Anda di halaman 1dari 11

SKENARIO MODUL 1.

MENGAPA PERLU MENGEDAN SAAT BAB?

Galih, usia 18 tahun, seorang mahasiswa fakultas kedokteran mendapat tugas dari dosennya untuk
menulis makalah tentang sistem pencernaan manusia bagian bawah. Dosennya mengatakan bahwa
konsistensi hasil akhir pencernaan (Buang Air Besar/BAB/feses) bervariasi, dari padat hingga cair. Pada
Bab padat, terkadang seseorang harus mengedan dengan kuat pada saat defekasi. Frekuensi defekasi bisa
berbeda-beda pada setiap orang, terkadang pada orang tertentu BAB disertai banyak flatus. Galih dan
teman-temannya diminta untuk membaca tentang anatomi, histologi, dan fisiologi sistem saluran cerna
bagian bawah untuk menjelaskan hal tersebut, termasuk hubungannya dengan jenis diet seseorang.

A. Terminologi
1. Defekasi
 Kak nadya : suatu proses yang membutuhkan kontraksi ritmis dari otot polos dinding
usus dan relaksasi otot lurik anus.
 Miftahuljannah : proses pengeluaran zat sisa atau pegosongan usus dari hasil
pencernaan dalam bentuk feses
 Hanum : pembuangan tinja hasil akhir dari rektum
 Shella : Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan atau juga zat yang
tidak mengalami proses pencernaan, zat tersebut berupa feses yang dikeluarkan
melalui anus. Defekasi terjadi saat adanya gerakan peristaltic usus yang mendorong
feses kedalam kolon sigmoid dan rectum.
 Nurul : Buang air besar, defekasi, buang kotoran adalah suatu Tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat
yang berasal dari system pencernaan makhluk hidup
 Kayla : proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan atau zat yang tidak terabsorpsi, atau
pengeluaran tinja melalui rektum
2. Diet
 Sandi : diet merupakan pola makan tertentu yang sumber dan caranya diatur untuk
menurunkan berat badan
 Audi : Kebiasaan dalam hal jumlah dan jenis makanan dan minuman yang dimakan
oleh seseorang dari hari ke hari; terutama makanan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan individu yang spesifik, mencakup atau tidak mencakup bahan makanan
tertentu. (Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 30).
 Adinda : Jumlah dan jenis makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi seseorang
dari hari ke hari. (Miller-Keane Encyclopedia and Dictionary of Medicine)
 Caesare : aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainnya ( biasa atas
petunjuk dokter )
 Regina : cara membentuk atau
 Putri : Diet merupakan proses pengurangan pemasukan kalori ke dalam tubuh
 Bima : Kebiasaan dalam hal jumlah dan jenis makanan dan minuman yang dimakan
oleh seseorang dari hari ke hari, terutama makanan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan individu yang spesifik, mencakup atau tidak mencakup bahan makanan
tertentu
 Wahyu : diet merupakan pola makan dan minum yang hemat dan dikonsumsi secara
teratur sehingga dapat menurunkan berat badan
 Miftahuljannah : suatu pengaturan pola makan dan minum yang menyesuaikan
asupan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh sesuai dengan kebutuhan
gizi yang diperlukan oleh tubuh
3. Flatus
 Regina : gas atau udara di dalam saluran cerna yang dikeluarkan lewat anus
 Adillah : penumpukan tekanan dari dalam perut yang dilepaskan dengan cukup
kekuatan dorongan dengan Pelepasan udara dari anus disebabkan oleh gas merembes
ke dalam usus, gas hasil reaksi kimia antara bakteri yang hidup dalam usus dan sisa
makanan yang telah dicerna
 Azizah : penumpukan gas di organ pencernaan
 Qoriah : Gas yang dihasilkan atau dikeluarkan dari saluran pencernaan, terutama
lambung atau usus. (The American Heritage Medical Dictionary)
 Nurul : Flatus biasanya dikenal sebagai kentut, buang angin, atau buang gas, flatus
adalah istilah medis yang digunakan untuk melepaskan gas dari system penceranaan
melalui anus. Proses ini terjadi Ketika gas terkumpul didalam system pencernaan,
dan hal ini merupakan proses normal.
 Nindy : Udara yang tertelan dan masuk hingga 50 ml, dan merupakan gas yang
diproduksi oleh fermentasi bakteri di kolon
 Shella : proses pengeluaran gas pencernaan melalui anus. Kondisi yang juga dikenal
sebagai kentut ini dialami semua orang. Penyebab flatus meliputi sejumlah jenis
makanan dan penyakit pada pencernaan.
4. Konsistensi
 Nola : derajat ketegasan, kepadatan, viskositas, atau ketahanan terhadap pergerakan
atau pemisahan partikel penyusun
 Afifah : tingkat soliditas penyusun suatu materi.
 Nur syafika : kepadatan, kepejalan, atau ketetalan pada suatu materi
 Nindy : kepadatan, pada feses dipengaruhi oleh air yang diserap sehingga
mempengaruhi kepadatan feses
5. Feses
 Adinda : Feses merupakan Materi yang dikeluarkan dari usus saat buang air besar,
terdiri dari sisa makanan yang tidak tercerna, epitel, lendir usus, bakteri, dan bahan
sisa makanan(Farlex Partner Medical Dictionary)
Kotoran yang dikeluarkan dari usus. (Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 30)
 Trinasti : Kotoran atau hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar
tubuh melalu dubur (anus), mengandung zat-zat makanan yang tidak dapat
dicernakan dan zat-zat yang tidak berasal dari makanan, misalnya jaringan yang aus,
mikroba yang mati
 Regina : kotoran yang merupakan hasil akhir dari proses pencernaan yang sudah
tidak diperlukan lagi
 Siti : limbah tubuh padat yang dikeluarkan dari usus besar melalui anus pada saat
buang air besar
 Riski : hasil ekstraksi dari kolon berupa H2O dan garam yang berasal dari isi
lumennya untuk membentuk massa padat yang akan dikeluarkan dari tubuh.
(Fisiologi Sherwood Edisi 9)
 Bima : limbah yang tersisa setelah makanan dicerna dan nutrisi diserap oleh tubuh.
Feses mengandung air, serat, empedu dan bakteri.
6. Sistem pencernaan bawah
 Uul : Organ yang berperan dalam proses secara mekanis dan enzimatik memecah
makanan menjadi zat atau senyawa kimia yang lebih sederhana di saluran pencernaan
untuk diserap ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Sistem pencernaan
bawah : usus besar (kolon), rectum, anus
 Patricia : sistem yang memproses mengubah makana dan menyerap sari makanan
yang berupa nutrisi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan bawah
terdiri dari: Jejunum(usus kosong), Ileum (usus penyerapan), Caecum (Usus buntu),
Colon (usus tebal), Rectum (poros usus)
7. Mengedan
 Trinasti : Mengadakan tekanan di dalam tubuh bagian bawah (perut) seperti saat
hendak buang air besar(KBBI)
 Azizah : peregangan atau penggunaan otot secara berlebihan
 Ulul : reaksi menekanan terhadap rasa nyeri/sakit perut pada bagian bawah yang
menyebabkan keinginan tidak tertahan untuk merenggang. Contohnya saat buang air
atau melahirkan. (Journal of Midwifery Science and Health)
8. Saluran cerna
 Dara : serangkaian jaringan organ yang memiliki fungsi untuk mencerna
makanan.Saluran pencernaan adalah bagian dari organ pencernaan manusia yang
terdiri dari enam bagian yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar
dan anus
 Shella : serangkaian jaringan organ yang memiliki fungsi untuk mencerna makanan
yang akan diproses secara mekanik ataupun secara kimia
9. Frekuensi
 Amalia : ukuran jumlah terjadinya sebuah peristiwa dalam satuan waktu
10. Histologi
 Audi : ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan
mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang
biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis
 Nurul : cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur dan sifat jaringan dan
organ tubuh untuk menjelaskan fungsinya dalam keadaan normal, termasuk
perubahannya sepanjang usia dan dalam keadaan sakit.
 Uul : Sebuah cabang anatomi yang berhubungan dengan struktur kecil dari jaringan
hewan dan tumbuhan yang dapat dilihat dengan mikroskop : struktur atau organisasi
jaringan
 Nola : cabang anatomi yang mempelajari struktur kecil, komposisi, dan fungsi
jaringan
B. Rumusan Masalah
1. Kenapa frekuensi defekasi bisa berbeda-beda?
2. Bagaimana diet bisa menyebabkan konstipasi ?
3. Apakah ada faktor diet yang mempengaruhi BAB?
4. Adakah hubungan BAB dengan flatus?
5. Kenapa kita perlu mengedan saat BAB?
6. Apa saja macam macam konsistensi feses? Mengapa feses ada yang padat dan yang cair?
7. Bagaimana mekanisme flatus?
8. Bagaimana mekanisme dan proses pengaturan defekasi?
9. Apa saja faktor yang menyebabkan konstipasi?
C. Analisis Masalah
1. a. Nola : karena dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain asupan cairan, aktivitas, asupan
serat dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari. apabila konsumsi serat dalam makanan,
konsumsi cairan, dan pemenuhan kebutuhan aktivitas tdak terpenuhi makan akan
menimbulkan gangguan pada system pencernaan
b. trinasti : Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu
pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola
defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu
keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
c. nurul : frekuensi defekasi pada setiap orang memang berbeda-beda. Selain banyaknya
makanan yang dikonsumsi, perbedaan frekuensi BAB juga dipengaruhi oleh kebiasaan
makanan, seberapa banyak aktivitas fisik yang dilakukan, juga seberapa tinggi tingkat stress
yang dialami. Orang yang terbiasa mengonsumsi makanan berserat tertentu akan lebih sering
defekasi daripada yang jarang, dan juga orang yang rajin olahraga umumnya lebih lancer
dalam defekasi, sebab dapat meningkatkan pergerakan otot dalam usus untuk mengeluarkan
kotoran.
d. kayla : salah satu faktornya adalah umur, anak-anak biasanya tidak mampu mengontrol
defekasi sampai system neuromuscular berkembang, Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di
antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon
yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap
muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
e. bima : salah satu faktornya yaitu konstipasi, berkaitan dengan penurunan atau tidak adanya
frekuensi defekasi,konsistensi feses yg keras dan kering,serta perlunya ekstra mengejan saat
defekasi, dapat mempengaruhi frekuensi defekasi.
f. qoriah : umur, diet, cairan, tonus otot, factor otot, factor pisikologi, gaya hidup, obat
obatan, prosedur diagnostic, anatesi dan pembedahan, nyeri, iritan, gangguan syaraf sensorik
dan motorik

2. a. Siti : 1. Kurang asupan serat( PPT )


Alasan utama mengapa diet bisa sebabkan konstipasi adalah rendahnya asupan serat yang dikonsumsi.
Hal ini bisa saja terjadi jika Anda tidak memperhatikan komposisi makanan (gizi) yang dikonsumsi
selama menerapkan metode diet tertentu.
Faktanya, metode diet yang populer seperti diet bebas gluten, diet paleo dan diet rendah karbohidrat
biasanya menyarankan Anda untuk secara signifikan mengurangi konsumsi biji-bijian, asupan sayuran,
dan buah. Padahal, makanan tersebut sangat kaya akan kandungan serat larut yang baik untuk kesehatan
saluran cerna
2. Menghindari lemak sama sekali
Penyebab lain konstipasi saat diet adalah: Anda kurang mengonsumsi makanan yang mengandung lemak.
Ya, saat diet, Anda sebaiknya tidak benar-benar menghindari lemak. Anda tetap perlu mengonsumsinya,
dalam jumlah yang disesuaikan. Hal ini karena lemak memainkan peran dalam merangsang gerakan di
usus besar, yang pada gilirannya membuat proses buang air besar menjadi lebih teratur.
Karenanya, jika Anda sedang diet dan tak ingin mengalami konstipasi, cobalah santap beberapa makanan
yang mengandung lemak baik―seperti alpukat, biji labu, minyak zaitun, atau ikan salmon.
3. Menganggap gula sebagai musuh
Sebagian pelaku diet percaya bahwa mereka harus benar-benar menghindari gula, termasuk yang berasal
dari sumber alami seperti pisang, anggur, mangga atau semangka; buah kering seperti kismis; dan bahkan
sayuran tertentu seperti wortel. Perilaku seperti inilah yang pada akhirnya menyebabkan konstipasi alias
susah BAB.

Selain konstipasi, diet yang tidak benar juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Gangguan
pencernaan berupa diare disebut muncul karena tingginya asupan lemak. Pasalnya, untuk memecah lemak
hati perlu memproduksi empedu.

b. shella : Saat melakukan diet, terkadang akan terjadi sembelit. Sembelit saat berdiet ini
bisa terjadi karena diet yang diterapkan terlalu ekstrim dengan pengurangan kalori yang terlalu
besar. Diet seperti itu dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi dan pergerakan usus.
Selain itu, sembelit juga bisa terjadi karena diet yang diterapkan tidak dilengkapi dengan serat.

c. afifah : Konstipasi umumnya digambarkan sebagai frekuensi BAB kurang dari tiga kali
seminggu. Konstipasi paling sering terjadi ketika kotoran atau tinja bergerak terlalu lambat
melalui saluran pencernaan atau tidak dapat dikeluarkan secara efektif dari rektum, yang dapat
menyebabkan tinja menjadi keras dan kering. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
sumbtaan di kolon atau rectum (obstruksi usus besar, kanker kolon atau rektal, rectocele),
masalah syaraf (autonomic neuropathy, multiple sclerosis, stroke), masalah otot (anismus,
dissinergia, pelemahan otot), gangguan hormone (diabetes, hiperparatiroidisme, kehamilan).
Faktor risiko juga mencakup usia lanjut, Wanita, dehidrasi, diet yang rendah serat, tidak
beraktivitas fisik, mengonsumsi obat terrtentu, dan memiliki gangguan mental.

3. a. Dara : 1. Makanan Kurang Serat


Serat adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Manfaat serat untuk melancarkan
pencernaan, mencegah sembelit, dan memberi efek kenyang lebih lama.
2. Makanan Rendah Lemak
Makanan berlemak tinggi memang penyebab sembelit, tapi tubuh tetap butuh asupan lemak sehat
Asupan lemak sehat yang cukup dapat merangsang motilitas (pergerakan usus agar makanan maju dan
cepat dicerna) agar BAB lancar dan teratur. Bila kekurangan asupan lemak sehat secara signifikan, maka
akan ada masalah refleks gastrokolik yang menyebabkan sistem pencernaan terganggu seperti sembelit.
3. Diet Kurang Asupan Gula Alami
asupan gula alami harus seimbang untuk menjaga sistem pencernaan sekaligus menjaga produksi energi
harian
4. Diet tapi Kurang OlahragaPastikan Anda menerapkan pola makan sehat, olahraga, dan pola hidup sehat
agar program penurunan berat badan berhasil dan sistem pencernaan pun sehat.

4. a. Regina : BAB merupakan pengeluaran sisa dari proses pencernaan makanan yang sudah tidak
diperlukan lagi. Sisa makanan masuk ke dalam usus besar dari usus halus (ileum terminal) dalam bentuk
cairan. Namun, bahan tersebut keluar dari saluran cerna dalam bentuk padat. feses mengandung air, zat-
zat padat (sisa makanan), mikroorganisme, dan sel-sel epitel yang luruh. Di dalam usus besar, terjadi
reabsorpsi air, sekresi mukus dan aktivitas bakteri yang menghasilkan gas (flatus). Semua hal ini
berkontribusi dalam pembentukan feses.

b. hanum : flatus merupakan bagian dari proses pencernaan normal. Ketika makanan dicerna di dalam
lambung, lambung akan menghasilkan asam. Kemudian, pankreas akan menetralkan kembali asam
lambung agar tidak terlalu asam. Proses ini secara alami menghasilkan gas (karbon dioksida) pada usus
kecil , yang kemudian dibuang melalui kentut. Selain itu Gas dalam usus berasal dari sumber yang
berbeda-beda. Bisa dari menghirup udara. Atau gas dapat diproduksi oleh bakteri yang ada pada usus
besar. produksi gas yang berlebihan di usus dapat menyebabkan kembung, nyeri, borborygmus (yang
artinya suara gemuruh), sendawa, serta banyak kentut. BAB yang banyak disertai flatus atau gas,
merupakan gejala dari diare.

c. uul : Flatus keluar karena kontraksi otot abdominal meningkatkan tekanan melawan spincter anal yang
berkontraksi maka tekanan memaksa udara dengan kecepatan tinggi melalui anal yang membuka yang
terlalu sempit bagi feses untuk keluar. Lewatnya udara dengan kecepatan tinggi menyebabkan tepi-tepi
lubang anus bergetar, menghasilkan nada rendah khas yang menyertai keluarnya gas

d. qoriah : Kadang-kadang, selain feses yang keluar dari anus, gas usus, atau flatus juga keluar. Gas ini
terutama berasal dari 2 sumber : (1) udara yang tertelan (hingga 500 mL udara mungkin tertelan Ketika
makan) dan (2) gas yang diproduksi oleh fermentasi bakteri di kolon. Adanya gas yang mengalir melalui
isi lumen menimbulkan suara berdeguk. Bersedawa menggerakan sebagian besar udara dari perut, tetapi
sebagian intestine. Biasanya sangat sedikit udara ada di intestine kecil karena gas tersebut dengan cepat
terserap atau menuju kolon. Gas yang masuk atau terbentuk di intestine besar diserap melalui mukosa
intestinal sedangkan sisany dikeluarkan lewat anus. Untuk mencapai keluarnya gas ketika materi fecal
juga ada di rectum, maka otot-otot abdominal dan sphincter anal external berkontraksi secara simultan.
Ketika kontraksi otot abdominal meningkatkan tekanan melawan spincter anal yang berkontraksi maka
tekanan memaksa udara dengan kecepatan tinggi melalui anal yang membuka yang terlalu sempit bagi
feses untuk keluar
e. sandi : produksi gas yang berlebihan di usus dapat menyebabkan kembung, nyeri, borborygmus (yang
artinya suara gemuruh), sendawa, serta banyak kentut. BAB yang banyak disertai flatus atau gas,
merupakan gejala dari diare.

f. afifah : Makanan tertentu dapat meningkatkan jumlah flatus, terutama makanan yang mengandung
carbohidrat. Contoh makanan yang menghasilkan flatus lebih banyak adalah raffinosa, laktosa, fruktosa,
sorbitol, pati, serat larut maupun tak larut.

5. a. Azizah : Ketika hendak BAB, tubuh akan bereaksi dengan mengedan. Proses defekasi / Buang air
besar biasanya dibantu oleh Gerakan mengejan volunteer yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan
ekspirasi paksa dengan glottis tertutup secara bersamaan. Tindakan ini sangat meningkatkan tekanan
intraabdomen yang akan membantu mendorong feses keluar lebih mudah. Namun, mengejan yang terlalu
keras saat buang air besar akan memaksakan feses yang padat dan keras untuk keluar dari anus yang
berukuran kecil. Risiko pertama dari mengejan terlalu keras saat buang air besar atau BAB adalah fisura
ani.
Fisura ani adalah kondisi robeknya dinding bagian dalam anus akibat peregangan secara berlebihan.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh feses yang keras sehingga sulit dikeluarkan atau akibat BAB secara
terus-menerus. Kebiasaan mengejan juga dapat membuat otot-otot yang mengatur pengeluaran urine dan
feses menjadi lemah. Otot-otot tersebut tidak lagi bekerja dengan efektif sehingga lebih berisiko
mengalami kebocoran urine dan feses. (fisiologi sherwood ed. 9)

b. miftahuljannah : pada dasarnya saat kita mengalami atau melakukan defekasi kita tidak perlu untuk
mengejan dengan kuat bahkan tidak perlu mengjan untuk bisa melakukan defekasi karena pada dasarnya
feses yang normal memiliki tekstur yang lunak sehingga feses tersebut dapat keluar dengan lancer dan
mudah saat proses defekasi tersebut. tetapi dengan mengejan, proses defekasi yang kita lakukan menjadi
lebih cepat. biasanya saat seseorang akan mengejan dengan kuat saat defekasi dikarenakan orang tersebut
memiliki tekstur feses yang keras dibandingkan biasanya atau feses normal yang biasanya disebabkan
oleh seorang tersebut menunda waktu untuk melakukan defekasi atau seseorang tersebut kurang
memakan makanan yang berserat sehingga feses tersebut menjadi lebih susah keluar dan membutuhkan
waktu lebih lama untuk melakukan defekasi oleh karena itu terkadang seseorang mengejan lebih keras.

c. adillah : karena pada saat kondisi rektum merenggang karena tekanan feses yang sudah mengumpul di
rektum dengan menunda defekasi yang menyebabkan feses semakin padat dan keras sehingga
merangsang refleks defekasi otot-otot sfingter interna dan eksterna relaksasi . pada waktu anus tertarik
atas melebihi tinggi massa feses sehingga defekasi dipercepat dengan peningkatan tekanan intra abdomen
yaitu dengan mengejan menggunakan tekanan dalam tubuh untuk membantu mempercepat mendorong
feses yang tergolong padat dan keras untuk keluar dari anus. Tetapi normalnya feses lunak tidak keras
pada saat defekasi kita tidak perlu mengejan dengan kuat .

d. adinda : Tinja yang berada di dalam rektum dapat menimbulkan peregangan pada rektum, yang
memicu refleks defekasi. Refleks ini menyebabkan sfingter ani internus (yang merupakan otot polos)
melemas dan rectum serta kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus yang
merupakan otot rangka) juga melemas, timbul defekasi. Karena merupakan otot rangka, sfingter ani
eksternus beraada di bawah kontrol volunter.
Peregangan awal dinding rektum disertai oleh timbulnya rassa ingin buang air besar. Jika keadaan tidak
memungkinkan, pengencangan sfingter ani eksternus secara sengaja dapat mencegah defekasi meskipun
refleks defekasi aktif sehingga timbul pergerakan massa yang mendorong lebih banyak tinja dan kembali
memicu refleks defekasi.
Defekasi biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan
ekspirasi paksa dengan glotis tertutup secara bersamaan untuk meningkatkan tekanan intraabdomen
seingga tinja dapat terdorong keluar. (Sherwood Ed. 9)

6. a. Trinasti : ada 2 macam konsistensi fese yaitu padat dan cair. keduanya tergantung dari serat
makanan. Serat makanan memiliki kemampuan mengikat air di dalam kolon membuat volume feses
menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada rektum sehingga menimbulkan keinginan untuk
defekasi. Dengan demikian feses lebih mudah dieliminir. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan adalah
bertambahnya volume feses, melunakkan konsistensi feses dan memperpendek waktu transit di usus.
semakin tercukupi asupan serat maka konsistensi feses semakin lembut, bervolume dan dapat dikeluarkan
dengan lancar begitupun sebaliknya.

b. caesare : konsistensi feses diklasifikasikan menurut Bristol Stool Chart dimana jenis-jenis konsistensi
feses dibagi menjadi 7 kategori, diantaranya:
Tipe 1: konsistensinya keras, mirip kacang. Feses tipe ini sulit untuk dikeluarkan. ( konstipasi berat )
Tipe 2: konsistensinya seperti sosis, tetapi masih menggumpal. ( konstipasi ringan )
Tipe 3: berbentuk sosis, namun permukaannya retak. ( normal )
Tipe 4: mirip sosis atau ular,yaitu empuk dan halus. ( normal )
Tipe 5: seperti gumpalan, namun mudah dikeluarkan.
Tipe 6: permukaan halus, sedikit cair dan sangat mudah dikeluarkan. ( diare ringan )

Tipe 7: sama sekali tak berbentuk yaitu 100% cair.

c. nur syafika : Serat memiliki kemampuan mengikat air di dalam usus besar yang membuat volume feses
menjadi lebih besar dan merangsang syaraf rektum sehingga menimbulkan rasa ingin defekasi.Asupan
cairan merupakan seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh yang berasal dari minuman maupun
makanan. Air berfungsi sebagai pelumas yang membantu sisa metabolisme bergerak di sepanjang kolon

d. adinda : Umur
Orang dewasa mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) pada colon, hal ini dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik sehingga feses semakin lama berada di usus dan semakin banyak
pula yang di serap dan akhirnya feses pun mengerasnya (mengering), (Guerrant, 2002).

2. Asupan cairan
Banyaknya cairan yang dikonsumsi juga mempengaruhi eliminasi feses, ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (contoh: urine, muntah) yang berlebihan menyebabkan feses menjadi lebih
kering dari normal, sehingga menghasilkan feses yang keras (Guerrant, 2002).
3. Asupan serat
Serat makanan memiliki kemampuan mengikat air di dalam
kolon membuat volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada rektum sehingga
menimbulkan keinginan untuk defekasi, sehingga feses lebih mudah dikeluarkan dan feses tidak begitu
lama mengalami penyerapan di colon. (Kusharto, 2012).
4. Faktor psikologi : Orang marah/cemas meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare sehingga
feses dapat lebih cair daripada biasanya

7. a. Wahyu : Flatus keluar melalui lubang dubur karena kepadatannya lebih ringan. Gerak peristaltik
usus mendorong isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak peristaltik usus
menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa isi usus, termasuk gasnya untuk bergerak ke
kawasan yang bertekanan lebih rendah, yaitu sekitar anus. Dalam perjalanan ke arah anus, gelembung-
gelembung kecil bergabung jadi gelembung besar. Kalau tidak ada gerak peristaltik, gelembung gas akan
menerobos ke atas lagi, tetapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yang rumit & berbelit-belit. Itulah
kenapa gas kentut tidak melakukan perjalanan ke tubuh bagian atas. PROSES PENGELUARAN GAS
BERLANGSUNG SELEKTIF, SEHINGGA SAAT FLATUS FESES TIDAK AKAN KELUAR. SAAT
FLATUS, KITA AKAN MENGONTRAKSIKAN OTOT-OTOT ABDOMEN DAN STINGFER ANUS
EKSTERNUS SECARA BERSAMAAN, KONTRAKSI ABDOMEN AKAN MENINGKATKAN
TEKANAN YANG MEMAKSA UDARA KELUAR DENGAN KECEPATAN TINGGI MELALUI
LUBAN

b. audi : Mekanisme Flatus sebelum Feses, Untuk mengeluarkan flatus secara selektif, di saat bahan feses
juga terdapat di rektum, otot-otot abdomen dan sfingter anus eksternus secara volunter dan simultan
berkontraksi. Pada saat kontraksi otot-otot abdomen meningkatkan tekanan sehingga tekanan intra
abdomen dapat melawan sfingter anus yang berkontraksi. Maka terjadi gradien tekanan yang mendorong
udara keluar dengan kecepatan tinggi melalui lubang anus dan keluarlah flatus

c. riski : Flatus adalah berupa gas tubuh yang diproduksi dari usus sebagai bagian dari proses pencernaan.
Begitu gas ini berada di dalam tubuh, ia perlu dilepaskan. Biasanya dikeluarkan melalui anus.
Gas usus diproduksi di dalam tubuh ketika bakteri di usus besar memecah makanan. Gas ini terutama
terdiri dari hidrogen dan, bagi sebagian orang, metana. Ini juga dapat mengandung sejumlah kecil gas
lain, seperti hidrogen sulfida, yang membuat flatus berbau tidak sedap.Jadi gas yang memasuki usus halus
dan kolon serta sebagian gas dari fermentasi bakteri akan keluar saat kita mengontraksikan otot abdomen
dan sfingter anus eksterna sehingga akan meningkatkan tekanan yang membuat udara keluar dengan
kecepatan tinggi.

8. a. Sandi : Pengeluaran feses diatur oleh refleks defekasi. Saat pergerakan massa di kolon mendorong
feses ke dalam rectum, peregangan yang terjadi di rectum merangsang reseptor regang di dinding rectum,
hal tersebutlah yang memicu refleks defekasi. Refleks defekasi ini menyebabkan sfingter anus internus
(otot polos) melemas sehingga rectum dan kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Kemudian jika sfingter
anus eksternus (otot rangka) juga berkontraksi, maka terjadilah defekasi atau pengekuaran feses lewat
anus

b. nindy : Pada usus besar, kolon akan mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya untuk
membentuk massa padat yang disebut feses untuk dikeluarkan tubuh. Ketika pergerakan massa di kolon
mendorong feses ke rektum, peregangan yang terjadi di rektum merangsang reseptor di dinding rektum
sehingga memicu reflex defekasi. Refleks menyebebkan sfingter anus internus melemas dan rektum serta
kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter anus eskternus juga melemas maka terjadi defekasi.
Defekasi juga dapat dibantu dengan dorongan volunteer abdomen
c. patricia : Defekasi ditimbulkan oleh adanya bahan tinja di rektum karena propagasi peristaltik motilitas
kolon. Akibatnya, rangsangan sensorik di saluran anus memicu penurunan nada sfingter anal internal
secara tiba-tiba. Dengan kontrol volunter, defekasi dimulai dengan relaksasi puborektalis dan levator.
Distensi rektum menimbulkan gelombang kontraksi rektum dan defekasi dapat diselesaikan dengan
peningkatan tekanan intra-abdomen secara volunter.

d. afifah : Dari sistem syarafnya, sfingter ani interna dikendalikan oleh serabut parasimpatis yang
berelaksasi secara involunter. Sfingter ani eksterna adalah otot rangka yang dikendalikan oleh suplai saraf
somatik dari cabang ani inferior dari saraf somatik Pudendal (S2,3,4), yang memungkinkan kontrol
defekasi secara sadar.

9. a. Ulul : konstipasi adalah gangguan pencernaan yang membuat seseorang buang air besar kurang dari
tiga kali dalam seminggu.

1. Kurang asupan serat

2. Minimnya aktivitas fisik

3. Efek samping obat-obatan tertentu

4. Kehamilan

5. Penuaan

6. Kurang minum air

b. bima : Faktor-faktor penyebab konstipasi


a.Gangguan fungsi yang meliputi: kelemahan otot abdomen, pengingkaran kebiasaan/ mengabaikan
keinginan untuk defekasi, ketidakadekuatan defekasi (misalnya: tanpa waktu, posisi saat defekasi, dan
privasi), kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan defekasi tidak teratur, dan perubahan lingkungan yang baru
terjadi (LeMone & Burke, 2008; Wilkinson, 2005).
b.Psikologis/ psikogenik yang meliputi: depresi, stres emosional, dan konfusi mental (LeMone & Burke,
2008).
c.Farmakologis: penggunaan antasida (kalsium dan aluminium), antidepresan, antikolinergik,
antipsikotik, antihipertensi, barium sulfat, suplemen zat besi, dan penyalahgunaan laksatif (Lewis,
Heitkemper & Dirksen, 2000).
d. Mekanis: Ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, megakolon (penyakit Hirschprung), gangguan
neurologis, obesitas, obstruksi pascaoperasi, kehamilan, pembesaran prostat, abses rektal atau ulkus,
fisura anal rektal, striktur anal rektal, prolaps rektal, rektokel, dan tumor.

Fisiologis: perubahan pola makan dan makanan yang biasa dikonsumsi, penurunan motilitas saluran
gastrointestinal, dehidrasi, insufisiensi asupan serat, insufisiensi asupan cairan, pola makan buruk

c. sandi : Olahraga, Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonusotot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.Hal ini kemudian membuat
proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik.
D. Skema
Keyword :
a. Pengetahuan tentang defekasi normal
b. Sistem pencernaan bawah
c. Pola diet
d. Variasi defekasi
e. Aspek anatomi,
f. Aspek histologi
g. Aspek fisiologi

Pola diet Variasi BAB

Aspek anatomi

Pengetahuan
tentang defekasi Aspek histologi
normal

Aspek fisiologi

E. Learning Issue
1. Anatomi organ pencernaan bawah
2. Histologi organ pencernaan bawah
3. Fisiologi (proses defekasi)
4. Usus besar dan perannya dalam pencernaan
5. Pengaruh diet terhadap defekasi

Anda mungkin juga menyukai