KONSEP MEDIS
A. DEFINISI :
Cedera kepala adalah suatu bentuk trauma yang dapat merubah kemampuan
otak dalam menghasilkan keseimbangan aktifitas fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan pekerjaan atau suatu gangguan traumatik yang dapat menimbulkan
perubahan fungsi otak. Cedera kepala dapat menimbulkan pecahnya pembuluh
darah otak yang menimbulkan perdarahan serebral. Perdarahan yang terjadi
menimbulkan hematoma seperti pada epidural hematoma yaitu berkumpulnya
darah di antara lapisan periosteum tengkorak dengan duramater akibat pecahnya
pembuluh darah yang paling sering adalah arteri media meningial. Subdural
hematoma adalah berkumpulnya darah di ruang antara duramater dengan
subaraknoid. Sementara intracerebral hematoma adalah berkumpulnya darah pada
jaringan serebral (Black dan Hawks.,2009).
1. Kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda dan mobil, kecelakaan pada saat
olahraga dan jatuh.
2. Cedera akibat kekerasan dan benturan benda tumpul.
3. Luka tembak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.
4. Trauma kepala dan fraktur tulang tengkorak.
Tanda dan gejala yang timbul pada subdural hematoma dalah sebagai berikut
(Sylvia A : 2006) :Nyeri kepala, bingung, mengantuk, lambat berpikir, kejang dan
edema pupil dan secara klinis ditandai dengan penurunan kesadaran disertai adanya
lateralisasi yang paling sering berupa hemiparese/hemiplegi. Pada pemeriksaan CT
Scan di dapatkan gambaran hiperdens yang berupa bulan sabit (cresent).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada pasien subdural hematoma adalah sebagai berikut:
Hemiparese/hemiplegia dan Disfasia / afasia
4. Follow Up
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan
untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
BAB II
KONSEP KEPERAWTAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Anamnesis.
Dari anamnesis ditanyakan adanya riwayat trauma kepala baik dengan jejas
dikepala atau tidak, ada tidaknya kehilangan kesadaran atau pingsan, Pernah
sadar dan pingsan lagi dan lamanya periode sadar atau lucid interval. Untuk
tambahan informasi perlu ditanyakan apakah disertai muntah dan kejang setelah
terjadinya trauma kepala, untuk mencari penyebab utama penderita tidak sadar
apakah karena inspirasi atau sumbatan nafas atas, atau karena proses intrakranial
yang masih berlanjut.
Pada penderita sadar perlu ditanyakan ada tidaknya sakit kepala dan mual,
adanya kelemahan anggota gerak sesisi dan muntah-muntah yang tidak bisa
ditahan. Ditanyakan juga penyakit lain yang sedang diderita, obat-obatan yang
sedang dikonsumsi saat ini, dan apakah dalam pengaruh alkohol.
2) Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer (primary survey) yang
mencakup jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan darah atau
nadi (circulation) yang dilanjutkan dengan resusitasi. Jalan nafas harus
dibersihkan apabila terjadi sumbatan atau obstruksi, bila perlu dipasang pipa
orofaring atau pipa endotrakeal lalu diikuti dengan pemberian oksigen. Hal ini
bertujuan untuk mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan tubuh.
Secara bersamaan juga diperiksa nadi dan tekanan darah untuk memantau
apakah terjadi hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan refleks Cushing
yaitu peningkatan tekanan darah, bradikardia dan bradipnea.
Pemeriksaan neurologik yang meliputi kesadaran penderita dengan
menggunakan Skala Koma Glasgow, pemeriksaan diameter kedua pupil , dan
tanda-tanda defisit neurologis fokal. Pemeriksaan kesadaran dengan Skala
Koma Glasgow menilai kemampuan membuka mata, respon verbal dan respon
motorik pasien terdapat stimulasi verbal atau nyeri. Pemeriksaan diameter kedua
pupil dan adanya defisit neurologi fokal menilai apakah telah terjadi herniasi di
dalam otak dan terganggunya sistem kortikospinal di sepanjang korteks menuju
medula spinalis.
Pada pemeriksaan sekunder, dilakukan pemeriksaan neurologi serial
meliputi GCS, lateralisasi dan refleks pupil. Hal ini dilakukan sebagai deteksi
dini adanya gangguan neurologis. Tanda awal dari herniasi lobus temporal
(unkus) adalah dilatasi pupil dan hilangnya refleks pupil terhadap cahaya.
Adanya trauma langsung pada mata membuat pemeriksaan menjadi lebih sulit.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Masalah yang sering muncul pada kasus SDH adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d gangguan transport oksigen.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d hipoventilasi sindrom.
3. Nyeri akut b.d agen cedera fisik ( Trauma ).
4. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan fisiologis ( penurunan sirkulasi ke
otak ).
5. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular.
C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
Trauma
Trauma Robekan
pada Cedera jaringan dan
jaringan otak
akselerasi