Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA CEREBRAL HEMATOMA (ICH)

A. PENGERTIAN
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan
adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT
Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single,
Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah, Secara klinis hematom
tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi. Perdarahan dalam meninges
atau ruang potensial yang terkait, termasuk hematoma epidural, subdural hematoma, dan
perdarahan subarachnoid, ditutupi secara rinci dalam artikel lainnya. perdarahan intraserebral
(ICH) dan perpanjangan parenkim perdarahan ke dalam ventrikel (yaitu, perdarahan
intraventrikular

[IVH])

yang

rinci

di

sini.

Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari tulang
kepala. Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang
menentukan prognose perdarahan subdural. (Paula, 2009)
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak .Hemorragi ini
biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka
tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto, 2009)
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri. Hal ini dapat
timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka .intraserebral
hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.
Perdarahan intraserebral menyumbang 8-13% dari semua stroke dan hasil dari spektrum yang
luas dari gangguan. perdarahan intraserebral lebih cenderung mengakibatkan kematian atau
kecacatan utama dari stroke iskemik atau perdarahan subarachnoid. perdarahan intraserebral
dan edema yang menyertainya dapat mengganggu atau kompres jaringan otak yang
berdekatan, menyebabkan disfungsi neurologis. perpindahan besar parenkim otak dapat
menyebabkan peninggian tekanan intrakranial (ICP) dan sindrom herniasi fatal (Corwin,
2009)

B. ETIOLOGI

Hipertensi merupakan penyebab terbanyak. Faktor etiologi yang lain adalah


aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia,
trombositopenia, pemakaian anti koagulan dalam jangka lama, malformasi arteriovenosa dan
malformasi mikro angiomatosa dalam otak, tumor otak (primer dan metastase) yang tumbuh
cepat, amiloidosis serebrovaskuler dan eklamsia (jarang).
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2011) adalah :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
C. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri yang
dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam
otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada
disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat
mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar perdarahan,
spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan
aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada
arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah
saat melakukan aktivitas. Pecahnya aneurysm atau arteriovenous malformation (AVM),
arteriopati (misalnya, amiloid serebral angiopathy, Moyamoya), diubah hemostasis (misalnya,
trombolisis, antikoagulan, perdarahan diatesis), hemoragik nekrosis (misalnya, tumor,
infeksi),

atau

vena

obstruksi

outflow

(trombosis

vena

misalnya,

otak).

Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58
ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per
100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel
masih baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak
sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan
demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2
terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan
tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian.
Nonpenetrating dan trauma tembus kranial juga menjadi penyebab umum dari
hemorrhage.Patients intraserebral yang mengalami trauma kepala tumpul dan kemudian
menerima warfarin atau clopidogrel dianggap pada peningkatan risiko untuk perdarahan
intrakranial traumatik. Menurut sebuah penelitian, pasien yang menerima clopidogrel
memiliki prevalensi lebih tinggi secara signifikan dari terjadinya perdarahan intrakranial
traumatik dibandingkan dengan pasien yang menerima warfarin. Tertunda perdarahan
intrakranial traumatik adalah langka dan hanya terjadi pada pasien yang menerima warfarin.

Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi


didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke
otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat
berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari. (Corwin, 2009)

Hipertensi
(Arteriosklerosi
s)

Pecahnya pembuluh
darah
(Total)

Terjadi perembesan
darah ke Parenchym

Iskemia jaringan
otak

Oedema
Otak

Peningkatan tekanan
intrakranial

Penurunan
Kesadaran

Tekanan meningkat

Nyeri kepala Muntah,


Tachicardia,Dilatasi pupil
Diplopia,

Penglihatan kabur, Visus


menurun Gangguan sensori
dan motorik

D. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal
itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada
orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya
disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali
mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau
menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda
atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah,
serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik
sampai menit.
Menurut Corwin 2000 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1.

Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.

2.

Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.

3.

Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.

4.

Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.

5.

Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.

6.

Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan
intra kranium.

E. Penatalaksanaan Medis

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.


Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami
tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan
besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar
dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak
sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan

pada

pendarahan

intracerebral

berbeda

dari

stroke

ischemic.

Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan


antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika
orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka
bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
2. Transfusi atau platelet
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet (plasma
segar yang dibekukan)
4.

Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)

5.

Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam


tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak.

Corwin (2000) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah sebagai
berikut :
1.

Observasi dan tirah baring terlalu lama

2.

Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah

3.

Mungkin diperlukan ventilasi mekanis

4.

Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok

5.

Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik


dan obat anti inflamasi

6.

Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya


yang menunjang.

II.

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data
dan perumusan diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual,
kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya
hidup klien
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat cedera, meliputi waktu mengalami cedera (hari, tanggal, jam),
lokasi/tempat mengalami cedera.
4. Mekanisme cedera: Bagaimana proses terjadinya sampai pasien menjadi
cedera.
5. Allergi (alergi): Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
(jenisnya), obat, dan lainnya.
6. Medication (pengobatan): Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan
pertama setelah cedera, apakah pasien sedang menjalani proses pengobatan
terhadap penyakit tertentu?

7. Past Medical History (riwayat penyakit sebelumnya): Apakah pasien


menderita penyakit tertentu sebelum menngalami cedera, apakah penyakit
tersebut menjadi penyebab terjadinya cedera?
8.

Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum
cedera? Hal ini untuk memonitor muntahan dan untuk mempermudah
mempersiapkan bila harus dilakukan tindakan lebih lanjut/operasi.

9.

Event

Leading

Injury

(peristiwa

sebelum/awal

cedera):

Apakah

pasienmengalami sesuatu hal sebelum cedera, bagaimana hal itu bisa terjadi?
10. Pola-pola fungsi kesehatan
a.

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

b.

Pola nutrisi dan metabolisme

c.

Pola eliminasi

d.

Pola aktivitas dan latihan

e.

Pola tidur dan istirahat

f.

Pola hubungan dan peran

g.

Pola persepsi dan konsep diri

h.

Pola sensori dan kognitif

i.

Pola reproduksi seksual

j.

Pola penanggulangan stress

k.

Pola tata nilai dan kepercayaan

8. Pemeriksaan fisik
a.

Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

b.

Pemeriksaan integumen
-

Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

c.

d.

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

Rambut : umumnya tidak ada kelainan

Pemeriksaan kepala dan leher


-

Kepala : bentuk normocephalik

Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g.

Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h.

Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis
- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sensorik

- Pemeriksaan reflex

9.

Pemeriksaan penunjang
a.

Pemeriksaan radiologi
1. CT scan
CT scan mudah menunjukkan perdarahan akut sebagai intensitas sinyal
hyperdense (lihat gambar di bawah). perdarahan multifokal di frontal,
temporal,

atau

tiang

oksipital

menyarankan

etiologi

trauma.

perdarahan intrakranial. CT scan hak frontal perdarahan intraserebral


rumit

trombolisis

dari

stroke

iskemik.

Pasien dengan trauma ringan tumpul kepala dan preinjury antikoagulan


atau penggunaan antiplatelet berada pada peningkatan risiko perdarahan
intrakranial dan harus menjalani mendesak dan liberal CT scan. [6]
Volume hematoma dalam sentimeter kubik dapat didekati dengan
persamaan dimodifikasi ellipsoid: (A x B x C) / 2, di mana A, B, dan C
merupakan dimensi linear terpanjang dalam sentimeter dari hematoma di
setiap

pesawat

orthogonal.

edema Perihematomal dan perpindahan jaringan dengan herniasi juga


dapat

dihargai.

Sebaliknya iodinasi dapat disuntikkan untuk meningkatkan hasil skrining


untuk

tumor

yang

mendasari

atau

malformasi

vaskuler.

CT angiography "tempat tanda" dapat digunakan untuk memprediksi


pertumbuhan hematoma intraserebral.
2. MRI
MRI penampilan perdarahan pada T1 dan T2 urutan konvensional
berkembang dari waktu ke waktu karena perubahan kimia dan fisik dalam
dan

di

sekitar

hematoma

(lihat

Tabel

di

bawah).

T1 dan T2 urutan konvensional tidak sangat sensitif terhadap perdarahan


dalam beberapa jam pertama, tapi gradien yang lebih baru memfokuskan
kembali urutan gema muncul untuk dapat mendeteksi perdarahan
intraserebral andal dalam 1-2 jam pertama onset (lihat gambar berikut).

perdarahan intrakranial. Cairan-dilemahkan inversi-recovery, T2, dan


gradient gema MRI ilustrasi perdarahan intraserebral terkait dengan
frontal

arteriovenous

malformation

tepat.

perdarahan intrakranial. Cairan-dilemahkan inversi-recovery, T2, dan


gradient gema MRI penggambaran meninggalkan perdarahan intrakranial
sementara

karena

penyakit

sel

sabit.

AVMs dan angioma kavernosa dapat diidentifikasi dengan adanya


beberapa

rongga

aliran

berdekatan

dengan

hematoma.

Sebaliknya paramagnetik dapat disuntikkan untuk meningkatkan hasil


skrining untuk tumor yang mendasari atau malformasi vaskuler.
urutan gradient echo dapat mengungkapkan beberapa fokus dari
hypointensity disebabkan deposisi hemosiderin dari microbleeds otak
diam sebelumnya. Sebuah distribusi multilobar dari hypointense fokus
pada gradien pencitraan gema dapat memberikan bukti yang mendukung
angiopati amiloid serebral, sementara beberapa fokus yang mendalam
mungkin

menyarankan

arteriopati

hipertensi

yang

mendasari.

Studi MRI menggabungkan gradient echo atau urutan kerentanan


berbobot dapat digunakan sebagai modalitas pencitraan tunggal untuk
pasien dengan stroke akut, mudah mengidentifikasi perdarahan
intrakranial.
Teknik permeabilitas, termasuk penggunaan sumber data perfusi
pencitraan, dapat digunakan untuk mendeteksi derangements darah-otak
yang mendahului transformasi hemoragik setelah trombolisis. [8]
MRI ini mengungkapkan petekie perdarahan intraserebral (ICH) karena
trombosis

vena

serebral.

MRI ini mengungkapkan transformasi hemoragik dari infark iskemik.


CT Scan ini dan MRI mengungkapkan otak tengah perdarahan
intraserebral (ICH) dan perdarahan intraventrikular (IVH) terkait dengan
angioma kavernosa.
This MRI reveals petechial intracerebral hemorrhage (ICH) due to
cerebral venous thrombosis.

This MRI reveals hemorrhagic transformation of an ischemic infarct.


This CT scan and MRI revealed midbrain intracerebral hemorrhage (ICH) and
intraventricular hemorrhage

(IVH) associated with a cavernous angioma.

Table 1. MRI Appearance of Intracerebral Hemorrhage


Phase

Time

Hemoglobin

T1

T2

Hyperacute

< 24 hours Oxyhemoglobin (intracellular)

Iso or hypo Hyper

Acute

1-3 days

Deoxyhemoglobin (intracellular)

Iso or hypo Hypo

Early subacute >3 days

Methemoglobin

Hyper

Hypo

Late subacute

>7 days

Methemoglobin (extracellular)

Hyper

Hyper

Chronic

>14 days

Hemosiderin (extracellular)

Iso or hypo Hypo

CT angiografi memungkinkan pemutaran kapal besar dan menengah untuk AVMs,


vaskulitis,

dan

arteriopathies

lainnya.

MR angiografi memungkinkan pemutaran kapal besar dan menengah untuk AVMs,


vaskulitis,

dan

arteriopathies

lainnya.

kateter angiography konvensional definitif menilai besar, menengah, dan cukup besar
kapal

kecil

untuk

AVMs,

vaskulitis,

dan

arteriopathies

lainnya.

Pertimbangkan kateter angiography untuk pasien muda, pasien dengan perdarahan,


pasien tanpa riwayat hipertensi, dan pasien tanpa penyebab yang jelas dari perdarahan
yang merupakan calon bedah. Angiografi dapat ditangguhkan untuk pasien yang lebih
tua dengan dugaan perdarahan intraserebral hipertensi dan pasien yang tidak memiliki
kelainan

struktur

pada

CT

scan

atau

MRI.

Waktu angiography tergantung pada status klinis dan pertimbangan bedah saraf.
Tes

lainnya

EKG sering mengidentifikasi disritmia otak yang disebabkan atau cedera jantung.

b. Pemeriksaan laboratorium
- Hitung darah lengkap (CBC) dengan trombosit: Pantau adanya infeksi dan menilai
hematokrit dan trombosit untuk mengidentifikasi risiko perdarahan dan
-

komplikasi.
Waktu Prothrombin (PT) / diaktifkan waktu parsial tromboplastin (aPTT):

Mengidentifikasi koagulopati.
Kimia Serum termasuk elektrolit dan osmolaritas: Kaji gangguan metabolik,
seperti hiponatremia, dan memantau osmolaritas untuk bimbingan diuresis

osmotik.
Toksikologi layar dan alkohol serum tingkat jika penggunaan narkoba atau
konsumsi alkohol yang berlebihan diduga: Mengidentifikasi racun eksogen

perdarahan intraserebral.
Skrining untuk hematologi, infeksi, dan etiologi vaskulitis pada pasien tertentu:
pengujian Selektif untuk penyebab yang lebih jarang dari perdarahan intraserebral.

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah

2.

Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot

3.

Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

4.

Gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Gangguan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan : setelah dilakukan

Intervensi
1. Observasi

Rasional
1. Inspeksi

mobilisasi fisik b.d

tindakan keperawatan selama

kondisi

kondisi awal

kondisi yang

waktu 4X24 jam pasien

fisik klien

pasien

melemah

diharapkan dapat melakukan

2. Rencanakan

2. Merencanakan

mibilisasi fisik secara optimal.

proses latihan

porsi latihan

Kriteria hasil:

yang efisien

untuk menunjang

- Tonus otot bertambah

bila perlu

kesembuhan

- Mobilisasi ROM

kolaborasikan

pasien

pasif menjadi aktif

dengan

fisioterapi

Tidak mengeram kesakitan da

untuk

lam proses latihan

menambah

3. Memberikan

proses latihan

kenyamanan

3. Atur posisi
senyaman

4. Melakukan

mungkin

tindakan

4. Mengajari

keperawatan

pasien ROM

5. Monitoring

pasif dan aktif

tindakan yang

5. Biarkan

sudah dilakukan

pasien
mempraktikan
kembali yang
sudah
diajarkan tapi

6. Melanjutkan

dengan

proses latihan

pengawasan

keperawatan

perawat
6. Bila sudah
bisa
menyangga

7. Memberi

tubuh ajarkan

semangat untuk

berjalan tapi

menambah

dengan

latihan.

dammpingan
perawat
7. Berikan
dukungan
dalam setiap
tindakan yang
sudah
Gangguan

Tujuan : setelah dilakukan

dilakukan.
1. Observasi

1. Inspeksi

intoleransi aktivitas

tindakan keperawatan dalam

kondisi

kondisi awal

b.d kelemahan

waktu 6X24 jam diharapkan

fisik klien

pasien

tonus otot

pasien dapt terpenuhi aktivitas

2. Rencanakan

2. Merencanakan

sehari hari dengan normal

proses latihan

porsi latihan

Kriteria hasil :

yang efisien

untuk menunjang

- Terjadi peningkatan

bila perlu

kesembuhan

kolaborasikan

pasien

tonus otot
- Pasien

dengan

dapat melakukan aktivitas s

fisioterapi

ehari hari dengan mandiri

untuk

- Tidak terasa sakit

menambah

3. Memberikan

bila melakukan latihan

proses latihan

kenyamanan

3. Atur posisi
senyaman

4. Melakukan

mungkin

tindakan

4. Mengajari

keperawatan

pasien ROM

5. Monitoring

pasif dan aktif

tindakan yang

5. Biarkan

sudah dilakukan

pasien
mempraktikan
kembali yang
sudah
diajarkan tapi

6. Melanjutkan

dengan

proses latihan

pengawasan

keperawatan

perawat
6. Bila sudah
bisa
menyangga

7. Memberi

tubuh ajarkan

semangat untuk

berjalan tapi

menambah

dengan

latihan.

dammpingan
perawat

7. Berikan
dukungan
dalam setiap
tindakan yang
sudah
Gangguanrasa nya

Tujuan : setelah dilakukan

dilakukan.
1. Observasi

man Nyeri b.d

tindakan keperawatan dalam

secara

nyeri awal dari

peningkatan

waktu 3X24 jam diharapkan

subjektiv skal

pasien

1. Inspeksi skala

tekanan intrakranial rasa nyeri yang dirasak pasien

nyeri yang

(TIK)

dapat berkurang atau bahkan

dirasakan

2. Memberikan r

hilang

pasien

asa nyaman

Kriteria Hasil :

2. Beri posisi

3. Melakukan

- Wajah tidak mengurung dan

yang nyaman

terapi perawatan

menahan kesakitan

3. Ajari

- Skala nyeri turun

metode

- Pasien

relaksasi

tidak memegangi bagian

seperti

yang sakit

distraksi,

4. Memantau

nafas dalam,

adakah kelainan

dan bila emosi

dari pemeriksaan

ajarkan
imajinasi

5. Membantu

terpimpin

mempercepat

4. Anjurkan

kesembuhan

pasien untuk

pasien

melakukan

6. Memberi

pemeriksaan

informasi secara

CT-Scan

lengkap

5. Kolaborasik
an dengan
pihak medis
untuk terapi

7. monitoring

obat

perkembangan

6. Berikan HE

setelah dilakukan

tentang

tindakan

pentingnya

keperawatan

ambulansi saat
emergensi
7. Observasi
penurunan
skala nyeri
yang
dirasakan
Defisit perawatan

Tujuan : setelah dilakukan

1. Observasi

1. Obsevasi

diri b.d kelemahan

tindakan keperawatan dalam

kondisi awal

kondisi awal dari

otot

waktu 1X24 jam diharapkan

pasien

pasien

pasien terpenuhi dalam

terutama fisik

perawatan dirinya secara

dan

optimal

kebersihan

2. Menyiapkan

Kriteria Hasil :

2. Siapkan alat

alat dari suatu

-.Wajah tidak lesu

untuk

bagian tindakan

- Kulit tidak saling melengket

melakukan PH

keperawatan

- Badan menjadi harum

3. Menghindari
penolakan dri
3. Memberitah

tindakan

u maksud dan

keperawatan

tujuan

4. Menjaga

tindakan yang

privasi pasien

dilakukan

5. Melakukan

4. Menutup

tindakan

gorden

keperawatan
6. Monitoring

5. Melakukan

tindakan yang

PH sambil

sudah dilakukan

mengajari

7. Membantu

keluarga

memberikan

6. Observasi

informasi secara

tindakan yang

jelas.

dilakukan
7. Beri HE
pentingnya
perawatan diri

D. Evaluasi
1.

Tidak terjadi gangguan mobilisasi fisik

2.

Tidak terjadi gangguan intoleransi aktivitas

3.

Tidak terjadi gangguan nyaman nyeri

4.

Tidak terjadi gangguan defisit perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai