis, dan
temuan bedah pada 25 pasien dengan fistula labirin, yang memiliki sejarah operasi telinga
menggunakan teknik kanal bawah dan yang menjalani operasi kedua di rumah sakit
mereka.
INTERVENSI:
Semua pasien menjalani operasi revisi karena vertigo persisten atau berulang yang
disebabkan oleh fistula labirin, dibatasi labyrinthitis, atau labyrinthitis supuratif.
UTAMA
TINDAKAN
HASIL:
Gambaran klinis entitas penyakit ini dinilai oleh sejarah, temuan bedah, dan hasil pengujian
audiovestibular.
HASIL:
Para pasien memiliki sejarah panjang berulang debit aural pasca operasi sebelum
mengalami vertigo, yang awalnya terjadi 4-64 tahun (rata-rata, 20,2 tahun) setelah operasi
sebelumnya. Pada kunjungan pertama ke klinik penulis, hasil tes fistula dilakukan dengan
bohlam Politzer positif pada 14 pasien dan negatif pada 5 pasien. Dalam 6 telinga yang
tersisa, pemuatan tekanan saluran telinga yang disebabkan sensasi vertigo tanpa disertai
nistagmus. Intervensi bedah menunjukkan bahwa fistula yang berada di kanalis
semisirkularis lateralis di 19 telinga, di footplate dari stapes di 4 telinga, dan di tanjung di 2
telinga. Fistula labirin ditutup dengan tulang rawan conchal, pasta tulang (bone debu
dicampur dengan lem fibrin), dan / atau fasia temporalis. Pada beberapa pasien, fistula itu
lebih ditutupi dengan otot temporalis pedicled. Dalam 2 kasus rumit oleh labyrinthitis
supuratif akut, rongga mastoid dilenyapkan setelah selesai labyrinthectomy tersebut. Kursus
pasca operasi pada semua pasien yang lancar.
HYPERSENSITIVITY
Hipersensitivitas adalah suatu reaksi respon imun yang menyebabkan kerusakan sel dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Antigen yang dapat memprovokasi respon
hipersensitif
pada
seseorang
disebut
alergen.
(Kamus
Dorland,
2006).
Reaksi
hipersensitivitas dapat terjadi bila jumlah antigen yang masuk relatif banyak atau bila status
imunologis seseorang, baik seluler maupun humoral meningkat. Reaksi ini tidak pernah
timbul pada pajanan pertama. Reaksi hipersensitivitas menimbulkan manifestasi klinik dan
patologik yang heterogen di mana hal tersebut ditentukan oleh (1) jenis respon imun yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan (2) sifat serta lokasi antigen yang menginduksi atau
yang menjadi sasaran dari respon imun. Hipersensitivitas terbagi dalam 4 kategori, yaitu
reaksi hipersensitivitas tipe I, II, III, dan IV. Klasifikasi tersebut didasarkan pada mekanisme
patologis utama yang bertanggung jawab atas kerusakan sel atau jaringan. (Guntur, 2007)
Hipersensitivitas
Tipe
Hipersensitivitas tipe I ditandai dengan reaksi alergi yang terjadi segera (15-30 menit)
setelah kontak dengan antigen (alergen). Terjadinya reaksi alergi diawali oleh kontak suatu
alergen yang diikuti oleh sederetan peristiwa kompleks yang menghasilkan IgE. Respon IgE
merupakan respon lokal yang terjadi pada tempat masuknya alergen ke dalam tubuh.
Produksi IgE oleh sel B tergantung pada penyajian antigen oleh APC (Antigen Presenting
Cell) dan kerjasama antara sel B dengan sel T helper-2 (Th-2). Reaksi hipersensitivitas tipe I
terjadi dalam 3 fase berurutan, yaitu fase sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor
(memunculkan
respon).
(Lauralee
Sherwood,
2001)
Mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe I dimulai dengan masuknya alergen ke dalam tubuh
melalui membran mukosa yang diproses dan dipresentasikan oleh APC pada sel T-helper.
Sel Th-2 mensekresi sitokin yang menginduksi proliferasi sel B dan menghasilkan respon
IgE spesifik. IgE, melalui reseptor FCR1, berikatan dan mensensitisasi sel mast. Bila
akhirnya alergen bertemu dengan sel mast, alergen akan (1) membuat ikatan silang antarIgE pada permukaan sel mast, (2) menimbulkan influks ion kalsium ke intraseluler yang
mampu memicu degranulasi sel mast dan pelepasan mediator, seperti histamin dan
golongan protease, serta (3) menginduksi pembentukan dan pelepasan mediator dari asam
arakhidonat, seperti golongan leukotrien dan prostaglandin. Mediator-mediator inilah yang
akan menimbulkan gejala klinis alergi. Sitokin yang juga dilepaskan pada saat degranulasi
sel mast akan memperberat respon radang dan IgE yang terjadi. (Ivan M. Roitt, 1985)
Reaksi hipersensitivitas tipe I dapat melibatkan reaksi pada kulit (urtikaria, ekzem), pada
mata (konjungtivitas), nasofaring (rinitis, rinorea), bronkopulmonari (asma), dan saluran
pencernakan
(gastroenteritis).
Hipersensitivitas
(Darmono,
Tipe
2007)
II
Reaksi hipersensitivitas tipe II dimediasi oleh antibodi IgG dan IgM yang berikatan pada sel
atau jaringan tertentu. Pada tipe ini, antibodi yang diarahkan pada antigen permukaan sel
atau jaringan berinteraksi dengan komplemen dan berbagai sel efektor untuk menimbulkan
kerusakan sel sasaran. Setelah melekat pada permukaan sel atau jaringan, antibodi akan
mengaktifkan komponen komplemen C1. Akibat dari aktivasi ini adalah sebagai berikut :
1) Fragmen-fragmen komplemen (C3a dan C5a) yang dihasilkan oleh aktivasi komplemen
akan menarik makrofag dan sel polimorfonuklear ke lokasi reaksi dan merangsang sel
mast/basofil untuk menghasilkan molekul yang menarik dan mengaktifkan sel efektor lain.
2) Jalur komplemen klasik dan lengkung aktivasi mengakibatkan pengendapan C3b, C3bi,
dan
C3d
pada
membran
sel
sasaran.
3) Jalur komplemen klasik dan jalur litik memproduksi kompleks serangan membran C5b-9
dan menyelipkan kompleks tersebut ke dalam membran sel sasaran. (Wahab, 2002)
Beberapa contoh tentang reaksi tipe II ini ditemukan pada reaksi terhadap eritrosit, di
antaranya tranfusi darah yang incompatible, penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir
(HDNB), dan anemia hemolitik autoimun. Reaksi terhadap trombosit dapat menimbulkan
trombositopenia, sedangkan reaksi terhadap neutrofil dan limfosit diduga mengakibatkan
lupus
eritematosus
Hipersensitivitas
sistemik
(SLE).
Tipe
(Baratawidjaja,
2006)
III
Hipersensitivitas tipe III ini diperantarai oleh adanya kompleks imun. Kompleks imun
berinteraksi dengan sistem komplemen untuk menghasilkan C3a dan C5a (anafilatoksin).
Fragmen komplemen ini menstimulasi pelepasan amin vasoaktif, seperti histamin dan 5hidroksi triptamin, serta faktor-faktor kemotaktik dari sel mast dan basofil. Amin vasoaktif
yang dilepaskan oleh trombosit, basofil, dan sel mast mengakibatkan retraksi sel endotel
sehingga meningkatkan permeabilitas vaskular dan memungkinkan pengendapan kompleks
imun pada dinding pembuluh darah yang kemudian membentuk C3a dan C5a. Trombosit
juga beragregasi pada kolagen membran basalis pembuluh darah yang terpajan serta
berinteraksi dengan daerah Fc kompleks imun. Trombosit yang teragregasi terus
menghasilkan amin vasoaktif dan merangsang produksi C3a dan C5a. (Jan Koolman, 2001)
Leukosit polimorfonuklear secara kemotaktik ditarik ke tempat terjadinya pengendapan oleh
C5a. Sel-sel tersebut berupaya memfagosit endapan kompleks imun, tetapi tidak mampu
karena kompleks melekat pada dinding pembuluh darah. Oleh karena itu, leukosit
polimorfonuklear kemudian mengeksositosis enzim lisosomnya pada tempat endapan. Jika
enzim lisosom ini dilepaskan ke dalam darah atau cairam jaringan, maka tidak akan timbul
radang yang luas karena enzim ini dengan cepat akan dinetralisasi oleh suatu inhibitor
enzim serum. Akan tetapi, jika fagosit, melalui ikatan Fc, berada sangat dekat dengan
kompleks yang terperangkap jaringan, maka inhibitor serum tidak akan berfungsi sehingga
enzim dapat merusak jaringan tempat endapan kompleks imun. (Joseph A. Bellanti, 1993)
Penyakit akibat pembentukan kompleks imun dapat dibagi secara kasar menjadi 3
kelompok, yaitu (1) yang disebabkan oleh infeksi yang menetap (lepra, malaria, DHF,
hepatitis B, dan endokarditis enfektif stafilokokus), (2) disebabkan oleh penyakit autoimun
(arthritis rheumatoid, SLE, dan polimiositis), dan (3) yang disebabkan oleh inhalasi bahan
antigenik
(penyakit
farmers
lung,
pigeon
Hipersensitivitas
fanciers
lung).
(Sumardiono,
Tipe
2005)
IV
Reaksi hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat) melibatkan beberapa jenis patogenesis atau
banyak sistem imun dan penyakit infeksius (tuberkulosis, blastomikosis, histoplasmosis,
toksoplasmosis, leishmaniasis) serta granulomatosus yang disebabkan oleh infeksi antigen
asing. Bentuk lain dari hipersensitivitas tipe ini adalah karena kontak dermatitis (racun
kontak, bahan kimia, logam toksik) di mana lesi berbentuk papula (tonjolan kulit).
Secara umum, mekanisme kerusakan dari hipersensitivitas tipe ini melibatkan sel T limfosit,
makrofag, dan/atau monosit. Sel T cytotoxic (Tc) menyebabkan kerusakan secara langsung.
Pasca masuknya antigen, sel Th mengekskresikan sitokin dan mengaktifkan sel Tc serta
merekrut dan mengaktifkan monosit dan makrofag yang menyebabkan kerusakan. Ada 3
varian dari reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu (1) hipersensitivitas kontak di mana sel
langerhans merupakan APC utama, (2) hipersensitivitas tipe tuberkulin (makrofag
merupakan APC utama), dan (3) hipersensitivitas granulomatosa yang terjadi karena
makrofag tidak mampu menyingkirkan mikroorganisme atau partikel yang ada di dalamnya.
(Abbas, 2000)
Peran
Genetik
pada
Reaksi
Alergi
Beberapa penelitian pada tahun 1920-an menunjukkan bahwa orangtua yang menderita
alergi cenderung mempunyai anak yang juga menderita alergi. Kemungkinan seorang anak
menderita alergi lebih dari 50% bila kedua orangtuanya menderita alergi dan hampir 30%
bila hanya salah satu orangtuanya menderita alergi. Namun, penelitian pada anak kembar
menunjukkan bahwa faktor genetik bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit atopi (contoh : rinitis alergika, asma bronkiale). (Thamrin, 2007).
Beberapa faktor lingkungan yang juga penting adalah tingkat pajanan terhadap alergen,
status gizi individu, dan adanya infeksi kronis atau penyakit virus. Peran genetika terhadap
reaksi alerdi adalah pada (1) kadar IgE total, (2) respon spesifik alergen, dan (3) sifat
hiperresponsif umum yang ditunjukkan dengan tes kulit positif terhadap banyak alergen.
(Wahab, 2002)
HYPOFUNCTION
LOSS OF FUNCTION
H83.3 NOISE EFFECT OF INNER EAR
ACOUSTIC TRAUMA
NOISE INDUCED HEARING LOSS
akibat
paparan
tunggal
untuk
suara
intens.
ONIHL merupakan penyebab lebih umum kehilangan suara yang diinduksi pendengaran
(NIHL) dan masalah yang jauh lebih serius daripada socioacusis untuk 2 alasan berikut: (1)
Ancaman kehilangan pekerjaan dapat meyakinkan orang untuk tetap berada di lingkungan
dengan tingkat kebisingan lebih tinggi daripada mereka kalau tidak menerima, dan (2) di
tempat kerja, tingginya tingkat kebisingan dapat dipertahankan secara teratur selama
berjam-jam setiap hari selama bertahun-tahun. Akibatnya, paparan kebisingan kerja telah
menarik
perhatian
yang
besar
dan
merupakan
yang
terbaik
dipelajari.
Kontroversi ada mengenai apa yang persentase gangguan pendengaran yang berkaitan
dengan usia (presbikusis) merupakan konsekuensi dari socioacusis seumur hidup dan
berapa
persen
semata-mata
karena
proses
penuaan
fisiologis.
Dornie dan Laakssonen telah menyelidiki dampak dari kualitas mengganggu paparan
kebisingan. Kualitas mengganggu suara keras dapat berfungsi sebagai peringatan bahwa itu
mempengaruhi buruk terhadap kesehatan, yaitu, melukai sistem pendengaran. Selain itu,
kualitas
mengganggu
kebisingan
mengurangi
kapasitas
pengolahan,
sehingga
meningkatkan biaya melakukan tugas yang diberikan. Bhatia melaporkan bahwa individu
yang sensitif terhadap suara menunjukkan penurunan kemanjuran pada tugas-tugas
perkalian
di
hadapan
kebisingan
latar
belakang
yang
tidak
diinginkan.
menuju
normal
setelah
hari
dari
redaman
kebisingan.
Cukup mengukur intensitas fisik stimulus sebagai tingkat tekanan suara tidak dapat menilai
efek berpotensi merusak kebisingan. Telinga manusia tidak merespon sama terhadap
semua frekuensi frekuensi tinggi jauh lebih merusak daripada frekuensi rendah di tingkat
intensitas fisik yang sama. Akibatnya, sebagian besar meter tingkat suara dilengkapi dengan
filter yang dirancang untuk de-menekankan kontribusi fisik dari frekuensi yang telinga
manusia kurang sensitif. Filter ini disebut sebagai filter A, dan pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan Filter dilaporkan sebagai dBA. Hal ini dikenal sebagai tingkat A pada
meteran tekanan suara
1.Patofisiologi
Ketika hewan terkena impulse noise diperiksa, perubahan anatomi yang berkisar dari
Stereosilia menyimpang dari sel-sel rambut dalam dan luar untuk menyelesaikan adanya
organ Corti dan pecahnya membran Reissner ditemukan. Secara umum, tidak ada
perubahan yang ditemukan dalam pembuluh darah, ligamen spiral, atau limbus. Beberapa
menit setelah terpapar impuls noise, edema vaskularis stria muncul dan dapat bertahan
selama
beberapa
hari.
Respon inflamasi koklea juga dimulai dalam menanggapi trauma akustik dan melibatkan
perekrutan
beredar
leukosit
pada
telinga
bagian
dalam.
[2]
Sel-sel rambut luar lebih rentan terhadap paparan kebisingan dari sel-sel rambut bagian
dalam. Pergeseran sementara ambang batas (TTS; lihat Sejarah) secara anatomi
berkorelasi dengan penurunan kekakuan Stereosilia sel rambut luar. Stereosilia menjadi
disarrayed dan floppy. Agaknya, dalam keadaan seperti itu mereka merespon buruk.
Minimal, pergeseran ambang batas permanen (PTS; lihat Sejarah) berhubungan dengan
fusi Stereosilia berdekatan dan hilangnya Stereosilia. Dengan eksposur yang lebih berat,
cedera dapat melanjutkan dari hilangnya sel pendukung yang berdekatan untuk
menyelesaikan gangguan organ Corti. Histopatologi, situs utama cedera tampaknya menjadi
rootlets yang menghubungkan Stereosilia ke atas sel rambut. Dengan hilangnya Stereosilia,
sel-sel rambut mati. Kematian sel sensorik dapat menyebabkan degenerasi Wallerian
progresif
dan
hilangnya
serabut
saraf
pendengaran
primer.
NIHL dan kehilangan sel rambut diketahui hanya menampilkan korelasi moderat karena
NIHL mungkin mencerminkan tidak hanya jumlah dari sel-sel rambut mati tetapi juga
terganggu, tapi masih hidup, sel-sel rambut. Sel-sel rambut frekuensi tinggi pada tikus
koklea bisa mati relatif cepat setelah cedera, menunjukkan hubungan linear antara mereka,
tetapi sel-sel rambut frekuensi rendah dapat bertahan hidup tanpa fungsi pendengaran.
Dua teori umum telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme cedera. NIHL dari
paparan kebisingan konstan mungkin menjadi sekunder untuk akumulasi microtrauma dan
memiliki mekanisme yang mirip dengan cedera yang dihasilkan dari kebisingan impuls. Di
sisi lain, TTS mungkin karena kelelahan metabolik. Akibatnya, TTS kadang-kadang disebut
sebagai pendengaran kelelahan. Kelelahan metabolik berkelanjutan untuk waktu yang lama
mungkin begitu mendalam untuk mengakibatkan kematian sel. Konsep kelelahan
pendengaran sebagai penjelasan untuk TTS (dengan kesempatan untuk pemulihan jika
stimulus akustik yang berbahaya dihapus) dapat menjelaskan fakta klinis yang dijelaskan
bahwa suara intermiten jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menghasilkan cedera
permanen dari kebisingan terus menerus pada saat yang sama tingkat intensitas.
Apoptosis (kematian sel terprogram) diamati pada suara-terkena koklea. [3] tirosin Sebuah
Src-protein kinase (PTK) cascade sinyal mungkin terlibat dalam kedua metabolisme dan
mekanis induksi inisiasi apoptosis pada sel-sel sensorik koklea. Mereka juga dapat
diaktifkan dalam sel-sel rambut luar setelah paparan kebisingan. Pengetahuan ini, diperoleh
dari studi tentang Chinchilla, telah menyebabkan uji coba dengan inhibitor Src-PTK seperti
KXI-004, KXI-005, dan KXI-174 dengan menempatkan mereka pada membran putaran
jendela dan mencatat efek menguntungkan dalam pencegahan NIHL. Hal ini pada akhirnya
dapat mengarah pada pengembangan obat yang lebih efektif untuk pencegahan NIHL.
Sebuah studi pada nasib sel-sel rambut luar setelah penghinaan akustik atau ototoksik
menunjukkan bahwa rambut luar sel tetap yang phagocytosed oleh sel-sel pendukung
dalam
epitel.
[4]
Bukti tersedia untuk mendukung kedua teori kelelahan metabolisme dan teori trauma
mekanik. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan penurunan tekanan oksigen
endolymphatic langsung berhubungan dengan durasi intensitas paparan kebisingan.
Penurunan dehidrogenase suksinat dan konten glikogen telah diamati. Namun, model
mekanik yang lebih kompatibel dengan pengamatan bahwa wilayah terbesar dari cedera
kerja NIHL tampaknya dengan sebagian dari koklea peka terhadap frekuensi sekitar 4000
siklus
per
detik
(Hz).
Saat ini sudah jelas menunjukkan adanya jalur sinyal glukokortikoid dalam koklea dan peran
pelindung mereka terhadap gangguan pendengaran suara-diinduksi. Oleh karena itu,
mengambil keuntungan dari alat molekuler dan farmakologi saat membedah peran GC
sinyal
dalam
gangguan
pendengaran
adalah
penting.
[5]
Sebuah studi hubungan gen untuk NIHL di 2 independen populasi kebisingan terpajan
mengungkapkan bahwa PCDH15 dan MYH14 mungkin NIHL gen kerentanan, namun
replikasi
lebih
lanjut
dalam
set
sampel
independen
adalah
wajib.
[6]
Hipotesis energi yang sama diasumsikan bahwa kerusakan pendengaran adalah fungsi dari
jumlah energi akustik yang diterima. Bahwa organ pendengaran bereaksi seragam untuk
suara berbagai intensitas dan durasi, asalkan energi suara keseluruhan tetap konstan,
adalah penyederhanaan yang berlebihan dan tidak menjelaskan kerusakan pendengaran
suara yang disebabkan. Sebuah studi oleh Pourbakht et al menemukan bahwa, meskipun
energi total suara intermiten dari 125 dB kebisingan lebih besar dari 115 dB terus menerus
tingkat tekanan suara, yang terakhir ini ditemukan menyebabkan PTS signifikan lebih besar
dan
kehilangan
sel
rambut.
[7]
tampaknya memiliki dasar patofisiologis dalam merobek mekanik membran dan gangguan
fisik dinding sel dengan pencampuran perilymph dan endolymph. Kerusakan dari kebisingan
impuls tampaknya menjadi gangguan mekanik langsung jaringan telinga bagian dalam
karena batas elastis mereka terlampaui. Pada energi tinggi, trauma akustik dapat
menyebabkan
gangguan
membran
timpani
dan
cedera
tulang
pendengaran.
Trauma akustik banyak disebabkan oleh kebisingan impuls, yang biasanya disebabkan oleh
efek ledakan dan ekspansi yang cepat dari gas. Trauma akustik sering konsekuensi dari
ledakan. Dampak hasil suara dari benturan logam. Hal ini sangat bergema, memiliki kedua
puncak dan lembah, dan kecil kemungkinannya untuk mencapai tingkat kritis. Dampak
kebisingan lebih mungkin untuk dilihat dalam konteks paparan kebisingan kerja. Ini adalah
frekuensi ditumpangkan pada latar belakang kebisingan yang lebih berkelanjutan. Boettcher
telah menunjukkan bahwa ketika dampak kebisingan ditumpangkan pada kebisingan terus
menerus,
potensi
merugikan
secara
sinergis
ditingkatkan.
Hewan dengan PTS besar dari paparan kebisingan awal menunjukkan PTS kurang
mengikuti paparan kebisingan kedua pada intensitas tertentu dibandingkan dengan hewan
dengan sedikit atau tanpa NIHL sebelumnya, menunjukkan bahwa hewan-hewan ini kurang
sensitif terhadap paparan kebisingan berikutnya. Namun, jumlah PTS di telinga ini lebih
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor utama yang bertanggung jawab untuk hasil ini
adalah intensitas efektif yang lebih rendah dari kebisingan kedua untuk telinga dengan PTS
awal
yang
besar.
Kondisi fisiologis lainnya yang mempengaruhi kemungkinan dan perkembangan NIHL telah
diidentifikasi. Bukti muncul dalam literatur yang menurun suhu tubuh, meningkatkan tekanan
oksigen, penurunan pembentukan radikal bebas, dan pengangkatan kelenjar tiroid semua
dapat mengurangi sensitivitas individu untuk NIHL. Hipoksia mempotensiasi kerusakan
kebisingan yang disebabkan. Bukti eksperimental yang baik menunjukkan bahwa paparan
berkelanjutan untuk cukup tingginya tingkat kebisingan dapat mengurangi sensitivitas
individu untuk NIHL pada tingkat yang lebih tinggi dari kebisingan. Proses ini disebut
pengkondisian suara. Hal ini setidaknya dangkal analog dengan efek perlindungan rejimen
pelatihan yang disengaja memiliki aktivitas fisik yang berat.
2.Epidemiologi
Menurut Kesehatan dan Keselamatan Kerja Administrasi (OSHA), 5-10 juta orang Amerika
yang beresiko untuk kehilangan pendengaran suara-diinduksi (NIHL) karena mereka terkena
suara keras dari 85 dBA secara berkelanjutan di tempat kerja. [8] empat puluh delapan juta
orang Amerika terlibat dalam olahraga menembak, penyebab paling umum dari
nonoccupational NIHL (socioacusis). Dobie melaporkan bahwa 1,8% dari laki-laki Amerika
telah
handicap
NIHL.
Laki-laki lebih dari perempuan yang dilaporkan memiliki gangguan pendengaran suaradiinduksi (NIHL). Namun, apakah ini merupakan konsekuensi dari sensitivitas yang lebih
besar untuk NIHL di tempat kerja atau apakah itu merupakan tingkat yang lebih tinggi dari
paparan
kebisingan
nonoccupational
tidak
jelas.
usia
Tidak ada perbedaan yang jelas ada di antara individu muda dan tua dalam kerentanan
mereka terhadap kebisingan yang disebabkan gangguan pendengaran (NIHL).
3.Penyebab
Noise yang disebabkan gangguan pendengaran (NIHL) disebabkan oleh tingginya tingkat
kebisingan ambien. OSHA telah menetapkan bahwa paparan kenyaringan tingkat yang lebih
rendah dari 85 dBA terus menerus selama 8 jam hari kerja tidak mungkin menyebabkan
kerusakan. Namun, orang yang sensitif mungkin mengalami gangguan pendengaran
bahkan
pada
ini
atau
tingkat
sedikit
lebih
rendah.
signifikan
mengurangi
jumlah
kerusakan
yang
diharapkan.
Selain itu, ini trade-off antara intensitas dan durasi menjadi tidak berarti setelah batas elastis
jaringan telinga bagian dalam terlampaui. Pada titik ini, aturan yang mengatur noise impuls
ikut bermain. Titik di mana hal ini terjadi pada manusia tidak jelas. Data yang tersedia
menunjukkan bahwa paparan singkat intensitas tinggi yang relatif impuls noise
menghasilkan kerusakan kurang dari yang diharapkan dari ekstrapolasi kurva intensitasdurasi yang didirikan untuk kebisingan mapan. Misalnya, personel angkatan udara yang
sehat muda terbuka untuk 0,4 detik untuk suara dari 153 dB menderita hanya sangat sedikit
TTS, kerusakan jauh lebih sedikit daripada yang telah diharapkan dari data yang diperoleh
dari
penelitian
terus-eksposur.
sebagai
tingkat
kenyaringan
yang
berfluktuasi
lebih
dari
20
dBA.
Trauma akustik adalah suara sangat keras biasanya mengakibatkan segera, gangguan
pendengaran permanen. Rangsangan suara sementara tersebut umumnya kurang dari 0,2
detik dalam durasi. 2 jenis suara sementara kebisingan impuls, yang biasanya merupakan
hasil dari ledakan, dan dampak kebisingan, yang dihasilkan dari tabrakan (biasanya logam
pada logam). Dampak suara sering dikaitkan dengan gema dan gaung, yang menghasilkan
puncak
akustik
dan
palung.
Menilai tingkat paparan kebisingan yang dialami individu dapat menjadi sangat sulit. Dalam
kebanyakan lingkungan kerja, kebisingan tidak terus berkelanjutan dan karena itu berselang.
Selain itu, banyak individu yang mobile dan bergerak melalui lingkungan kebisingan
intensitas yang berbeda untuk berbagai periode selama bekerja. The American National
Standards Institute (ANSI) dan International Organization for Standar (ISO) telah
menetapkan
Secara
standar
keseluruhan,
rinci
tingkat
Intensitas
Pola
untuk
mengukur
NIHL
kebisingan
dipengaruhi
oleh
kebisingan
temporal
Pola
Durasi
Kerentanan
suara
spektral
paparan
(continuous,
kebisingan
kebisingan
(waktu
individu
lingkungan.
berikut:
(dBA)
terputus-putus,
(frekuensi
rata-rata
tertimbang
sementara)
konten)
[TWA])
kebisingan
Paparan 100 dBA terus menerus dapat diharapkan untuk menghasilkan, rata-rata, tingkat
berikut
gangguan
Lima
pendengaran:
tahun:
Dua
puluh
Empat
5
tahun:
puluh
tahun:
dB
14
dB
19
dB
sebagai
berikut:
Daun
blower
Mesin
pemotong
rumput
musik
rock
Gergaji
Konser
Suara
jet
Pesawat
pribadi
Snowmobiles
Jet
ski
Sepeda
Motor
Sebuah studi kebisingan impuls dalam tentara terkena tingkat kebisingan-senjata terkait
(1,6-16 kHz) menemukan bahwa, setelah layanan militer mereka, sidang tentara telah
secara signifikan memburuk (rata-rata 6 dB eksklusif pada 10 dan 12 kHz). Transiently
dimunculkan emisi otoacoustic (TEOAE) reduksi terdaftar terutama pada 2, 3, dan 4 kHz,
dengan penurunan terbesar pada 2 kHz. Mengurangi tingkat TEOAE dalam tentara terkena
kebisingan mungkin merupakan tanda pertama dari potensi kehilangan pendengaran.
Dengan menggunakan data dari tiga penyedia asuransi kesehatan yang berbeda, sebuah
penelitian di Jerman menetapkan bahwa risiko NIHL tinggi dalam musisi profesional. Studi
ini meneliti tingkat insiden untuk gangguan pendengaran, serta, lebih khusus, untuk NIHL,
gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensorineural, gangguan
pendengaran konduktif dan sensorineural, dan tinnitus, di antara orang-orang berusia 19-66
tahun. Antara tahun 2004 dan 2008, dari lebih dari 3 juta orang tertanggung dianggap
memenuhi syarat untuk penelitian, termasuk 2.227 musisi profesional, 283.697 kasus
gangguan pendengaran terlihat, dengan 238 melibatkan musisi profesional. Para peneliti
menghitung rasio hazard yang disesuaikan untuk gangguan pendengaran dan Ketulian
akibat
bising,
bagi
para
musisi,
menjadi
1,45
dan
3,61,
masing-masing.
[12]
Meskipun radio portabel dan kaset, CD, atau MP3 player yang mampu menghasilkan tingkat
kenyaringan yang lebih besar dari 85 dB, mereka tidak umum disesuaikan dengan tingkat
tinggi seperti, bahkan oleh remaja; ketika mereka, waktu paparan umumnya pendek
dibandingkan dengan 8 jam hari kerja. Dobie telah mencatat pengecualian untuk
pengamatan ini. Ketika pemutar kaset portabel yang digunakan di tempat kerja, paparan
dari pemutar kaset dapat ditambahkan ke kebisingan di tempat kerja dan meningkatkan
potensi
cedera.
Kebanyakan nonoccupational NIHL adalah hasil dari kebisingan senjata api. Senjata api
dapat menghasilkan tingkat kebisingan hingga 170 dB. Pria yang memiliki lingkungan kerja
yang tenang dan terlibat dalam olahraga menembak memiliki, rata-rata, gangguan
pendengaran setara dengan orang-orang yang telah bekerja selama 20 tahun di pabrik
dengan tingkat kebisingan 89 dBA-.
H83.8 OTHER SPECIFIED DISEASES OF INNER EAR
Penyakit lain pada telinga bagian dalam
H83.9 DISEASES OF INNER EAR, UNSPECIFIED
Penyakit lain pada telinga bagian dalam yang tidak dijelaskan
H90.0
H90.1
H90.2
H90.3
H90.4
H90.5
H90.6
H90.7
H90.8
H91
H91.0
Use additional external cause code (Chapter XX), if desired, to identify toxic
agent.
H91.1
Presbycusis
Presbyacusia
H91.2
H91.3
H91.8
H91.9
H92
H92.0
Otalgia
H92.1
Otorrhoea
Excludes: leakage of cerebrospinal fluid through ear (G96.0)
H92.2
Otorrhagia
Excludes: traumatic otorrhagia code by type of injury.
H93
H93.0
H93.1
Tinnitus
H93.2
H93.3
H93.8
H93.9
H94*
H94.0*
H94.8*
H95
H95.0
H95.1
H95.8
H95.9
Gangguan pendengaran juga dikaitkan dengan konsumsi aspirin dosis tinggi atau
obat obat ototoksik lainnya seperti NSAID.1
Walaupun sangat tidak biasa, neuroma akustik atau metastasis kanker (terutama
kanker payudara) dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan pendengaran.
Keadaan ini dicirikan dengan adanya kombinasi dari gangguan pendengaran, pusing
dan tidak seimbang.1
4.Gejala
Dapat terjadi telinga berdengung dan kesulitan mendengar ketika ada kebisingan. Pada
beberapa penderita SNHL lainnya bahkan tidak dapat dapat mendengar sama sekali.
Namun, ada juga penderita yang tidak menunjukan gejala apa apa.2,3
5.Diagnosis
Diagnosis SNHL dapat dilakukan dengan pemeriksaan telinga secara komprehensif dan
melihat data rekam medis pasien serta riwayat keluarganya. Diagnosis SNHL ditegakan
melalui pemeriksaan audiometri. Pasien dengan defisit pada koklea akan gagal pada tes
OAE (otoacustic emissions) sedangkan pasien dengan gangguan nervus VIII gagal dalam
tes ABR (auditory brainstem evoked response).1 CT scan kepala, MRI atau EEG juga dapat
dilakukan untuk membantu memastikan diagnosis.2
Alur Pemeriksaan
5.Komplikasi
Komplikasi utama dari SNHL adalah penurunan pendengaran berlangsung lama, yang
kemudian dapat menyebabkan depresi dan kecemasan.2
6.Tatalaksana
Tidak ada tatalaksana yang efektif untuk SNHL itu sendiri, namun kita dapat mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih parah jika mengetahui penyebab utama dari SNHL itu.
Misalnya pada SNHL karena obat obatan ototoksik, pasien harus menghentikan
penggunaan obat obatan tersebut, SNHL karena pajanan kebisingan, pasien harus
menghindari diri untuk terpajan kebisingan dan itu berlaku untuk sebagian besar penyebab
lainnya.2
Alat bantu yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pendengaran pada penderita
SNHL yaitu hearing aid dan cochlear implant.
Hearing aid adalah alat elektronik yang dipasang ditelinga. Alat ini terdiri dari
mikrofon kecil, sebuah amplifier yang meningkatkan volume dan sebuah speaker
kecil yang mentransmisikan suara ke telinga.
7.Pencegahan
Hidup sehat dan bersih, menghindari diri untuk terkena infeksi terutama infeksi yang
dapat menyebabkan SNHL
evolusi cepat pengetahuan tentang genetika kondisi ini dilapis dengan sifat inheren
multidisiplin layanan genetik memberikan contoh kondisi yang pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi
dengan
baik
ke
perawatan
jelas
dibutuhkan
Kata kunci: skrining bayi yang baru lahir, pengujian genetik, gangguan pendengaran bawaan
Pergi
ke:
LATAR
BELAKANG
Epidemiologi
Gangguan pendengaran yang relatif umum pada populasi manusia. Mendalam gangguan
pendengaran bawaan diperkirakan terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 kelahiran; sekitar 50%
dari kasus yang diduga disebabkan oleh faktor lingkungan dan sisanya untuk causes1,2
genetik (Gbr. 1). Contoh mantan termasuk trauma akustik, paparan obat ototoksik (misalnya,
aminoglikosida), dan infeksi bakteri atau virus, seperti rubella atau cytomegalovirus (CMV).
Sekitar 70% kasus kongenital yang berhubungan dengan faktor genetik diklasifikasikan
sebagai nonsyndromic (tuli yang tidak terkait dengan temuan klinis lain yang mendefinisikan
sindrom diakui). Dalam 30% sisanya, salah satu dari lebih dari 400 bentuk tuli sindrom dapat
didiagnosis karena terkait findings.1,3 klinis Patologi pendengaran bervariasi antara banyak
bentuk gangguan pendengaran sindrom dan termasuk defisit konduktif dan sensorineural
yang mungkin unilateral atau bilateral, simetris atau asimetris, dan progresif atau stable.4
Gambar.
Gambar.
"Distribusi penyebab" untuk kehilangan pendengaran yang mendalam pada masa bayi.
Etiologi derajat lebih rendah dari gangguan pendengaran pada masa neonatus tidak
dipahami
dengan
baik.
10%
sisanya
atau
kurang
dilahirkan
sampai
mati
orang
tua.
Selama 5 tahun terakhir, kemajuan yang luar biasa telah dibuat mengidentifikasi baru lokus
gangguan pendengaran dan kloning gen baru untuk ketulian. Sampai saat ini, setidaknya 77
lokus untuk NSHI telah dipetakan: 40 autosomal dominan, 30 resesif autosomal, dan 7 Xlinked.7 Pada Juli 2001, 50 gen pendengaran telah diidentifikasi dan diurutkan termasuk 14
untuk gangguan dominan autosomal, 9 untuk autosomal resesif, 2 untuk X-linked, 5
mitokondria, dan setidaknya 31 gen untuk gangguan pendengaran sindrom. Dalam
beberapa kasus, mutasi yang berbeda pada lokus yang sama telah ditemukan
menyebabkan bentuk sindrom dan nonsyndromic tuli. Meskipun kemajuan signifikan telah
dibuat, jelas bahwa gen dan mutasi menunggu penemuan. Informasi tentang gen ini dan
produk protein mereka merevolusi pengetahuan kita tentang proses molekuler yang terlibat
dalam mendengar dan meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana perubahan
proses
ini
dapat
menyebabkan
gangguan
pendengaran.
Pengetahuan
ini
dapat
mitokondria
program
skrining
yang
bayi
spesifik.
baru
lahir
Program skrining bayi yang baru lahir untuk gangguan diwariskan dimulai pada awal
1960s.8 Mereka telah berevolusi menjadi kesehatan masyarakat sistem skrining bayi baru
lahir saat ini yang termasuk skrining untuk penyakit metabolik, hemoglobinopathies,
gangguan endokrin, cystic fibrosis, dan penyakit menular. Baru-baru ini, gangguan
pendengaran telah ditambahkan ke daftar ini gangguan setuju untuk skrining bayi yang baru
lahir. Enam komponen penting telah mendasar bagi keberhasilan program ini: (1)
penyaringan pada periode baru lahir; (2) prompt tindak lanjut dan rujukan; (3) evaluasi
diagnostik bayi dengan hasil tes skrining yang positif; (4) perencanaan dan pelaksanaan
strategi manajemen yang cepat; (5) evaluasi program yang berkelanjutan untuk memastikan
prosedur pengujian yang valid, menilai efisiensi tindak lanjut dan intervensi, dan
mengevaluasi manfaat bagi pasien, keluarga, dan masyarakat; dan (6) pendidikan
profesional dan konsumen tentang manfaat dan prosedur yang terlibat dalam sistem
pemeriksaan baru lahir. Dalam program terkoordinasi dengan baik komponen ini terintegrasi
untuk mencapai tujuan dasar mengurangi kematian, angka kesakitan, kecacatan dan untuk
bayi
disaring.
Dalam beberapa tahun terakhir, dampak teknologi baru dan pengetahuan telah
menyebabkan ekspansi yang cepat dalam sejumlah kondisi yang skrining bayi baru lahir
dapat considered.9 Faktor-faktor ini telah menyebabkan variasi antara negara-negara,
dengan beberapa screening negara baik mandat atau program percontohan untuk
sedikitnya tiga kondisi dan lain-lain untuk sebanyak 30 atau more.10,11 Dalam hal frekuensi
tes positif dan potensi jumlah penyebab terdeteksi, pengenalan screening untuk gangguan
pendengaran merupakan peningkatan besar dalam sejumlah kondisi genetik dan lingkungan
yang berbeda secara fundamental yang skrining bayi yang baru lahir sekarang dilakukan. Ini
merupakan pertimbangan penting yang tidak diakui secara luas. Salah satu tujuan dari
laporan ini adalah untuk menyoroti beberapa fitur unik dari gangguan pendengaran bawaan
terdeteksi melalui skrining pendengaran bayi yang baru lahir.
H90.0
Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar
atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam
telinga.
Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian
dalam telinga atau syaraf pendengaran yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman
pesan bunyi ke otak.
H90.1
H91.0 ototoxic
Ototoxicity adalah milik menjadi racun bagi telinga (oto-), khususnya koklea atau saraf
pendengaran dan kadang-kadang sistem vestibular; itu umumnya obat-induced. Obat
ototoksik termasuk antibiotik seperti gentamisin, diuretik loop seperti furosemid dan platinum
berbasis
agen kemoterapi seperti cisplatin. Sejumlah obat anti-inflamasi (OAINS) juga telah terbukti
aminoglikosida-induced
ototoksisitas.
The
ototoxicity
gentamisin
dapat
tuli
permanen.
[6]
Antibiotik makrolida, termasuk eritromisin, berhubungan dengan efek ototoksik reversibel. [7]
Mekanisme yang mendasari ototoxicity mungkin gangguan transportasi ion dalam vaskularis
stria. [7] Faktor predisposisi mencakup gangguan ginjal, gangguan hati, dan transplantasi
organ
baru-baru
ini.
7]
Diuretik
loop
Loop diuretic furosemide dikaitkan dengan ototoxicity, terutama ketika dosis melebihi 240
mg per jam. [8] Senyawa asam ethacrynic terkait memiliki hubungan yang lebih tinggi
dengan ototoxicity, oleh karena itu lebih disukai hanya untuk pasien dengan alergi sulfur. [9]
bumetanide
furosemide.
Agen
menganugerahkan
penurunan
risiko
ototoxicity
dibandingkan
dengan
[7]
kemoterapi
Oncology
merekomendasikan
terhadap
penggunaan
rutin.
[13]
Alkaloid vinca, termasuk vincristine, juga terkait dengan ototoxicity reversibel. [7]
Lainnya
Efek ototoksik juga terlihat dengan kina dan logam berat seperti merkuri dan timbal. [7] Pada
dosis tinggi, aspirin dan salisilat lainnya juga dapat menyebabkan tinggi-lapangan tinnitus
dan gangguan pendengaran di kedua telinga, biasanya reversibel setelah penghentian obat.
[ 7] Obat disfungsi ereksi Viagra, Levitra, dan Cialis juga telah dilaporkan menyebabkan
gangguan
pendengaran.
[14]
Eksposur
campuran
Bahan kimia ototoksik berinteraksi dengan tekanan mekanis pada sel-sel rambut koklea
dengan cara yang berbeda. Untuk pelarut organik seperti toluena, stirena atau xilena,
gabungan paparan dengan kebisingan meningkatkan risiko gangguan pendengaran secara
sinergis. [15] Logam berat, asfiksia dan endokrin memiliki berbagai interaksi juga. Batas
Toksisitas untuk eksposur gabungan tidak mapan. Namun, mengingat potensi untuk
meningkatkan risiko gangguan pendengaran, eksposur suara harus disimpan di bawah 85
desibel, dan eksposur kimia harus di bawah batas paparan yang direkomendasikan
diberikan
oleh
lembaga-lembaga
seperti
OSHA,
NIOSH,
atau
ACGIH.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus mungkin tersedia, tetapi penarikan obat ototoksik dapat
dibenarkan ketika konsekuensi melakukannya kurang parah dibandingkan ototoxicity itu. [7]
Sulit untuk membedakan antara kerusakan saraf dan kerusakan struktural karena kesamaan
gejala. Diagnosis ototoxicity biasanya hasil dari mengesampingkan semua sumber lain yang
mungkin gangguan pendengaran dan sering penjelasan mencakup semuanya untuk gejala.
Pilihan pengobatan bervariasi tergantung pada pasien dan diagnosis. Beberapa pasien
mengalami gejala hanya sementara yang tidak memerlukan pengobatan drastis sementara
yang lain dapat diobati dengan obat-obatan. Terapi fisik mungkin berguna untuk
mendapatkan kembali keseimbangan dan berjalan kemampuan. Implan koklea kadangkadang salah satu pilihan untuk mengembalikan pendengaran. Perawatan tersebut
biasanya diambil untuk menghibur pasien, tidak untuk menyembuhkan penyakit atau
kerusakan yang disebabkan oleh ototoxicity. Tidak ada obat atau restorasi kemampuan jika
kerusakan menjadi permanen, [16] [17] meskipun koklea terminal saraf regenerasi telah
diamati pada ayam, [18] yang menunjukkan bahwa mungkin ada cara untuk mencapai hal
ini
pada
manusia.
Gejala
Gejala ototoxicity termasuk hilangnya sebagian atau mendalam pendengaran, vertigo, dan
tinnitus.
Koklea terutama struktur pendengaran yang terletak di telinga bagian dalam. Ini adalah shell
siput berbentuk berisi beberapa ujung saraf yang membuat pendengaran mungkin. [19]
Ototoxicity biasanya terjadi ketika telinga bagian dalam diracuni oleh obat yang merusak
koklea, vestibulum, kanal setengah lingkaran, atau pendengaran / vestibulocochlear saraf.
Struktur rusak maka menghasilkan gejala pasien menyajikan dengan. Ototoxicity di koklea
dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada rentang frekuensi tinggi pitch atau tuli
lengkap, atau kerugian pada titik-titik antara. [20] Hal ini dapat hadir dengan gejala bilateral
simetris, atau asimetris, dengan satu telinga mengembangkan kondisi setelah yang lain atau
tidak sama sekali. [20] Kerangka waktu untuk perkembangan penyakit sangat bervariasi dan
gejala gangguan pendengaran mungkin bersifat sementara atau permanen. [19] Ototoxicity
di
koklea
juga
dapat
menghasilkan
tinnitus.
Ruang depan dan saluran setengah lingkaran adalah komponen dalam telinga yang terdiri
dari
sistem
vestibular.
Dua jenis organ otolith disimpan di ruang depan: saccule, yang menunjuk secara vertikal
dan mendeteksi percepatan vertikal, dan utrikulus, yang menunjuk secara horizontal dan
mendeteksi percepatan horisontal. Organ otolith bersama-sama merasakan posisi kepala
sehubungan dengan gravitasi ketika tubuh yang statis; maka gerakan kepala ketika itu
miring; dan perubahan lapangan selama setiap gerak linear dari kepala. Saccule dan
utrikulus mendeteksi gerakan yang berbeda, informasi yang otak menerima dan
mengintegrasikan untuk menentukan mana kepala dan bagaimana dan di mana ia bergerak.
Ruang depan dan kanal-kanal setengah lingkaran bersama-sama mendeteksi segala arah
gerakan
kepala.
Kanal-kanal setengah lingkaran tiga struktur tulang berisi cairan. Seperti ruang depan,
tujuan utama dari kanal adalah untuk mendeteksi gerakan. Setiap kanal berorientasi pada
sudut kanan ke orang lain, memungkinkan deteksi gerakan dalam bidang apapun. Kanal
posterior mendeteksi gerakan bergulir, atau gerak pada sumbu X; kanal anterior mendeteksi
pitch, atau gerak pada sumbu Y; kanal horisontal mendeteksi gerakan yaw, atau gerak
tentang Z sumbu. Ketika obat beracun di ruang depan atau kanal-kanal setengah lingkaran,
pasien
merasakan
kehilangan
keseimbangan
atau
orientasi
daripada
kerugian
pendengaran. Gejala pada organ-organ ini hadir sebagai vertigo, kesulitan berjalan dalam
cahaya rendah dan gelap, ketidakseimbangan, oscillopsia antara lain. [20] Masing-masing
masalah ini berhubungan dengan keseimbangan dan pikiran bingung dengan arah gerak
atau kurangnya gerak. Baik ruang depan dan setengah lingkaran kanal mengirimkan
informasi ke otak tentang gerakan; saat ini beracun, mereka tidak dapat berfungsi dengan
baik
yang
mengakibatkan
miskomunikasi
dengan
otak.
Ketika ruang depan dan / atau kanal setengah lingkaran dipengaruhi oleh ototoxicity, mata
juga bisa terpengaruh. Nistagmus dan oscillopsia adalah dua kondisi yang tumpang tindih
vestibular dan sistem mata. Gejala ini menyebabkan pasien mengalami kesulitan dengan
melihat dan pengolahan gambar. Tubuh sadar mencoba untuk mengkompensasi sinyal
ketidakseimbangan yang dikirim ke otak dengan mencoba untuk mendapatkan isyarat visual
untuk mendukung informasi itu menerima. Hal ini menyebabkan pusing itu dan "pusing"
pasien perasaan digunakan untuk menggambarkan kondisi seperti oscillopsia dan vertigo.
[20]
Pendengaran / saraf vestibulocochlear, atau saraf kranial VIII, adalah komponen paling
menderita dari telinga ketika ototoxicity muncul, tetapi jika saraf dipengaruhi, kerusakan
yang paling sering permanen. Kranial VIII saraf "memiliki bagian vestibular yang berfungsi
dalam keseimbangan, keseimbangan, dan orientasi dalam ruang tiga dimensi, dan sebagian
koklea yang berfungsi dalam sidang." [21] Meskipun vestibular atau cochlear struktur
berfungsi normal, penderitaan saraf efektif penangkapan komunikasi antara struktur dan
otak. Gejala ini mirip dengan yang dihasilkan dari vestibular dan koklea kerusakan, termasuk
tinnitus, dering dari telinga, difficultly berjalan, tuli, dan masalah keseimbangan dan
orientasi. [21]
H91.1 presbycusis
Presbycusis atau Presbycusis adalah gejala kurangnya daya dengar seiring dengan
bertambahnya usia, merupakan hal yang umum terjadi. Gejala ini bersifat semakin tua
semakin berat (gradual). Sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Di Indonesia,
belum ada data pasti tentang berapa persen lansia (usia lebih dari 60 tahun) menderita
presbycusis. Namun dari penelitian di AS, terdapat sekitar 33% presbycusis pada usia lebih
dari 60-70 tahun, dan 45% pada usia lebih dari 70 tahun (Feeney, 2008).
Penyebab Presbycusis
Belum diketahui secara pasti, apa sebenarnya penyebab terjadinya gangguan pendengaran
ini, namun diduga terjadinya perubahan fisiologis yang terjadi di dalam telinga karena proses
menjadi tua, degradasi persarafan di telinga yang berhubungan dengan otak, atau
berkurangnya supply darah ke telinga. Proses ini sebenarnya terjadi sepanjang waktu,
namun semakin memberat karena adanya paparan dengan suara keras, infeksi telinga
kronis, "perlukaan" (injury) pada organ telinga, atau bahkan genetik. Suara keras tersebut
bisa terjadi di dalam ruangan : seperti kalau bekerja di tempat bising, misalnya di bagian
proses produksi; atau di luar ruangan : karena bertempat tinggal di dekat bandara, stasiun,
terminal atau klub hiburan/disko bahkan berada pada saat terjadi bom/letusan dll. Paparan
suara
keras/bising
bisa
terjadi
kronis
atau
eksplosif.
Pengobatan Presbycusis
Pengobatan presbycusis yang umum adalah penggunaan alat bantu dengar. Alat bantu
dengar ini alat bantu dengar biasa yang seperti yang sering kita lihat atau berupa seperti
televisi infrared, atau senter/flashlight yang menyala sewaktu ada rangsang suara. Namun
ternyata, alat bantu dengar yang biasa pun, juga masih mahal untuk lansia yang tentu saja
kebanyakan sudah pensiun...sehingga pengguanaan alat bantu dengar ini tidak sejajar
dengan beratnya gangguan pendengaran yang terjadi. Persentasi penggunaan alat bantu
dengar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi dan tingkat "independensi" dari lansia itu
sendiri. Maka cara termudah terhindar dari presbycusis adalah deteksi dini dan
mencegahnya.
Deteksi Dini Presbycusis
Sebenarnya ada cara mudah mengetahui terjadinya presbycusis adalah sewaktu kita tidak
bisa jelas mengikuti pembicaraan dalam telepon, lebih enak berkomunikasi bila melihat
"gerak bibirnya", atau kita sering ditegur karena melihat TV dengan suara keras.
Pencegahan Presbycusis
Mencegah terjadinya presbycusis adalah melakukan pemeriksaan audiogram berkala. Tentu
saja kita belum dapat menuntut pemerintah memberikan pelayanan pemeriksaan audiogram
itu setiap 3 tahun atau bahkan setiap tahun seperti pada negara berkembang. Tapi
setidaknya kalau kita sudah mengalami gangguan berkomunikasi seperti yang disebutkan
diatas, maka secepatnya waspada dan segera periksa ke dokter spesialis Telinga Hidung
Tenggorokan (THT). Tentunya juga dilakukan proteksi dari suara keras/bising (seperti
memakai earplug, alat pelindung diri kalau memang bekerja/tinggal di tempat berisiko),
regulasi tekanan darah, dan perilaku sehat (tidak merokok/minuman keras, gizi seimbang,
istirahat/tidur cukup dll)
Efek Presbycusis
Jangan dianggap remeh dampak presbycusis ini, karena kesulitan berkomunikasi berarti
meningkatkan terjadinya depressi (yang sebenarnya emosi lansia sudah menjadi begitu
mudah depresi), sehingga kualitas hidup lansia menjadi semakin menurun, karena menjadi
frustasi, meng"isolasi"kan diri, merasa kesepian dll. Beberapa penelitian terakhir
menunjukkan efek presbycusis adalah gangguan bicara (Insyaallah pada entri berikutnya
akan dibahas), bahkan ada yang menyebutkan presbycusis merupakan tanda awal kondisi
kesehatan yang memburuk.
H91.2 IDIOPATHI C
Abstrak
TUJUAN:
Untuk mengevaluasi efektivitas suntikan steroid intratympanic pada pasien dengan idiopatik
tiba-tiba kehilangan pendengaran sensorineural (SSNHL) yang tidak menanggapi steroid
sistemik.
BAHAN
DAN
METODE:
Sebuah studi kohort prospektif dari 31 pasien, dengan idiopatik SSNHL refrakter terhadap
terapi steroid oral yang diobati dengan injeksi steroid intratympanic. Suntikan dilakukan
seminggu sekali selama tiga minggu berturut-turut. Audiometri nada murni (PTA) dan skor
diskriminasi pidato (SDS) dilakukan sebelum dan dua bulan setelah injeksi steroid
intratympanic telah selesai. Keberhasilan pengobatan didefinisikan sebagai penurunan PTA
sebesar
10
dB
atau
lebih,
atau
peningkatan
SDS
20%
atau
lebih.
HASIL:
Tiga puluh satu pasien diobati dengan injeksi steroid intratympanic, 22 perempuan dan 9
laki-laki. Usia rata-rata adalah 53 tahun. Keseluruhan keberhasilan adalah 14 pasien
(45,2%). Sebelas dari pasien (35,5%) menunjukkan peningkatan baik di PTA atau SDS, di
antaranya ada dua pasien yang mengalami perbaikan hanya PTA dan sembilan pasien
mengalami perbaikan hanya di SDS. Selain itu, tiga pasien (9,7%) mengalami perbaikan di
kedua
PTA
dan
SDS.
KESIMPULAN:
Injeksi steroid Intratympanic efektif meningkatkan pendengaran pada pasien dengan SSNHL
setelah kegagalan pengobatan dengan steroid sistemik lisan dan tidak terkait dengan efek
samping. Oleh karena itu, dapat digunakan sebagai terapi penyelamatan setelah gagal
pengobatan konvensional. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempertimbangkan
apakah injeksi steroid intratympanic dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama di
SSNHL.
H91.3 DEAF MUTISM, not elsewhere
Tuli kongenital yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk berbicara
H91.8 Other specified hearing loss
Hilangnya pendengaran lain
H91.9 Hearing loss, unspecified
Hilangnya pendengaran yang tidak dijelaskan
3.
PENYEBAB
Otalgia primer
a.
Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat
disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat
musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah
penyakit ini biasa disebut sebagai telinga perenang( Bluest D, 1996 ).
Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda
utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat
memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna
karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga
berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi
pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986).
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada
liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus,
1986).
b.
Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur kartilago.
Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri
tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi
bersamaan atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam
sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c.
Otitis Media
Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh demam,
iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan otitis media supuratif
akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab
meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri
telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya
didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan
orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh
ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam (Petrus,
1986).
d.
Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada
telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba
(Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di
dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur,
biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).
e.
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang tidak
adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut
tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi,
setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan
mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret
purulen dari performasi membrana timpani dan sagging dinding posterior superior bagian
dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986).
f.
Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus
akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri
yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak
terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2.
Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
1.
Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi
belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.
2.
Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama sinus
maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.
3.
4.
Glandula salivatori
Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama
kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia
5.
Iritasi Durameter
Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial
dapat menimbulkan nyeri telinga.
b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf
fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks
dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling
sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bells palsy sebelum terjadinya paralysis pada
wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami
otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.
c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering menyebabkan
nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus
dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.
Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau adanya
benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.
e. Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat
pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.
4.
PATOFISIOLOGI
PATHWAY
5.
KLASIFIKASI
Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga.
Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut,
Miringitis bulos, dll.
2.
Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula salivatori,
Iritasi Durameter, Bells palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes
peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
6.
GEJALA KLINIS
telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah
mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala.
Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau
menelan.
7.
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang amat
sangat menggangu di telinganya.
Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
8.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6
meter. Syarat melakukan tes Bisik :
1)
Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan
bibir pemeriksa.
2)
Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak
diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
3)
Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh
pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang
mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).
4)
5)
6)
7)
Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan
biasa.
b. Tes Garpu Tala.
Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
1)
2)
3)
4)
Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum
mastoid penderita.
5)
Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke
telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
6)
Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka
penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
7)
Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala
tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
8)
Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi
penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan
melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
1)
2)
Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).
3)
Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan
meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
4)
5)
6)
Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah
kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
1)
2)
Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun ubun,
rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
3)
4)
Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa berarati
: normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
5)
Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.
6)
Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri
dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli
persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang
kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.
Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam cara untuk
mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa
seseorang mengalami ketulian diperlukan tes tes yang lain selain yang dipaparkan diatas.
C. Pemeriksaan Keseimbangan
1) Berdiri normal
2) Berdiri kaki rapat
3) Berdiri tandem
4) Berdiri satu kaki
5) Berbagai posisi lengan pada tes di atas
6) Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas
10. TERAPI
Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai dengan penyakit primer yang
menyebabkan otalgia tersebut. Terapi yang diberikan dapat berupa : Jika terdapat kotoran
yang keras atau benda asing akan dibersihkan dengan alkohol, asam salisilat. Pada kasus
infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau anti jamur. Pada kasus tertentu
bahkan dilakukan tindakan pembedahan. Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1)
a) Airway
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya
kemungkinan kondisi klien tidak mengalami :
a.
b.
c.
Suara serak
Breathing
a. Batuk
b. Sesak napas
c. Adanya penggunaan otot bantu napas
d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 24 x/mnt.
c)
Circulation
TD meningkat
b.
c.
Demam
d)
Disability / Neurological
Aktivitas menurun
Data obyektif :
Tidak terjadi Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia )
gangguan pendengaran
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
Data obyektif:
c.
Eliminasi
Data Subyektif:
Data obyektif
d.
Data Subyektif:
Data obyektif:
e.
Sensori neural
Data Subyektif:
Kelemahan
Pendengaran berkurang
Data obyektif:
f. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh penyakit primer dari otalgia
Data obyektif:
Gelisah
Ketegangan otot
g.
Respirasi
Data Subyektif :
Sesak nafas
Batuk kering
Flu
Data obyektif:
h.
Keamanan
Data Subyektif :
Cemas
Data obyektif:
Penurunan pendengaran
i.
Interaksi sosial
Data Subyektif:
Pendengaran menurun
Data obyektif:
Penurunan komunikasi.
3.Intervensi Keperawatan
NO.
DX
INTERVENSI
DX 1
Setelah
dilakukan
tindakanMANDIRI
keperawatan selama .x 24 jam
indikator
nyeri akut yang klien rasakan dapata.Kaji tingkat nyeri yang1.Sebagai
dirasakan
baik
keefektifan
intervensi
terkontrol.
intesitas,
karakteriskyang diberikan dan
maupun
beratnyaperubahan karakteristik
(skala
1-10).nyeri.
Kriteria hasil :
2. Menurunkan reaksi
a.
tidak melaporkan adanya nyeri
terhadap stimulasi dari
secara verbal
luar atau sensivitas
pada suara-suara bising
b. Berikan lingkungandan
meningkatkan
yg
tenang
sesuai
istirahat/relaksasi.
b.
mengurangi adanya gerakan
untuk melindungi bagian tubuh yangindikasi.
3.Mampu meningkatkan
nyeri dan terlihat meringis
rasa
nyaman
dan
mengurangi rasa nyeri.
c.
tekanan darah normal, dan
nadi normal
c.Berikan
RASIONAL
4.Menurunkan gerakan
kompresyang
dapat
hangat
nyeri.
pada
lokasimeningkatkan nyeri.
5. Mungkin diperlukan
d.Berikan posisi yanguntuk
menghilangkan
nyaman pada kliennyeri yang berat serta
sesuai indikasi.
meningkatkan
kenyamanan
dan
istirahat.
KOLABORASI :
e.Berikan
analgetik,
seperti asetaminofen
1. Untuk menentukan
intervensi selanjutnya
DX 2
2.
membantu
menurunkan
badan klien
untuk
suhu
3. Mencegah dehidrasi
Kriteria hasil :
MANDIRI :
a. Pantau suhu klien
setiap 8 jam
a.
b.
c.
d.
4. Untuk pengeluaran
panas lebih efektif
c.
Anjurkan
klien
pentingnya
mempertahankan
asupan cairan yang
adekuat
5.Pemberian antipiretik
menurunkan
d. Jelaskan perlunyadapat
menggunakan pakaianpanas badan klien
yang kendur dan tipis
serta
keringat
menyerap
KOLABORASI :
1.Makanan yang cair
e.Anjurkan pemberianlembut
dan
dingin
antipiretik paracetamol biasanya
ditoleransi
dengan baik
MANDIRI :
DX 3
d.Batasi
minum
bersama
makan,
hindari bau makanan
DX 4
dengan1.Menimbulkan
mental klien yang
positif
Kriteria hasil :
a.
Tidak
pendengaran
b.
Komunikasi
dapat diterima
terjadi
yang
2.Meyakinkan klien
bahwa
dia
tidak
distorsi
sendiri dan ada yang
memperhatikan
b.Memberikan dukungandirinya
secara emosional
dilakukan
3.Agar
c.Ajarkan
klienmemperparah
perawatan telinga yangpenurunan
pendengaran
sesuai indikasi
terjadi pada
tidak
yang
klien
d.Memperbaiki
cara
komunikasi
dengan
bicara pelan di dekat
klien dan tidak berteriak-4.Dengan
teriak
teriak
berteriakdapat
memperparah kondisi
telinga klien
DX 5
a.Kaji
tingkat
pengetahuan klien
4.Mengevaluasi
intervensi yang telah
dilakukan pada klien
H92.1 Otorrhea
Adanya cairan nanah yang berasal dari telinga
H92.2 Otorrhagia
Pendarahan yang terjadi di telinga
H93.1 Tinnitus
Pengertian tinnitus
Tinnitus adalah kondisi dimana seseorang mendengar bunyi dengingan di telinga (ringing
in ear), atau merupakan persepsi pendengaran yang sesungguhnya tidak berasal dari suara
luar. Suara yang terdengar bisa berbeda-beda, dapat berupa dengungan, denging,
mengerik, menderu, raungan, siulan ataupun suara berdesis dengan tingkat gangguan yang
berlainan. Bunyi berdenging itu dapat muncul sesekali ataupun terus menerus.
Tinnitus biasanya merupakan pertanda dari kondisi kesehatan yang lainnya, misalnya
berkurangnya pendengaran karena faktor umur, telinga yang cedera, atau gangguan sistem
sirkulasi darah. Meskipun mengganggu, telinga berdenging biasanya bukan merupakan
kondisi yang serius.
Tinnitus bisa menimpa satu telinga saja atau kedua telinga sekaligus. Juga dapat terjadi
secara mendadak (misalnya karena trauma, cedera kepala atau otak) ataupun secara
perlahan sebagai bagian dari proses kepikunan. Banyak yang menganggap bahwa telinga
berdenging lebih merupakan sebuah syndrome daripada penyakit.
Jenis-jenis tinnitus / telinga berdenging
Ada dua jenis tinnitus, yaitu tinnitus subyektif dan tinnitus obyektif.
Tinnitus subyektif merupakan jenis yang paling banyak terjadi. Pada tinnitus subyektif,
suara berdenging hanya bisa didengar oleh penderita saja. Penyebab tinnitus subyektif
yaitu adanya masalah di telinga, baik di bagian luar, tengah, maupun telinga bagian dalam.
Selain itu, tinnitus subyektif bisa juga disebabkan oleh masalah pada saraf pendengaran
atau bagian otak yang menerjemahkan sinyal saraf sebagai suara.
Pada tinnitus obyektif, dokter yang sedang memeriksa bisa mendengar suara yang
didengar pasien. Penyebab tinnitus objektif yaitu adanya masalah pada pembuluh darah,
kondisi tulang telinga bagian dalam, atau kontraksi otot. Tinnitus obyektif ini jarang terjadi.
Penyebab telinga berdenging
Masih belum diketahui dengan pasti apa penyebab telinga berdenging. Ada banyak hal
yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan suara berdenging pada indera
pendengarannya.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan telinga berdenging adalah mengkonsumsi obat
tertentu dalam jangka waktu cukup lama seperti aspirin, obat anti-hipertensi, sering
mendengarkan suara bising, suara keras, ataupun pukulan / tekanan pada telinga. Selain itu
juga gangguan idera pendengaran, kotoran telinga menumpuk, infeksi sinus, penyakit
jantung, trauma psikologis, dan cedera di kepala atau leher.
Sebagian kalangan lain menyebutkan penyebab kuping berdenging termasuk : kerusakan
saraf pendengaran pada telinga bagian dalam; faktor usia; gangguan pada rahang; terlalu
banyak mengkonsumsi minuman beralkohol; infeksi di telinga; pengapuran gendang telinga;
stress; meniere disease yaitu kelebihan cairan endolimphe di dalam rumah siput telinga;
alergi; serta akibat penyakit lain seperti tumor otak, tuli saraf, kelainan pada tuba Eustachio,
hipertensi, anemia dan lain-lain.
Mengetahui tanda-tanda telinga berdenging
Untuk mendeteksi kuping kita berdenging atau tidak, coba lakukan beberapa langkah seperti
dibawah ini :
1. Pilih suasana yang tenang dan hening. Tutup mata sambil duduk atau berbaring.
2. Konsentrasi dan dengarkan baik-baik bunyi / suara di sekitarnya. Dengarkan juga bunyi
aneh yang mungkin terdengar di telinga namun tidak ada sumbernya.
3. Jika terdengar bunyi / suara baik sesekali atau terus menerus, bisa jadi itu merupakan
tanda telinga berdenging. Bunyi / suara tersebut mungkin hanya pada salah satu telinga
saja ataupun kedua telinga sekaligus.
4. Coba cek ke orang lain apakah mereka juga mendengar bunyi / suara seperti yang Anda
dengar.
5. Biasanya, semakin tenang dan hening suasana maka bunyi / suara berdenging itu makin
mudah didengarkan.
6. Untuk lebih memastikan, coba konsultasikan ke dokter atau otolaryngologist. Jika perlu
lakukan test uji pendengaran.
Mencegah / mengatasi telinga berdenging
Mencegah / mengatasi telinga berdenging bisa dilakukan diantaranya dengan : mengurangi
konsumsi garam (natrium), melakukan terapi musik / suara (neuronomics), menambah
asupan Omega-3 dari minyak ikan, meningkatkan asupan kalium, mengkonsumsi suplemen
Ginkgo Biloba.
Selain itu mencegah / mengatasi telinga berdengung atau tinnitus, dilakukan dengan :
menghindari stress, belajar mengabaikan bunyi /suara yang timbul, menjauhi sumber suara
keras, dentuman, dan berisik; cek tekanan darah, hindari obat yang dapat menimbulkan
tinnitus, rutin berolahraga, dan cukup istirahat.
Terapi suara untuk mengatasi telinga berdenging
Kompas Online melaporkan bahwa terapi wicara yang dipadukan dengan bunyi ombak laut
yang menenangkan bisa membantu mengurangi gangguan telinga berdengung atau tinnitus.
Bila paduan teknik tersebut dipakai bersamaan dengan standar pengobatan yang ada
selama ini, maka menurut sejumlah peneliti akan mendatangkan manfaat lebih banyak bagi
penderita telinga berdengung.
Sampai saat ini gangguan tinnitus memang belum ditemukan obatnya. Suara laut dan
ombak dianggap efektif untuk mengatasi telinga berdenging, karena memiliki frekuensi yang
setara sehingga bisa menutupi suara berdenging ditelinga.
Sejumlah peneliti dari Maastricht University di Belanda memadukan kedua pendekatan di
atas untuk mengobati penderita tinnitus ringan ataupun berat. Riset terhadap 492 orang
pasien menemukan bahwa pasien yang diobati dengan kedua teknik di atas mengalami
kualitas hidup yang lebih baik setelah 1 tahun.
Laporang mengenai terapi yang memanfaatkan suara laut dan ombak itu tentu
menggembirakan. Karena hal itu bisa jadi merupakan kabar positif yang paling ditunggu
untuk mengatasi tinnitus / telinga berdenging.
H95 Postprocedural disorders of ear and mastoid process, not elsewhere classified
Apabila telinga tidak pernah kering, prinsip operasi ini adalah untuk mengangkat
kolesteatoma dan untuk membuat antrum mastoid, atik, telinga tengah dan meatus austikus
eksternus menjadi satu rongga sehingga mudah dicapai membersihkan dan mengangkat
kolesteatoma yang menetap. Jika terdapat tuli yang berat operasi mastoid radikal perlu
dilakukan. Sisa maleus dan inkus yang telah hancur karena infeksi kronis sebaiknya
diangkat.
Operasi mastoid radikal yang dimodifikasi dilakukan apabila pendengaran baik,
penyakit terbatas pada daerah atik, dan tulang pendengaran utuh. Penyakit didalam
prosesus mastoid diangkat, diikuti dengan pengangkatan dinding luar atik untuk dapat
mencapai atik dan telinga tengah. Dalam operasi mastoid radikal sisa gendang telinga dan
semua isi telinga tengah diangkat, kecuali stapes.
Mastoidectomy radikal yang dimodifikasi isi telinga tengah tidak diangkat. Setelah
operasi mastoid liang telinga luar dan telinga tengah penderita menjadi satu rongga.
Penderita harus datang tiap minggu sampai rongga sembuh dan tiap enam bulan untuk
pengangkatan serumen. Jika tidak dilakukan, serumen akan memenuhi rongga dan
menimbulkan iritasi labirin (Pracy, Siegler & Stell,1993).
Tujuan pembedahan mastoid adalah untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai
struktur yang sakit dan menciptakan telinga yang aman, kering dan sehat. Bila mungkin,
osikulus direkonstruksi selama prosedur pembedahan awal. Namun, kadang beratnya
penyakit mengharuskan hal ini dilakukan sebagai bagian operasi kedua yang terencana.
Mastoidectomy biasanya dilakukan melalui insisi post-aurikuler dan infeksi
dihilangkan dengan mengambil secara sempurna sel udara mastoid. Nervus fasialis berjalan
melalui telinga tengah dan mastoid dan dapat mengalami bahaya selama pembedahan
mastoid, meskipun jarang mengalami cedera. Begitu pasien bangun dari pembiusan, harus
diperhatikan setiap tanda paresis fasialis yang harus segera dilaporkan ke dokter. Bila terjadi
kelemahan fasial, balutan mastoid harus dilonggarkan dan pasien dikembalikan ke meja
operasi, luka dibuka, dan nervus fasialis didekompresi untuk melonggarkan kanalis tulang
yang mengelilingi nervus fasialis. Mastoidectomy kedua mungkin diperlukan 6 bulan setelah
yang pertama untuk mengecek kekambuhan kolesteatoma.
Mekanisme pendengaran dapat direkonstruksi pada saat ini bila kolesteatoma telah
dieradikasi sempurna. Angka keberhasilan untuk mengoreksi kehilangan pendengaran
konduktif ini sekitar 50% sampai 60%. Pembedahan biasanya dilakukan dengan anastesia
umum dan pada pasien rawat jalan. Pasien diberi balut tekan mastoid yang dapat dilepas 24
sampai 48 jam setelah pembedahan (Smeltzer & Bare, 2001).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan dunia kesehatan kedepan lebih menitikberatkan pada upaya rehabilitative
dan kuratif dengan tetap terus meneliti penyebab berbagai macam penyakit penyakit langka
dan unik, agar untuk kedepannya upaya penyembuhan itu bisa dilakukan dengan baik, dan
perkembangan ICD 10 bisa semakin mempermudah pengkodean agar dalam penerapannya
di rumah sakit nanti bisa sesuai dengan diagnosa.
Dalam penerapan pola hidup bersih dan sehat kita harus menjaga kesehatan badan kita
terutama kesehatan telinga dan paham tentang segala infeksi penyakit yang bisa
menyerang kesehatan telinga, pembahasan tentang penyakit telinga bertambah menarik
terkait dengan pembahasan kami pada ICD 10 dengan cakupan kode dari H60 sampai H95
yang ternyata dapat ditarik kesimpulan bahwa merupakan cakupan materi dengan penyakit
penyakit unik dan langka serta riwayat perjanan penyakitnya yang hampir secara
keseluruhan tidak diketahui patofisiologinya namun gejala dan karakteristik penyakit yang
beegitu berbeda dengan yang lain.
3.2 Saran
Penyusunan makalah ini, kami begitu menyadari masih banyak kekurangan, atas
segala kritik dan saran yang membangun , dengan senang hati kami terima. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/SKYDRUGZ
%20%20Refarat%20Miringitis%20Bulosa.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/perforation.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/Perforasi%20Membran
%20Timpani.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/MEDICAL
%20INFORMATION%20%20KOMPLIKASI%20INTRATEMPORAL%20PADA
%20OTITIS%20MEDIA%20SUPURATIF%20KRONIK.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/Kolesteatom
%20%20%20Secondking's%20Weblog.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/belajar%20yuk...
%20%20KOLESTEATOMA.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/askep%20mastoiditis
%20%20%20cupdate%20ners,,.html
file:///D:/MATERI%20KULIAH/SEMESTER%204/KKPMT/ICD/Yudi%20Arpandi
%20%20ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20KLIEN%20DENGAN
%20MASTOIDITIS.html
http://my.clevelandclinic.org/services/head-neck/diseases-conditions/vestibularneuritis
https://yayanakhyar.wordpress.com/tag/timpanosklerosis/
http://deafness.about.com/cs/earbasics/g/labyhyd.htm
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/vertigo/basics/definition/con20028216
http://nurseammar.blogspot.com/2012/03/makalah-otitis-media-akut.html
http://www.gluear.co.uk/parents/what-is-glue-ear/
http://www.patient.co.uk/health/menieres-disease-leaflet
http://www.nhs.uk/conditions/mastoiditis/Pages/Introduction.aspx
http://www.webmd.com/cold-and-flu/ear-infection/mastoiditis-symptoms-causestreatments