MODUL 1
BUANG AIR BESAR BERDARAH
(K1A1 12 043)
(K1A1 13 115)
(K1A1 14 005)
(K1A1 14 006)
(K1A1 14 007)
(K1A1 14 059)
(K1A1 14 060)
La Ode Muh.Widodo
Nahoya
Resky Syarifuddin
Riswani Sendana
Wa Ode Nafisah
Muhammat Resky
(K1A1 14 061)
(K1A1 14 104)
(K1A1 14 106)
(K1A1 14 107)
(K1A1 14 127)
(K1A1 14 032)
MODUL 2
BUANG AIR BESAR BERDARAH
Skenario 1
Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
utama berak encer yang disertai darah dan lendir. Keluhan ini dirasakan sejak
beberapa bulan yang lalu. Wanita ini juga mengeluh sakit perut yang sifatnya
hilang timbul dan penurunan berat badan kurang lebih 5 kg dalam satu bulan
terakhir. Ia berusaha mengobati penyakitnya dengan meminum obat anti diare
namun tidak memberikan hasil. Pemeriksaan fisis menunjukkan adanya anemia
dan nyeri perut khususnya pada regio bawah abdomen.
Kata Sulit
1. Berak encer
Berak encer adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.
Kata Kunci
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Wanita
Usia 45 tahun
Berak encer disertai darah dan lendir beberapa bulan yang lalu
Sakit perut yang hilang timbul pada regio bawah abdomen
Penurunan BB kurang lebih 5 kg dalam satu bulan terakhir
Meminum obat anti diare namun tidak memberikan hasil
Anemia
Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi, histologi, fisiologi dan biokimia dari saluran pencernaan
2. Sebutkan dan jelaskan penyakit penyakit yang memiliki gejalah buang
air besar berdarah
3. Sebutkan dan jelaskan penyakit penyakit yang membedakan nyeri
abdomen bawah
4. Jelaskan patomekanisme gejalah pada skenario
5. Sebutkan dan jelaskan agen agen obat anti diare
6. Jelaskan langkah langkah penegakan diagnosis
7. Jelaskan diagnosis sementara dan diagnosis banding
8. Jelaskan faktor resiko diagnosis sementara
9. Jelaskan penatalaksanaan dan pencegahan diagnosis sementara
10. Jelaskan prognosis dan komplikasi dari diagnosis sementara
Jawaban
1. Anatomi, histologi, fisiologi dan biokimia dari saluran pencernaan
Anatomi dan Histologi sistem pencernaan
Traktus Gastrointestinal adalah saluran otot fleksibel dari mulut
menuju esofagus, lambung,usus halus, usus besar, dan rektum sampai ke anus.
Saluran yang dilewati oleh makanan dari awal sampai akhir. Ruang
di dalam traktus gastrointestinal disebut dengan lumen, menyambung
terus dari ujung satu ke ujung lainnya. Hanya zat gizi atau zat lain yang
dapat menembus
tubuh semestinya banyak juga zat atau bahan lain yang melewati traktus
gastrointestinal tanpa dicerna atau diabsorpsi.
A. Mulut
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Waktu kita mengunyah,
gigi geligi memecah makanan menjadi bagianbagian kecil, sementara
makanan bercampur dengan cairan ludah untuk memudahkan proses
menelan. Proses mengunyah ini sering disebut dengan mastikasi.
Cairan ludah disekresikan oleh tiga pasang kelenjar ludah yang
berlokasi di kepala, dialirkan ke dalam mulut melewati berbagai
saluran. Kelenjar ludah mengeluarkan cairan yang terdiri dari atas
mukus (lendir), garamgaram dan enzim pencernaan yaitu enzim
amilase yang memulai proses pencernaan karbohidrat.
Air
ludah
berupa
mukus
membasahi
makanan
sehingga
basah
sehingga
memudahkan
gerakan
makanan
serta
rasa
di
yang
makanan
dalam
kita
saja,
rongga
gunakan
tetapi
mulut,
bukan
hanya
untuk
juga memindahmindahkan
membantu
mengunyah
dan
lambung menuju usus halus. Setelah bolus yang berasal dari esofagus
masuk ke dalam lambung, dinding lambung mengeluarkan sekresi untuk
keperluan pencernaan makanan. Pada pintu lambung ada sfingter
dan
enzimenzim
pencernaan,
selsel
tersebut
ditelan
bersama
yang
natrium
memecah
komponennya.
suspensi
lemak
tersebut
menjadi
komponen
Sifat
netral
pertumbuhan
cairan
bakteri.
halus
Dalam
dan
usus
besar
keadaan sehat,
memungkinkan
usus
menunjang
tidak
limfe
tidak
mengatur
pergerakan
gastrointestinal,
dan
pleksus
submukosa
berhubungan
dengan kedua
pleksus
mienterikus
dan
tidak
bergantung
oleh
sistem
dari
sarafsaraf
parasimpatis
ekstrinsik
ini,
partikel-partikel
tersebut
menyatu,
serta
menghasilkan
ujung
esofagus,
mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke
lambung. Kata peristalsis merujuk kepada kontraksi otot polos sirkular
berbentuk cincin yang bergerak progresif maju, mendorong bolus ke
bagian di depannya yang masih melemas (Gambar 16-6). Gelombang
peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik unruk mencapai
ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat
menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus.
Jika bolus yang tertelan besar atau lengket, misalnya potongan roti
lapis selai kacang, tidak dapat didorong mencapai lambung oleh
gelombang peristalsis primer, maka bolus yang tertahan tersebut akan
meregangkan esofagus, merangsang reseptor tekanan di dindingnya.
Akibatnya, terjadi pengaktifan gelombang peristaltik kedua yang lebih
kuat, yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat peregangan.
Gelombang peristaltik kedua ini tidak melibatkan pusat menelan, dan
yang bersangkutan tidak menyadari kejadiannya. Peregangan esofagus
juga secara refleks meningkatkan sekresi liur. Bolus yang terperangkap
akhirnya terlepas dan bergerak maju melalui kombinasi pelumasan oleh
liur tambahan yang tertelan dan gelombang peristaltik kedua yang kuat.
Peristalsis
esofagus
sedemikian
efektif
sehingga
anda
dapat
Meskipun
HCI
sebenarnya
tidak
mencerna
apapun
(yaitu,
tidak
menguraikan
kimiawi
narnun
ikatan
nutrien),
zat
melakukan
ini
fungsi-
Seperti
pepsinogen,
enzim-enzim
pankreas
setelah
diproduksi,
kemudian
dilepaskan
dengan
eksositosis
sesuai
enzim
proteolitik
utama
pankreas
adalah
nipsinogen,
dan
usus
besar.
Usus
halus
dibagi
menjadi
tiga
tanpa
banyak
mengganggu
penyerapan-dengan
satu
sel
usus
meneruskan
penguraian
disakarida ini
menjadi unitunit
amino diserap menembus sel usus oleh transpor aktif sekunder, serupa
dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Karena itu, glukosa,
galaktosa, dan asam amino semuanya mendapar "rumpangan gratis"
untuk masuk dari transpor Na- yang membutuhkan energi. Peptida kecil
memperoleh jalan masuk melalui pembawa yang berbeda dan diuraikan
menjadi asam-asam amino konstituennya oleh aminopeptidase di
membran
brush
border
atau
oleh
peptidase
intrasel.
Seperti
wanita memiliki tempat transpor aktif sekitar empat kali lebih banyak
daripada pria. Tingkat penyerapan besi yang masuk oleh sel epitel
bergantung pada jenis besi yang dikonsumsi (besi fero, Fe2+, lebih mudah
diserap daripada besi feri, Fe3+). Juga, adanya bahan lain di lumen dapat
meningkatkan atau menghambat penyerapan besi. Sebagai contoh,
vitamin C meningkatkan penyerapan besi, terutama dengan mereduksi
besi feri menjadi fero. Fosfat dan oksalat, sebaliknya, berikatan dengan
besi yang masuk untuk membentuk garam besi tak larut yang tidak dapat
diserap.
f. Penyerapan kalsium
Jumlah kalsium (Ca2+) yang diserap juga diatur. Penyerapan Ca2+
sebagian dilakukan oleh difusi pasif tetapi umumnya dengan transpor
aktif, Vitamin D sangat meningkatkan transpor aktif ini. Vitamin D
melaksanakan efek ini hanya setelah ia diaktifkan di hati dan ginjal, suatu
proses yang didorong oleh hormon paratiroid. Karena itu, sekresi hormon
paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan konsentrasi
Ca2+ dalam darah. Dalam keadaan normal, sekitar 1000 mg Ca2+
dikonsumsi setiap hari namun hanya dua pertiga diserap di usus halus
dan sisanya keluar melalui tinja.
6. Usus besar
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum
membentuk kantung buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan
usus besar di katup ileosekum. Tonjolan kecil seperti jari di dasar sekum
adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit (lihat
h. 448). Kolon, yang membentuk sebagian besar usus besar, tidak
bergelung seperti usus halus tetapi terdiri dari tiga bagian yang relatif
lurus - kolon asendens, kolon trans' uersum, dan kolon desendens. Bagian
terakhir kolon desendens membentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid
(sigmoid artinya "berbentuk S"), kemudian lurus untuk membentuk
rektum (rektum artinya "lurus").
Kolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per
hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah
diselesaikan di usus halus maka isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari
residu makanan yang tak tercerna (misalnya selulosa), komponen
empedu yang tidak diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H 2O dan
garam dari isi lumennya. Apa yang tertinggal dan akan dikeluarkan
disebut feses (tinja). Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan
tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di
dalam diet membentuk sebagian besar massa dan karenanya membantu
mempertahankan keteraturan buang air.
Ketika gerakan massa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum,
peregangan yang terjadi di rektum merangsang reseptor regang di
d. Penyakit divertikular
Penyakit divertikular merupakan suatu kelainan, dimana terjadi herniasi
mukosa/submukosa dan hanya dilapisi oleh tunika serosa pada lokasi
dinding kolon yang lemah yaitu tempat dimana vase rekta menembus
melibatkan
semua
lokasi
pada
traktus
digestivus
(traktus
bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul akibat
tekanan pada struktur tersebut.
Karsinoma kolon kanan (isi kolon berupa cairan) cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali. Dapat terjadi obstruksi karena lumen usus
lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi
dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan uji guaiak (uji
sederhana yang dapat dilakukan diklinik)
i. Polip kolon
Polip kolon dalam klinik dipakai untuk menggambarkan tiap kelainan
yang jelas (any circumscribed lesion), yang menonjol diatas permukaan
mukosa yang mengelilinginya. Gejala : umumnya asimtomatik, umumnya
yang ditemukan adalah perdarahan rektum, gejala lain yang ditemukan
berupa diare/konstipasi dengan penurunan jumlah fases. Perdarahan kronik
menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
j. Kolitis ulseratif
Kolitis ulseratif adalah peradangan kolon nonspesifik yang umumnya
berlangsung lama disertai masa remisi dan eksarbasi yang berganti-ganti.
Gejala : nyeri abdomen, diare dan perdarahan rektum.
k. Disentri basiler (shigelosis)
Merupakan infeksi akut ileum terminalis dan kolon yang disebabkan oleh
bakteri genus shigella. Gejala klinis : masa tunas berkisar antara 7 jam
sampai 7 hari. Pada dasarnya gejala klinis shigeleosis bervariasi lama gejala
rerata 7 hari pada orang dewasa, namun dapat berlangsung sampai 4
minggu. Jika tidak diobati dengan baik dan berlangsung lama maka
gejalanya menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien nyeri perut
bawah, rasa panas rektal, diare, demam mencapai 40 derajat C, selanjutnya
diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus
dan nafsu makan menurun. Pada anak didapatkan demam tinggi
dengan/tanpa kejang, delirium, nyeri kepala, kaku kuduk, dan letargi.
l. Tukak peptik
Tukak peptic adalah suatu keadaan dimana terjadi defek mukosa berbatas
tegas yang dapat menembus hingga ke muskularis mukosa. Gejala dari
penyakit ini mempunyai berbagai tampilan klinis mulai dari asimtomatik
sampai komplikasi berat seperti perdarahan. Nyeri epigastrium merupakan
gejala paling dominan, umumnya nyeri bersifat episodik dengan periode
eksaserbasi selama beberapa minggu yang diikuti dengan periode remisi
selama beberapa minggu. Nyeri timbul 2-3 jam setelah makan dan
membangunkan penderita dari tidurnya dimalam hari. Nyeri berkurang
dengan makan, minum susu atau antasida.
Perubahan pola nyeri dan timbulnya gejala-gejala baru perlu diwaspadai.
Nyeri yang menjalar kepunggung dapat merupakan gejala timbulnya
penetrasi posterior. Rasa kembung, mual, muntah beberapa jam setelah
makan dapat merupakan gejala obstruksi pada outlet gaster. Hematemesia
dan melena menunjukkan adanya komplikasi berat.
m. Kanker gaster
Penyebab utama kanker gaster adalah bakteri H. pylori. Infeksi H. pylori
menginduksi terjadinya inflamasi kronis yang bersifat karsinogenik karena
meningkatnya stress oksidatif, pembentukan radikal bebas, sitokin
proinflamasi, pengantian sel dan potensial terjadinyaperbaikan DNA yang
tidak sempurna. Infeksi H. pylori akan berkembang menjadi ulkus gaster,
gastritis atrofi dan perubahan metaplastik pada mukosa.
Diagnosis berdasarkan gejala klinik sulit dilakukan karena sebagian besar
asimtomatik atau berjalan tidak spesifik. Gejala yang umum ditemukan
adalah penurunan nafsu makan, rasa tidak nyaman diperut, penurunan berat
badan, mudah lelah (karena anemia), mual, muntah dan melena.
3. Penyakit penyakit yang memiliki gejala perut regio bawah abdomen yaitu :
1. Kuadran kanan bawah :
a. Apendisitis kronis
Apendisitis kronis adalah suatu gangguan yang terjadi pada apendiks
(umbai cacing) yang disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga menyebabkan
peradangan. Apendisitis kronis merupakan lanjutan dari apendisitis akut.
g. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing di dalam rahim.
h. Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinnya, hernia di
bagi atas hernia bawaan/congenital dan hernia dapatan/akuisita (di dapat).
Berdasarkan letaknya, hernia di beri nama sesuai dengan lokasi anatominya,
seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.
2. Kuadran kiri bawah :
a. Diventrikulitis
Divertikulitis adalah radang akut dalam divertikel tanpa atau dengan
perforasi. Biasanya radang disebabkan oleh retensi feses di dalamnya.
b. Regional enteritis (penyakit crohn)
Regional enteritis adalah gangguan peradangan yang terus menerus
dan melibatkan semua lokasi pada traktus digestivus (traktus
gastrointestinalis) dari mulut-anus. Akan tetapi umumnya terutama
mengenai bagian akhir usus halus, yakni ileum sehingga sering juga
disebut sebagai ileitis/enteritis.
c. Batu ginjal/ureter
Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal dan
mengandung komponen Kristal serta matriks organic. Lokasi batu ginjal
dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di
ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung
batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat atau kalsium fosfat, secara
bersama dapat dijumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan batu
ginjal.
d. PID (Pelvic Inflammatory Disease)
aneurysm,yang
paling
sering
adalah
aneurisma
aorta
bervariasi
dalam
hal
pengeluaran
tinja,
volume,
dan
saraf
(termasuk Irritable
Bowel
Syndrome)
dan
bahwa perdarahan saluran cerna terjadi pada bagian usus proximal atau
bagian usus distal dengan masa transit yang lama sehingga memberi
kesempatan
bakteri
untuk
mengoksidasi
hemoglobin.
Sedangkan
Absorpsi besi dan berbagai vitamin terjadi pada usus halus bagian
atas, sementara absorpsi vitamin B12 terjadi pada ileum terminalis.
Jika usus halus mengalami gangguan, misalnya peradangan, maka
dapat menyebabkan gangguan absorpsi zat-zat yang dibuthkan dalam
pembentukan hemoglobin sehingga dapat menyebabkan anemia.
4. Perdarahan saluran cerna
Perdarahan saluran cerna yang massif ataupun yang sedikit namun
perlangsungannya kronis dapat menyebabkan anemia.
Selain itu, anemia prevalensinya lebih tinggi pada wanita.
4. Berat Badan Menurun
Penurunan berat badan terjadi jika pengeluaran energy melebihi kalori
intake. Berat badan menurun dapat disebabkan oleh banyak hal.
Sehubungan dengan scenario, penyebabnya dapat berupa:
1. Kurang nafsu makan
2. Gangguan absorbsi
3. Kehilangan cairan berlebih
Perlu diingat bahwa penurunan berat badan tanpa diiringi gejala lain,
dan utamanya bila ringan (< 3 kg dalam 6 bulan), biasanya tidak
mengindikasikan adanya penyakit tertentu.
5.Agen agen obat anti diare
Umumnya diare nonspesifikdapat sembuh dengan sendirinya, namun untuk
mengurangi gejala diare dapat diberikan beberapa obat, antara lain
antimotilitas,
antisekretori
dan
obat-obat
lainnya
seperti
probiotik,
motilitas usus, meningkatkan reabsorbi elektrolit dan air. Hal ini juga
menurunkan sekresi pada saluran cerna, yang berkontribusi pada efek antidiare.
Loperamid tidak disarankan untuk anak umur kurang dari 6 tahun karena
akan meningkatkan efek samping seperti ileus dan toxic megacolon. Dosis
untuk dewasa adalah 4 mg per oral, diikuti dengan 2 mg setiap setelah buang
air, sampai dengan 16 mg per hari.
B. Antisekretori
a. Bismut subsalisilat
Mekanisme kerjanya dengan memproduksi antisekretori dan efek anti
mikroba, juga memiliki anti inflamasi. Biasanya diberikan sebagai
antidiare dan antasida lemah.
Bismut salisilat diindikasikan pengobatan gangguan pencernaan seperti
konstipasi, mual, nyeri abdomen, diare, dan tidak diperbolehkan pada
penyakit akibat virus seperti campak atau influenza pada pasien dengan
umur dibawah 18 tahun.
Dosis maksimum per hari adalah 4 g. Bentuksediaan yang ada adalah
tablet kunyah 262 mg, 262 mg/5 ml cairan, 524 mg/15 ml cairan.
b. Racecadotril
Racecadotril adalah enkephalinase inhibitor (non opiat) dengan
aktivitas antisekretori yang dapat digunakan untuk diare tanpa kolera.
Enkephalin adalah senyawa endogan opiat dalam usus yang memiliki efek
antisekretori dan aktivitas proabsortif pada usus halus. Racecadotril
digunakan sebagai antisekretori tanpa memberikan efek pada saluran
cerna. Biasanya diberikan dengan dosis 100mg 3 kali sehari sebelum
makan.
C. Adsorben
Adsorben merupakan obat yang umumnya digunakan pada terapi
simtomatik pada diare, yang mekanisme kerjanya tidak spesifik, adsorbsi
meliputi nutrisi, toksin, obat dan digestiv juice. Adsorben meliputi
attpulgit, kaolin dan pektin.
Mekanisme adsorben yaitu dengan mengabsorbsi toksin mikroba dan
mikroorganisme pada permukaannya. Adsorben tidak diabsorbsi oleh
saluran cerna toksin mikrroba dan mikroorganisme langsung dikeluarkan
bersama feses. Beberapa polimer organik hidrofilik adsorben, mengikat air
Inspeksi
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Apa yang
diinspeksi:
a. Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya , striae, dilatasi
vena
b. Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda tanda peradangan dan hernia
umbilikalis.
c. Kontour dari abdomen. Apakah datar ( flat ), gembung ( protuberant),
rounded Scaphoid, ( concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal
dan femoral
d. Simetrisitas dari abdomen
e. Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah
hepar membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum .
f. Apakah ada massa /tumor
g. Lihat Peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal
pada orang sangat kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
h. Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio
epigastrica .
Auskultasi
Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya
stenosis arteri atau adanya obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik
dilakukan sebelum palpasi dan perkusi karena palpasi dan perkusi akan
mempengaruhi frekwensi dari bising usus. Letakan stetoskop di abdomen
secara baik .
Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekwensi dan karakternya. Normal
bunyi usus terdiri dari Clicks dan gurgles dengan frekwensi 5 12 kali
permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi Borborygmi yaitu bunyi
usus gurgles yang memanjang dan lebih keras karena hyperperistaltik.
Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi intestinal,
ileus paralitik, dan peritonitis.
Palpasi
Palpasi
organ dan masa yang superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi
horizontal, mempergunakan ujung ujung jari cobalah gerakan yang enteng
dan gentle.
Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan
gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa,
area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme).
Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang
susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen.
Dengan menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah
palpasi diseluruh kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran,
bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. Massa dalam
abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara: fisiologis seperti
uterus yang hamil; inflamasi seperti divertikulitis kolon, pseudokista
pancreas; vascular seperti aneurysma aorta; neoplastik seperti mioma uteri,
kanker kolon atau kanker ovarium atau karena obstruksi seperti pembesaran
vesika urinaria karena retensi urin.
Perkusi
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya
hepar dan kadang limpa, mengetahui adanya cairan ascites, massa padat,
massa yang berisi cairan, dan adanya udara dalam gaster dan usus.
Lakukan perkusi yang benar diatas keempat kwadran untuk menilai
distribusi dari tympani dan pekak (dullness). Tympani biasanya menonjol
bila adanya gas dalam traktus digestivus, sedangkan cairan normal dan feces
menyebabkan bunyi pekak (dullness). Catat dimana tympani berubah
menjadi pekak pada masing-masing sisi.
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
Sebelum melakukan pemeriksaan secara mikroskopis, terlebih dahulu harus
dapat
dikerjakan
dengan koagulasi-elektris.
Pengalaman
menunjukan, bahwa prosedur tersebut cukup aman dan tidak sulit bila
dikerjakan oleh seorang ahli endoskopi yang terlatih dan berpengalaman.
Sebaiknya polip tidak di biopsi karena spesimen biopsi kurang representatif.
Suatu adenoma villosa yang lebih besar dari 2 cm lebih baik tidak
dikeluarkan secara polipektomi endoskopik, tetapi perlu dilakukan reseksi
oleh ahli bedah.
Sebelum polipektomi, usus harus dibersihkan dengan baik dan tidak
boleh kotor. Usus yang tidak bersih mengandung banyak gas-gas seperti
metan dan hidrogen yang dapat menimbulkan peledakan bila terkena aliran
listirk. Premedikasi biasanya tidak diperlukan. Kadang-kadang diperlukan
lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi
dan darah bersifat samar dan hanya bisa dideteksi dengan uji guaiak.
Perdarahan dapat bersifat intermitten, sehingga diindikasikan pemeriksaan
endoskopi atau radiografi usus besar. Mukus jarang terlihat, karena
tercampur dalam feses. Pada orang kurus, tumor kolon kanan dapat diraba,
tetapi tidak khas pada stadium awal. Penderita mungkin merasa tidak enak
pada abdomen dan kadang pada epigatrium.
Terapi
Terapi karsinoma kolon dan rektum adalah pengangkatan tumor dan
pembuluh limfe secara pembedahan. Tindakan yang paling sering dilakukan
adalah
hemikolektomi
kiri
atau
reseksi
anterior
dan
reseksi
3.
GEJALA KLINIK
KU
CP
IBD
Diare kronik
++
++
Hematokezia
++
Nyeri perut
++
Massa intra
++
abdomen
Fistulasi
+/-
++
Stenosis/striktur
++
Keterlibatan usus
+/-
++
halus
Keterlibatan
85%
50%
rectum
GK
ekstraintestinal
Megakolon toksik
+/-
Inflamatory Bowe
3. Inflamatory Bowel Disease (IBD)
Definisi
IBD adalah penyakit inflamasi kronik yang melibatkan saluran cerna,
bersifat remisi da relaps (kambuhan) dengan penyebab pastinya sampai saat
ini belum diketahui jelas. Secara garis besar IBD dibagi atas colitis ulseratif,
penyakit chron dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut maka
dimasukkan ke dalam kategori indeterminate colitis
Epidemiologi
IBD cenderung mempunyai puncak usia pada usia muda (25-30 tahun)
dan tidak ada perbedaan bermakna antara wanita dan laki-laki, lebih banyak
pada kulit putih, IBD banyak terdapat pada orang yahudi, cenderung terjadi
pada kelompok social ekonomi tinggi, pemakaina kontrasepsi oral dan diet
rendah serat. Berdasarkan data dari unit-unit endoskopi di Jakarta
dilaporkan penyakit chron terdapat pada 1,4-5,2% dari total pemeriksaan
endoskopi
Etiopatogenesis
gejala
ekstraintestinal
seperti
arthritis,
uveitis,
pioderma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perforasi
Abses
Fistula
Obstruksi
Stenosis usis akibat fibrosis
Perdarahan
Degenerasi maligna
Prognosis
CP bersifat remisi dan cukup banyak dilaporkan remisi spontan dan
dalam jangka waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada
tidaknya komplikasi atau tingkat respon terhadap pengobatan.
4. Kolitis ulseratif
Definisi
Penyakitin flamasi mukosa yang membentuk abses di dikripta
lieberkuhn dan bergabung menjadi tukak. Daerah antara ulkus tampak udem
dan terjadi proliferasi radang yang mirip dengan polip (pseudopolip atau
polip radang). Kebanyakan colitis ulserosa ditemukan direktum dan
Penyakit ini sering meluas dicolon desendens.
Epidemiologi
Penyakit ideopatik ini terutama ditemukan pada usia muda (15-30
tahun) dan lanjut usia (60-80 tahun); jumlah penderita perempuan sedikit
lebih banyak dari pada laki-laki. Dinegara barat, insidensnya sedikit lebih
tinggi.
Etiologi
Penyebab tidak diketahui, kemungkinan ada peran reaksi autoimun
terhadap rangsangan dari luar.
Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari keadaan umum adalah Konsep
imunologik yang disebut GALT (gut-associated lymphoid tissue) atau
system imun mukosa usus besar (SIMUB) yang terpicu oleh intervensi
antigen berasal dari komponen nutrisi atau agen infeksi seperti bakteri
maupun
virus
dimana
patogenik
peradangan
dimulai
dengan
sel-sel
SIMUB
(GALT)
yang
menimbulkan
kekacauan
tampak
gambaran
radang.
Pada pemeriksaan
laboratorium,
didapatkan anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah. Tidak ada
pemeriksaan atau uji yang khas. Kolonoskopi harus dibuat dengan hati-hati
karena dinding kolon yang tipis.
Komplikasi
Dapat ditemukan pada anus dan kolon. Pada anus dapat terjadi fisura,
abses perineal, dan fistel perineal, sementara dikolon dapat terjadi perforasi
terutama di sigmoid dan kolon desendens. Komplikasi yang lain berupa
dilatasi toksik, yang biasanya menyebabkan perforasi yang fatal.
Penatalaksanaan
Terapi konservatif misalnya :istrahati, diet, pemberian sulfasalazine,
dan kortikosteroid local atau sistemik.
Umumnya dianjurkan kolektomi total anastomosis ileoanal dengan
kantong ileal. Mukosa rectum seluruhnya turut dikeluarkan dengan
sangat
bervariasi,
klinis
pasien
amoebiasis
sangat
bervariasi,mulai
dan
gejala
atau
keluhan
ringan
seperti
bertahun-tahun,neurasthenia,serangan
diare
biasanya
timbul
karena
tingkat
umur.
Kemungkinan
tidak
dilaporkannya
kolitis
Faktor Genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada
kulit hitam dan orang cina dan insidensnya meningkat (3 sampai 6 kali
lipat) pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non yahudi. Hal ini
b.
c.
d.
rencana
diagnostik,
rencana
terapeutik,
dan
rencana
laboratorik,
pANCA
tidak
ada
(perinuclear
parameter
antineutrophil
yang
dengan
cytoplasmic
berulang
dengan
mempertahankan
remisi
selama
kemudian
diikuti
dengan
dosis
pemeliharaan.
Dosis
Agen lain adalah obat yang bekerja pada interleukin 6 (IL-6) sebagai
salah satu sitokin proinfl amasi. Penggunaan tocolizumab, suatu anti IL-6,
menunjukkan respons kilnis sebesar 70% setelah 6 minggu. 16 Terakhir,
sedang dikembangkan penggunaan G-CSF (fi lgrastim) dan GM-CSF
(sargramostim), suatu growth factor. Meski menjanjikan, mekanisme kerja
kedua modalitas ini belum jelas.2
Secara umum, semua modalitas sangat menjanjikan namun
masih sangat mahal. Di-harapkan, golongan obat baru ini dapat lebih
terjangkau sehingga dapat diimplementasikan secara nyata dalam
terapi IBD.
10.Prognosis dan komplikasi dari DS
A. Inflammatory bowel disease (IBD)
Prognosis
Ulceratif Colitis (UC) dan Chorn Disease (CD) memiliki angka
mortalitas yang hampir sama. Walaupun satu mortalitas UC menurun dalam
40-50 tahun terakhir ini. Namun, kebanyakan studi mengatakan bahwa
adanya peningkatan mortalitas yang berhubungan dengan IBD. Penyebab
tersering kematian pada pasien IBD adalah penyakit primer, yang diikuti
dengan keganasan, penyakit tromboemboli, peritonitis dan sepsis, dan
komplikasi pembedahan.
Penyakit IBD tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-gejala pada
IBD biasanya akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus
dan hanya dibawah 5% yang memburuk dan sisanya dengan gejala yang
menetap.
Penyakit dengan IBD lebih mudah mengarah ke keganasan. Penyakit
dengan CD memiliki angka yang lebih tinggi untuk terjadinya keganasan
pada usus halus. Penyakit dengan pancolitis khususnya UC, akan beresiko
lebih tinggi berkembang menjadi malignansi kolon setelah 8-10 tahun.
Standard terkini untuk screening adalah mendeteksi dengan kolonoskopi
dalam interval 2 tahun saat pasien mengidap penyait tersebut. Morbiditas
jangka panjang dapat terjadi akibat dari komplikasi obat-obatan khususnya
penggunaan steroid jangka panjang.
Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Krippling osteoporosis
3. Hipercoagulasi
4. Anemia
5. Batu empedu
6. Kolongitis sklerotik primer
7. Apthous ulcer
8. Cretis/uveitis
9. Epidklerisis
10. Pyoedema gangrenosus
11. Erythema nodosum
B. Ca Colon
Prognosis
Prognosis dari Ca Colon tergantung dari stadium penyakit. Pasien
dengan diferensiasi baik (stadium 1 dan 2) mempunyai 5 tahun survival
lebih baik daripada pasien dengan diferensiasi yang buruk (stadium 3 dan
4).
Komplikasi:
1. Pertumbuhan tumor dapat menimbulkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
2. Metastasis ke organ sekitar (perkontuinitatum, hematogen dan
limfogen)
3. Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi
4. Peritonitis atau sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2009, Tumor kolorektal, dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam,
eds. A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M.Simadibarata, S. Setiati,
Interna Publishing, Jakarta.
Bakry, H.A. 2009, Polip kolon, dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam, eds. A.W.
Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M.Simadibarata, S. Setiati, Interna
Publishing, Jakarta.
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Firmansyah mohammad adi. 2013. Perkembangan Terkini Diagnosis
dan Penatalaksanaan Imflamatory Bowel Disease. Jakarta : FK UI.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Nainggolan, O., et al. 2009,Faktor-faktor berhubungan dengan tumor/kanker
saluran cerna,Maj Kedokt Indon, Vol. 59, No. 11, Hh. 516.
Price, Sylvia A., et al. 1995, Patofisiologi Jilid I Edisi IV, EGC, Jakarta
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit
Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit
Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC
Rani, Aziz, dkk. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta Pusat : Ilmu Penyakit
Dalam
Rani, Aziz, dkk. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta Pusat : Ilmu Penyakit
Dalam
Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat-de jong.2010.buku ajar ilmubedah.jakarta:EGC
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I EdisiV.
Jakarta Pusat : Ilmu Penyakit Dalam
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I EdisiV.
Jakarta Pusat : Ilmu Penyakit Dalam
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II EdisiV.
Jakarta Pusat : Ilmu Penyakit Dalam
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim serta Gangguan Lainnya. Jakarta : Pustaka Populer
Obor