Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR


NUTRISI

OLEH:

Afif Laily Salsabilla, S.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar: Nutrisi


Proses metabolik di dalam tubuh yaitu mengontrol pencernaan, menyimpan zat makanan,
dan mengeluarkan produk sampah adalah suatu hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam tubuh (Potter & Perry, 2005). Nutrisi adalah zat-zat serta gizi lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam
tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,
zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit (Wartonah, 2010).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting. Nutrisi
berguna untuk segala aktifitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein
dan lemak dalam jaringan serta sumber lain yang berasal dari luar tubuh. Kebutuhan nutrisi
dapat tidak terpenuhi pada seseorang dengan berbagai usia (Potter & Perry, 2005). Hal
tersebut dikarenakan ketidakseimbangan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (Nanda, 2015).

B. Review Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Anatomi pencernaan manusia


2
1. Mulut : Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Faktanya, pencernaan dimulai
bahkan sebelum manusia menggigit. Kelenjar ludah menjadi aktif saat melihat dan
mencium hidangan yang menggugah selera. Setelah mulai makan, manusia mengunyah
makanan menjadi potongan-potongan yang lebih mudah dicerna. Air liur bercampur
dengan makanan untuk mulai memecahnya menjadi bentuk yang dapat diserap dan
digunakan oleh tubuh. Saat proses menelan, makanan melewati lidah ke tenggorokan dan
menuju ke kerongkongan.
2. Kerongkongan : Terletak di tenggorokan dekat trakea (batang tenggorokan),
kerongkongan menerima makanan dari mulut setelah makanan ditelan. Epiglotis adalah
penutup kecil yang terlipat di atas tenggorokan untuk mencegah tersedak saat proses
menelan. Serangkaian kontraksi otot di dalam kerongkongan yang disebut peristaltik
mengantarkan makanan menuju ke perut.
3. Lambung : Lambung adalah organ berlubang, atau "wadah", yang menampung makanan
saat sedang dicampur dengan enzim lambung. Enzim ini melanjutkan proses memecah
makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan. Sel-sel di lapisan perut mengeluarkan
asam kuat dan enzim kuat yang bertanggung jawab untuk proses pemecahan. Saat isi
perut cukup diproses, mereka dilepaskan ke usus kecil.
4. Usus kecil: Terdiri dari tiga segmen - duodenum, jejunum, dan ileum - usus kecil adalah
tabung otot sepanjang 22 kaki yang memecah makanan menggunakan enzim yang
dilepaskan oleh pankreas dan empedu dari hati. Peristaltik juga bekerja di organ ini,
memindahkan makanan melalui dan mencampurnya dengan cairan pencernaan dari
pankreas dan hati. Duodenum adalah segmen pertama dari usus kecil. Ini sebagian besar
bertanggung jawab atas proses pengelompokan berkelanjutan. Jejunum dan ileum yang
lebih rendah di usus terutama bertanggung jawab untuk penyerapan nutrisi ke dalam
aliran darah. Isi usus halus mulai setengah padat, dan berakhir dalam bentuk cair setelah
melewati organ. Air, empedu, enzim, dan lendir berkontribusi pada perubahan
konsistensi. Setelah nutrisi diserap dan sisa makanan sisa makanan telah melewati usus
kecil, kemudian berpindah ke usus besar.
5. Pankreas : Pankreas mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam duodenum yang
memecah protein, lemak, dan karbohidrat. Pankreas juga membuat insulin,
meneruskannya langsung ke aliran darah. Insulin adalah hormon utama dalam tubuh
untuk memetabolisme gula.

3
6. Hati : Hati memiliki banyak fungsi, tetapi tugas utamanya di dalam sistem pencernaan
adalah memproses nutrisi yang diserap dari usus kecil. Empedu dari hati yang
disekresikan ke usus kecil juga berperan penting dalam mencerna lemak dan beberapa
vitamin. Hati adalah "pabrik" kimiawi tubuh. Dibutuhkan bahan mentah yang diserap
oleh usus dan membuat semua bahan kimia yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi. Hati
juga mendetoksifikasi bahan kimia yang berpotensi berbahaya. Ini rusak dan
mengeluarkan banyak obat yang bisa menjadi racun bagi tubuh.
7. Kantong empedu : Kantung empedu menyimpan dan memusatkan empedu dari hati, dan
kemudian melepaskannya ke dalam duodenum di usus kecil untuk membantu menyerap
dan mencerna lemak.
8. Usus besar : Usus besar bertanggung jawab untuk mengolah limbah sehingga
pengosongan usus menjadi mudah dan nyaman. Ini adalah tabung otot sepanjang 6 kaki
yang menghubungkan usus kecil ke rektum. Usus besar terdiri dari sekum, kolon
asendens (kanan), kolon transversal (melintang), kolon desenden (kiri), dan kolon
sigmoid, yang terhubung ke rektum. Kotoran, atau sisa dari proses pencernaan, dialirkan
melalui usus besar dengan cara peristaltik, pertama dalam bentuk cair dan akhirnya dalam
bentuk padat. Saat tinja melewati usus besar, air dikeluarkan. Kotoran disimpan di kolon
sigmoid (berbentuk S) sampai "gerakan massa" mengosongkannya ke dalam rektum
sekali atau dua kali sehari.
Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 36 jam untuk kotoran melewati usus besar.
Kotoran itu sendiri sebagian besar adalah sisa makanan dan bakteri. Bakteri "baik" ini
menjalankan beberapa fungsi bermanfaat, seperti mensintesis berbagai vitamin,
memproses produk limbah dan partikel makanan, serta melindungi dari bakteri
berbahaya. Ketika usus besar yang turun menjadi penuh dengan tinja, atau tinja, ia
mengosongkan isinya ke dalam rektum untuk memulai proses eliminasi (buang air besar).
9. Rektum : Rektum adalah ruang lurus berukuran 8 inci yang menghubungkan usus besar
ke anus. Tugas rektum adalah menerima feses dari usus besar, memberi tahu bahwa ada
feses yang akan dievakuasi (dikeluarkan) dan menahan feses tersebut sampai terjadi
evakuasi.
10. Anus : Anus adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan. Ini adalah saluran sepanjang
2 inci yang terdiri dari otot dasar panggul dan dua sfingter anal (internal dan eksternal).
Lapisan anus atas mampu mendeteksi isi rektal. Hal ini dapat memberi tahu manusia

4
apakah isinya cair, gas atau padat. Anus dikelilingi oleh otot sfingter yang penting untuk
mengontrol tinja. tinja. Ketika kita ingin pergi ke kamar mandi, kita mengandalkan
sfingter luar kita untuk menahan tinja hingga mencapai toilet, kemudian ia relaks untuk
mengeluarkan isinya.

C. Epidemiologi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 462 juta orang dewasa kekurangan berat
badan, sementara 1,9 miliar orang dewasa kelebihan berat badan dan / atau obesitas. Pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun, 155 juta mengalami stunting, 52 juta wasting (berat badan
anak dibawah rentang normal), 17 juta sangat kurus dan 41 juta mengalami kelebihan berat
badan dan / atau obesitas (WHO, 2020). Manifestasi malnutrisi berlipat ganda, tetapi jalan
untuk mengatasi pencegahan adalah kuncinya dan termasuk pemberian ASI eksklusif untuk 2
tahun pertama kehidupan, makanan yang beragam dan bergizi selama masa kanak-kanak,
lingkungan yang sehat, akses ke layanan dasar seperti air, kebersihan, kesehatan dan sanitasi,
serta wanita hamil dan menyusui yang memiliki nutrisi ibu yang tepat sebelum, selama dan
setelah fase kehamilan (Global Nutrition Report, 2018).
Hasil Riskesdas di Indonesia jumlah penduduk balita yang mengalami gizi kurang pada
tahun 2018 13,8%, sedangkan yang mengalami gizi buruk sebanyak 3,9%. Balita dengan
berat badan sangat kurus dan kurus mencapai 10,2%. Data lain menampilkan bahwa proporsi
kurang energi kronis pada wanita usia subur paling banyak adalah dari provinsi NTTdengan
prosentase pada wanita hamil 36,8% dan pada wanita tidak hamil 32,5% (Riskesdas, 2018).

D. Etiologi
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) edisi 1 cetakan III
penyebab dari adanya gangguan nutrisi meliputi :
Defisit Nutrisi :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolism
5. Faktor ekonomi (finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (stres, keengganan untuk makan)

5
Obesitas :
1. Kurang aktivitas fisik harian
2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alcohol
6. Penggunaan energy kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan berminyak/ berlemak
9. Faktor keturunan
10. Berat badan bertambah cepat (selama masa bayi dan anak-anak)

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala defisit nutrisi mayor :
Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Tanda dan gejala defisit nutrisi minor :


Subjektif : 1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram / nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif : 1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Sariawan
5. Membran mukosa pucat
6. Rambut rontok berlebihan
7. Diare
8. Serum albumin turun (SDKI, 2017).

F. Patofisiologi / Web of Causation


Abnormalitas saluran gastrointestinal yang bermacam-macam dapat menunjukkan banyak
patologi seperti adanya perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi

6
kongenital, inflamasi, infeksi, traumatik dan neoplastik juga dapat ditemukan pada setiap
bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal. Stres dan ansietas juga sering
menjadi keluhan utama yang menjadikan berbagai macam masalah kesehatan pada saluran
gastrointestinal berupa anoreksia, gangguan motorik usus, konstipasi, dan juga diare. Selain
itu status kesehatan mental, faktor fisik seperti kelelahan dan ketidakseimbangan/ perubahan
masukan diet yang tiba-tiba juga dapat memengaruhi saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan perubahan nutrisi (Smeltzer, 2002).

7
Clinical Pathway
Status kesehatan menurun Gaya hidup dan kebiasaan Kebutuhan metabolisme untuk
Penyakit saluran pencernaan
pertumbuhan

Erosi mukosa lambung Kelemahan otot menelan Kebiasaan mengonsumsi Peningkatan intake
makanan yang tidak sehat nutrisi

Gangguan menelan makanan


Penurunan tonus otot Kelebihan zat didalam tubuh Kebutuhan energi meningkat
dan peristaltik yang tidak dibutuhkan
lambung
Asupan nutrisi tidak terpenuhi
Penyerapan didalam tubuh Mudah lapar
Refluksi duodenum ke lambung tidak sempurna
Penurunan berat
badan Nafsu makan meningkat
Mual

Muntah Risiko Berat Badan Lebih


Sering makan

Risiko Defisit Nutrisi Defisit Nutrisi Peningkatan berat badan

Berat Badan Lebih Obesitas


Kesiapan Peningkatan
Nutrisi

8
G. Penatalaksanaan Medis
1. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi meliputi
metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi
enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau
mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan
slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
2. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN) atau
hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi
karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan
penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui
kateter vena sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa,
air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua
kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan hanya
dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah
klien ( Kozier, 2011).

H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian Terfokus
1. Kaji Tanda-Tanda Vital
2. Kaji Pola Nutrisi (Antropometri, Biomedical sign, Clinical Sign, Diet Pattern)
a. Antropometri
Menghitung IMT / BMI = BB (kg) / TB (m)2

9
Gambar 2. Pengukuran IMT
(Sumber: Kusumaningrum, 2017)

Menghitung berat badan ideal (BBI) = 90% x (tinggi badan-100)


Menghitung kebutuhan kalori basal (KKB) perempuan = 25 kkal x BBI
Menghitung kebutuhan kalori total (KKT) = KKB + (% aktivitas fisik x KKB)
b. Biomedical Sign meliputi hasil pemeriksaan spesimen tubuh klien
c. Clinical Sign meliputi kesadaran umum, tanda-tanda klinis nutrisi
d. Diet pattern (intake makanan dan cairan) mencakup frekuensi, porsi, variasi, dan
nafsu makan klien sebelum dan sesudah MRS.

Tabel 1. Pengkajian Fisik pada Pasien dengan Hepatitis


Area
Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal
pengkajian
Penampilan
Gesit, energik, mampu
umum dan Apatis, lesu, tampak lelah
beristirahat dengan baik
vitalitas
Dalam rentang normal sesuai
Berat badan Obesitas, underweight
dengan usia dan tinggi badan
Kusam, kering, pudar,
Bercahaya, berminyak dan
Rambut kemerahan, tipis, pecah/
tidak kering
patah-patah
Kering, pucat, iritasi,
Lembut, sedikit lembab,
Kulit petichie, lemak di subkutan
turgor kulit baik
tidak ada
Mudah patah, berbentuk
Kuku Merah muda, keras
seperti sendok
10
Konjungtiva pucat, kering,
Berbinar, jernih, lembab,
Mata exoptalmus, tand-tanda
konjungtiva merah muda
infeksi
Kering, pecah-pecah,
Bibir Lembab merah muda bengkak, lesi, stomatitis,
membrane mukosa pucat
Perdarahan, peradangan,
Gusi Merah muda, lembab
berbentuk seperti spon
Fleksia/ lemah, tonus
Kenyal ,berkembang dengan
Otot kurang, tenderness, tidak
baik
mampu bekerja
Denyut nadi lebih dari 100X/
Nadi dan tekanan darah
Sistem menit, irama abnormal,
normal, irama jantung
kardiovaskuler tekanan darah rendah atau
normal
tingi
Sistem Nafsu makan baik, eliminasi Anorexia, konstipasi, diare,
pencernaan normal dan teratur flatulensi, pembesaran liver

3. Kaji BB ideal, rumus BB ideal:


Berat Badan Ideal = (Tinggi badan (cm) – 100 ) x 90%
4. Anjurkan makan sedikit tapi sering
5. Tentukan status gizi klien

b. Diagnosis Keperawatan Yang Sering Muncul


Berikut adalah diagnosa keperawatan menurut SDKI :
1. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, faktor ekonomi, faktor psikologis d.d berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, diare
2. Obesitas (D.0030) b.d kurang aktivitas fisik harian, gangguan kebiasaan maka, sering ngemil,
faktor keturunan d.d IMT >27kg/m
3. Kesiapan Peningkatan Nutrisi (D.0026) d.d makan teratur dan adekuat, mengekspresikan
keinginan untuk meningkatkan nutrisi, sikap terhadap makanan dan minuman sesuai dengan
tujuan kesehatan

11
c. Perencanaan/Nursing Care Plan
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1 Defisit Nutrisi (D.0019) b.d Tujuan: Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … 1.Identifikasi status nutrisi
makanan, ketidakmampuan x 24 jam diharapkan
mencerna makanan, 2.Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
ketidakmampuan KH:
mengabsorbsi nutrient, 3.Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
Status Nutrisi (L.03030)
faktor ekonomi, faktor 1.Nafsu makan 4.Sajikan makanan secara menarik dari suhu yang sesuai
psikologis d.d berat badan 2.Frekuensi makan
menurun minimal 10% di 3.Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan 5.Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
bawah rentang ideal, nafsu tujuan kesehatan
makan menurun, bising 4.Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi 6.Berikan suplemen makanan, jika perlu
usus hiperaktif, diare
Konseling Nutrisi (I.03094)
1.Sepakati lama waktu pemberian konseling
2.Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
realistis
3.Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam
mengevaluasi kecukupan asupan makanan
4.Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan gizi (mis. usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan,
penyakit)

Manajemen Gangguan Makan (I.03111)


1.Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta
kebutuhan kalori

2.Timbang berat badan secara rutin

3.Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan

12
perubahan perilaku

4.Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi


pemicu pengeluaran makanan

2 Obesitas (D.0030) b.d Tujuan: Manajemen Berat Badan (I.03097)


kurang aktivitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … 1.Identifikasi kondisi berat badan pasien yang dapat memengaruhi
harian, gangguan kebiasaan x 24 jam diharapkan berat badan
maka, sering ngemil, faktor 2.Hitung berat badan ideal pasien
keturunan d.d IMT KH: 3.Jelaskan hubungan antara asupan makanan, aktivitas fisik,
>27kg/m Berat badan (L.05038) penambahan berat badan, dan penurunan berat badan
1.Berat badan
2.Tebal lipatan kulit Konseling Nutrisi (I.03094)
3.IMT 1.Sepakati lama waktu pemberian konseling
2.Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
realistis
3.Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam
mengevaluasi kecukupan asupan makanan
4.Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan gizi (mis. usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan,
penyakit)

Promosi Latihan Fisik (I.05183)


1.Identifikasi keyakinan kesehatan tentang latihan fisik
2.Identifikasi pengalaman olahraga sebelumnya
3.Identifikasi motivasi individu untuk memulai atau melanjutkan
program olahraga
4.Idenetifikasi hambatan untuk berolahraga
5.Monitor kepatuhan menjalankan program latihan

13
3 Kesiapan Peningkatan Tujuan: Edukasi Nutrisi (I.12395)
Nutrisi (D.0026) d.d makan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … 1.Periksa status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan dan
teratur dan adekuat, x 24 jam diharapkan kemampuan pemenuhan nutrisi
mengekspresikan keinginan
untuk meningkatkan nutrisi, KH: 2.Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima
sikap terhadap makanan dan Perilaku meningkatkan berat badan (L.03026) informasi
minuman sesuai dengan 1.Mengidentifikasi penyebab penurunan berat
tujuan kesehatan badan 2.Memonitor berat badan 3.Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi, tabel
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai dan makanan penukar, cara mengelola, cara menakar makanan
tidak disukai 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4.Memilih makanan dan minuman yang berprotein
dan berkalori tinggi 5.Berikan kesempatan untuk bertanya
5.Mengonsumsi suplemen nutrisi
Edukasi Kesehatan (I.12383)
1.Identifikasi kesiapan dan memampuan menerima informasi

2.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

3.Jelaskan faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan

4.Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

5.Berikan kesempatan untuk bertanya

Pemantauan Nutrisi (I.03123)


1.Identifikasi faktor yang memengaruhi asupan gizi

2.Identifikasi pola makan

3.Identifikasi perubahan berat badan

4.Ukur antropometrik komposisi tubuh

5.Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

14
I. Penetalaksanaan Berdasarkan Evidence-based Practice In Nursing
Dalam jurnal Nutritional Risk Screening and Assessment teknologi inovatif yang
meningkatkan penilaian diet telah diusulkan baru-baru ini, dan dapat diklasifikasikan ke
dalam empat kelompok utama menurut fitur teknologi yang masing-masing digabungkan
1. Penilaian diet manual
Pengguna memasukkan semua data yang diperlukan (mis., estimasi ukuran porsi, jenis
makanan) pada halaman web, aplikasi smartphone, dll. Metode ini menggantikan metode
penilaian pola makan berbasis kertas menjadi bentuk elektronik dengan menggunakan
gambar, video, teks, atau suara tanpa menyertakan fitur otomatis.
2. Penilaian yang didukung ahli diet
Pengguna mengambil foto makanan dan mengirimkannya ke ahli diet. Data ini kemudian
dianalisis oleh ahli nutrisi yang menggunakan metode standar (misalnya, software nutrisi)
untuk memperkirakan jumlah nutrisi yang sesuai. Biasanya tidak ada fitur otomasi yang
digabungkan.
3. Perangkat yang dapat dikenakan memantau asupan makanan
Perangkat yang secara langsung mengukur perilaku makan, seperti sistem deteksi yang
mengidentifikasi gerakan makan (mengunyah dan menelan berbasis telinga) untuk
melengkapi pelaporan asupan nutrisi yang dilaporkan sendiri.
4. Penilaian dengan bantuan komputer yang terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Sistem yang menggabungkan beberapa tingkat otomatisasi. Sistem ini baik digunakan
untuk membaca kode batang guna mengenali label makanan kemasan secara otomatis,
atau memanfaatkan aplikasi ponsel cerdas yang mengintegrasikan pengenalan
otomatis item makanan. Dalam hal ini, pengguna mengambil foto makanan dan sistem
mengenali jenis makanannya. Biasanya, dalam situasi ini pengguna perlu memasukkan
atau memilih volume / porsi makanan secara manual agar sistem dapat
menerjemahkan informasi menjadi makronutrien dan energy.
b) Sistem yang sepenuhnya didasarkan pada kecerdasan buatan. Dalam skenario umum,
pengguna mengambil foto makanan dan kemudian sistem secara otomatis
mengidentifikasi item makanan yang berbeda (identifikasi), mengenali jenis masing-
masing (pelabelan), dan membuat model 3D masing-masing (rekonstruksi 3D).
Didukung oleh database komposisi makanan, citra makanan diterjemahkan ke dalam
nilai gizi seperti gram makronutrien atau kalori (Reber et.al., 2019).

15
J. Daftar Pustaka

Global Nutrition Report. 2018. https://globalnutritionreport.org/reports/global-nutrition-


report-2018/ [Diakses pada 20 September 2020].
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf [Diakses pada 21 September 2020].
Kozier, B. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik Edisi
7. Jakarta : EGC.
Kusumaningrum, S. 2017. Situasi dan Analisis Hepatitis; 4-12 September. Jakarta: Infodatin.
Nanda International Inc. 2015. Diagnosis keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC.
Reber, E., F. Gomes, M. F. Vasiloglou, P. Schuetz, Z. Stanga. 2019. Nutritional Risk
Screening and Assessment. Switzerland: Journal Of Clinical Medicine.
Smeltzer, S. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Wartonah, Tarwoto. 2010. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
World Health Organization (WHO). 2020. Malnutrition. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/malnutrition [Diakses pada 20 September 2020].

16
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Afif Laily Salsabilla, S.Kep.


NIM :-
Tempat Pengkajian : Desa Ketanon RT 03 / RW 01 Kedungwaru, Tulungagung

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. Identitas Klien
Nama : Ny. K No. RM :-
Umur : 59 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS :-
Pendidikan : SMA Tanggal Pengkajian : 21 September 2020 Jam : 19.00
WIB
Alamat : Ketanon- Sumber Informasi : Klien dan keluarga
Tulungagung

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
- Obesitas
2. Keluhan Utama:
Merasa badannya berat, malas bergerak, suka makan camilan.
3. Riwayat penyakit sekarang: obesitas dan hipertensi, klien mengatakan
untuk hipertensi telah rutin meminum obat Amlodipine 5 mg yang
diberikan oleh dokter setiap hari, jadi rasa nyeri kepala dapat terkontrol.
Namun pada saat hipertensi kambuh biasanya mengganggu pola tidur.
4. Riwayat kesehatan terdahulu: gastritis dan typhoid
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien mengatakan pernah sakit gastritis dan typhoid pada tahun 2002,
selain itu hanya batuk dan flu.
b. Alergi (obat, makanan, dll):
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obat maupun
makanan.
c. Imunisasi:
Klien mengatakan pernah imunisasi difteri saat masa tua, dan saat kecil
dulu rutin imunisasi namun lupa apa saja.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasaan sehari-hari klien saat dirumah yaitu sebagai ibu rumah tangga
dan tidak bekerja. Kegiatan sehari-hari berupa menyapu, mencuci baju,
dan melakukan pekerjaan rumah yang lain
e. Obat-obat yang digunakan:
Sekarang minum obat hipertensi (Amlodipine 5 mg) setiap hari yang
disarankan oleh dokter
5. Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat penyakit keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit serius

Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Anak kandung
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Klien beranggapan bahwa obesitas yang dialaminya sekarang merupakan
kesalahannya karena tidak menjaga pola makan dan kurang berolahraga.
Klien terkadang berusaha untuk olahraga namun karena tubuhnya berat
maka muncul rasa malas, klien mengaku ingin menurunkan berat
badannya hingga mencapai batas ideal untuk kesehatan di hari tua.
Interpretasi : Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan klien baik
karena sudah ada kemauan untuk diet.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Antropometry
BB sebelum obesitas = 52 kg, BB saat obesitas = 76 kg
TB sebelum obesitas = 159 cm, TB saat sakit = 159 cm
IMT/BMI= BB/TB2(m)
BMI sebelum obesitas 20.56 kg/m2 (normal)
BMI setelah obesitas 30.06 kg/m2 (obesitas tingkat I)
Interpretasi :
Klien termasuk kategori normal saat sebelum obesitas, namun sekarang
dalam kategori obesitas tingkat I
Biochemical sign :
-
Clinical Sign :
Berat badan berlebih, turgor kulit < 1 detik, kekuatan otot klien baik.
Interpretasi : clinical sign klien terganggu di berat badan.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum obesitas, klien makan nasi, sayur, buah, lauk-pauk sepiring
dengan frekuensi 3x/hari.
Saat obesitas, klien makan makanan 3x/hari dengan porsi banyak dan
masih ditambah dengan makanan camilan. Setiap hari klien minum air
sebanyak kurang lebih 3000 ml
Kebutuhan kalori
a. Menghitung berat badan ideal (BBI)
BBI = 90% x (tinggi badan-100)
= 90% x (159 cm -100)
= 53.1 kg
b. Menghitung kebutuhan kalori basal (KKB)
Perempuan = 25 kkal x BBI
= 25 kkal x 53.1 kg
= 1.327,5 kkal
c. Menghitung kebutuhan kalori total (KKT)
KKT = KKB + (% aktivitas fisik x KKB)
= 1.327,5 kkal + (20% x 1.327,5 kkal)
= 1.327,5 + 265.5
= 1.792,1 kkal
Interpretasi :
BMI klien dalam rentang melebihi batas normal, berat badan klien 76 kg
yang berarti lebih 24.7 kg dari berat badan ideal (BBI) yakni 51,3 kg.
Kebutuhan kalori basal (KKB) klien mencapai 1.327,5 kkal serta KKT
klien 1.792,1 kkal.
% aktifitas fisik:
Ringan : 10%-20%
Sedang : 20%-30%
Berat : 40%
Ringan: membaca (10%), menyetir (10%), berjalan (10%), dan lain-lain
Sedang: menyapu (20%), jalan cepat (30%), bersepeda (30%) dan lain-lain
Berat: aerobik (40%), mendaki (40%), jogging (40%) dan lain-lain

3. Pola eliminasi:
BAK Sebelum obesitas Saat obesitas
Frekuensi 3-4x/hari 3-4x/hari
Jumlah 1.500 ml/hari 1.500 ml/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Khas Amoniak Khas Amoniak
Karakter Cair Cair
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Alat bantu Tidak memakai Tidak memakai
Lainnya - -

BAB Sebelum obesitas Saat obesitas


Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Jumlah 100 ml/hari 100 ml/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
Karakter Lembek Lembek
Alat bantu Tidak memakai Tidak memakai
Lainnya - -
Interpretasi:
Klien tidak mengalami masalah dalam proses eliminasi.
Balance cairan:
Output = urin + IWL (15ml x BB = 15ml x 76kg) + feses + air
metabolisme
= 1.500 ml + 1.140 ml + 100 ml + 200 ml
= 2.940 ml
Input = air + obat
= 3.000 ml + 0,005 ml
= 3.000,005 ml
Input-Output = 3.000,005 ml – 2.940 ml = 60,005 ml

4. Pola aktivitas & latihan


Sebelum obesitas
Aktivitas klien selama di rumah sebelum obesitas sebagai ibu rumah
tangga
Saat obesitas
Aktivitas klien selama di rumah setelah obesitas tetap sebagai ibu rumah
tangga
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat,
4: mandiri
Interpretasi : pola aktivitas dan latihan klien normal
Status Oksigenasi :
Klien tidak tampak sesak
Fungsi kardiovaskuler :
TD = 120/60 mmHg
Nadi = 80 x/menit
Klien dapat melakukan mobilasasi
Terapi oksigen :
-

5. Pola tidur & istirahat


Istirahat dan Tidur Sebelum obesitas Saat obesitas
Durasi +- 6 jam/hari (21.00 +- 6 jam/hari (21.00 WIB
WIB s.d 03.00 WIB) s.d 03.00 WIB)

+- 2 jam/hari (13.00 +- 2 jam/hari (13.00 WIB


WIB s.d 15.00 WIB) s.d 15.00 WIB)
Gangguan tidur Klien tidur di malam hari Klien tidur di malam hari
dan siang hari dan siang hari
Keadaan bangun Baik Baik
tidur
Kualitas tidur Klien merasa puas dan Klien merasa puas dan
segar saat terbangun. segar saat terbangun.
Lain-lain - -
Interpretasi : pola tidur dan istirahat klien tidak mengalami masalah

6. Pola kognitif & perceptual


Pola Kognitif
Klien bisa berbicara dengan jelas dan dapat memahami kata-kata. Klien
juga mampu mengingat peristiwa dan nama-nama anggota keluarga serta
tetangga dengan sangat baik.
Fungsi dan keadaan indera :
Penglihatan : klien memakai kacamata rabun dekat karena bawaan
usianya yang sudah 59 tahun.
Pendengaran : klien dapat mendengar suara dengan baik.
Peraba : klien dapat meraba benda baik yang berukuran besar
maupun berukuran kecil dengan baik.
Pengecap : klien mampu membedakan rasa makanan dan minuman
dengan baik.
Penciuman : klien dapat mencium dan membedakan aroma.
Interpretasi : klien tidak mengalami gangguan pola kognitif dan
perceptual.

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri :
Klien terkadang kurang percaya diri terhadap berat badannya.
Identitas Diri :
Klien seorang perempuan
Harga diri :
Klien mengatakan bahwa klien percaya akan dapat menurunkan berat
badannya dan juga berusaha untuk menjaga pola makan serta olahraga
Peran Diri :
Klien tetap berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga
Ideal diri :
Klien mengatakan bahwa harus bisa memiliki berat badan ideal dengan
olahraga dan pola makan sehat agar mengurangi risiko-risiko penyakit.
Interpretasi: klien tidak mengalami masalah pada pola persepsi diri klien

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas
Klien tinggal terpisah dari suami, suami tinggal di Kabupaten Blitar
dikarenakan dulu klien izin merawat ibunya yang sudah tua di
Tulungagung. Dan suami juga merawat ibunya yang sudah tua juga.
Walaupun tinggal terpisah, namun masih sering berhubungan via telefon
dan juga kadang suami datang ke rumah klien. Klien dan suami sama-
sama tidak merasa keberatan atas keputusan yang dibuat mereka berdua.
Fungsi reproduksi
Klien tidak memiliki anak
Interpretasi: pola seksualitas dan reproduksi klien baik.

9. Pola peran & hubungan


Keluarga klien (adik dan keponakan klien yang tinggal bersama klien)
mengatakan bahwa klien merupakan sosok orang yang baik, penyayang,
dan suka menolong.
Interpretasi: pola peran dan hubungan klien dengan orang-orang
disekitarnya terjalin baik.

10. Pola manajemen koping-stress


Saat didalam keluarga klien terdapat permasalahan, klien
mendiskusikannya terkait solusi dari permasalahan tersebut.
Interpretasi : pola koping – stres klien baik

11. Sistem nilai & keyakinan


Klien beragama islam dan mengatakan selalu sholat berjamaah di mushola
dekat rumah, dan mengaji.
Interpretasi : sistem nilai dan keyakinan klien baik.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
Klien tampak kuat, komposmetis (GCS 4-5-6)
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 120/60 mmHg - Nadi : 80 x/mnt reguler
- RR : 23 x/mnt reguler -Suhu : 36,5 oC

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
- Inspeksi = distribusi rambut klien tidak merata dengan bagian tengah
sedikit menipis karena usia, rambut klien yang baru tumbuh berwarna
putih namun klien mengecat rambutnya menjadi hitam, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, bentuk kepala bulat dan simetris, di kepala
tidak ada benjoan.
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
2. Mata
- Inspeksi = alis mata hitam rata, bulu mata simetris, sklera tidak
ikterik, reflek terhadap cahaya positif.
- Palpasi = tidak ada sekret, bentuk mata normal tidak cekung
3. Telinga
- Inspeksi = tidak ada lesi, tidak ada sekret, warna kulit telinga normal,
telinga simetris, pendengaran normal
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
- Inspeksi = hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
tidak ada sekret, rambut hidung panjang normal, warna kulit hidung
normal.
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut
- Inspeksi = mukosa bibir lembab, bibir berwarna pink kemerahan,
terdapat karies pada gigi namun sudah ditambal, terdapat karang gigi,
tidak ada lesi, lidah bersih, tidak ada peradangan tonsil dan faring.
6. Leher
- Inspeksi = warna kulit leher normal dan bersih, leher simetris.
- Palpasi = tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deformitas
tulang leher.
7. Dada
Jantung
- Inspeksi = terlihat detak jantung
- Palpasi = jantung tidak terasa nyeri saat ditekan
- Perkusi = bunyi jantung pekak
- Auskultasi= tidak ada bunyi tambahan pada jantung
Paru
- Inspeksi = betuk dada normal, dada simetris, ekspansi dada simetris.
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan
- Perkusi = sonor
- Auskultasi= suara napas vesikuler
8. Abdomen
- Inspeksi = bentuk perut menggelembung, warna abdomen normal,
tidak ada benjolan dan tidak terjadi hiperpigmentasi serta tidak
ditemukan striae
- Auskultasi = bising usus 5-12 x/menit (normal 5-30 x/menit)
- Perkusi = suara abdomen timpani dan abdomen tidak terisi cairan
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan, hepar dan limpa teraba, tidak ada
pembesaran hepar dan limpa
9. Urogenetal
- Inspeksi = tidak ada pembengkakan, keadaan urogenetalia (alat
kelamin dan anus) bersih
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan
10. Ekstremitas
Ektremitas Atas
- Inspeksi = tidak ada perubahan bentuk tangan kanan dan kiri,
pertumbuhan rambut normal.
- Palpasi = kedua tangan tidak mengalami krepitasi dan nyeri tekan,
tonus otot normal, kekuatan otot tangan kanan dan kiri masing-masing
5
Ekstremitas Bawah
- Inspeksi = tidak ada perubahan bentuk kaki kanan dan kiri,
pertumbuhan rambut normal.
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan pada kaki kanan dan kiri dengan
kekuatan otot kaki kanan dan kiri masing-masing 5.
11. Kulit dan kuku
- Inspeksi = tidak ada hiperpigmentasi dan kuku klien bersih
- Palpasi = turgor kulit normal (elastis), kulit kembali kesemula < 1
detik
12. Keadaan lokal
Keadaan lokal klien tampak kuat
V. Terapi
Amlodipine 5 mg
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan penunjang & laboratorium

Tulungagung, 21 September 2020


Pengambil Data,

(Afif Laily Salsabilla)


B. PROBLEM LIST

NO HARI/ DATA KEMUNGKINAN MASALAH PARAF


TANGG PENUNJANG ETIOLOGI &
AL/JAM NAMA
1. 21 DS : Gaya hidup dan kebiasaan Obesitas
September Klien ⇩
2020 mengatakan Mengonsumsi makanan
19.00 badannya yang tidak sehat, ngemil,
WIB terasa berat, kurang olahraga
klien ⇩
mengatakan Kelebihan zat didalam Sabil
malas tubuh yang tidak
berolahraga dibutuhkan
dan senang ⇩
makan cemilan Penyerapan didalam tubuh
tidak sempurna
DO : ⇩
Berat badan Peningkatan berat badan
klien 76 kg, ⇩
BMI 30,06 Obesitas
2
kg/m
(obesitas
tingkat I),
berat badan
klien lebih
24.7 kg dari
berat badan
ideal (BBI)
yakni 51,3 kg.
2. 21 DS : Obesitas Gangguan
September Klien ⇩ citra tubuh
2020/ mengatakan Perubahan ukuran tubuh
19.00 kurang percaya ⇩
WIB diri dengan Muncul ketidakpercayaan
badan diri
gemuknya ⇩
yang sekarang Gangguan citra tubuh Sabil

DO :
NO HARI/ DATA KEMUNGKINAN MASALAH PARAF
TANGG PENUNJANG ETIOLOGI &
AL/JAM NAMA
Klien tampak
menutupi area
perutnya yang
terlihat
menonjol
dengan
kerudung besar

3 21 DS : Obesitas Kesiapan
September Klien ⇩ peningkatan
2020 mengatakan Perubahan ukuran tubuh pengetahuan
19.00 ingin berusaha ⇩
WIB mengurangi Merasa minder
berat badan ⇩
dan menjaga Keinginan untuk memiliki
kesehatan, BB ideal Sabil
klien bercerita ⇩
saat badannya Keinginan untuk menjaga
bagus dulu kesehatan dimasa tua
klien rajin ⇩
berolahraga Kesiapan peningkatan
dan jarang pengetahuan
ngemil

DO :
Klien tampak
bersemangat
saat
membicarakan
pola diet yang
baik serta
olahraga
C. RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN (PROBLEM-ETIOLOGI-
SIGN-SIMPTOM/PES)
(Sesuai Prioritas)

1) Obesitas b.d kurang aktivitas harian d.d klien mengatakan badannya terasa
berat, klien mengatakan malas berolahraga dan senang makan cemilan,
berat badan klien 76 kg, BMI 30,06 kg/m2 (obesitas tingkat I), berat badan
klien lebih 24.7 kg dari berat badan ideal (BBI) yakni 51,3 kg.

2) Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh d.d klien mengatakan
kurang percaya diri dengan badan gemuknya yang sekarang, klien tampak
menutupi area perutnya yang terlihat menonjol dengan kerudung besar.

3) Kesiapan peningkatan pengetahuan d.d klien mengatakan ingin berusaha


mengurangi berat badan dan menjaga kesehatan, klien bercerita saat
badannya bagus dulu klien rajin berolahraga dan jarang ngemil, klien juga
tampak bersemangat saat membicarakan pola diet yang baik serta
olahraga.
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC) PARAF &


KRITERIA HASIL NAMA
(NOC)
1. Obesitas b.d kurang Tujuan: Manajemen Berat Badan (I.03097)
aktivitas harian d.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kondisi kesehatan pasien
klien mengatakan keperawatan selama 4 x 24 yang dapat memengaruhi berat badan
jam diharapkan 2. Hitung berat badan ideal pasien
badannya terasa berat,
3. Fasilitasi menentukan target berat badan
klien mengatakan KH: yang realistis
malas berolahraga dan Berat badan (L.05038) 4. Jelaskan hubungan antara asupan
senang makan 1. Berat badan membaik makanan, aktivitas fisik, penambahan
cemilan, berat badan (skala 5) berat badan, dan penurunan berat badan
klien 76 kg, BMI 2. Tebal lipatan kulit
30,06 kg/m2 (obesitas membaik (skala 5) Edukasi Diet (I.12369)
3. IMT membaik (skala 5) 1. Identifiksi kemampuan pasien dan
tingkat I), berat badan
keluarga menerima informasi Sabil
klien lebih 24.7 kg 2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
dari berat badan ideal 3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat
(BBI) yakni 51,3 kg. ini dan masa lalu
4. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
5. Anjurkan mengganti bahan makanan
sesuai dengan diet yang diprogramkan
6. Identifikasi keterbatasan finansial untuk
menyediakan makanan
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
1. Identifikasi keyakinan kesehatan tentang
latihan fisik
2. Identifikasi pengalaman olahraga
sebelumnya
3. Identifikasi motivasi individu untuk
memulai atau melanjutkan program
olahraga
4. Idenetifikasi hambatan untuk
berolahraga
5. Monitor kepatuhan menjalankan
program latihan

2 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
1. Identifikasi harapan citra tubuh
b.d perubahan bentuk keperwatan selama 4 x 24
jam diharapkan berdasarkan tahap perkembangan
tubuh d.d klien 2. Identifikasi budaya, agama, jenis
kelamin, dan umur terkait citra tubuh
mengatakan kurang KH:
3. Monitor frekuensi pernyataan kritik
percaya diri dengan Citra tubuh (L.09067) terhadap diri sendiri
1. Verbalisasi perasaan 4. Diskusikan cara mengembangkan
badan gemuknya yang
negative tentang harapan citra tubuh secara realistis
sekarang, klien perubahan tubuh 5. Diskusikan kondisi stress yang
membaik (skala 5) memengaruhi citra tubuh
tampak menutupi area
2. Verbalisasi perubahan
perutnya yang terlihat Promosi Kepercayaan Diri (I.09310)
gaya hidup (skala 5) 1. Identifikasi ungkapan verbal dan
menonjol dengan 3. Menyembunyikan Sabil
nonverbal yang tidak sesuai
kerudung besar. bagian tubuh berlebihan 2. Identifikasi masalah potensial yang
membaik (skala 5) dialami
3. Gunakan teknik mendengarkan aktif
mengenai harapan pasien
4. Diskusikan rencana mencapai tujuan
yang diharapkan
5. Diskusikan rencana perubahan diri

3 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Latihan Fisik (I.12389)


pengetahuan d.d klien keperawatan selama 4 x 24 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
mengatakan ingin jam diharapkan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan
berusaha mengurangi
kesehatan
berat badan dan KH: 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
menjaga kesehatan, Tingkat pengetahuan kesepakatan
klien bercerita saat (L.12111) 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
badannya bagus dulu 1. Perilaku sesuai anjuran 5. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
klien rajin berolahraga (skala 5) fisiologis olahraga
dan jarang ngemil, 2. Verbalisasi minat dalam 6. Jelaskan jenis latihan yang sesuai
belajar (skala 5) dengan kondisi kesehatan Sabil
klien juga tampak
3. Kemampuan 7. Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas
bersemangat saat program latihan yang diinginkan
membicarakan pola menjelaskan
8. Ajarkan latihan pemanasan dan
diet yang baik serta pengetahuan tentang pendinginan yang tepat
olahraga. suatu topik (skala 5)

Anda mungkin juga menyukai