Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KAJIAN AL – QUR’AN dan HADIST


TERKAIT SISTEM PENCERNAAN

Kelompok 2
Kelas Transfer 2B

Amalia Desika
Ahmad Syarief Silawane
Anita Dwi Nurhayati
Darma Subekti
Fani Andriani
Haryati
Ilham Wiguna
Monica Lestari
Sally Savitri
Silvia Novalia
Risa Ari Mulyani
A. Struktur Sistem Pencernaan

01 Fungsi Sistem Pencernaan

Proses berlangsung Pencernaan :

• Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.


• Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.
• Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang
menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
• Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul
kecil sehingga absorbsi dapat berlangsung.
• Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran
pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan
oleh sel tubuh.
• Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga
bakteri  dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
02 Struktur Dasar Saluran Cerna

Adventisia atau serosa


Lapisan yang terluar dalam saluran cerna. Lapisan ini berupa jaringan fi-
brosa longgar, sedangkan di dalam abdomen lapisan ini berupa membrane yang
menutupi rongga abdomen, yang disebut peritoneum.
Lapisan otot
Saluran cerna dilapisi oleh otot polos (involunter). Serat otot polos terluar
disusun secara longitudinal dan lapisan tersusun secara sirkular di dalam dinding
saluran cerna.
Submukosa
Lapisan ini terdiri atas kolagen jaringan ikat longgar dan sebagian serat
elastis. Di dalamnya terdaat pleksus pembuluh darah dan saraf, pembuluh limfe,
serta banyak jaringan limfoid.
Mukosa
Mukosa terdiri atas tiga lapisan jaringan yaitu membrane mukosa, lamina
propia, dan mukosa muskularis.
03 Saraf Saluran Pencernaan
Saraf parasimpatik
Sepasang saraf kranial, saraf vagus, mempersarafi
saluran cerna dan organ aksesorius. Saraf sacral mempersarafi
bagian saluran cerna paling distal. Efek stimulasi parasimpatik
adalah meningkatkan aktivitas muscular, khususnya peristalsis,
melalui aktivitas pleksus mientrik, dan meningkatkan sekresi
kelenjar melalui aktivitas pleksus submukosa.

Saraf simpatik
Saraf ini berasal dari medulla spinalis di region lumbal
dan toraks. Saraf-saraf ini membentuk pleksus di toraks,
abdomen, dan pelvis yang mempersarafi saluran cerna. Efek
stimulasi simpatik adalah menurunkan aktivitas muscular
(peristalsis), karena kurangnya stimulasi pleksus mientrik
dan menurunkan sekresi kelenjar karena kurangnya stimulasi
pleksus submukosa.
04 Organ Sistem Saluran Cerna

Mulut
Faring
Esofagus
Lambung
Usus Halus
Usus Besar
Anus
Hati
Kandung Empedu
Pankreas
B. Kajian Al qur’an dan Hadist terkait Sistem Pencernaan

Dalam al-Qur’an term ţa’ām (makanan) dengan berbagai bentuknya


terulang sebanyak 48 kali. Antara lain berbicara tentang berbagai aspek
berkaitan dengan makanan. Selain itu, ada juga yang digunakan untuk
objek yang berkaitan dengan air minum. Hal ini sebagaimana terdapat
dalam Q.S. al-Baqarah: 249, dalam ayat ini lafazh ţa’ām diungkapkan
secara umum untuk segala sesuatu yang dapat dimakan dan kadang
juga diungkapkan untuk sesuatu yang dapat diminum.
 
Di Al-Qur’an selain lafadh ţa’ām, syarab, mā’idah diungkapkan juga
makanan dengan lafadz gidhā’un. Yang memiliki arti lebih khusus yaitu
makanan untuk menu makan siang sebagaimana yang terdapat
dalam Q.S al-Kahfi ayat 62.

Artinya:
“Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada
muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah
merasa letih karena perjalanan kita ini"
Sistem pencernaan akan bekerja menyelesaikan tugasnya yang belum
selesai, yaitu membersihkan zat-zat yang ada dala saluran pencernaan,
termasuk zat yang menempel di dinding. Kemudian dia akan beristirahat jika
tugasnya sudah selesai.
Surah Abasa ayat 24 – 32 yang menjelaskan tentang makanan yang
dicerna oleh lambung :

Artinya :
“Maka cobalah memandang manusia kepada makanannya” (24) “Sesungguhnya
telah kami curahkan air securah-curahnya” (25) “Kemudian kami lunakkan bumi
seluluk-luluknya” (26) “Maka kami tumbuhkan padanya benih-benih makanan” (27)
“Dan anggur dan sayur-sayuran” (28) “Dan buah zaitun dan kurma” (29) “Dan
kebun-kebun yang subur” (30) “Dan buah-buahan dan rumput-rumputan” (31)
“Akan bekal bagi kamu dan ternak kamu (32)”
(Qs. Abasa : 24-32)
Manusia Merupakan Mahluk yang Membutuhkan Makan
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan bahwa pada
dasarnya semenjak manusia diciptakan pertama kali, yaitu Nabi
Adam AS telah diperintahkan dan disediakan makanan untuk di-
makan. Karena, manusia sejak awal diciptakan Allah SWT membu-
tuhkan makan. Hal ini terdapat dalam QS. Al-A’raf: 19 yang
berbunyi :

Arti :
Dan Allah berfirman : “Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan istri
mu di surga serta makanlah oleh mu berdua buah-buahan dimana
saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon
ini, lalu jadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim” (QS.
Al-A’raf: 19).
Mengkonsumsi Makanan yang Halal

Dalam mengkonsumsi makanan tidak hanya sekedar untuk


mengenyangkan, melainkan kita juga harus mengetahui
apakah makanan tersebut halal atau tidak. Karena, makanan
yang kita konsumsi dapat mempengaruhi perilaku kita dalam
beribadah kepada Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengan QS.
Al-Baqarah : 172 yang berbunyi :

Arti :
Hai orang-orang beriman, makanlah diantara rezeki yang
baik, yang kami berikan kepada mu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah (QS. Al-
Baqarah : 172).
Makan dan Minum Tidak Berlebihan

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan bahwa


manusia tidak boleh berlebihan dalam hal apapun. Termasuk
dalam hal makanan. Hal ini terdapat dalam QS. Al-A’raf: 31 yang
berbunyi :

Arti :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-A’raaf: 31).
 
Maksud dari ayat diatas adalah, yaitu Allah SWT melarang
manusia untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, baik itu
mengkonsumsi makan dan minum ataupun menggunakan
pakaian yang dibutuhkan oleh tubuh.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
( • ‫ا''لجامع' ف'يا''لسيوطيا''لحاف'ظ أ'خرجه' ا''لصغير‬:‫ا''لتخمة‬:‫ا''لبردة داء كل أ'صل)ا''لبردة‬
”Sumber segala penyakit adalah al-baradah.” Al-baradah:
at- Tukhmah (Jeleknya pencernaan makanan) (diriwayatkan
oleh Imam al-Hafizh as-Suyuthi rahimahullah dalam al-Jaami’
ash- Shaghiir)

“Telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid; Telah


menceritakan kepada kami Hammam; Telah menceritakan
kepada kami Qatadah dari Anas bahwa Nabi Shallallahu A’laihi
Wa Sallam melarang minum ketika berdiri.”
(HR. Muslim 3771).
Anjuran untuk Makan Sebelum Lapar dan Berhenti Sebelum
Kenyang

Manusia dianjurkan untuk makan sebelum lapar dan berhenti


sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut terbagi menjadi 3
bagian, yaitu 1/3 untuk makanan (zat padat), 1/3 untuk minuman (zat
cair), dan 1/3 lagi untuk udara (gas). Hal ini terdapat dalam HR.
Rasullulah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ah-
mad, Ibnu Majah dan Hakim.
Artinya :
“Seorang anak Adam (manusia)  tidak memenuhkan  suatu tempat
yang lebih jelek dari pada perut (lambung). Cukuplah bagi anak
Adam itu beberapa suap makanan  yang sekedar bisa menegakkan
tulang punggungnya. Jika menuntut harus dipenuhi, maka seper-
tiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan seperti
lagi untuk pernapasannya.”
Makan dan minum dengan duduk

Dari Anas dan Qatadah Rasulullah shalallahualahi wasallam


bersabda :
“Sesunguhnya beliau melarang seseorang minuum sambil berdiri,
lalu Qotadah berkata : “bagaimana dengan makan ?” beliau
menjawab : “itu lebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan Turmidzi).

Rosululloh sendiri pun tak pernah mencontohkan makan dan minum


sambil berdiri. Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani berpendapat bahwa makan
dan minum sambil duduk akan lebih sehat dan klebih sopan.

"Lambung adalah kalamnya tubuh dan pembuluh darah bersumber darinya.


Jika lambung itu baik maka pembuluh darah yang keluar darinya pun akan
sehat. Dan jika lambung ikut sakit, maka pembuluh darah pun akan sakit.."
(HR. Thabrani).
Al-ma’idah yang berarti lambung (ventrikulus) merupakan salah
satu organ pencernaan dan tempatnya penyakit. Hal itu
diterangkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ad-Dailami :

“Lambung manusia itu tempatnya segala penyakit. Sedangkan


pencegahan itu pokok dari segala pengobatan.” (HR. Ad-Dailami)
 
Hakikatnya tentang hadis tersebut yang menyatakan bahwa
lambung manusia itu tempatnya penyakit merupakan peringatan
bagi manusia untuk tidak mengabaikan kesehatan lambung.Tanpa
pemeliharaan, otomatis lambung atau organ-organ tubuh lainnya
akan sakit (Aydid, M.H., 2000).

"Lambung adalah kalamnya tubuh dan pembuluh darah bersumber


darinya. Jika lambung itu baik maka pembuluh darah yang keluar
darinya pun akan sehat. Dan jika lambung ikut sakit, maka
pembuluh darah pun akan sakit.." (HR. Thabrani).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai