Anda di halaman 1dari 84

TRAUMA

KEPALA & SPINAL

Ns. Arief Hidayatullah, S. Kep., M. Kep.Sp. KMB


hidayatullaharif21@gmail.com
Ns. Arif Hidayatullah, M. Kep.Sp. KMB
hidayatullaharif21@gmail.com
081314741228

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 21 Des 1980

Pendidikan:
•Akademi Keperawatan DEPKES Palembang, 2001
•S1 FIK Universitas Indonesia, 2007
•Ners FIK Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2012
•S2 FIK KMB Universitas Indonesia, 2019
•Spesialis KMB Universitas Indonesia, 2020
Pekerjaan Saat Ini :
• Koordinator Keperawatan RS Haji Jakarta
• Dosen STIKES Indonesia Maju
• Surveior Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI)
• Ketua PPNI DPK RSHJ
• Instruktur GMT, EMT 911 Jakarta
• Praktisi Perawatan Luka
• Motto : Jangan menyerah, Orang lain bisa kita juga pasti bisa
PENGHARGAAN
1.Penghargaan predikat Cum Laude Spesialis KMB Universitas Indonesia, Depok 2020.
2.Penghargaan Lulusan Terbaik Kedua dari Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk program Profesi,
Jakarta 2012
3.Penghargaan peserta terbaik pertama dalam Pelatihan TOT/TPPK Tenaga Pelatih Program Kesehatan,
Jakarta 2017.

ORGANISASI DAN JABATAN BIDANG KEPERAWATAN


1.Pengurus Bidang Organisasi dan Hukum Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia (HIPMEBI)
2.Aktif dalam Himpunan Perawat Neurologi Indonesia (HIPENI)
3.Anggota Focus Interest Group (FIG) Keperawatan Medikal Bedah RS Haji Jakarta
4.Staf Pengajar KMB Neurologi di DIKLAT RS Haji Jakarta
5.Ka. Ruangan VIP/SVIP RS Haji Jakarta dari tahun 2014 s/d 2017
6.Ka. Unit Instalasi Gawat Darurat RS Haji Jakarta dari tahun 2017 s/d 2020
7.Koordinator Keperawatan RS Haji Jakarta dari tahun 2021 s/d Sekarang
8.Accecor Internal Keperawatan RS Haji Jakarta dari tahun 2014 s/d sekarang
9.Pengurus HIPGABI DKI
10.Dosen Tetap Stikes Indonesia Maju
LAIN-LAIN
1.Pokja HPK Akreditasi Rumah Sakit Haji Jakarta
2.Tim Pengajar Diklat KMB Neurologi RS Haji Jakarta
3.Tim pembicara dan instruktur pelatihan kegawat-daruratan Emergency Medical Training (EMT) 911
Jakarta dan instruktur HIBGABI DKI Jakarta.
Outline

Brain
Trauma Kepala

Spinal
Trauma Spinal
PENANGANAN EMERGENCY PADA TRAUMA
Peserta memahami prinsip penatalaksanaan Emergency
Trauma di Pre Hospital maupun di Intra Hospital.
KECELAKAAN LALU LINTAS BANJARMASIN
BRAIN
 TRAUMA KEPALA
Epidural Hematoma
Subdural Hematoma
Subaracnoid Hemoragik
Intraserebral Hemoragik
Trauma Kepala
◆Sering terjadi
◆Morbiditas dan mortalitas tinggi

◆Penanganan keliru:

 Memperburuk prognosis
- Yg seharusnya dpt selamat → meninggal
◆ Harus segera ditransfer
KASUS TRAUMA KEPALA PADA
KECELAKAAN LALU LINTAS
PENGERTIAN CEDERA KEPALA

❑ Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala (bukan


kongenital ataupun degeneratif) tetapi disebabkan karena
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-
Brown, Thomas, 2010)
❑ Cedera kepala secara luas didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda
sebagai berikut (Arifin, MZ, 2013):
 Adanya riwayat benturan pada kepala
 Adanya cedera pada SCALP (Skin-Connective tissue - Aponeurosis
Galea Loose areolar tissue - Perikranium) yang dapat berupa
hematom atau abrasi
 Adanya gambaran fraktur pada foto polos atau pada CT scan kepala
 Adanya gambaran klinis fraktur basis cranii
 Adanya gambaran klinis cedera otak (penurunan kesadaran,
amnesia, defisit neurologis, kejang)
ETIOLOGI CEDERA KEPALA
❑ Jatuh
❑ Kecelakaan kendaraan bermotor
❑ Kecelakaan pada saat olah raga
❑ Cedera akibat kekerasan
❑ Terkena tembakan atau tusukan
Mekanisme cedera kepala:
1. Cedera percepatan (akleserasi)
Terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam, seperti akibat pukulan benda tumpul, atau karena terkena
lemparan benda tumpul.
2. Cedera perlambatan (deserelasi)
Bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak
seperti badan mobil atau tanah
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
BERDASARKAN WAKTU(BLUMBERG, 2011)

1. Cedera kepala primer


 Terjadi saat kejadian 2. Cedera kepala sekunder
✓ Perdarahan intracerebral Terjadi dalam beberapa jam
✓ Perdarahan ekdtradura (EDH) sampai beberapa hari setelah
✓ Perdarahan subdura (SDH)
kejadian
✓ Edema cerebri sebagai akibat
✓ Perdarahan subarakhnoid
cedera primer atau kegagalan
✓ Cedera pada neuron yang
makro/mikrosirkulasi
mungkin fokal, multifokal atau
✓ Peningkatan tekanan intrakranial
diffuse
akibat edema atau penambahan
✓ Cedera akson
lesi
✓ Contusio
✓ Iskemia arteri cerebral
✓ Laserasi
MANIFESTASI KLINIS(ARIFIN, MZ: 2013)

❑ Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit


atau lebih
❑ Papil edema
❑ Pupil anisokor
❑ Mual, muntah, pusing kepala
❑ Terdapat hematom
❑ Bila terdapat fraktur mungkin adanya
cairan serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea)
❑ Jika terdapat fractur basis cranii maka
akan timbul battle sign dan brill hematome
FRACTUR DASAR TENGKORAK

❑ Rhinore
❑ Othore
❑ Battle Sign
❑ Racon Eye

© ACS 17 / 40
Prinsip - Prinsip pada
Trauma Kepala
 Tulang tengkorak sebagai pelindung
jaringan otak, mempunyai daya elastisitas
untuk mengatasi adanya pukulan.
 Bila daya/toleransi elastisitas terlampau
akan terjadi fraktur.
 Berat/ringannya cedera tergantung pada :
Lokasi yang terpengaruh :
Keadaan kepala saat terjadi benturan.
 Masalah utama adalah terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)
 TIK dipertahankan oleh 3 komponen :
 Volume darah /Pembuluh darah ( 75 -
150 ml).
 Volume Jaringan Otak (. 1200 - 1400
ml).
 Volume LCS ( 75 - 150 ml).
Hukum Monroe Kelly
❑ Ruang tengkorak tertutup dan
volumenya tetap
❑ Volume dipengaruhi darah,
liquor, dan parenkim otak
❑ Kemampuan kompensasi yang
terlampaui akan berakibat
kenaikan tekanan intrakranial
yang tinggi dan penurunan
tekanan perfusi serebral (CPP)
Faktor Pemberat Terjadinya Cidera Otak

 Besar kekuatan yang menyebabkan


terjadinya trauma (semakin besar
kekuatan semakin besar pula
kerusakan yang di timbulkannya).
 Efek sekunder dari cidera otak.
Perdarahan Intra Kranial pada
Cedera Kepala

 Haematom Epidural.
 Hematoma Subdural
 Hematom Intrakranial :
 Hematom Intraserebral
 Hematom Subarakhnoid.
LAPISAN PELINDUNG BRAIN
LAPISAN PELINDUNG BRAIN INTRA KRANIAL
POTONGAN CORONAL & SAGITAL BRAIN
BRAIN MAPPING
PERDARAHAN PADA TRAUMA KEPALA
IDENTITAS PASIEN
Ukuran
Hounsfield
Unit (HU)
DENSITAS OTAK

Hipodens = Densitas rendah (hitam).


Contoh: Cairan otak (LCS)

Isodens = Densitas sama dg otak (abu2).


Contoh : otak

Hiperdens = Densitas tinggi (putih).


Contoh : Tulang, perdarahan
BANDINGKAN KANAN & KIRI OTAK
Haematom Epidural
 Suatu akumulasi/pengumpulan darah atau
bertambahnya perdarahan yang menuju
keruang antara tulang tengkorak bagian
dalam dan meningen paling luar (durameter).
Terjadi karena laserasi atau pecahnya
pembuluh darah / cabang – cabang dari
arteri meningeal tengah/media atau
meningeal bagian frontal. Lokasi yang paling
sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.
EPIDURAL HEMATOMA (EDH)
© ACS

Epidural Hematoma

35 / 40
◆Fatal bila tdk ditolong
◆Evakuasi darah → prognosis baik

◆Venous epidurals : Mungkin ditangani konservatif /nonsurgical


Hematoma Subdural

Adalah akumulasi/perdarahn arteri/vena


antara durameter dan arakhnoid yang
menutup otak. Penyebabnya biasanya
robekan pembuluh darah vena yang
ditemukan diarea ini
SUBDURAL HEMATOMA (SDH)
Subdural Hematom

◆Laserasi otak /vena


◆Menutupi seluruh permukaan otak

◆Prognosis tergantung kerusakan otaknya

◆Dilakukan operasi bila mendesak otak.


Hematom Intrakranial :

 Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau


lebih.
 Selalu diikuti oleh kontosio.
 Penyebab : Fraktur depresi tulang
tengkorak, cidera penetrasi peluru,
getaran atau gerakan akselerasi -
deselerasi mendadak/tiba-tiba.
 Herniasi merupakan ancaman nyata,
adanya bekuan darah, edema lokal.
Hematom Intraserebral
Adalah berupa perdarahan di jaringan otak karena
pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler dan
vena/perdarahan kedalam substansi otak yang
diakibatkan oleh hipertansi sistemik yang
menyebabkan degenerasi dan rupture pembuluh
darah, rupture kantung anaerisma, anomaly
vaskuler, tumor intracranial, serta penyebab
sitemik termasuk gangguan perdarahan ( sperti
leukemia, hemofilia, anemia aplastik,
trombositopenia dan komplikasi terapi anti
koagulan).
PERDARAHAN INTRASEREBRAL

❑Perdarahan pada parenkim otak


❑Metode perhitungan dengan metode
automatic dan metode Manual (
Broderick)

Rumus Volume Darah = A x B x C


(Broderick) 2
A = Diameter Panjang perdarahan
B = Diameter lebar perdarahan
C = Tebal perdarahan → perkalian
antara slice thickness (5 mm = 0,5
cm)
Intracerebral Hemorrhages (Most
Common Type Of Hemorrhagic Stroke)

❑ Terjadi ketika pembuluh darah mengalami


perdarahan atau ruptur ke jaringan di dalam
otak.
❑ Paling sering disebabkan oleh hipertensi
kronik atau proses penuaan pembuluh darah.
❑ Terkadang disebabkan oleh malformasi arteri
(arteriovenous malformation/AVM).
PERDARAHAN INTRASEREBRAL

❑ Lesi hiperdens di lobus


oksipital kiri
❑ Volume 2x3x4/2 = 12 cc
❑ Jarak dari calvaria < 1
cm
Hematom Subarakhnoid.

 Adalah perdarahan yang terjadi pada


ruang arakhnoid yaitu antara lapisan
arakhnoid dengan piameter. Sering kali
terjadi karena adanya robekan vena dan
bersifat kronik.
 Perdarahan di dalam rongga subarachnoid
akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pada
cedera kepala yang hebat.
SUBARACHNOID HEMATOMA (SAH)

Perdarahan pada ruang subarachnoid (antara arachnoid dan viamater)


Subarachnoid hemorrhages

❑ Terjadi ketika aneurisma yang berada di atau dekat


permukaan otak pecah dan terjadi perdarahan ke
ruang antara otak dan tulang kranium.
❑ Sering disebabkan oleh hipertensi. Selain itu faktor-
faktor yang meningkatkan risikonya adalah:
❑ Merokok
❑ Konstrasepsi oral (terutama yang memiliki
kandungan estrogen tinggi)
❑ asupan alkohol berlebihan
❑ Penggunaan obat-obatan terlarang
© ACS
EDEMA CEREBRI
Merupakan suatu kondisi patologis dimana volume
otak meningkat sebagai akibat dari abnormal
akumulasi cairan dalam parenkim serebral
(Michinaga&Koyama, 2015)
Tekanan Intra Kranial

◆10 mm Hg = Normal
◆>20 mm Hg = Abnormal
◆>40 mm Hg = Gawat
◆↑ICP → Fungsi otak↓, prognosis↓
KOMPLIKASI

 Kejang
 Infeksi
 Bocor cairan otak
 Hipertermia
 Masalah mobilisasi
 SIADH (Syndrome of Inappropriate
Anti Diuretic Hormone)
 Hipovolemia
SEL SARAF DAN SINAPS

❑ Potensial membran: selisih


potensial intrasel dan ekstrasel.
❑ Jika mendapat rangsangan,
potensial membran akan berubah;
- Na+ masuk kedalam sel
- K+ akan keluar sel.
❑ Jika rangsangan telah selesai akan
dipompa kembali (ATP).
Neurotransmitter & Reseptor

AMP
A

❑ Neurotransmitter utama proses eksitasi adalah glutamat yang akan


berikatan dengan reseptornya, yaitu N-Metil D-Aspartat (NMDA) dan
non-NMDA.
❑ Neurotransmitter utama proses inhibisi adalah asam aminobutyrat
(GABA) yang berikatan dengan reseptornya GABAA dan GABAB.
❑Eksitatorik → Peningkatan R-NMDA
❑Inhibitorik → Penurunan R-GABA
Pemeriksaan Diagnostik
 CT scan (tanpa/dengan kontras)
 MRI.
 Angiografi cerebral.
 EEG
 Sinar X-Ray
 Punksi lumbal
 AGD
 Kimia/elektrolit darah
Penatalaksanaan
❑ Jika terdapat luka pad kulit kepala,
diusahakan ditutup, dan control perdarahan
yang terjadi.
❑ Luka pada kulit kepala yang tidak diatas
fraktur, segera dianastesi local, dibersihkan
dan dijahit.
❑ Pada depresi tengkorak dilakukan
pembedahan untuk menata kembali fragmen
tulang dalan lapisan durameter yang robek.
❑ Pembedahan
❑ Konservatif
PENATALAKSANAAN MEDIS

❑ Mempertahankan fungsi ABC


❑ Menilai perkembangan status neurologis
❑ Menurunkan resiko iskemic cerebri
❑ Pemberian oksigen dan glukosa
❑ Mengontrol penurunan TIK (menurunkan PaCO2 dg
hiperventilasi dan meningkatkan metabolism
intracerebral
❑ Melakukan operasi dengan tujuan evakuasi
hematoma

© ACS 58 / 40
Berdasarkan keparahan atau
derajat kesadaran
.
Cidera kepala ringan.(55%)
 GCS : 13-15
 Kehilangan kesadaran kurang dari atau sama
dengan 30 menit atau kurang dari sama dengan
2 jam.
 Tidak ada fraktur tengkorak, contosio/hematom.
 Pusing  10 menit, tidak ada deficit neurology
 Gambaran scaning otak normal
CEDERA KEPALA RINGAN
Lanjutan…

Cidera kepala sedang.(24%)


 GCS : 9-12.
 Kehilangan kesadran/ Pingsan . > 10
menit sampai 30 menit (bahkan bisa 24
jam atau antara 2-6 jam
 Dapat mengalami fraktur tengkorak,
disorientasi ringan (bingung)
 Terdapat deficit neurology
 Gambaran scanning otak abnormal
CEDERA KEPALA SEDANG
Lanjutan…

Cidera kepala barat.(21%)


 GCS: 3-8
 Kehilanggan kesadaran Pingsan > 6 jam
sampai lebih dari 24 jam
 Contosio cerebri, laserasi/adanya
hematom/edema serebral
 Defisit neurology terjadi
 Gambaran scaning otak abnormal
CEDERA KEPALA BERAT
TATA LAKSANA PEMBEDAHAN
1. Pembedahan Pada Perdarahan Epidural (EDH)
Indikasi pembedahan (dilakukan evakuasi pembedahan atau Cito):

❑ Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan volume > 30 cc, atau ketebalan > 15 mm, atau pe
rgeseran midline > 5 mm, atau Pasien EDH akut (GCS <9) dan pupil anisokor

2. Pembedahan Pada Perdarahan Subdural AKUT


Indikasi Pembedahan

❑ Pasien SDH tanpa melihat GCS; ketebalan > 10 mm atau midline shift (MLS) > 5 mm pad
a CT Scan
❑ Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK
❑ Pasien SDH dengan GCS < 9 :
❑ Ketebalan SDH < 10 mm dan pergeseran struktur midline, jika mengalami penurunan GC
S lebih dari 2 poin atau lebih antara saat kejadian dengan saat masuk ke rumah sakit dan
atau jika didapatkan pupil yang dilatasi asimetri atau fixed dan/atau TIK > 20 mmHg
TATA LAKSANA PEMBEDAHAN
3. Pembedahan Pada Perdarahan Subdural Kronis
Indikasi pembedahan (dilakukan secepat mungkin):
a. Terdapat gejala klinis penurunan kesadaran maupun defisi neurologis fokal at
au kejang
b. Ketebalan lesi > 1cm
4. Pembedahan Pada Perdarahan Parenkim Otak
Indikasi pembedahan:
a. Pasien dengan GCS 6-8 dengan perdarahan parenkim otak pada daerah front
al atau temporal dengan volume perdarahan > 20 cc, dengan pergeseran stru
ktur midline ≥ 5 mm dan atau kompresi pada sisterna.
b. Perdarahan parenkim otak dengan volume perdarahan > 50 cc
c. Pasien dengan perdarahan parenkim otak dan tanda-tanda deteriorasi neurol
ogis yang progresif sesuai dengan lesi, hipertensi intrakranial yang refrakter d
engan medikamentos, atau didapatkan tanda-tanda efek massa pada CT scan
.
TRAUMA MEDULA SPINALIS

Merupakan trauma yang terjadi


pada jaringan medulla spinalis
yang dapat menyebabkan fraktur
atau pergeseran satu atau lebih
tulang vertebra atau kerusakan
jaringan medulla spinalis lainnya
termasuk akar-akar saraf yang
berada sepanjang medulla
spinalis → deficit neurologi
ETIOLOGI
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Injury atau jatuh dari
ketinggian
3. Kecelakaan sebab olah raga
4. Luka jejas, tajam, tembak
pada daerah vertebra.
TANDA DAN GEJALA
KOMPLIKASI
1. Lesi pada radiks posterior

→Gangguan sensorik.

2. Lesi pada radiks anterior

→Gangguan motorik.
PENATALAKSANAAN
Kesimpulan
1. Penanganan pasien cedera kepala harus disesuaikan dengan
derajat cedera kepala dan kondisi pasien dengan
mempertimbangkan hasil pemeriksaan penunjang seperti foto
polos dan CT scan kapala
2. Perawat berperan penting dalam penatalaksanaan pasien cedera
kepala baik dalam menerapkan tindakan mandiri perawat
maupun kolaboratif.
3. Perawat harus mampu menerapkan prinsip-prinsip penanganan
pasien cedera kepala khususnya dalam pencegahan terjadinya
cedera sekunder pada pasien yaitu salah satunya dengan
memberikan posisi head up dan monitoring kondisi pasien untuk
menilai perbaikan atau perburukan dari kondisi cedera kepala
yang dialami pasien
Daftar Pustaka
 Arifin, MZ dan Risdianto, A. (2013). Cedera kepala: Teori dan penanganan. Bandung:
Sagung Seto.
 Blumberg, P.C. (2011). Neuropathology of traumatic brain injury. Youman Neurological
Surgery. H.R. Winn. Philadelphia: Elvesier Saunders, 4: 3277-3287.
 Husna, U dan Dahlar, M. (2017). Pathophysiology and management of cerebral edema.
MNJ, Vol.03, No.02, Juli 2017. http://dx.doi.org/10.21776/ub.mnj.2017.003.02.
 Michinaga,Shotaro and Yutaka Koyama. (2015). Pathogenesis of Brain Edema and
Investigation into Anti-Edema Drugs. Int. J. Mol. Sci. 2015, 16, 9949-9975;
doi:10.3390/ijms16059949
 Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
 Ontario Neurotrauma Foundation. (2014). Guidelines for Mild Traumatic Brain Injury and
Persistent Symptoms.
 Saladin, Kenneth S. (2007). Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function.3rd
Edition. McGraw-Hill, USA.
 Tim Neurotrauma RSU Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya,. (2014). Pedoman tatalaksana cedera otak: guideline for management of
traumatic brain injury.
 W. Rutland-Brown, J. A. Langlois, K. E. Thomas, and Y. L. Xi. (2010). Incidence of traumatic
brain injury in the United States, 2010, Journal of Head Trauma Rehabilitation, vol. 21, no.
6, pp. 544–548, 2010.
Klasifikasi Cedera Kepala
Berdasarkan Sifat dan Lokasi
⚫ Adanya benturan dapat menyebabkan terjadinya cedera pada otak dapat
menyebabkan terjadinya cedera pada otak yang bersifat fokal dan difus.

Cedera Kepala Fokal

⚫ Cedera kepala fokal berarti terjadi kerusakan setempat yang berhubungan


dengan lokasi benturan.

⚫ Terjadi pada tempat dimana bagian otak berbenturan langsung atau


berdampak langsung akibat mekanisme trauma tersebut, --> menyebabkan
defisit neurologis lokal akibat jejas pada area tersebut.

⚫ Lokasi yang sering terkena adl bagian anterior, lobus temporalis, & korteks
76 / 28
.
Cedera kepala fokal (lanjutan)

Jenis :
Contusio
❑ Terjadi akibat adanya kekuatan aselerasi dan deselerasi s
etelah terjadi benturan kepala.
❑ Contusio umumnya terjadi di polus frontalis, permukaan
orbita lobus frontalis, polus temporalis, dan permukaan
inferior dan lateral lobus temporalis.
77 / 28
⚫ Contusion serebri terdiri atas daerah yang mengalami
perdarahan di pusat, daerah yang tidak mengalami
perdarahan yang sudah nekrosis atau sebagian rusak,
dan daerah yang mengalami edema

⚫ Seringkali contusio berkembang menjadi intraserebral


hematom (ICH)

⚫ Daerah di pusat contusio miskin aliran darah, sehingga


daerah sekitarnya menjadi rentan terhadap pengurang
an aliran darah dari jantung.
78 / 28
Laserasi cerebri

⚫ Laserasi mirip dengan contusio, dengan tambahan adanya keterlibatan


lapisan arachnoid pada permukaan korteks cerebri.

⚫ Sering terjadi pada bagian frontal dan temporal karena permukaan ini
relatif lebih kasar dibanding permukaan lain.

⚫ Laserasi cerebri sering berhub dengan perdarahan subdural serta ICH.

⚫ Jika laserasi cerebri berhub dg ICH dinamakan burs lobe

⚫ Jika laserasi cerebri berhub dg SDH dinamakan “complicated SDH”

79 / 28
Cedera kepala difus dibagi menjadi : Diffuse Axonal
Injury (DAI) dan Diffuse vascular injury
Diffuse axonal injury (DAI)
⚫ Kerusakan minimal akson ini dapat terjadi pada korteks parasagital
white matter, kapsula interna, thalamus, cerebelum, traktus ascende
n&decenden
Grade DAI :
⚫ Grade 1 : abnormalitas hanya pada bagian white matter saja

⚫ Grade 2 : ditemukan tambahan kelainan pada corpus callosum


⚫ Grade 3 : ditemukan pada batang otak dan corpus callosum

Diffuse vascular injury


⚫ Kerusakan struktural pembuluh darah akibat adanya kompresi, 80 / 28
tekanan dan regangan pada pembuluh darah --> terjadi perdar
ahan di parenkim otak
1/30/2022
82
Urutan Perjalanan Eferen:
Saraf Pusat → Medulla Spinalis → Radiks Anterior
→ Gangglion → Pleksus → Saraf Perifer

Anda mungkin juga menyukai