Anda di halaman 1dari 26

KEGAWATDARURATAN

NEUROLOGI (CEDERA)
Ns. Ardi
Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma
kranioserebral=traumatic brain injury
Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap
kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun
permanen.
Klasifikasi
Trauma Kulit Kepala

Fraktur tengkorak
• Trauma Kulit Kepala
– Cedera kulit kepala dapat mengakibatkan suatu
abrasi, kontusio, laserasi atau avulsi. Karena
banyaknya pembuluh darah, kulit kepala dapat
mengalami perdarahan sangat banyak ketika cedera.
Luka kulit kepala merupakan entri portal untuk infeksi
intracranial
Fraktur Tengkorak
– Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontuinitas tulang
tengkorak disebabkan oleh trauma yang terjadi
dengan atau tanpa kerusakan otak. Fraktur tengkorak
diklasifikasikan terbuka atau tertutup berdasarkan
rusaknya duramater.
• Manifestasi Klinik
– Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan
adanya fraktur
– Fraktur kubah intracranial menyebabkan pembengkakan pada
sekitar fraktur
– Fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus
paranasal pada os frontal atau lokasi tengah telinga di
tulang temporal, juga sering menimbulkan hemoragi
dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di
bawah conjungtiva.
– Suatu area ekimosis mungkin terlihat di atas mastoid
(tanda Battle). Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika
CSS keluar dari telinga (otorea CSS) dan hidung (rinorea
CSS).
CEDERA OTAK
• KOMMOTIO CEREBRI/CONCUTIO CEREBRI
– Bentuk ringan dari cedera otak
– Terjadi disfungsi neurologic sementara dan bersifat
dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
– Jika ada penurunan kesadaran mungkin hanya beberapa
detik/menit
– Pasien mengalami disorientasi dan bingung  waktu
relative singkat.
– Observasi pasien terhadap sakit kepala, pusing, peka
rangsang dan ansietas.
• KONTUSIO SEREBRAL
– Merupakan cedera otak yang lebih parah. Otak mengalami
memar dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi.
– Pasien berada pada periode tidak sadarkan diri
– Gejala tergantung lokasi dan luasnya lesi
– Individu dengan cedera luas yang mengalami fungsi
motorik abnormal, gerakan mata abnormal, dan
peningkatan TIK mempunyai prognosis yang buruk
• HEMORAGI INTRAKRANIAL
– Hemoragi yang terjadi di dalam kubah cranial
adalah akibat paling serius dari cedera kepala.
– Hematoma  epidural, subdural atau
intraserebral tergantung lokasinya.
Hematoma Epidural
Darah terkumpul pada ruang epidural
antara tulang tengkorak dan
duramater yang sering diakibatkan
putusnya atau rusaknya (laserasi) arteri
meningeal tengah. Hemoragi ini
menyebabkan penekanan pada otak.
HEMATOMA SUBDURAL
• Darah berkumpul diantara
duramater dan dasar otak, suatu
ruang pada keadaan normal diisi
oleh cairan. Hemoragi subdural
lebih sering terjadi pada vena
dan merupakan akibat putusnya
pembuluh darah kecil yang
menjembatani ruang subdural.
Hematoma subdural dapat
terjadi akut, sub akut atau kronik
bergantung ukuran pembuluh
darah yang terkena dan jumlah
perdarahan yang ada.
HEMATOMA INTRASEREBRAL
• Perdarahan ke dalam
substansi otak yang terjadi
pada cedera kepala dimana
tekanan mendesak ke kepala
sampai daerah kecil (luka
tembak, luka tusuk) mungkin
juga diakibatkan oleh
hipertensi sistemik,
aneurisma atau anomaly
vaskuler.
Klasifikasi
• Berdasarkan Patologi: komosio serebri, kontusio serebri,
laserasi serebri
• Lokasi lesi: lesi difus, lesi kerusakan vaskular otak, lesi
fokal, kontusio dan laserasi serebri, hematoma intrakranial,
hematoma ekstradural (epidural), hematoma subdural,
hematoma intraparenkimal, hematoma subaraknoid,
hematoma intraserebral serta hematoma intraserebellar.
• Derajat kesadaran berdasarkan GCS: minimal, ringan,
sedang, berat
Kategori GCS Gambaran klinik CT scan otak
Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-) Normal
Ringan 13-15 Pingsan <10 menit, defisit neurologik (-) Normal
Sedang 9-12 Pingsan >10 menit-6 jam, defisit neurologik (+) Abnormal
Berat 3-8 Pingsan >6 jam, defisit neurologik (+) Abnormal

• Jika CT scan perdarahan intrakranial diklasifikasikan


trauma kapitis berat
Pengkajian
Evaluasi Awal
• Semua pasien cedera kepala harus dilakukan survey primer
dan sekunder dengan mengkaji airway, breathing dan
circulation.
• Patensi jalan napas dan oksigenasi adekuat serta ventilasi
dapat mencegah cedera sekunder.
• Servikal harus diimmobilisasi sampai yakin bahwa tidak ada
cedera servikal.
• Pemeriksaan glukosa harus dilakukan pada seluruh pasien
yang mengalami penurunan kesadaran.
• Lakukan pemeriksaan laboratorium (elektrolit, darah lengkap,
urinalisis).
Manajemen Cedera Kepala Berat

• Manajemen CKB meminimalkan edema serebral dan


tekanan intrakranial yang dapat mengoptimalkan tekanan
perfusi serebral dan oksigenasi jaringan sehingga dapat
mengurangi cedera iskemik sekunder.
• Intervensi Umum Cedera Kepala
– Pertahankan MAP >80 mmHg atau CPP >60 mmHg jika
GCS <8.
– Pertahankan tekanan intrakranial <20 mmHg
– Pertahankan suhu tubuh 36-37oC, pertimbangkan
antipiretik dan selimut pendingin.
– Jangan berikan steroid dosis tinggi.
– Berikan oksigen tambahan untuk mempertahankan
SaO2 >92%.
– Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
– Pertahankan posisi kepala netral untuk mencegah kontriksi
vena jugularis
– Koreksi hiponatremia (serum Na+ <140 mEq/L) dengan
cairan IV isotonik (bukan dekstrose)
– Berikan dukungan nutrisi lebih awal sesuai kebutuhan
– Cegah Hiperglikemia (serum glukosa >180 mg/dl)
– Cegah DVT (5000 IU /8 jam)
– Cegah stress ulcer gastrointestinal (H2-blocker or proton
pump inhibitor )
– Cegah ulkus dekubitus
• Intervensi tambahan jika GCS <8
– Airway/Brathing
• Intubasi pasien untuk mempertahankan jalan napas
• Pertahankan PaCO2 35-40 mmHg
• Pertahankan PaO2 80-120 mmHg
– Perfusi serebral dan sistemik
• Pasang CVP
• Pertahankan euvolemia (balance positif 500-1000 ml dalam
24 jam pertama)
• Pertahankan MAP >80 mmHg jika ICP tidak tersedia
– Pertahankan CPP (CPP=MAP-ICP) >60 mmHg jika ICP
tersedia
• Jika CPP <60, lapor intesivist
• Jika CVP <8 mmHg, berikan normal saline 500-1000
mL bolus
• Jika CVP >8 mmHg, mulai pemberian norepinefrin
0-0.5 mcg/kg/menit Infus IV untuk mempertahankan
CPP.
• Terapi Osmolar
– 3% normal saline IV bolus 100-250 ml setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
– Alternatif: Mannitol 0.25-1.0 gm/Kg IV setiap 6 jam
sesuai kebutuhan.
Lindungi otak dengan mencegah:

• Hipotensi (MAP <70 mmHg)


• Hipoksemia (SpO2 <92%)
• Hiperkarbia (PaCO2 >45 mmHg)
• Hiponatremia (serum Na+ <140 mEq/L)
• Hiperglikemia (glukosa >180 mg/dl)
• Hipovolemia
• Demam (pertahankan suhu 36-37oC)
• Anemia (pertahankan Hb >9 gr selama masa kritis)

Anda mungkin juga menyukai