PENCERNAAN
PRAKTIKA :
PEMERIKSAAN PERISTALTIK
DIGESTIVE SYSTEM
ANATOMI SYSTEM PENCERNAAN
A. MULUT
Mengunyah/
mastikasi :
pemecahan
partikel
besar
menjadi
kecil
KELENJAR SALIVA
3. Fase Intestinal
Sekresi lambung ditingkatkan dg jalur hormonal,
oleh: regangan duodenum dan absorbsi asam amino
yg meningkat.
Sekresi lambung dihambat oleh hormon
enterogastron. Yg dikeluarkan duodenum, bila : pH
kimus yg memasuki duodenum rendah atau Lemak
dlm kimus meningkat.
USUS HALUS/KECIL
Saluran panjang ± 6 m
Mencerna dan
mengabsorpsi chyme
dari lambung
Duodenum, jejenum
dan ilium
USUS HALUS
Disakaridase, berfungsi: menguraikan disakarida
menjadi monosakarida.
Erepsinogen, Berfungsi: erepsin yang belum
aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin
mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin, Berfungsi: merangsang
kelenjar pankreas mengeluarkan senyawa kimia
yang dihasilkan ke usus halus.
Hormon CCK (Kolesis Tokinin), Berfungsi:
merangsang hati untuk mengeluarkan cairang
empedu ke dalam usus halus.
TIPE PERGERAKAN USUS HALUS SECARA
OTONOM
Gerakan ke belakang dan ke depan dari masing-
masing vili, hasil kontraksi otot mukosa
Gerakan pendular (ayunan) oleh otot longitudinal
Gerakan sirkuler secara ritmik oleh otot sirkuler
Gelombang peristaltik (30-120 cm/menit),
mendorong isi usus halus (± 1cm/menit) ke arah
usus besar.
ENZIM DAN HORMON PADA
SISTEM PENCERNAAN
Lambung (HCL, Hormon Gastrin, Enzim
renin, pepsin, mukus)
Usus Halus (disakaridase, erepsinogen,
hormon sekretin, hormon CCK)
Pankreas (bikarbonat, enterokinase,
amilase/amilopsin, lipase/steapsin,
kimotripsin, nuklease, hormon
insulin,hormon glukagon)
USUS BESAR
• Diameter lebih besar dari usus halus
: 5-6 cm, panjang 1,5 meter, dan
berbentuk spt huruf U terbalik.
• Dibagi menjadi 3 daerah, yaitu :
kolon asenden (13 cm), kolon
transversum (38 cm), dan kolon
desenden (25 cm).
USUS BESAR
Berfungsi: hanya penyerapan air dan garam.
Dengan demikian, usus besar membantu
dalam menjaga keseimbangan cairan darah.
Sekum (appendik), kolon, rektum
Tempat dihasilkannya vit K, dan vit H (Biotin)
sbg hasil simbiosis dg bakteri usus, misalnya
E.coli yang membantu membusukan
makanan mjd feses
REKTUM
Sebelum dibuang lewat anus, feses
ditampung terlebih dahulu pada bagian
rektum.
ANUS
up lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.
ian yg menghubungkan rektum dg udara luar, memp 3
gter :
ngter ani (sebelah atas): bekerja tidak menurut
hendak.
ngter levator ani : bekerja tidak menurut kehendak.
• Suatu kantung yg terhubung pada jejunum
serta bagian kolon asenden, panjang 6 cm
usus buntu (sekum).
• Organ tambahan pd usus buntu, panjang 10 cm
disebut dg umbai cacing (apendiks). Apendisitis
yg parah dpt menyebabkan pecah dan
membentuk nanah di dlm rongga abdomen-
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
• Sigmoid lanjutan dari kolon desenden, ujung
bawah b.d rektum.
2. PERITONEUM (RONGGA ABDOMEN)
Mekanik
Kimiawi (enzimatis)
AKTIFITAS SISTEM
PENCERNAAN
Ingesti, memasukkan makanan ke dlm tubuh,
Mengalirkan makanan sepanjang saluran
pencernaan
Digesti, memecah makanan menjadi bagian-bagian
yg > kecil baik secara kemis maupun mekanis
Absorbsi, menyerap makanan dari saluran
pencernaan dipindahkan ke sistim kardiovaskuler
dan limfa utk diedarkan ke seluruh tubuh
Defekasi, pengeluaran sisa makanan yg tidak
tercerna keluar tubuh.
1. Ingestion. Food must be placed into the mouth
before it can be acted on; this is an active,
voluntary process called ingestion.
NORMAL
PROSEDUR
SUARA PERISTALTIK
BU sudah lama dijadikan patokan untuk mendeteksi kelainan pada
abdomen. Namun, bukti yang ada saat ini belum cukup untuk
menyatakan bahwa hasilnya (normal atau abnormal) bermakna
secara klinis. Selain itu, masih terdapat perdebatan mengenai
interpretasi pemeriksaan ini, baik temuan normal atau abnormal.
[5]
BU normal memiliki frekuensi 5–34 kali per menit. Terkadang, jarak
antar siklus bising usus mencapai 5–35 menit. Hal ini berarti
bahwa pemeriksaan bising usus yang ideal dilakukan selama >35
menit. Sebab, BU mungkin tidak terdengar selama 35 menit dan
hal tsb belum tentu menandakan kelainan pada abdomen.
Meskipun demikian, pemeriksaan yang ideal tersebut sangat
memakan waktu dan tidak mungkin dilakukan.
Biasanya, pemeriksaan bising usus dilakukan 30 detik–7 menit.
Selain itu, tidak semua gerakan peristaltik usus menghasilkan
bising usus yang dapat didengar melalui stetoskop. Oleh karena
itu, tidak terdengarnya bising usus bukan berarti tidak ada
gerakan peristaltik.
Tidak terdengarnya bising usus berhubungan dengan
obstruksi usus, iskemia usus, ileus paralitik, dan
peritonitis. Sementara itu, peningkatan bising usus
dapat disebabkan oleh gastroenteritis, diare, penyakit
inflamasi usus (inflammatory bowel disease/IBD),
penggunaan laksatif, perdarahan saluran cerna, dan
obstruksi usus. Temuan lain dari pemeriksaan
auskultasi abdomen adalah bruit, hepatic venous
hum, dan friction rub. Bruit menandakan aneurisma
aorta atau stenosis arteri renal. Hepatic venous
hum dapat ditemukan pada hipertensi porta,
sedangan friction rub berhubungan dengan inflamasi
peritoneal, infark limpa, atau metastasis hepar.
PROSEDUR
1. Penderita diminta rileks dan bernafas normal
2. Letakkan membran atau bel stetoskop (bila kurang jelas) di
atas mid-abdomen (umbilikus) atau dibawah umbilikus dan
diatas suprabupik
3. Dengarkan peristaltik/bising usus (seperti suara bila perut
lapar atau melilit), bila tidak segera terdengar, lanjutkan
mendengar selama 5 menit
4. Tentukan normal atau abnormal berdasarkan timbulnya
berapa kali permenit
5. Lakukan evaluasi bising usus pada empat kuadran abdomen
dengan benar
https://www.youtube.com/shorts/SWsQJlE-bjk
https://www.youtube.com/watch?v=p5crp46wHhQ