Anda di halaman 1dari 85

TRAUMA

KEPALA & SPINAL

Ns. Arief Hidayatullah, S. Kep., M. Kep.Sp. KMB


hidayatullaharif21@gmail.com
Ns. Arif Hidayatullah, S.Kep., M. Kep. Sp. Kep. MB

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 21 Des 1980

Pendidikan:
•Akademi Keperawatan DEPKES Palembang, 2001
•S1 FIK Universitas Indonesia, 2007
•Ners FIK Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2012
•S2 FIK KMB Universitas Indonesia, 2019
•Spesialis KMB Universitas Indonesia, 2020
Pekerjaan Saat Ini :
• Kabid. Keperawatan RS Haji Jakarta
• Dosen STIKES Indonesia Maju
• Ketua PPNI DPK RSHJ
• Instruktur GMT, EMT 911 Jakarta
• Praktisi Perawatan Luka
• Anggota HIPGABI, HIPMEBI, HIPENI, dan IETNEP
Motto : Jangan menyerah, Orang lain bisa kita juga pasti bisa
email : hidayatullaharif21@gmail.com
HP : 081314741228
PENGHARGAAN
1. Penghargaan Lulusan Terbaik Kedua dari Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk program Profesi,
Jakarta 2012
2. Penghargaan peserta terbaik pertama dalam Pelatihan TOT/TPPK Tenaga Pelatih Program Kesehatan,
Jakarta 2017.
3. Penghargaan predikat Cum Laude Spesialis KMB Universitas Indonesia, Depok 2020.

ORGANISASI DAN JABATAN BIDANG KEPERAWATAN


4. Pengurus Bidang Organisasi dan Hukum Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia (HIPMEBI)
5. Aktif dalam Himpunan Perawat Neurologi Indonesia (HIPENI)
6. Anggota Focus Interest Group (FIG) Keperawatan Medikal Bedah RS Haji Jakarta
7. Staf Pengajar KMB Neurologi di DIKLAT RS Haji Jakarta
8. Ka. Ruangan VIP/SVIP RS Haji Jakarta dari tahun 2014 s/d 2017
9. Ka. Unit Instalasi Gawat Darurat RS Haji Jakarta dari tahun 2017 s/d 2020
10.Koordinator Keperawatan RS Haji Jakarta dari tahun 2021 s/d Sekarang
11.Accecor Internal Keperawatan RS Haji Jakarta dari tahun 2014 s/d sekarang
12.Pengurus HIPGABI DKI
13.Dosen Tetap Stikes Indonesia Maju
LAIN-LAIN
14.Pokja HPK Akreditasi Rumah Sakit Haji Jakarta
15.Tim Pengajar Diklat KMB Neurologi RS Haji Jakarta
16.Tim pembicara dan instruktur pelatihan kegawat-daruratan Emergency Medical Training (EMT) 911 Jakarta
dan instruktur HIBGABI DKI Jakarta.
Outline
 Brain Trauma
Kepala

 Spinal Trauma
Spinal PENANGANAN EMERGENCY PADA TRAUMA
Peserta memahami prinsip penatalaksanaan Emergency
Trauma di Pre Hospital maupun di Intra Hospital.
BRAIN
 TRAUMA KEPALA
Epidural Hematoma
Subdural Hematoma
Subaracnoid Hemoragik
Intraserebral Hemoragik
Trauma Kepala
Sering terjadi
Morbiditas dan mortalitas tinggi

Penanganan keliru:


Memperburuk prognosis
- Yg seharusnya dpt selamat  meninggal
 Harus segera ditransfer
KASUS TRAUMA KEPALA PADA
KECELAKAAN LALU LINTAS
PENGERTIAN CEDERA KEPALA
 Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala (bukan kongenital
ataupun degeneratif) tetapi disebabkan karena serangan/benturan fisik
dari luar, yang dapat menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2010)
 Cedera kepala secara luas didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda
sebagai berikut (Arifin, MZ, 2013):
 Adanya riwayat benturan pada kepala
 Adanya cedera pada SCALP (Skin-Connective tissue - Aponeurosis
Galea Loose areolar tissue - Perikranium) yang dapat berupa hematom
atau abrasi
 Adanya gambaran fraktur pada foto polos atau pada CT scan kepala
 Adanya gambaran klinis fraktur basis cranii
 Adanya gambaran klinis cedera otak (penurunan kesadaran, amnesia,
defisit neurologis, kejang)
ETIOLOGI CEDERA KEPALA
 Jatuh
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Kecelakaan pada saat olah raga
 Cedera akibat kekerasan
 Terkena tembakan atau tusukan
Mekanisme cedera kepala:

1. Cedera percepatan (akleserasi)


Terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam, seperti akibat pukulan benda tumpul, atau karena terkena
lemparan benda tumpul.
2. Cedera perlambatan (deserelasi)
Bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak
seperti badan mobil atau tanah
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
BERDASARKAN WAKTU(BLUMBERG, 2011)

1. Cedera kepala primer  Laserasi


 Terjadi saat kejadian
 Perdarahan intracerebral 2. Cedera kepala sekunder
 Perdarahan ekdtradura (EDH) Terjadi dalam beberapa jam sampai
 Perdarahan subdura (SDH) beberapa hari setelah kejadian
 Perdarahan subarakhnoid  Edema cerebri sebagai akibat
 Cedera pada neuron yang cedera primer atau kegagalan
mungkin fokal, multifokal atau makro/mikrosirkulasi
diffuse  Peningkatan tekanan intrakranial
 Cedera akson akibat edema atau penambahan
lesi
 Contusio
 Iskemia arteri cerebral
MANIFESTASI KLINIS(ARIFIN, MZ: 2013)
 Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit
atau lebih
 Papil edema
 Pupil anisokor
 Mual, muntah, pusing kepala
 Terdapat hematom
 Bila terdapat fraktur mungkin adanya cairan
serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea)
 Jika terdapat fractur basis cranii maka akan
timbul battle sign dan brill hematome
FRACTUR DASAR TENGKORAK

 Rhinore
 Othore
 Battle Sign
 Racon Eye

© ACS 16 / 40
Prinsip - Prinsip pada
Trauma Kepala

 Tulang tengkorak sebagai pelindung


jaringan otak, mempunyai daya elastisitas
untuk mengatasi adanya pukulan.
 Bila daya/toleransi elastisitas terlampau
akan terjadi fraktur.
 Berat/ringannya cedera tergantung pada :

Lokasi yang terpengaruh :


Keadaan kepala saat terjadi benturan.
 Masalah utama adalah terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)
 TIK dipertahankan oleh 3 komponen :
 Volume darah /Pembuluh darah ( 75 -
150 ml).
 Volume Jaringan Otak (. 1200 - 1400
ml).
 Volume LCS ( 75 - 150 ml).
Hukum Monroe Kelly
 Ruang tengkorak tertutup dan
volumenya tetap
 Volume dipengaruhi darah,
liquor, dan parenkim otak
 Kemampuan kompensasi yang
terlampaui akan berakibat
kenaikan tekanan intrakranial
yang tinggi dan penurunan
tekanan perfusi serebral (CPP)
Faktor Pemberat Terjadinya Cidera Otak

 Besar kekuatan yang menyebabkan


terjadinya trauma (semakin besar
kekuatan semakin besar pula
kerusakan yang di timbulkannya).
 Efek sekunder dari cidera otak.
Perdarahan Intra Kranial pada
Cedera Kepala

 Haematom Epidural.
 Hematoma Subdural
 Hematom Intrakranial :
 Hematom Intraserebral
 Hematom Subarakhnoid.
LAPISAN PELINDUNG BRAIN
LAPISAN PELINDUNG BRAIN INTRA KRANIAL
POTONGAN CORONAL & SAGITAL BRAIN
BRAIN MAPPING
PERDARAHAN PADA TRAUMA KEPALA
IDENTITAS PASIEN
Ukuran
Hounsfield
Unit (HU)
DENSITAS OTAK

Hipodens = Densitas rendah (hitam).


Contoh: Cairan otak (LCS)

Isodens = Densitas sama dg otak (abu2).


Contoh : otak

Hiperdens = Densitas tinggi (putih).


Contoh : Tulang, perdarahan
BANDINGKAN KANAN & KIRI OTAK
Haematom Epidural

suatu akumulasi/pengumpulan darah atau


bertambahnya perdarahan yang menuju
keruang antara tulang tengkorak bagian
dalam dan meningen paling luar (durameter).
Terjadi karena laserasi atau pecahnya
pembuluh darah / cabang – cabang dari
arteri meningeal tengah/media atau
meningeal bagian frontal. Lokasi yang paling
sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.
EPIDURAL HEMATOMA (EDH)
© ACS

Epidural Hematoma

34 / 40
Epidural Hematoma

Fatal bila tdk ditolong


Evakuasi darah  prognosis baik

Venous epidurals : Mungkin ditangani konservatif

/nonsurgical
Hematoma Subdural

Adalah akumulasi/perdarahn arteri/vena


antara durameter dan arakhnoid yang
menutup otak. Penyebabnya biasanya
robekan pembuluh darah vena yang
ditemukan diarea ini
SUBDURAL HEMATOMA (SDH)
Subdural hematom
Subdural Hematoma

Laserasi otak /vena


Menutupi seluruh permukaan otak

Prognosis tergantung kerusakan otaknya

Dilakukan operasi bila mendesak otak.

© ACS
40 / 40
Hematom Intrakranial :

 Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau


lebih.
 Selalu diikuti oleh kontosio.
 Penyebab : Fraktur depresi tulang
tengkorak, cidera penetrasi peluru,
getaran atau gerakan akselerasi -
deselerasi mendadak/tiba-tiba.
 Herniasi merupakan ancaman nyata,
adanya bekuan darah, edema lokal.
Hematom Intraserebral

Adalah berupa perdarahan di jaringan otak karena


pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler dan
vena/perdarahan kedalam substansi otak yang
diakibatkan oleh hipertansi sistemik yang
menyebabkan degenerasi dan rupture pembuluh
darah, rupture kantung anaerisma, anomaly
vaskuler, tumor intracranial, serta penyebab
sitemik termasuk gangguan perdarahan ( sperti
leukemia, hemofilia, anemia aplastik,
trombositopenia dan komplikasi terapi anti
koagulan).
PERDARAHAN INTRASEREBRAL

 Perdarahan pada parenkim otak


 Metode perhitungan dengan metode automatic dan
metode Manual ( Broderick)

Rumus Volume Darah = A x B x C


(Broderick) 2
A = Diameter Panjang perdarahan
B = Diameter lebar perdarahan
C = Tebal perdarahan  perkalian
antara slice thickness (5 mm = 0,5
cm)
Intracerebral Hemorrhages (Most
Common Type Of Hemorrhagic Stroke)

 Terjadi ketika pembuluh darah mengalami


perdarahan atau ruptur ke jaringan di dalam
otak.
 Paling sering disebabkan oleh hipertensi
kronik atau proses penuaan pembuluh darah.
 Terkadang disebabkan oleh malformasi arteri
(arteriovenous malformation/AVM).
PERDARAHAN INTRASEREBRAL

 Lesi hiperdens di lobus


oksipital kiri
 Volume 2x3x4/2 = 12 cc
 Jarak dari calvaria < 1
cm
Hematom Subarakhnoid.

 Adalah perdarahan yang terjadi pada


ruang arakhnoid yaitu antara lapisan
arakhnoid dengan piameter. Sering kali
terjadi karena adanya robekan vena dan
bersifat kronik.
 Perdarahan di dalam rongga subarachnoid
akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pada
cedera kepala yang hebat.
SUBARACHNOID HEMATOMA (SAH)

Perdarahan pada ruang subarachnoid (antara arachnoid dan viamater)


Subarachnoid hemorrhages

 Terjadi ketika aneurisma yang berada di atau dekat


permukaan otak pecah dan terjadi perdarahan ke
ruang antara otak dan tulang kranium.
 Sering disebabkan oleh hipertensi. Selain itu faktor-
faktor yang meningkatkan risikonya adalah:
 Merokok
 Konstrasepsi oral (terutama yang memiliki
kandungan estrogen tinggi)
 asupan alkohol berlebihan
 Penggunaan obat-obatan terlarang
© ACS
EDEMA CEREBRI
Merupakan suatu kondisi patologis dimana volume
otak meningkat sebagai akibat dari abnormal
akumulasi cairan dalam parenkim serebral
(Michinaga&Koyama, 2015)
Tekanan Intra Kranial
10 mm Hg = Normal
>20 mm Hg = Abnormal
>40 mm Hg = Gawat
↑ICP → Fungsi otak↓, prognosis↓
KOMPLIKASI

 Kejang
 Infeksi
 Bocor cairan otak
 Hipertermia
 Masalah mobilisasi
 SIADH (Syndrome of Inappropriate
Anti Diuretic Hormone)
 Hipovolemia
SEL SARAF DAN SINAPS

 Potensial membran: selisih


potensial intrasel dan ekstrasel.
 Jika mendapat rangsangan,
potensial membran akan berubah;
- Na+ masuk kedalam sel
- K+ akan keluar sel.
 Jika rangsangan telah selesai akan
dipompa kembali (ATP).
Neurotransmitter & Reseptor

AMP
A

GA & B
AB

A
BA
A
 Neurotransmitter utama proses eksitasi adalah glutamat yang akan
berikatan dengan reseptornya, yaitu N-Metil D-Aspartat (NMDA) dan
non-NMDA.
 Neurotransmitter utama proses inhibisi adalah asam aminobutyrat
(GABA) yang berikatan dengan reseptornya GABAA dan GABAB.
NEUROTRANSMITTER & KANAL ION

Eksitatorik  Peningkatan R-NMDA


Inhibitorik  Penurunan R-GABA
Pemeriksaan Diagnostik
 CT scan (tanpa/dengan kontras)
 MRI.
 Angiografi cerebral.
 EEG
 Sinar X-Ray
 Punksi lumbal
 AGD
 Kimia/elektrolit darah
Penatalaksanaan
 Jika terdapat luka pad kulit kepala,
diusahakan ditutup, dan control perdarahan
yang terjadi.
 Luka pada kulit kepala yang tidak diatas
fraktur, segera dianastesi local, dibersihkan
dan dijahit.
 Pada depresi tengkorak dilakukan
pembedahan untuk menata kembali fragmen
tulang dalan lapisan durameter yang robek.
 Pembedahan
 Konservatif
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Mempertahankan fungsi ABC


 Menilai perkembangan status neurologis
 Menurunkan resiko iskemic cerebri
 Pemberian oksigen dan glukosa
 Mengontrol penurunan TIK (menurunkan PaCO2 dg
hiperventilasi dan meningkatkan metabolism
intracerebral
 Melakukan operasi dengan tujuan evakuasi
hematoma

© ACS 59 / 40
Berdasarkan keparahan atau
derajat kesadaran
.
Cidera kepala ringan.(55%)
 GCS : 13-15
 Kehilangan kesadaran kurang dari atau sama
dengan 30 menit atau kurang dari sama dengan
2 jam.
 Tidak ada fraktur tengkorak, contosio/hematom.
 Pusing  10 menit, tidak ada deficit neurology
 Gambaran scaning otak normal
CEDERA KEPALA RINGAN
Lanjutan…

Cidera kepala sedang.(24%)


 GCS : 9-12.
 Kehilangan kesadran/ Pingsan . > 10
menit sampai 30 menit (bahkan bisa 24
jam atau antara 2-6 jam
 Dapat mengalami fraktur tengkorak,
disorientasi ringan (bingung)
 Terdapat deficit neurology
 Gambaran scanning otak abnormal
CEDERA KEPALA SEDANG
Lanjutan…

Cidera kepala barat.(21%)


GCS: 3-8
Kehilanggan kesadaran Pingsan > 6 jam
sampai lebih dari 24 jam
Contosio cerebri, laserasi/adanya
hematom/edema serebral
Defisit neurology terjadi
Gambaran scaning otak abnormal
CEDERA KEPALA BERAT
TATA LAKSANA PEMBEDAHAN
1. Pembedahan Pada Perdarahan Epidural (EDH)
Indikasi pembedahan (dilakukan evakuasi pembedahan atau Cito):
 Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan volume > 30 cc, atau ketebalan > 15 mm,
atau pergeseran midline > 5 mm, atau Pasien EDH akut (GCS <9) dan pupil
anisokor
2. Pembedahan Pada Perdarahan Subdural AKUT
Indikasi Pembedahan
 PasienSDH tanpa melihat GCS; ketebalan > 10 mm atau midline shift (MLS) > 5 mm
pada CT Scan
 Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK
 Pasien SDH dengan GCS < 9 :
 Ketebalan SDH < 10 mm dan pergeseran struktur midline, jika mengalami
penurunan GCS lebih dari 2 poin atau lebih antara saat kejadian dengan saat
masuk ke rumah sakit dan atau jika didapatkan pupil yang dilatasi asimetri atau
fixed dan/atau TIK > 20 mmHg
TATA LAKSANA PEMBEDAHAN
3. Pembedahan Pada Perdarahan Subdural Kronis
Indikasi pembedahan (dilakukan secepat mungkin):
a. Terdapat gejala klinis penurunan kesadaran maupun defisi neurologis
fokal atau kejang
b. Ketebalan lesi > 1cm
4. Pembedahan Pada Perdarahan Parenkim Otak
Indikasi pembedahan:
c. Pasien dengan GCS 6-8 dengan perdarahan parenkim otak pada daerah
frontal atau temporal dengan volume perdarahan > 20 cc, dengan
pergeseran struktur midline ≥ 5 mm dan atau kompresi pada sisterna.
d. Perdarahan parenkim otak dengan volume perdarahan > 50 cc
e. Pasien dengan perdarahan parenkim otak dan tanda-tanda deteriorasi
neurologis yang progresif sesuai dengan lesi, hipertensi intrakranial yang
refrakter dengan medikamentos, atau didapatkan tanda-tanda efek
massa pada CT scan.
TRAUMA MEDULA SPINALIS

Merupakan trauma yang terjadi


pada jaringan medulla spinalis
yang dapat menyebabkan fraktur
atau pergeseran satu atau lebih
tulang vertebra atau kerusakan
jaringan medulla spinalis lainnya
termasuk akar-akar saraf yang
berada sepanjang medulla
spinalis  deficit neurologi
ETIOLOGI
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Injury atau jatuh dari
ketinggian
3. Kecelakaan sebab olah raga
4. Luka jejas, tajam, tembak
pada daerah vertebra.
TANDA DAN GEJALA
KOMPLIKASI
LESI SYSTEM SARAF PERIFER

1. Lesi pada radiks posterior


Gangguan sensorik.

2. Lesi pada radiks anterior


Gangguan motorik.
PENATALAKSANAAN
Kesimpulan
1. Penanganan pasien cedera kepala harus disesuaikan dengan
derajat cedera kepala dan kondisi pasien dengan
mempertimbangkan hasil pemeriksaan penunjang seperti foto
polos dan CT scan kapala
2. Perawat berperan penting dalam penatalaksanaan pasien cedera
kepala baik dalam menerapkan tindakan mandiri perawat
maupun kolaboratif.
3. Perawat harus mampu menerapkan prinsip-prinsip penanganan
pasien cedera kepala khususnya dalam pencegahan terjadinya
cedera sekunder pada pasien yaitu salah satunya dengan
memberikan posisi head up dan monitoring kondisi pasien untuk
menilai perbaikan atau perburukan dari kondisi cedera kepala
yang dialami pasien
Daftar Pustaka
 Arifin, MZ dan Risdianto, A. (2013). Cedera kepala: Teori dan penanganan. Bandung:
Sagung Seto.
 Blumberg, P.C. (2011). Neuropathology of traumatic brain injury. Youman Neurological
Surgery. H.R. Winn. Philadelphia: Elvesier Saunders, 4: 3277-3287.
 Husna, U dan Dahlar, M. (2017). Pathophysiology and management of cerebral edema. MNJ,
Vol.03, No.02, Juli 2017. http://dx.doi.org/10.21776/ub.mnj.2017.003.02.
 Michinaga,Shotaro and Yutaka Koyama. (2015). Pathogenesis of Brain Edema and
Investigation into Anti-Edema Drugs. Int. J. Mol. Sci. 2015, 16, 9949-9975;
doi:10.3390/ijms16059949
 Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
 Ontario Neurotrauma Foundation. (2014). Guidelines for Mild Traumatic Brain Injury and
Persistent Symptoms.
 Saladin, Kenneth S. (2007). Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function.3rd
Edition. McGraw-Hill, USA.
 Tim Neurotrauma RSU Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya,.
(2014). Pedoman tatalaksana cedera otak: guideline for management of traumatic brain
injury.
 W. Rutland-Brown, J. A. Langlois, K. E. Thomas, and Y. L. Xi. (2010). Incidence of traumatic
brain injury in the United States, 2010, Journal of Head Trauma Rehabilitation, vol. 21, no. 6,
pp. 544–548, 2010.
Klasifikasi Cedera Kepala
Berdasarkan Sifat dan Lokasi

Adanya benturan dapat menyebabkan terjadinya cedera pada otak dapat
menyebabkan terjadinya cedera pada otak yang bersifat fokal dan difus.

Cedera Kepala Fokal



Cedera kepala fokal berarti terjadi kerusakan setempat yang berhubungan
dengan lokasi benturan.

Terjadi pada tempat dimana bagian otak berbenturan langsung atau
berdampak langsung akibat mekanisme trauma tersebut, --> menyebabkan
defisit neurologis lokal akibat jejas pada area tersebut.

Lokasi yang sering terkena adl bagian anterior, lobus temporalis,
77 / 28
&
korteks.
Cedera kepala fokal (lanjutan)

Jenis :
Contusio

Terjadi akibat adanya kekuatan aselerasi dan
deselerasi setelah terjadi benturan kepala.

Contusio umumnya terjadi di polus frontalis,
permukaan orbita lobus frontalis, polus
temporalis, dan permukaan inferior dan lateral lobus
78 / 28
temporalis.

Contusion serebri terdiri atas daerah yang
mengalami perdarahan di pusat, daerah yang tidak
mengalami perdarahan yang sudah nekrosis
atau sebagian rusak, dan daerah yang mengalami
edema

Seringkali contusio berkembang menjadi
intraserebral hematom (ICH)

Daerah di pusat contusio miskin aliran darah,
sehingga daerah sekitarnya menjadi rentan
terhadap pengurangan aliran darah dari jantung.
79 / 28
Laserasi cerebri


Laserasi mirip dengan contusio, dengan tambahan adanya
keterlibatan lapisan arachnoid pada permukaan korteks cerebri.

Sering terjadi pada bagian frontal dan temporal karena
permukaan ini relatif lebih kasar dibanding permukaan lain.

Laserasi cerebri sering berhub dengan perdarahan subdural serta
ICH.

Jika laserasi cerebri berhub dg ICH dinamakan burs lobe

Jika laserasi cerebri berhub dg SDH dinamakan “complicated SDH”

80 / 28
Cedera kepala difus dibagi menjadi : Diffuse
Axonal Injury (DAI) dan Diffuse vascular injury

Diffuse axonal injury (DAI)



Kerusakan minimal akson ini dapat terjadi pada korteks parasagital
white matter, kapsula interna, thalamus, cerebelum, traktus
ascenden&decenden

Grade DAI :

Grade 1 : abnormalitas hanya pada bagian white matter saja

Grade 2 : ditemukan tambahan kelainan pada corpus callosum

Grade 3 : ditemukan pada batang otak dan corpus callosum

Diffuse vascular injury



Kerusakan struktural pembuluh darah akibat adanya kompresi, 81 / 28
tekanan dan regangan pada pembuluh darah --> terjadi perdarahan
di parenkim otak
PETA DERMATOME
01/10/2022
83
Urutan Perjalanan Eferen:
Saraf Pusat  Medulla Spinalis  Radiks Anterior
 Gangglion  Pleksus  Saraf Perifer

Anda mungkin juga menyukai