OLEH:
3
6. Hati : Hati memiliki banyak fungsi, tetapi tugas utamanya di dalam sistem pencernaan
adalah memproses nutrisi yang diserap dari usus kecil. Empedu dari hati yang
disekresikan ke usus kecil juga berperan penting dalam mencerna lemak dan beberapa
vitamin. Hati adalah "pabrik" kimiawi tubuh. Dibutuhkan bahan mentah yang diserap
oleh usus dan membuat semua bahan kimia yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi. Hati
juga mendetoksifikasi bahan kimia yang berpotensi berbahaya. Ini rusak dan
mengeluarkan banyak obat yang bisa menjadi racun bagi tubuh.
7. Kantong empedu : Kantung empedu menyimpan dan memusatkan empedu dari hati, dan
kemudian melepaskannya ke dalam duodenum di usus kecil untuk membantu menyerap
dan mencerna lemak.
8. Usus besar : Usus besar bertanggung jawab untuk mengolah limbah sehingga
pengosongan usus menjadi mudah dan nyaman. Ini adalah tabung otot sepanjang 6 kaki
yang menghubungkan usus kecil ke rektum. Usus besar terdiri dari sekum, kolon
asendens (kanan), kolon transversal (melintang), kolon desenden (kiri), dan kolon
sigmoid, yang terhubung ke rektum. Kotoran, atau sisa dari proses pencernaan, dialirkan
melalui usus besar dengan cara peristaltik, pertama dalam bentuk cair dan akhirnya dalam
bentuk padat. Saat tinja melewati usus besar, air dikeluarkan. Kotoran disimpan di kolon
sigmoid (berbentuk S) sampai "gerakan massa" mengosongkannya ke dalam rektum
sekali atau dua kali sehari.
Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 36 jam untuk kotoran melewati usus besar.
Kotoran itu sendiri sebagian besar adalah sisa makanan dan bakteri. Bakteri "baik" ini
menjalankan beberapa fungsi bermanfaat, seperti mensintesis berbagai vitamin,
memproses produk limbah dan partikel makanan, serta melindungi dari bakteri
berbahaya. Ketika usus besar yang turun menjadi penuh dengan tinja, atau tinja, ia
mengosongkan isinya ke dalam rektum untuk memulai proses eliminasi (buang air besar).
9. Rektum : Rektum adalah ruang lurus berukuran 8 inci yang menghubungkan usus besar
ke anus. Tugas rektum adalah menerima feses dari usus besar, memberi tahu bahwa ada
feses yang akan dievakuasi (dikeluarkan) dan menahan feses tersebut sampai terjadi
evakuasi.
10. Anus : Anus adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan. Ini adalah saluran sepanjang
2 inci yang terdiri dari otot dasar panggul dan dua sfingter anal (internal dan eksternal).
Lapisan anus atas mampu mendeteksi isi rektal. Hal ini dapat memberi tahu manusia
4
apakah isinya cair, gas atau padat. Anus dikelilingi oleh otot sfingter yang penting untuk
mengontrol tinja. tinja. Ketika kita ingin pergi ke kamar mandi, kita mengandalkan
sfingter luar kita untuk menahan tinja hingga mencapai toilet, kemudian ia relaks untuk
mengeluarkan isinya.
C. Epidemiologi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 462 juta orang dewasa kekurangan berat
badan, sementara 1,9 miliar orang dewasa kelebihan berat badan dan / atau obesitas. Pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun, 155 juta mengalami stunting, 52 juta wasting (berat badan
anak dibawah rentang normal), 17 juta sangat kurus dan 41 juta mengalami kelebihan berat
badan dan / atau obesitas (WHO, 2020). Manifestasi malnutrisi berlipat ganda, tetapi jalan
untuk mengatasi pencegahan adalah kuncinya dan termasuk pemberian ASI eksklusif untuk 2
tahun pertama kehidupan, makanan yang beragam dan bergizi selama masa kanak-kanak,
lingkungan yang sehat, akses ke layanan dasar seperti air, kebersihan, kesehatan dan sanitasi,
serta wanita hamil dan menyusui yang memiliki nutrisi ibu yang tepat sebelum, selama dan
setelah fase kehamilan (Global Nutrition Report, 2018).
Hasil Riskesdas di Indonesia jumlah penduduk balita yang mengalami gizi kurang pada
tahun 2018 13,8%, sedangkan yang mengalami gizi buruk sebanyak 3,9%. Balita dengan
berat badan sangat kurus dan kurus mencapai 10,2%. Data lain menampilkan bahwa proporsi
kurang energi kronis pada wanita usia subur paling banyak adalah dari provinsi NTTdengan
prosentase pada wanita hamil 36,8% dan pada wanita tidak hamil 32,5% (Riskesdas, 2018).
D. Etiologi
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) edisi 1 cetakan III
penyebab dari adanya gangguan nutrisi meliputi :
Defisit Nutrisi :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolism
5. Faktor ekonomi (finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (stres, keengganan untuk makan)
5
Obesitas :
1. Kurang aktivitas fisik harian
2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alcohol
6. Penggunaan energy kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan berminyak/ berlemak
9. Faktor keturunan
10. Berat badan bertambah cepat (selama masa bayi dan anak-anak)
6
kongenital, inflamasi, infeksi, traumatik dan neoplastik juga dapat ditemukan pada setiap
bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal. Stres dan ansietas juga sering
menjadi keluhan utama yang menjadikan berbagai macam masalah kesehatan pada saluran
gastrointestinal berupa anoreksia, gangguan motorik usus, konstipasi, dan juga diare. Selain
itu status kesehatan mental, faktor fisik seperti kelelahan dan ketidakseimbangan/ perubahan
masukan diet yang tiba-tiba juga dapat memengaruhi saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan perubahan nutrisi (Smeltzer, 2002).
7
Clinical Pathway
Status kesehatan menurun Gaya hidup dan kebiasaan Kebutuhan metabolisme untuk
Penyakit saluran pencernaan
pertumbuhan
Erosi mukosa lambung Kelemahan otot menelan Kebiasaan mengonsumsi Peningkatan intake
makanan yang tidak sehat nutrisi
8
G. Penatalaksanaan Medis
1. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi meliputi
metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi
enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau
mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan
slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
2. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN) atau
hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi
karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan
penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui
kateter vena sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa,
air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua
kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan hanya
dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah
klien ( Kozier, 2011).
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian Terfokus
1. Kaji Tanda-Tanda Vital
2. Kaji Pola Nutrisi (Antropometri, Biomedical sign, Clinical Sign, Diet Pattern)
a. Antropometri
Menghitung IMT / BMI = BB (kg) / TB (m)2
9
Gambar 2. Pengukuran IMT
(Sumber: Kusumaningrum, 2017)
11
c. Perencanaan/Nursing Care Plan
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1 Defisit Nutrisi (D.0019) b.d Tujuan: Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … 1.Identifikasi status nutrisi
makanan, ketidakmampuan x 24 jam diharapkan
mencerna makanan, 2.Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
ketidakmampuan KH:
mengabsorbsi nutrient, 3.Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
Status Nutrisi (L.03030)
faktor ekonomi, faktor 1.Nafsu makan 4.Sajikan makanan secara menarik dari suhu yang sesuai
psikologis d.d berat badan 2.Frekuensi makan
menurun minimal 10% di 3.Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan 5.Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
bawah rentang ideal, nafsu tujuan kesehatan
makan menurun, bising 4.Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi 6.Berikan suplemen makanan, jika perlu
usus hiperaktif, diare
Konseling Nutrisi (I.03094)
1.Sepakati lama waktu pemberian konseling
2.Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
realistis
3.Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam
mengevaluasi kecukupan asupan makanan
4.Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan gizi (mis. usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan,
penyakit)
12
perubahan perilaku
13
3 Kesiapan Peningkatan Tujuan: Edukasi Nutrisi (I.12395)
Nutrisi (D.0026) d.d makan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … 1.Periksa status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan dan
teratur dan adekuat, x 24 jam diharapkan kemampuan pemenuhan nutrisi
mengekspresikan keinginan
untuk meningkatkan nutrisi, KH: 2.Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima
sikap terhadap makanan dan Perilaku meningkatkan berat badan (L.03026) informasi
minuman sesuai dengan 1.Mengidentifikasi penyebab penurunan berat
tujuan kesehatan badan 2.Memonitor berat badan 3.Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi, tabel
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai dan makanan penukar, cara mengelola, cara menakar makanan
tidak disukai 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4.Memilih makanan dan minuman yang berprotein
dan berkalori tinggi 5.Berikan kesempatan untuk bertanya
5.Mengonsumsi suplemen nutrisi
Edukasi Kesehatan (I.12383)
1.Identifikasi kesiapan dan memampuan menerima informasi
14
I. Penetalaksanaan Berdasarkan Evidence-based Practice In Nursing
Dalam jurnal Nutritional Risk Screening and Assessment teknologi inovatif yang
meningkatkan penilaian diet telah diusulkan baru-baru ini, dan dapat diklasifikasikan ke
dalam empat kelompok utama menurut fitur teknologi yang masing-masing digabungkan
1. Penilaian diet manual
Pengguna memasukkan semua data yang diperlukan (mis., estimasi ukuran porsi, jenis
makanan) pada halaman web, aplikasi smartphone, dll. Metode ini menggantikan metode
penilaian pola makan berbasis kertas menjadi bentuk elektronik dengan menggunakan
gambar, video, teks, atau suara tanpa menyertakan fitur otomatis.
2. Penilaian yang didukung ahli diet
Pengguna mengambil foto makanan dan mengirimkannya ke ahli diet. Data ini kemudian
dianalisis oleh ahli nutrisi yang menggunakan metode standar (misalnya, software nutrisi)
untuk memperkirakan jumlah nutrisi yang sesuai. Biasanya tidak ada fitur otomasi yang
digabungkan.
3. Perangkat yang dapat dikenakan memantau asupan makanan
Perangkat yang secara langsung mengukur perilaku makan, seperti sistem deteksi yang
mengidentifikasi gerakan makan (mengunyah dan menelan berbasis telinga) untuk
melengkapi pelaporan asupan nutrisi yang dilaporkan sendiri.
4. Penilaian dengan bantuan komputer yang terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Sistem yang menggabungkan beberapa tingkat otomatisasi. Sistem ini baik digunakan
untuk membaca kode batang guna mengenali label makanan kemasan secara otomatis,
atau memanfaatkan aplikasi ponsel cerdas yang mengintegrasikan pengenalan
otomatis item makanan. Dalam hal ini, pengguna mengambil foto makanan dan sistem
mengenali jenis makanannya. Biasanya, dalam situasi ini pengguna perlu memasukkan
atau memilih volume / porsi makanan secara manual agar sistem dapat
menerjemahkan informasi menjadi makronutrien dan energy.
b) Sistem yang sepenuhnya didasarkan pada kecerdasan buatan. Dalam skenario umum,
pengguna mengambil foto makanan dan kemudian sistem secara otomatis
mengidentifikasi item makanan yang berbeda (identifikasi), mengenali jenis masing-
masing (pelabelan), dan membuat model 3D masing-masing (rekonstruksi 3D).
Didukung oleh database komposisi makanan, citra makanan diterjemahkan ke dalam
nilai gizi seperti gram makronutrien atau kalori (Reber et.al., 2019).
15
J. Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Wartonah, Tarwoto. 2010. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
World Health Organization (WHO). 2020. Malnutrition. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/malnutrition [Diakses pada 20 September 2020].
16
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
Nama : Ny. K No. RM :-
Umur : 59 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS :-
Pendidikan : SMA Tanggal Pengkajian : 21 September 2020 Jam : 19.00
WIB
Alamat : Ketanon- Sumber Informasi : Klien dan keluarga
Tulungagung
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Anak kandung
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Klien beranggapan bahwa obesitas yang dialaminya sekarang merupakan
kesalahannya karena tidak menjaga pola makan dan kurang berolahraga.
Klien terkadang berusaha untuk olahraga namun karena tubuhnya berat
maka muncul rasa malas, klien mengaku ingin menurunkan berat
badannya hingga mencapai batas ideal untuk kesehatan di hari tua.
Interpretasi : Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan klien baik
karena sudah ada kemauan untuk diet.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Antropometry
BB sebelum obesitas = 52 kg, BB saat obesitas = 76 kg
TB sebelum obesitas = 159 cm, TB saat sakit = 159 cm
IMT/BMI= BB/TB2(m)
BMI sebelum obesitas 20.56 kg/m2 (normal)
BMI setelah obesitas 30.06 kg/m2 (obesitas tingkat I)
Interpretasi :
Klien termasuk kategori normal saat sebelum obesitas, namun sekarang
dalam kategori obesitas tingkat I
Biochemical sign :
-
Clinical Sign :
Berat badan berlebih, turgor kulit < 1 detik, kekuatan otot klien baik.
Interpretasi : clinical sign klien terganggu di berat badan.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum obesitas, klien makan nasi, sayur, buah, lauk-pauk sepiring
dengan frekuensi 3x/hari.
Saat obesitas, klien makan makanan 3x/hari dengan porsi banyak dan
masih ditambah dengan makanan camilan. Setiap hari klien minum air
sebanyak kurang lebih 3000 ml
Kebutuhan kalori
a. Menghitung berat badan ideal (BBI)
BBI = 90% x (tinggi badan-100)
= 90% x (159 cm -100)
= 53.1 kg
b. Menghitung kebutuhan kalori basal (KKB)
Perempuan = 25 kkal x BBI
= 25 kkal x 53.1 kg
= 1.327,5 kkal
c. Menghitung kebutuhan kalori total (KKT)
KKT = KKB + (% aktivitas fisik x KKB)
= 1.327,5 kkal + (20% x 1.327,5 kkal)
= 1.327,5 + 265.5
= 1.792,1 kkal
Interpretasi :
BMI klien dalam rentang melebihi batas normal, berat badan klien 76 kg
yang berarti lebih 24.7 kg dari berat badan ideal (BBI) yakni 51,3 kg.
Kebutuhan kalori basal (KKB) klien mencapai 1.327,5 kkal serta KKT
klien 1.792,1 kkal.
% aktifitas fisik:
Ringan : 10%-20%
Sedang : 20%-30%
Berat : 40%
Ringan: membaca (10%), menyetir (10%), berjalan (10%), dan lain-lain
Sedang: menyapu (20%), jalan cepat (30%), bersepeda (30%) dan lain-lain
Berat: aerobik (40%), mendaki (40%), jogging (40%) dan lain-lain
3. Pola eliminasi:
BAK Sebelum obesitas Saat obesitas
Frekuensi 3-4x/hari 3-4x/hari
Jumlah 1.500 ml/hari 1.500 ml/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Khas Amoniak Khas Amoniak
Karakter Cair Cair
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Alat bantu Tidak memakai Tidak memakai
Lainnya - -
DO :
NO HARI/ DATA KEMUNGKINAN MASALAH PARAF
TANGG PENUNJANG ETIOLOGI &
AL/JAM NAMA
Klien tampak
menutupi area
perutnya yang
terlihat
menonjol
dengan
kerudung besar
3 21 DS : Obesitas Kesiapan
September Klien ⇩ peningkatan
2020 mengatakan Perubahan ukuran tubuh pengetahuan
19.00 ingin berusaha ⇩
WIB mengurangi Merasa minder
berat badan ⇩
dan menjaga Keinginan untuk memiliki
kesehatan, BB ideal Sabil
klien bercerita ⇩
saat badannya Keinginan untuk menjaga
bagus dulu kesehatan dimasa tua
klien rajin ⇩
berolahraga Kesiapan peningkatan
dan jarang pengetahuan
ngemil
DO :
Klien tampak
bersemangat
saat
membicarakan
pola diet yang
baik serta
olahraga
C. RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN (PROBLEM-ETIOLOGI-
SIGN-SIMPTOM/PES)
(Sesuai Prioritas)
1) Obesitas b.d kurang aktivitas harian d.d klien mengatakan badannya terasa
berat, klien mengatakan malas berolahraga dan senang makan cemilan,
berat badan klien 76 kg, BMI 30,06 kg/m2 (obesitas tingkat I), berat badan
klien lebih 24.7 kg dari berat badan ideal (BBI) yakni 51,3 kg.
2) Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh d.d klien mengatakan
kurang percaya diri dengan badan gemuknya yang sekarang, klien tampak
menutupi area perutnya yang terlihat menonjol dengan kerudung besar.
2 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
1. Identifikasi harapan citra tubuh
b.d perubahan bentuk keperwatan selama 4 x 24
jam diharapkan berdasarkan tahap perkembangan
tubuh d.d klien 2. Identifikasi budaya, agama, jenis
kelamin, dan umur terkait citra tubuh
mengatakan kurang KH:
3. Monitor frekuensi pernyataan kritik
percaya diri dengan Citra tubuh (L.09067) terhadap diri sendiri
1. Verbalisasi perasaan 4. Diskusikan cara mengembangkan
badan gemuknya yang
negative tentang harapan citra tubuh secara realistis
sekarang, klien perubahan tubuh 5. Diskusikan kondisi stress yang
membaik (skala 5) memengaruhi citra tubuh
tampak menutupi area
2. Verbalisasi perubahan
perutnya yang terlihat Promosi Kepercayaan Diri (I.09310)
gaya hidup (skala 5) 1. Identifikasi ungkapan verbal dan
menonjol dengan 3. Menyembunyikan Sabil
nonverbal yang tidak sesuai
kerudung besar. bagian tubuh berlebihan 2. Identifikasi masalah potensial yang
membaik (skala 5) dialami
3. Gunakan teknik mendengarkan aktif
mengenai harapan pasien
4. Diskusikan rencana mencapai tujuan
yang diharapkan
5. Diskusikan rencana perubahan diri