Anda di halaman 1dari 107

PENANGANAN CEDERA KEPALA

PENANGANAN
CEDERA KEPALA

Dr. HERA PRASETIA, Sp. BS


BAPELKES RSD JOMBANG

BEDAH SARAF
1. Trauma
: kepala, medula spinalis
2. Kongenital : hidrocepalus, ensefalokel,
myelokel
3. Degeneratif : HNP, kanal stenosis
4. Infeksi
: Spondilitis TB
5. Tumor
: otak, myelum
6. Vaskular
: CVA bleeding, aneurisma, AVM
7. Pain

BEDAH SYARAF

SPINE

BEDAH
ORTHOPEDI

TERAPI OPERATIF
NEUROLOGI
PENYAKIT SYARAF

CVA BLEEDING
TUMOR CEREBRI
DEGENERATIF : HNP

NEUROSURGERY
BEDAH SYARAF

PENDAHULUAN

Meningkatnya iptek (industri dan transportasi)


jumlah korban kecelakaan makin banyak
Penyebab cedera kepala
- 45% KLL
- 30% terjatuh
- 10% kecelakaan kerja
- 10% rekreasi
- 5% diserang
Laki-laki > perempuan 15 34 tahun

Di USA , 1990 :
- Jumlah penderita meninggal 148.500 karena
trauma kepala (8% dari seluruh kematian)
- Tingkat kematian 14-30 per 100.000
penduduk/tahun
- Insiden , 200 per 100.000 penduduk/tahun
Di RSU Dr.Soetomo, Surabaya,tahun 2002-2004
- Jumlah penderita rata-rata:1793 jiwa/tahun
- Kematian : 12,92%
- Tingkat keparahan : COR = 62,85%,
COS =24,65%, COB =12,5%

Pada penderita COB : > 50% disertai


trauma ditempat lain
1. Trauma kepala leher
2. Trauma thoraks
3. Trauma abdomen
4. Trauma pelvis
5. Trauma spinal : 2-5%
6. Trauma extremitas

Penyebab syok perdarahan pada


penderita multi trauma :
1. Perdarahan intraperitoneal atau
retroperitoneal
2. Hematothoraks
3. Perdarahan pelvis
4. Perdarahan extremitas tulang
panjang
5. Perdarahan subgaleal pada anak
6. Ruptur aorta traumatik

Cedera Otak primer menyebabkan


terjadinya gangguan fungsi dan
anatomi sel otak
Pada cedera otak : sel otak normal,
sebagian cedera, sebagian mati
Tujuan penatalaksanaan : sel otak
yang cedera menjadi sembuh atau
normal cedera otak sekunder

DEFINISI
Istilah cedera kepala = cedera otak,
yaitu cedera yang mengenai kepala,
fraktur wajah atau kerusakan jaringan
lunak pada wajah dan kepala

KLASIFIKASI
Berdasarkan 3 cara :
1. Mekanisme trauma
a. cedera tumpul
b. luka tembus
2.

Morfologi
a. fraktur kalvaria
- atap : linier, depressed
- basis tengkorak
b. lesi intrakranial
- fokal : epidural, subdural, intrakranial
Hematom
- difus : conclussion, difus axonal injury

3. Derajat cedera
a. Ringan : GCS 14-15
b. Sedang : GCS 9-13
c. Berat
: GCS 3-8
Pembagian secara tradisional :
1. Comotio serebri
2. Contusio serebri
3. Laserasi serebri

Glasgow Coma Scale (GCS)


Jenis Pemeriksaan

Nilai

Respon Buka mata (eye pening = E)


Spontan
Terhadap suara
Terhadap nyeri
Tdk ada

4
3
2
1

Respon Verbal (V)


Berorientasi baik
Berbicara mengacau / bingung
Kata-kata tdk teratur
Suara tdk jelas
Tdk ada

5
4
3
2
1

Respon Motorik terbaik ( M )


Ikut perintah
Melokalisir nyeri
Fleksi normal (menarik anggota yg dirangsang)
FleksiAbnormal (dekortikasi)
Ekstensi abnormal (deserebrasi)
Tidak ada ( flacid)

6
5
4
3
2
1

MEKANISME
1. Statis
- cedera otak timbul secara lambat, < 200
milisekon
- jarang terjadi

2. Dinamik
- CO timbul secara cepat, > 200 milisekon
A. Impulsif
Tidak langsung membentur kepala, terjadi
pada waktu kepala bergerak atau berhenti
mendadak

B. Impak
Trauma langsung membentur kepala

IMPAK

1. Kontak /benturan langsung (contact injury).


Dapat menimbulkan kelainan :
- lokal : fraktur, perdarahan EDH, coup
kontusio
- jauh : fraktur dasar tengkorak, fraktur
diluar tempat benturan.
- memar otak kontra coup dan intermediate
karena shock wave.

2. Inertia ( acceleration dan deceleration)


- Perbedaan massa jaringan otak dan tulang
menyebabkan perbedaan gerak

2. Inertia

PATOFISIOLOGI
Fisiologis :
- Kompartemen rongga intrakranial
(dewasa) rigid atau tetap, terisi 3
komponen :
1. otak
: 1200 gr
2. darah : 150 gr
3. CSF
: 150 gr
- TIK normal di dalam ventrikel :
Dewasa
: < 10 mmhg
Anak kecil : 3-7 mmhg
Bayi
: 1,5 6 mmhg

Penyebab peningkatan TIK

1. Otak
- Expanding mass : EDH, SDH, ICH
- Volume air : edema serebri
2. Darah
- Vasodilatasi
- Obstruksi outflow sistem venous
3. CSF
- gangguan absorbsi dan produksi

Doktrin Monro-kellie
- Isi rongga intrakranial adalah konstan
O + D + CSF = C
- Jika ada penambahan massa salah satu
komponen harus kompensasi
- Kompensasi : 1. CSF
2. Komponen darah
3. Otak

RESPON

1. CSF : - produksi
- CSF otak rongga subaraknoid dan
kanalis sentralis medula
spinalis
Klinis : kaku kuduk dan leher
CT : gambaran ventrikel dan
sisterna basalis menyempit,
girus dan sulcus menghilang

2. Tekanan darah : sistolik dan diastolik


3. Fungsi paru
: frekuensi napas
4. Jaringan otak : bergerak ke lokus minoris
herniasi

HERNIASI
1. Subfalcin
- lobus frontalis terjepit dan terdorong
pada sisi berlawanan
- ACA terjepit

2. Tentorial
- bagian tepi medial lobus temporalis
melewati hiatus tentorii

- ACA tertekan hemianopsia


- penekanan formatio reticularis
penurunan kesadaran
- penekanan N.III pupil dilatasi dan
ptosis satu sisi
- penekanan oleh kernohan notch
hemiparese kontralateral

3. Central
- Herniasi otak tengah dan diencephalon
4. Tonsilar
- tonsil cerebelum terjepit melalui
magnum

foramen

EDEMA SEREBRI
Definisi : kelebihan air di dalam jaringan
otak baik intraselular ataupun extraselular
Penyebab tersering TIK
Ada 2 macam :
1. vasogenik
2. sitotoksik

1. Vasogenik
- oleh karena kerusakan pembuluh
darah (BBB)
- normal BBB tidak dapat ditembus
cairan intravaskular
- cairan intravaskular ke
extraselular, tek .osmotik >
intraselularcairan intraselular
tertarik ke extraselular edema
ekstraselular sel otak mengkerut

2. Sitotoksik
edema otak hipoksia reaksi
anaerobATPgangguan pompa NaKNa tidak dapat dipompa keluar sel
Na menarik air edema intraselular
Trauma kerusakan BBB peTIK
CPP reaksi anaerob edema
sitotoksik

PATOLOGI
1. CEDERA PRIMER
Cedera yang terjadi akibat langsung dari
trauma
a. SCALP
1. Kulit : vulnus appertum, excoriasi
2. subgaleal hematom : pengumpulan
darah diantara galea dan
pericranium pd loose
connective tissue.
3. subperiosteal hematom : diantara
periosteal layer dan tulang

b. Tulang
1. Pola

2. Lokasi

3. Tipe

: - fraktur linier
- fraktur diastase
- fraktur impresi
: - Kalvaria
- Basis cranii
: - Terbuka
- Tertutup

c. Otak :
- Robekan duramater
- Contusio : difus, lokal
- Laserasi (robekan) cerebri

2. CEDERA SEKUNDER
cedera yang disebabkan komplikasi
atau cedera sekunder
- oedem otak
- hipoksia otak
- kelainan metabolik
- kelainan pernafasan
- hipotensi / syok

Tingkat sel/biomolekuler
perluasan kerusakan dari jaringan otak
disebabkan oleh beberapa faktor :
- kerusakan sawar darah otak dan gangguan
ADO
- gangguan metabolisme otak
- gangguan hormonal
- pengeluaran bahan neuro transmiter, radikal
bebas

3. KOMPLIKASI
* hematom intrakranial
- EDH
- SDH : akut, kronis
- ICH
- SAH
- Subdural hygroma
* pneumosefalus
* LCS leakage
* Infeksi

FRAKTUR LINIER

FRAKTUR IMPRESI

EDH

SDH

ICH

DIAGNOSTIK
1. Foto polos kepala / skull foto
- AP
- Lateral
- tangensial
2. CT scan kepala

- tanpa kontras : perdarahan (trauma &


stroke), kongenital
- kontras : tumor, vaskular

3. MRI
- kepala
- spinal

DIAGNOSTIK
A. Indikasi Foto Polos ( X Kepala AP / Lateral)
1. Jejas > 5 cm (hematom atau vulnus)
2. Luka tusuk / clurit atau luka tembak
3. Corpus alienum (peluru, dll)
4. Fraktur terbuka
5. Deformitas kepala (inspeksi atau palpasi)
6. Nyeri kepala menetap
7. Gejala fokal neurologis
8. Gangguan kesadaran (GCS < 15)

B. Indikasi CT Scan Kepala


1. Nyeri kepala atau muntah-muntah menetap
2. Kejang-kejang
3. Luka tusuk atau luka tembak kepala (corpus
alienum)
4. Penurunan GCS ( > 1 point)
5. Lateralisasi
: - Pupil anisokor
- Hemiparese
6. GCS < 15 dan selama terapi konservatif tidak
membaik
7. Bradikardi yang menyertai salah satu gejala
diatas.
8. Cedera kepala yang tidak sadar disertai cedera
multipel.

PENATALAKSANAAN

1.
2.

Tindakan awal : Resusitasi ABC


Penanganan TIK
a. Elevasi kepala 30 derajat : venous return
meningkat CBV menurun TIK menurun
b. Hiperventilasi ringan
- bila perlu dengan ventilator
- pertahankan PaCO2 30-45 mmHg
vasokonstriksi
CBV menurun TIK
menurun

c. Pertahankan CPP > 70 mmHg


- CPP menurun oedema sitotoksik TIK meningkat
d. Pertahankan normovolemia
- tidak dilakukan dehidrasi
- cairan isotonis
e. Pertahankan normotermia
- suhu tubuh meningkat metabolisme meningkat
- setiap kenaikan 1 C kebutuhan cairan ditambah
10% dari
kebutuhannormal
- hipertermia vasodilatasi CBV meningkat TIK
meningkat

f. Mencegah kejang
- kejang TIK menurun herniasi cerebri
- anti kejang : dipheniilhidantoin dosis awal 13-18
mg/kg/BB bolus diikuti 6-8 mg/kg/BB
g. Manitol
Efek utama :
1. Dehidrasi jaringan otak yang edema
2. memperbaiki fungsi reologi darah

h. Diuretik non osmotik


- Furosemid loop diuretik, merupakanadjuvant
karena sedikit mempengaruhi penurunan
produksi
CSF
- kombinasi manitol dan furosemid efek
sinergik
i.

Kortikosteroid
- tidak digunakan pada TIK oleh karena cedera
kepala
- menurunkan TIK pada tumor serebri yang
disertai oedema

2. TERAPI PRIMER

a.

b.

Operasi
- Evaluasi penyebab peningkatan TIK sehingga
terjadi perbaikan terhadap BBB
Drainase CSF ventrikel
- Ventrikulotomi

PENANGANAN DINI
Di tempat kejadian
- Pemindahan pasien dari tengah jalan ke tepi, dari jepitan
badan kendaraan dekat mengakibatkan cedera yang
lebih berat perlu peralatan yang memadai dan
pengetahuan penanganan
- Pengangkutan dari TKP ke RS dengan ambulance
Problem - Ambulan tidak memenuhi syarat
- Resiko selama transportasi

ACCIDENT
(SPOT OF ACCIDENT)
BRAIN SHOCK :
( Seconds-minutes)

A1 B1 C

No pain reaction
Apnea
Bilateral pupil dilatation,
negative light + corneal
reflex
Pulse is not clear
unpredictable

Di Rumah Sakit
ALUR PENANGANAN PENDERITA CEDERA KEPALA DI UGD

Penderita Cedera Kepala


Primary Survey : Resusitasi A B C
Secondary Survey : Anamnesa, Pemeriksaan
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa
Penatalaksanaan
MRS

Operasi

Konservatif

KRS

Di Rumah Sakit
I PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI
- Pemeriksaan cepat, kelainan A B C , lalu
segera lakukan tindakan resusitasi
A = Air Way = Saluran Nafas
- Bebaskan (posisi, buka mulut bersihkan muntahan, lendir, benda asing)
- Perhatikan tulang leher, immobilisasi, cegah gerakan hiperekstensi,
hiperfleksi, rotasi.
- Semua penderita tidak sadar harus dianggap ada cidera tulang leher.

B = Breathing = Pernafasan
- Suara nafas bersih, hembusan nafas baik, (gerakan nafas dada baik)
bila tidak baik, lakukan nafas buatan (mulut ke mulut atau pakai alat)
- Beri masker oksigen/nasal

C = Circulation = Peredaran Darah


- Denyut jantung (-) cardiac arrest, lakukan resusitasi jantung.
- Bila shock (tensi < 90, dan ndi > 100) atasi dengan infus cairan RL
(ringan laktat, cari sumber perdarahan (tulang, thorak, abdomen,
pelvis) ingat : luka di kepala pada orang dewasa hampir tidak
pernah menyebabkan shok.
- Bila tensi < 90 tetapi nadi juga < 90, pikirkan kemungkinan spinal
shock, batasi cairan
- Hentikan perdarahan dari luka terbuka
D = Disability = Kelainan neurologis dan lain-lain
- Periksa kesadaran : memakai skor dari Glasgow Coma Scale (lihat
halaman berikutnya
- Pupil, bentuk/besarnya, reaksi cahaya
- Periksa bagian tubuh lain secara cepat : Nyeri/jelas di dada, perut,
tungkai, panggul, leher.

Perhatian :
Kelainan A B C sangat menentukan nasib penderita, bila
tidak diatasi dapat dengan cepat memperjelek cidera
otak yang sudah ada.
Posisi Tidur
- Cegah head down (kepala lebih rendah dari tubuh)
karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala
dan menaikkan tekanan intrakranial.
- Posisi yang baik ialah : miring (badan menumpu pada
bahu, panggul dan lutut pada satu sisi), kecuali bila ada
fraktur cervical.

II.

SECONDARY SURVEY
- Pemeriksaan ulang secara teliti seluruh tubuh
mulai dari ujung rambut kepala sampai ujung kaki.
- Menentukan kelainan bedah saraf :
1. Anamnesa, mencari informasi tentang :
* Kejadian sadar segera sesudah kejadian
* Pernah sadar segera sesudah kejadian
* Mabuk, minum alkohol, penggunaan narkotik
* Penyakit lain (epilepsi, DM, kelainan darah,
penyakit jantung, kelainan mata, gagal ginjal,
pernah jatuh)
2. Pemeriksaan neurologis
* Tingkat kesadaran : GCS
* Pupil (bentuk, ukuran, reaksi cahaya)
* Motorik (paresa/ plegi ekstremitas)

KRITERIA DIAGNOSA
1. Berdasarkan tingkat kesadaran yang diukur dengan
skala GCS (pasca resusitasi)
- GCS 14 15 : Cedera Otak Ringan (COR)
- GCS 9 13
: Cedera Otak Sedang (COS)
- GCS 8
: Cedera Otak Berat (COB)
2. Berdasarkan morfologi (Pemeriksaan foto kepala dan CT scan).
- Fraktur kepala : Linier, impresi, basis kranii
- Lesi intrakranial
: Epidural hematom (EDH),
subdural hematom (SDH),
intraserebral hematom
(ICH), diffuse axonal injury
(DAI)

PENATALAKSANAAN
Kriteria MRS
1. Gangguan kesadaran (GCS < 15)
2. Ada gejala fokal neurologis (hemiparesa, anisokor, kejang)
3. Nyeri kepala atau muntah yang menetap
4. Fraktur tulang kepala, fraktur tulang dasar tengkorak
5. Luka tusuk atau luka tembak (Corpus alienum)
6. Tidak ada yang mengawasi dirumah
7. Tempat tinggal diluar kota.
8. Disertai mabuk atau epilepsi
9. Disertai kelainan darah
- Gangguan pembekuan darah
- DM, gagal ginjal
- Pasca trepanasi karena sebab lain.
10. Umur diatas 50 tahun.

Kriteria Tidak Perlu MRS


1. Orientasi (waktu dan tempat) baik
2. Tidak ada gejala fokal neurologis
3. Tidak muntah atau nyeri kepala
4. Tidak ada fraktur tulang kepala
5. Ada yang bisa mengawasi dengan baik
di rumah
6. Tempat tinggal dalam kota.

A.

PENATALAKSANAAN CEDERA OTAK RINGAN (GCS 14 15)


1. KRS :

Penderita GCS = 15, keluhan nyeri kepala


dan muntah,tanpa riwayat pingsan dan
amnesia retrograd, tanpa gejala neurologis
dan tidak ada fraktur

Injeksi analgetika 1 ampul i.v


Injeksi anti muntah 1 ampul i.v

Observasi di
UGD 1 jam
Nyeri kepala dan
muntah berkurang

KRS dengan advis

Nyeri kepala dan


muntah menetap atau
bertambah
MRS dengan perlu CT
Scan

Advis :
Pada saat pulang harus disertakan lembar
tertulis penjelasan dan pengawasan.
Bila terjadi gejala di bawah ini harus
segera dibawa ke rumah sakit :
- muntah yang makin sering
- nyeri kepala/ vertigo yang memberat
- gelisah/ kesadaran yang menurun
- kejang
Pengawasan di rumah harus dikerjakan
secara aktif
(menanyakan, membangunkan) penderita
setiap 2 jam.

2. MRS
- Pasang O2 nasal 2 liter / jam
- Pasang infus DS NS 1500 2000 cc /
24 jam
(Sesuai dengan kebutuhan cairan 30 40 cc
/ kg BB / hari).
- Posisi kepala Head up 30
- Antibiotika dan ATS bila ada luka kotor
atau indikasi lain.
- Analgetika
- Anti mual

Anti muntah bila perlu


Nootropic agent
Puasa 6 jam, bila kemudian tidak mual /
muntah serta tetap sadar baik tanpa
gejala neurologis maka boleh minum dan
makan cair.
Bed rest selama 24 jam, kemudian
mobilisasi bertahap.
Pemeriksaan foto polos kepala bila ada
indikasi
Pemeriksaan CT Scan bila ada indikasi
Pemeriksaan laboratorium bila ada
indikasi

B.

PENATALAKSANAAN CEDERA OTAK SEDANG (GCS 9 13)


Harus MRS :
- Pasang oksigen masker 6 8 liter / menit
- Pasang infus DS NS 1500 2000 cc / 24
jam.
- Pasang pipa lambung (NG Tube)
- Pasang Dauer Kateter (DK)
- Posisi kepala Head up 30
- CT Scan kepala, bila tidak ada fasilitas
dilakukan foto polos kepala.
- Pemeriksaan laboratorum : Darah Lengkap
(DL), Gula Darah Acak (GDA), Bload Gas
Analisis (BGA).

Infus Manitol 20 % bila terdapat tandatanda TIK :


* Dosis awal 5 cc / kg BB / dosis diberikan
cepat dalam 20 menit.
* Dosis pemeliharaan : 2 cc / kg BB / dosis
setiap 4 6 jam / hr.
Antibiotika dan ATS bila ada indikasi
Analgetika
Anti muntah
Nootropic agent
Antikejang
Observasi ketat tiap 15 menit selama 6 jam
pasca trauma,30 menit pada 6 jam kemudian,
tiap jam pada 6 jam kemudian.

C. PENATALAKSANAAN CEDERA OTAK

BERAT (GCS 8)
Harus MRS :
- Pasang Collar Brace (sampai dibuktikan tidak
ada fraktur servikal dengan foto leher).
- Beri oksigen masker 6 8 l /menit.

Idealnya dilakukan intubasi endotrakeal,


pemasangan ventilator / respirator bila ada
indikasi.
- Pertahankan SaO2 > 95%, PaO2 > 100 mmHg
- Infus DS NS 1500 200 cc / 24 jam

Pasang pipa lambung

Pasang DK

Posisi kepala Head up 30

Pemberian infus Manitol 20%

Pemeriksaan CT scan kepala, foto thoraks,


foto servikal

Laboratorium : DL, GDA, BGA, SGOT, SGPT.

Terapi antibiotika, analgetika, anti mual,


anti muntah

dan anti kejang, nootropic agent.

INDIKASI PEMASANGAN VENTILATOR /


RESPIRATOR
-

Respiratory rate (Frekuensi napas) > 35


atau < 10 (Normal : 10 20 x / menit).

PaO2 : < 60 mmHg (Normal : 75 100mmHg)

PaCO2 : > 60 mmHg (Normal : 35 45 mmHg)

- Kebutuhan cairan = 30-40 cc/kg bb/hari


- kebutuhan kalori = 30-40 kal/kgbb/hari

Cairan infus
1. Hipertonis : albumin, D 40%
2. Isotonis
: NaCl, D5%, D51/2 NS,
D 5 1/4NS, RL
3. Hipotonis : H2O

-Infus D5 NS = D5% + normal saline


= 5 gr glukosa per 100 cc
= 25 gr glukosa per 500 cc (1flash)
- 1 gr glukosa ~ 4 kalori
25 gr glukosa ~ 100 kalori (1 flash D5 NS)
- kebutuhan kalori = 50 x 40 kal/hr = 2000 kal / hr
pemberian cairan D51/2 NS = 1500-2000 cc 300-400
kal/hr

Kekurangan ?

glikogenolisis

glikogen

glikoneogenolisis

glukosa
glikogenesis

glikoneogenesis

Asam lemak
protein

TERAPI MANITOL
1. Diberikan pada penderita kritis :
- Gejala herniasi ( T , N, pupil anisokor, hemiparesa).
- Menunggu foto rontgen atau acara operasi
- Harus ditransport ke rumah sakit lain.
2. Cara pemberian :
- Dosis awal : 5 cc / Kg BB / dosis
diberikan cepat dalam 20 menit selanjutnya
2 cc / Kg BB / dosis setiap 4 6 jam / hari.
- Kontra indikasi : hipotensi, dehidrasi, gangguan faal
ginjal, dekompensasi jantung.

TERAPI ANTI KEJANG


1. Indikasi :
- Penderita tidak sadar (COB)
- Pada CT Scan didapatkan lesi intrakranial
( EDH, SDH,ICH, Fraktur impresi terutama pada anak )
2. Cara pemberian :
- Pada saat kejang diberikan Diazepam (dewasa 10 mg
i.v pelan, anak 0,2 mg / kg BB / dosis i.v pelan).
- Pencegahan atau pemeliharaan :
diberikan Phenytoin dosis 10 16 mg / KgBB
(diencerkan dengan aqua 20 cc) pelan-pelan dilanjutkan
dosis pemeliharaan 6 8 mg / kg BB / hari.

Penanganan Luka Kulit Kepala


Cukur rambut 3 cm di sekitarnya
Desinfeksi kulit di sekitarnya.
Lokal anastesi (dewasa, lidokain 1%,
adrenalin 1 :100.000)
Cara membuatnya:
1 cc adrenalin (1/1000) tambahkan 9cc aqua
buang 9 cc sisanya yang 1 cc
ditambahkan 5 cc lidokain dan 4 cc aqua.

Eksplorasi, cari adanya liquor, jaringan otak,


deformitas tulang (bila ini ada maka dicuci
dengan Na Cl 0,9% steril secukupnya tanpa
merangsang perdarahan baru, tutup kasa steril,
bebat lalu rujuk).
Bersihkan dengan perhidrol kemudian cuci
dengan NaCl 0,9% steril sebersih-bersihnya
Rawat perdarahan
Jahit luka 2 lapis :
- galea dijahit dengan chromik/vikril/dexon
- kutis dan subkutis dengan silk/nilon
Jahitan diagkat hari ke-7

TINDAKAN OPERASI
Pertimbangan untuk operasi
1. Klinis, tergantung :

a. Umur
b. Penyakit sekunder
c.

GCS awal (GCS jelek tidak operasi).

d. Defisit neurologis : pupil anisokor, hemiparesa (pupil


midriasis, refleks cahaya negatif tidak operasi).

2.

Radiologis
a. Foto polos kepala : fraktur impresi
(terbuka cito, tertutup -> urgent).
b. CT Scan kepala :
-

EDH tebal 1 cm dan atau efek massa 0,5 cm.

SDH tebal 1 cm dan atau efek massa 0,5 cm.

ICH volume 25 30 cc, lokasi superfisial serta tidak pada


daerah vital dan atau efek massa 0,5 cm.

- IVH yang disertai Hidrocefalus.

RUJUKAN
Sistem Rujukan :
1. Bila mudah dijangkau tanpa memperberat kondisi
penderita sebaiknya langsung dirujukan ke RS yang
ada fasilitas bedah saraf.
2. Bila A-B-C tidak stabil dirujuk ke RS terdekat
Kontra indikasi transportasi :
Pasien dengan shock

Sebelum merujuk, dianjurkan untuk komunikasi


dengan tempat rujukan untuk :
- Mendiskusikan indikasi rujukan
- Menginformasikan kondisi penderita
- Memastikan kesiapan alat/tempat/ahli bedah
ditempat rujukan
- Mendiskusikan terapi dan advis lain pada saat
transportasi

KOMUNIKASI
- Antara petugas kesehatan di lapangan dengan pusat
kesehatan
- Sarana yang penting : telpon, HP, Pager, Email, Fax
radio medik
- Kegunaan :
* Mengatasi keraguan : Dx, tindakan, memilih RS
rujukan
* Persiapan di tempat rujukan
* Sarana pembedahan, ICU, ventilator, tenaga ahli
siap di tempat ?

SURAT RUJUKAN
- Merupakan suatu keharusan
- Penting untuk bahan pertimbangan melakukan
tindakan-tindakan penyelamatan pada keadaan gawat
darurat
- Surat pengantar berisi :
* Nama, umur, alamat
* Proses kejadian
* Kondisi terakhir (GCS, Pupil, motorik, vital sign)
* Terapi yang sudah diberikan
* Penyakit lain yang diketahui
- RS rujukan wajib membalas surat rujukan

STANDARD TRANSPORTASI
- Selama didalam transportasi, ABC pasien harus dijamin
stabil
- Selama transportasi bisa terjadi : shock, kejang, apnea,
obstruksi napas, gelisah
- Persyaratan :
1. Tenaga medis/paramedis yang mampu menangani
masalah A-B-C
2. Alat dan obat gawat darurat :
- Ambu bag
- Manitol 20%
- Mayo
- Diasepam ampul
- Alat penghisap
- Adrenalin ampul
- Oksigen
- CPZ ampul
- Infus set dan cairan
3. Surat rujukan

PROGNOSA
Faktor yang memperburuk :
1. Terlambat dibawa ke RS / terlambat resusitasi
2. RS yang tidak adekuat
3. Pengangkutan yang tidak standar
4. Terlambat dilakukan tindakan bedah
5. Cedera multiple

PERAWATAN/ OBSERVASI
DI RUANG RAWAT INAP
12 MACAM PERAWATAN

Dr. HERA PRASETYA Sp BS

1. OBSERVATION OF CONSCIOUSNESS

Grafik Kesadaran Berdasarkan GCS


Membaik

Cedara Otak Sekunder

2, OBSERVASI DEFISIT NEUROLOGI

Lateralisasi (-)

Lateralisasi (+)

Pupil : Isokor

Pupil : Anisokor

Motorik : Normal

Motorik : Hemi/ Tetra


Paresa/ Paralisa

Disebabkan oleh :
- Intrakranial

: proses

- ekstrakranial

: Hipoksemia

Di UGD
Hematom parietal kanan 5 cm
GCS 456 pupil isokor, hemiparese (-)
Foto skull : fraktur

Di ruangan
GCS 335 pupil Anisokor 5/3 mm

Proses intrakranial ?

CT Scan

Proses extrakranial ?

Di UGD
Hematom parietal kanan
GCS 235 pupil isokor, hemiparese (-)
CT scan kepala : Oedem cerebri

Di ruangan
GCS 125 pupil isokor, hemiparese (-)

Proses intrakranial

Proses extrakranial

CT scan

Cek :
vital sign
laboratorik

GCS tetap

AbN
Koreksi
GCS membaik

Konservatif

3. OBSERVASI JALAN NAPAS DAN PERNAPASAN


1.
2.
3.

Menjaga Airway + Breathing


Menjaga PaO2
: 80 120 mmHg
Hipoksemia
: Metabolik Anaerob
Hiperoksemia
: Reperfusion Injury

4. OBSERVASI SIRKULASI

Menjaga agar perfusi darah otak tetap baik


Tekanan Sistolik : 100 120 mmHg
Tekanan diastolik : 60 80 mmHg
Keadaan :
Hipertensi
Hipotensi
Shock
Anemia

Urgen

Terapi segera

5. KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN NUTRISI

Hari 1 2
- Pemberian cairan isotonis
- Cairan yang mengandung elektrolit
Hari 3
Pemberian cairan/ nutrisi personde (Px yang tidak
sadar), syarat :
- Tidak ada retensi cairan lambung ( 100 cc/hari )
- Peristatik usus baik
- Tidak ada distensi abdomen
- Tidak ada mual dan muntah
- Start low go slow

Pertimbangan pada pemberian cairan


1. Kenaikan suhu tubuh 1 C : perlu ekstra cairan 10
15 % dari kebutuhan cairan tubuh/ hari.
2. Jangan diberikan cairan glukosa 5% per infus,
karena glukosa akan dimetabolisme secara cepat
keadaan hipotonis

6. OBSERVASI SUHU TUBUH


Temperatur Rectal
Hiperthermia menyebabkan hipermetabolisme
Penyebab hiperthermia :
1. Intrakranial
2. Ekstrakranial
: - Infeksi
- Reaksi obat
- Transfusi darah
Terapi :
Kenaikan 1 C berikan ekstra cairan 10-15%

HIPERTHERMIA
PRIMER
1.

SEKUNDER

Anamnesa :
- waktu
- sifat panas

<24jam
tetap

> hr 2
fluktuatif

2.

Penyebab

intrakranial

- dehidrasi
- infeksi
- reaksi tranfusi
- reaksi obat
- plebitis

3.

Fisik

Kulit kering

Kulit basah

4.

5.

Laboratorium
- leukosit
- LED
- CRP

N
N
N

Terapi
- Antibiotika
- Antipiretika
- Kompres
- Ruangan

+
+

+
+
+
+

7. KEADAAN GELISAH
Faktor :
1. Intrakranial

: - Mulai sadar
- TIK Meningkat
2. Ekstrakranial
:
- Nyeri : fraktur tulang, kandung kencing penuh
- Tempat tidur kotor
- Penderita diikat
- Hiperthermia
- Gangguan napas
Terapi :
1. Cari faktor penyebab dan hindarkan
2. Obat : - Clorpromazin 25 mg
- Diazepam 5-10 mg

8. KEADAAN KEJANG

Terjadi karena iritasi otak


Terapi :
1. Diazepam 10-40 mg intra vena selama serangan
2. Bila serangan berhenti, berikan Phenytoin 3-5
mg/Kg/BB, atau Phenobarbital 3-5 mg/Kg/BB
Terapi kejang dihentikan bila :
- EEG Normal
- 2 Tahun bebas kejang

9. MIKSI

Pemasangan Dauer Kateter dengan tujuan :


1. Monitor produksi urin
2. Menghitung keseimbangan cairan
3. Menjaga tempat tidur bersih dan kering
4. Mencegah gelisah karena kandung kencing penuh

10. DEFAEKASI
Konstipasi perlu diberikan obat laksan atau
dengan cara manual

11. PERAWATAN KULIT

Daerah kulit dengan penekanan yang terus menerus


menimbulkan Dekubitus
Bahaya Dekubitus :
1. Infeksi sepsis
2. Hipoalbumin
Terapi :
1. Merubah posisi tidur secara periodik
2. Pemberian bantal lunak / bantal air pada tempat
dekubitus

12. PERAWATAN MATA

Pemberian tetes mata / salep untuk mencegah


keratitis
Penderita Lagopthalmus Resiko keratitis

PERAWATAN DI ICU (Pasca Operasi)

1. Dengan ventilator / respirator


- 1 4 jam pasca operasi, evaluasi :
- Cushing respon (T , N , RR )
- Defisit neurologis ( Pupil anisokor, Hemiparese)
Bila ada : CT Scan kontrol
- 4 jam Pasca Operasi : CT Scan Kepala kontrol

2. Tanpa ventilator
- 1 6jam evaluasi :
* GCS
* Defisit neurologis
* Cushing respon
-

GCS , Defisit (-), Cushing (-) Tanpa CT scan


GCS , Defisit (-), Cushing(-), CT scan
GCS Tetap, Defisit (+), Cushing (+) CT scan
GCS Tetap, Defisit (-), Cushing (-) Evaluasi Ekstrakranial
N
CT scan

AbN
Koreksi

ETLS-2007

Anda mungkin juga menyukai