Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

MODUL I
“MUNTAH BERAK ”

KELOMPOK 3 (TIGA) :

Pembimbing : dr.Muh.Ali Hi. Palanro

Stefania Anggi Sasmita (19777021)


Muhammad Arya Alfath (19777022)
Muh.Asyadul Islam (19777025)
Faizah Nur Rizqiyani (19777026)
Siti Magfira Fahmi Dako (19777029)
Syila Fadhillah Basalamah (19777030)
Jihan Oktafiani (19777033)
Sri Rahayu Oktaviana ST (19777034)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. SKENARIO
Skenario 1
“Muntah Berak”
Seorang Perempuan usia 31 tahun dibawa ke Puskesmas
Mabelopura, jam 5 subuh karena muntah-muntah dan berak
encer lebih dari 10 kali, mulai sakit perut kira-kira jam 2 siang
kemarin dan berak encer mulai pada jam 9 malam tadi.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan tekanan darah 90/50
mmHg,nadi 120 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit dan suhu
37OC, turgor kulit kurang.

B. KATA SULIT
1) Turgor kulit
Gambaran elastisitas kulit, diukur dengan waktu
yang diperlukan oleh kulit lengan bawah untuk
kembali ke posisi semula setelah sedikit dicubit
menggunakan ibu jari dan telunjuk pemeriksa.
2) Berak encer
Sering buang air besar dengan tinja berbentuk cair
atau stengah padat dengan kandungan air pada tinja
lebih banyak dari biasanya.

C. KATA KUNCI
1) Seorang perempuan berusia 31tahun
2) Muntah-muntah dan berak encer lebih dari 10x
3) Sakit perut mulai jam 2 siang
4) Berak encer mulai jam 9 malam
5) Dibawa ke puskesmas jam 5 subuh
6) Tekanan darah 90/50 mmHg
7) Nadi 120 kali/menit
8) Pernapasan 20 kali/menit
9) Suhu 37 derajat celcius
10) Turgor kulit berkurang

D. RUMUSAN MASALAH
1. apa definisi diare?
2. Jelaskan bagian anatomi,histologi, biokimia dan fisiologi sistem
pencernaan?
3. Apa saja penyebab yang mempengaruhi penyakit diare?
4. Jelaskan patomekanisme terjadinya berak encer dan muntah ?
5. Jelaskan farmakologi dari diare?
6. Bagaimana pencegahan dari diare?
7. Penyebab terjadinya berak-berak encer?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Diare
Menurut jurnal Universitas Sumatera Utara Diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air
besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir
2. Anatomi, fisiologi,biokimia dan histologi system
pencernaan

a. Cavum Oris (Rongga mulut )


Pada saat makanan masuk kedalam cavum oris, bibir mempunyai
fungsi spesifik yaitu sebagai pembantu untuk memperoleh ,
mengarahkan serta menampung makanan. Di dalam cavum oris,
makanan mengalami 2 perlakuan yaitu :

1. Pencernaan secara mekanik (mengunyah)


2. Pengunyahan kimia dengan bantuan enzim dari glandula /
kelenjar pencernaan. Dimana kelenjar pencernaan
menghasilkan enzim amilase yang berfungsi untuk mengubah
karbohidrat menjadi amilum.
Dalam cavum oris juga terdapat lidah yang berfungsi sebagai
pengecap.

Setelah itu bolus terdorong ke arah posterior dari lidah dan secara
otomatis bolus akan terdorong untuk memasuki faring. Di dalam
cavum oris juga terdapat kelenjar pencernaan seperti yang sudah
disebutkan diatas secara lengkap, yaitu :

• Glandula salivares majores:


– Glandula parotidea
– Glandula sublingualis
– Glandula submandibularis
• Glandula salivares minores:
– Gld. Labiale
– Gld. Buccales
– Gld. Lingualis
– Gld. palatini
b. Faring

Secara refleks ketika bolus akan memasuki faring, epiglotis


membuka sphincter, oesofagus berelaksasi disertai dengan peran
oesofagus dalam menutup palatum mole sehingga makan tidak
masuk kedalam trakea dan hidung. Secara umum, fungsi dari
faring adalah sebagai saluran penghubung sistem pencernaan dan
pernapasan. Disekitar faring juga terdapat tonsil yang berperan
dalam pertahanan (imunitas) tubuh.

c. Oesophagus
Merupakan saluran muskuler dengan panjang 25 cm dibagi
menjadi 2 bagian :
1. Pars torachalis oesophagei
2. Pars abdominalis oesophage dengan panjang 1,5 – 2,5 cm
berbentuk seperti pyramid. Bagian distal berhubungan
dengan gaster / ventriculus dihubungkan oleh junction
oesophagogastrica ( junction = sambungan ) dan ada juga
sphincter oesophagus.
Di cranial dan caudal oesophagus terdapat sphincter yang
bernama sphincter oesophagus. Di oesophagus makanan akan
mengalami gerak peristaltic yang terjadi sekitar 6-10 deik.
Apabila peristaltik pertama (peristaltik primer) tidak bisa
mengantarkan makanan ke gaster, maka akan terjadi gerakan
peristaltik sekunder sehingga mendorong makanan ke gaster.
d. Gaster / ventriculus
Merupakan saluran pencernaan setelah oesophagus berfungsi
untuk mencerna bolus secara mekanik menggunakan gerak
peristaltik gaster dan kimiawi (mengeluarkan enzim pencernaan
seperti lipase, peptin, HCl). Makanan yang telah dicerna berjalan
menuju duodenum dinamakan kimus. Tingkat keenceren kimus
tergantung pada jumlah zat yang dimakan, air dan sekresi
lambung. Di dalam lambung memiliki fungsi motorik sebagai
tempat penyimpanan makanan, pencampuran makanan, dan
pengosongan kimus di lambung.

e. Usus halus (Intstineum Tenue)

• Fungsi : digesti dan absorbsi (terutama di jejenum)


• Duodenum:
– Bentuk U, panjang ± 24cm
– Retroperitoneal
– Papilla duodeni major  muara ductus choledochus dan
ductus pancreaticus
• Jejenum dan Ileum
– mukosa : terdapat lipatan yang disebut villi berfungsi untuk
memperluas permukaan
– 6-7m, batas tidak tegas  2/5 proximal jejenum, 3/5 distal
ileum
– Jejenum: kosong, dinding tebal, lebih vasculer, sebagian
besar di r. umbilicalis
– Ileum : dinding lebih tipis, vascularisasi sedikit, r.
hypogastrica – pelvis
• Vascularisasi:
– A. mesenterica superior
– V. porta
Didalam usus halus terjadi pencernaan mekanik dengan gerak
peristaltik dinding usus serta perncernaan dengan mengeluarkan
enzim dari pankreas dan hepar. Di usus halus juga terjadi
absorbs nutrisi dan zat-zat yang berguna untuk tubuh. Sebagai
nutrisi yang diserap disalurkan ke hati untuk diolah.

f. Usus besar (Intestinum Carasum )


Berfungsi dalam mengabsorbsi air , mineral dan vitamin &
membuang feces. Panjangnya 1,5 m. memiliki bagian khas yaitu
taenia coli, haustrae, appendices epiploica.

Yang terdiri dari 4 bagian yaitu :

a) Caecum merupakan muara ileum (orificium ileocaecalis) dan


appendix vermiformis
b) Colon
Terdiri dari 4 bagian yaitu :

1) Colon ascendens:

 12-20cm, valva ileocecalis – flexura coli dextra


 Retroperitoneal
2) Colon transversum
 40-50cm
 Paling besar
 Flexura coli dextra – flexura coli sinistra
 Penggantung: mesocolon transversum
3) Colon descendens
o Flexura coli sinistra – apertura pelvis superior
o retroperitoneal
 Colon sigmoideum
o Bentuk S, panjang 15-80cm
o Bentuk dan posisi tergantung pada jumlah isinya, yaitu
feses
o Colon descendens – rectum
o Penggantung: mesocolon sigmoideum

c.)Rectum dan canalis analis


– Panjang lk 12cm
– Tidak mempunyai penggantung usus (mesenterium)
– Bagian yang melebar: ampulla recti
– Pada rectum terdapat plexus hemorhoidalis. Jika
membesar disebut hemoroid
– Berakhir sebagai anus pada perineum
– m. sphincter ani internus (otot polos), dalam keadaan
normal tertutup
– m. sphincter ani externus (otot lurik), bisa di kendalikan

fisiologi sistem pencernaan


terdapat 4 proses pencernaan dasar :
 motilitas istilah motilitas merujuk kepada
kontraksi otot yang mencampur dan mendorong
maju isi saluran cerna.
 Sekresi, yaitu sistem pencernaan yang
menghasilkan sekresi endokrin dan eksokrin.
 Digesti manusia mengonsumsi tiga kategori utama
bahan makanan kaya – energi yaitu, karbohidrat,
protein, dan lemak.
 Absorpsi, diusus halus pencernaan telah tuntas
dan terjadi sebagian besar penyerapan.
Biokimia sistem pencernaan

ENZIM TEMPAT FUNGSI

Mulut dan Menghidrolisis polisakarida


korpus lambung menjadi disakarida
Amilase
Lumen usus
halus
Disakarida Brush border Menghidrolisis disakarida
usus halus menjadi monosakarida
Pepsin Antrum Menghidrolisis protein
lambung menjadi peptida
Tripsin, Lumen usus Menyerang fragmen peptida
kimotripsin, halus yang berbeda
karboksipeptidase
Aminopeptidase Brush border Menghidrolisis fragmen
usus halus peptida menjadi asam amino
Lipase Lumen usus Menghidrolisis trigliserida
halus menjadi asam lemak
Garam empedu Lumen usus Mengemulsi globulus besar
halus lemak untuk diserang oleh
lipase pankreas

Histologi system pencernaan

Terdiri atas saluran panjang dari rongga mulut sampai anus. Mulai
dari rongga mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar,
rectum, dan liang anus.

1) Rongga Mulut
Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung
yang juga melapisi permukaan dalam bibir.
Bibir terdiri atas:
a. Pars Cutanea (Kulit bibir) dilapisi:

 epidermis, terdiri atas epitel squamosa kompleks berkeratin,


dibawahnya terdapat dermis.
 dermis, dengan folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, m. erector pili, berkas neuro vaskuler pada tepi
bibir.
 Letak pars kutanea di bagian luar penampang bibir

b. Pars Mukosa, dilapisi:

 epitel squamosa kompleks nonkeratin, diikuti lamina propia


(jaringan ikat padanan dari epidermis dan dermis),
dibawahnya submukosa, terdapat kelenjar labialis (sekretnya
membasahi mukosa mulut).
 Letak di penampang bibir berhadapan dengan gigi dan
rongga mulut.

c. Pars Intermedia (mukokutaneus), dilapisi:

 epitel squamosa kompleks nonkeratin. Banyak kapiler


darah.
 Letak bagian atas penampang bibir yang saling berhadapan
(bibir atas dan bawah)

2) Lidah
Epitel permukaan dorsal lidah sangat tidak teratur (epitel
squamosa kompleks) dan ditutupi tonjolan (papilla) yang
berindentasi pada jaringan ikat lamina propia (mengandung
jaringan limfoid difus). Terdiri papilla filiformis, fungiformis,
sirkumvalata, dan foliata. Papilla lidah ditutupi epitel squamosa
kompleks yang sebagian bertanduk.
bagian pusat lidah terdiri atas berkas-berkas otot rangka,
pembuluh darah dan saraf.
Strukur umum saluran pencernaan.

Lapisan  saluran pencernaan secara umum dari luar ke dalam:


Tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Adventisia merupakan jaringan ikat pada retroperitoneal.

1) Tunika mukosa, terdiri dari


Epitel pembatas, lamina propia (jaringan ikat longgar,
pembuluh darah dan pembuluh limfe, kelenjar pencernaan,
jaringan limfoid) dan Tunika muskularis mukosa (lapisan
otot polos pemisah tunika mukosa dan submukosa).
2) Tunika submukosa, terdiri:
Jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh
limfe, jaringan limfoid, kelenjar pencernaan, pleksus
submukosa meissner
3) Tunika Muskularis, tersusun atas:
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot
longitudinal (bagian luar). Diantara lapisan tersebut
terdapat pembuluh darah dan limfe, pleksus mienterikus
auerbach.
4) Tunika Serosa, tersusun atas:
5) Jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh darah dan
sel-sel adipose. Epitel squamosa simpleks.
3) Esophagus
Panjang ±10 inc. Meluas dari faring sampai lambung dibelakang
trakea, sebagian besar dl rongga thoraks dan menembus diafragma
masuk rongga abdomen. Terdiri atas:
1) Tunika Mukosa
Epitel squamosa kompleks non keratin, lamina propia,
muskularis mukosa.
2) Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar mengandung sel lemak, pembuluh
darah, dan kelenjar esophageal propia.
3) Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal
(bagian luar). Diantara otot tersebut sedikit dipisah jaringan
ikat. Pada ⅓ bagian atas esophagus terdiri otot rangka, ⅓
bagian tengah terdiri otot polos dan otot rangka, ⅓ bagian
bawah dibentuk otot polos.
4) Adventisia
Terdapat pembuluh darah, saraf, jaringan lemak. Adventisia
merupakan lapisan terluar dari esophagus bagian atas
sedangkan serosa merupakan lapisan esophagus bagian bawah

4) Gaster
a. Tunika Mukosa
Merupakan epitel kolumner simpleks, tidak terdapat vili
intestinalis dan sel goblet. Terdapat foveola gastrika/pit gaster
yang dibentuk epitel, lamina propia dan muskularis mukosa.
Seluruh gaster terdapat rugae (lipatan mukosa dan submukosa)
yang bersifat sementara dan menghilang saat gaster distensi oleh
cairan dan material padat. Foveola tersebut terdapat sel mukosa
yang menyekresi mucus terutama terdiri dari:

 Sel neck. Menghasilkan secret mukosa asam kaya


glikosaminoglikan
 Sel parietal. Menghasilkan HCl
 Sel chief. Mengahasilkan pepsin
 Sel argentaffin. Menghasilkan intrinsic factor castle untuk
pembentukan darah

b. Tunika submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf pleksus meissner
c. Tunika muskularis
Terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot sirkular (bagian
tengah) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara otot
sirkuler dan longitudinal tersebut sedikit dipisah pleksus saraf
mienterikus auerbach
d. Tunika Serosa
Peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang
diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.

5) Usus halus
Panjang ±5 m. Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili
intestinalis, dan mikrovili. Plika sirkularis kerkringi merupakan
lipatan mukosa (dengan inti submukosa) permanen. Vili
intestinales merupakan tonjolan permanen mirip jari pada lamina
propia ke arah lumen diisi lakteal (pembuluh limfe sentral).
Mikrovili merupakan juluran sitoplasma (striated brush border).
Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn,
didasarnya terdapat sel paneth (penghasil lisozim-enzim
antibakteri pencerna dinding bakteri tertentu dan mengendalikan
mikroba usus halus) dan sel enteroendokrin (penghasil hormone-
gastric inhibitory peptide,sekretin dan
kolesistokinin/pankreozimin).

a. Duodenum
1) Tunika Mukosa
Epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili
intestinalis dan sel goblet. Pada lamina propia terdapat
kelenjar intestinal lieberkuhn.
2) Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner
(ciri utama pada duodenum yang menghasilkan mucus dan
ion bikarbonat). Trdapat plak payeri (nodulus lymphaticus
agregatia/ gundukan sel limfosit)
3) Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot
longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah oleh pleksus
mienterikus auerbach.
4) Tunika Serosa
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa
simpleks, yang diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.
b. Jejunum dan Ileum
secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak
ada kelenjar duodenal brunner.
c. Appendiks
Secara struktur mirip kolon (lihat bawah). Ada banyak
kesamaan dengan kolon seperti epitel pelapis dengan sel goblet.
Lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn (tapi
kurang berkembang, lebih pendek, letak sering berjauhan) dan
jaringan limfoid difus sangat banyak. Terdapat pula Muskularis
mukosa.
1) Tunika Submukosa sangat vascular.
Tunika Muskularis terdiri atas otot sirkular (bagian dalam)
dan otot longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah oleh
pleksus mienterikus auerbach.
2) Tunika Serosa

6) Usus Besar (Kolon)


Terdapat sekum; kolon asendens, tranversal, desendens, sigmoid;
rectum serta anus.
1) Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih
banyak dibanding usus halus) tapi tidak mempunyai plika
sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia terdapat
kelenjar intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus
limpatikus. Tidak terdapat sel paneth tapi terdapat sel
enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa
2) Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel
lemak dan saraf pleksus meissner
3) Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal
(bagian luar). Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot
longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
4) Tunika Serosa/Adventisia
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa
simpleks, yang diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak. Kolon
tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh melalui
mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar
bagian kolon ini. Sedangkan adventisia membungkus kolon
ascendens dan descendens Karena ketaknya peritoneal.

7) Rectum
1) Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet dan
mikrovili, tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili
intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal
lieberkuhn, sel lemak, dan nodulus limpatikus. Dibawah lamina
terdapat muskularis mukosa.
2) Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel
lemak  dan saraf pleksus meissner
3) Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal
(bagian luar). Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot
longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
4) Adventisia
Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum,
sisanya ditutupi serosa.

8) Anus
a. Tunika Mukosa
Terdiri epitel squamosa non keratin, lamina propia tapi tidak
ada terdapat muskularis mukosa.
b. Tunika Submukosa
Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak
mengandung pembuluh darah, saraf pleksus hemorroidalis dan
glandula sirkum analis.
c. Tunika Muskularis
Bertambah tebal. Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos,
perubahan otot sirkuler), sfingter ani eksterna (otot rangka) lalu
diluarnya m. levator ani. Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot
longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
d. Adventisia
Terdiri jaringan ikat longgar

3. Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor


(Nelson, 1996: 20), yaitu:

1. Faktor infeksi
a. infeksi bakteri
b. infeksi virus
c. infeksi parasite
2. Faktor mal absorbsi
3. Faktor makanan
Makanan yang basi, makanan yang beracun dan seseorang
yang alergi terhadap makanan yang dapat menyebabkan
diare.
4. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menjadi pencetus terjadinya
diare.

4. Patomekanisme terjadinya berak encer dan muntah


 Diare akut
o Osmotik : Gangguan pada absorpsi air :
- Malabsorpsi
- Infeksi Virus (ex : Rotovirus)
- Melekat
- Sirkulasi
- Vili
- Lumen
Usus Patofisiologi :
- Makanan tidak terserap
- Tekanan koloid ↑
- Osmosis air ke lumen usus
- Puasa : berkurang
o Sekretorik : Sekresi anion↑
Absorpsi Na-K ↓
- Malabsorpsi Glukosa (Mal digesti
karbohidrat, ex : disakarida )
- infeksi bakteri :
- Masuk / melekat
- Mucinase mencairkan lender
- Menembus lendir (epitel mukosa)
- Toksin → ATP → CAMP
- Merangsang sekresi cairan usus
( non digesti) Patofisiologi :
- kerusakan epitel
- feses encer karena sekresi
berlebihan
- Puasa : tidak berkurang 
5. Farmakologi diare
 Terapi Farmakologi
Umumnya diare nonspesifik dapat sembuh dengan
sendirinya, namun untukmengurangi gejala diare
dapat digunakan beberapa obat, antara lain
antimotilitas,antisekretori, adsorben dan obat-obat
lainnya seperti probiotik, enzim laktase dan
zink(Berarrdi et al., 2009; Spruill and Wade, 2008).
 Antimotilitas
Pada golongan ini adalah opiat dan turunannya, yang
bekerja dengan menunda perpindahan
intraluminal  atau meningkatkan kapasitas usus,
memperpanjang kontak danabsorbsi. Sebagian besar
opiat bekerja melalui mekanisme perifer dan sentral,
kecualiloperamid hanya perifer. Loperamid
menghambat calcium-binding protein calmodulin ,
yang mengatur pengeluaran klorida. Loperamid
disarankan untuk mengatasi diare akut dan
kronis. Jika digunakan secara tepat, obat ini tidak
menimbulkan efek samping sperti pusing
dankonstipasi. Golongan opiat yang lain adalah
diphenoxylate yang dapat menimbulkanatropinism
seperti pandangan kabur, mulut kering dan retensi
urin. Kedua obat ini tidakdigunakan pada pasien
yang memiliki resiko bacterial enteritis
coli, Shigella, atau Salmonella (Spruill and Wade,
2008).
 LOPERAMID
Loperamid merupakan opioid agonist sintetis yang
memiliki efek antidiare denganmenstimulasi reseptor
mikro-opioid yang berada pada otot sirkular usus.
Hal inimenyebabkan melambatnya motilitas usus,
meningkatkan absorbsi elektrolit dan air melaluiusus.
Stimulasi pada reseptor tersebut juga menurunkan
sekresi pada saluran cerna,
yang berkontribusi pada efek antidiare. Selain itu, ter
dapat mekanisme lain, yaitu gangguanterhadap
mekanisme kolinergik dan nonkolinergik yang
terlibat dalam regulasi
peristaltik, penghambatan calmodulin dan inhibisi vo
ltage-dependent calcium channels. Efek terhadapcal
modulin dan calcium channel ini yang berkontribusi
dalam efek antiskretori. 

6. Pencegahan diare
Berikut ini beberapa langkah yang bisa mencegah diare:
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan dan sesudah berak.
2. Pemberian ASI pada bayi dapat mencegah
diare karena ASI terjamin kebersihannya dan
sangat cocok untuk bayi.
3. Semua anggota keluarga berak di jamban
yang sehat
4. Merebus peralatan makan dan minum bayi
5. Memasak air sampai mendidih sebelum
diminum
6. Membuang tinja bayi dan anak kecil di
jamban
7. Siapkan dan berikan makanan pendamping
ASI yang baik dan benar
8. Selalu gunakan air bersih untuk mandi,
mencuci peralatan makan, sayur atau buah
dan dalam memasak makanan
9. Berikan imunisasi campak
7. Penyebab berak encer

 Bakteri : E. Coli, salmonella

 Virus : Adeno Virus

 Protozoa : Entamoeba, dalanticlinum

 Jamur : candida & manica

 Cacing : Ascaris Lumbricoides

 Gangguan penyerapan makanan

 Alergi makanan

 Faktor psikis

 Sistem imun Referensi 

Anda mungkin juga menyukai