Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, histologi, dan Fisiologi


2.1.1. Anatomi Sistem Pencernaan2

Gambar 2.1. Sistem pencernaan


manusia2

1. Mulut, berisi:

Gambar 2.2. Rongga mulut manusia2

a. Dentist (gigi)
b. Ginggiva (gusi)
c. Lingua (lidah)
d. Labia (bibir)
e. Palatum durum (langit-langit)
f. Palatum mole
g. Glandula saliva

2
2. Orofaring
3. Esophagus
4. Gaster, bagian-bagiannya:2

Gambar 2.3. Gaster2

a. Cardia
b. Fundus
c. Pylori
d. Corpus
5. Intestinum tenue, bagiannya:2

Gambar 2.4. Intestinum tenue2

a. Duodenum → usus 12 jari


b. Jejunum
c. Ileum
6. Intestinum crassum, tersusun oleh :
a. Colon, ada empat: c. asenden, c. tranversum, c. descendens, c.
sigmoid.
b. Rectum

3
Gambar 2.5. Intestinum crassum2

7. Anus

2.1.2. Histologi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan merupakan suatu tabung atau saluran panjang yang
berawal di rongga mulut dan berakhir di anus. Sistem terdiri atas rongga
mulut (cavitas oris), esophagus (oesophagus), lambung (gaster), usus halus
(intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), rectum (rectum), dan
kanalis analis (canalis analis). Saluran pencernaan berhubungan dengan
organ-organ pencernaan tambahan yaitu kelenjar liur (glandulae salivary),
hati (hepar), dan pankreas (pancreas).Organ tambahan terletak di luar
saluran pencernaan. Produk sekretoriknya dicurahkan ke dalam saluran
pencernaan melalui duktus ekskretorius yang menembus dinding saluran
pencernaan.3
1) Rongga Mulut
Di dalam rongga mulut, makanan ditampung, dikunyah, dan
dilumasi oleh liur agar lebih mudah ditelan. Karena makanan diuraikan
secara fisik di dalam rongga mulut, daerah ini dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk sebagai pelindung, yang juga
melapisi permukaan dalam atau labial bibir. 3
2) Esofagus
Esofagus (oesophagus) adalah suatu saluran lunak dengan panjang
kira-kira 10 inci yang berjalan dari faring sampai ke lambung. Di rongga
thoraks, esophagus hanya dikelilingi oleh jaringan ikat, yang disebut

4
adventisia. Di rongga abdomen, dinding terluar segmen pendek
esophagus dilapisi oleh mesotelium (epitel selapis gepeng) untuk
membentuk serosa. Di sebelah dalam, lumen esophagus dilapisi oleh
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk (epithelium stratificatum
squamosum non cornificatum) yang basah.3
3) Lambung
Lambung (gaster) adalah organ berongga luas yang terletak di antara
esophagus dan usus halus. Pada taut esophagus-lambung, terdapat
perubahan mendadak dari epitel berlapis gepeng esophagus menjadi
epitel selapis silindris lambung. 3
4) Usus halus
Usus halus (intestinum tenue) adalah saluran panjang berkelok-
kelok dengan panjang kira-kira 5-7 meter. Usus halus terbagi atas tiga
bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Di dalam usus halus
terdapat plika sirkularis yaitu lipatan atau peninggian mukosa (dengan
inti submukosa) permanen yang berpilin dan terjulur ke dalam lumen
usus. Plika sirkularis paling menonjol di bagian proksimal usus halus,
tempat absorbsi paling sering terjadi; plika sirkularis makin mengecil
kea rah ileum. Juga terdapat vili yaitu tonjolan permanen lamina propria
mukosa mirip jari yang terjulur ke dalam lumen usus dilapisi oleh epitel
selapis silindris dan juga menonjol pada di bagian proksimal usus halus.3
5) Usus besar
Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum. Saluran
ini lebih pendek dan kurang berkelok-kelok dibandingkan dengan usus
halus. Usus besar terdiri atas segmen awal yaitu sekum, dan kolon
ascendens, transversum, dan descendens dan sigmoid, serta rectum dan
anus.Irisan dinding kolon memperlihatkan lipatan temporer, mukosa dan
submukosa. Di colon terdapat lamina propria yang teridentasi oleh
kelenjar intestinal (kripte lieberkuhn) panjang yang terentang dari lamina
propria hingga muskularis mukosa. 3
6) Rektum
Epitel permukaan, lumen, dilapisi oleh sel selapis silindris dengan
limbus striatus dan sel goblet. Kelenjar intestinal, sel adipose, dan
nodulus limfoid di dalam lamina propria serupa dengan yang ada di

5
kolon. Kelenjar intestinal lebih panjang, lebih rapat, dan terisi oleh sel
goblet. Di bawah lamina propria adalah muskularis mukosa. Terdapat
lipatan longitudinal di rectum bagian atas dan kolon temporer. Taenia
coli di kolon berlanjut ke dalam rectum, tempat muskularis eksterna
terdiri atas lapisan otot polos sirkular dalam dan longitudinal luar. Di
antara kedua lapisan otot polos terdapat ganglion parasimpatis pleksus
mienterikus (Auerbach). 3
7) Anus
Bagian kanalis di atas taut anorektal menggambarkan bagian
terbawah rectum. Bagian kanalis analis di bawah taut anorektal
menunjukkan transisi dari epitel selapis silindris menjadi epitel berlapis
gepeng kulit. Perubahan dari mukosa rectum ke mukosa anus terjadi di
taut anorektal. Mukosa rectum mirip dengan mukosa kolon. Kelenjar
intestinal agak lebih pendek dan terpisah jauh. Akibatnya, lamina
propria lebih menonjol, jaringan limfoid difus lebih banyak, dan nodulus
limfoid soliter lebih banyak. Muskularis mukosa dan kelenjar intestinal
saluran pencernaan berakhir di dekat taut anorektal. Lamina propria
rectum digantikan oleh jaringan ikat padat tidak teratur lamina propria
kanalis analis. Submukosa rectum menyatu dengan jaringan ikat di
lamina propria kanalis analis (bagian yang mengandung banyak
pembuluh darah). Di sebelah luar sfingter ani eksternus yaitu otot rangka
levator ani. 3

2.1.3. Fisiologi Sistem Pencernaan (proses pencernaan dasar)


Adapun fisiologi sistem pencernaan, terdapat 4 proses pencernaan
dasar, meliputi:
1) Motilitas
Kata motilitas merujuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan
mendorong maju isi saluran cerna. Seperti otot polos pembuluh darah,
otot polos di dinding saluran cerna mempertahankan suatu kontraksi
tingkat rendah yang menetap yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting
untuk mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran cerna untuk
mencegah dindingnya teregang permanen setelah mengalami distensi.4

6
Pada aktivitas tonus yang tetap ini terdapat dua tipe dasar motilitas
saluran cerna: gerakan mendorong (propulsif) dan gerakan mencampur.
Gerakan propulsif mendorong maju isi saluran cerna, dengan kecepatan
pergerakan bervariasi bergantung pada fungsi yang dilakukan oleh
berbagai bagian saluran cerna. Jadi, isi terdorong maju di suatu segmen
dengan kecepatan yang sesuai agar segmn tersebut dapat melaksanakan
tugasnya. Sebagai contoh, transit makanan melalui esophagus
berlangsung cepat, yang sesuai karena struktur ini hanya berfungsi
sebagai saluran dari mulut ke lambung. Sebagai perbandingan, di usus
halus – tempat utama pencernaan dan penyerapan – isi bergerak maju
dan penyerapan makanan.4
Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, dengan
mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan ini
meningkatkan pencernaan makanan. Kedua, gerakan ini mempermudah
penyerapan dengan memajankan semua bagian isi saluran cerna ke
permukaan serap saluran cerna.4
Pergerakan bahan melalui sebagian besar saluran cerna terjadi
berkat kontraksi otot polos di dinding organ-organ pencernaan.
Pengecualiannya adalah di ujung-ujung saluran – mulut di bagian
pangkal esophagus di awal dan sfingter ani eksternus di akhir – di mana
motilitas lebih melibatkan otot rangka berada di bawah kontrol sadar.
Sebaliknya, motilitas di seluruh saluran lainnya dilaksanakan oleh otot
polos yang dikontrol oleh mekanisme involunter kompleks.4
2) Sekresi
Sejumlah getah pencernaan dieksresikan ke dalam lumen saluran
cerna oleh kelnjar eksokrin di sepanjang perjalanan, masing-masing
dengan produk sekretorik spesifik. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari
air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses
pencernaan, misalnya enzim, garam empedu, atau mukus. Sel-sel
sekretorik mengekstraksi dari plasma sejumlah besar air dan bahan
mentah yang diperlukan untuk menghasilkan sekresi tertentu tersebut.
Sekresi semua getah pencernaan memerlukan energi, baik untuk
transport aktif sebagai bahan mentah ke dalam sel (yang lain berdifusi
secara pasif) maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh reticulum

7
endoplasma. Pada ransangan saraf atau hormon yang sesuai, sekresi
dibebaskan ke dalam lumen saluran cerna. Dalam keadaan normal,
sekresi pencernaan direabsorbsi dalam suatu bentuk kembali ke darah
setelah ikut serta dalam proses pencernaan. Kegagalan reabsorpsi ini
(misalnya karena muntah atau diare) menyebabkan hilangnya cairan
yang dipinjam dari plasma ini.4
Selain itu, sel-sel endokrin yang terletak di dinding saluran cerna
mensekresikan hormon pencernaan ke dalam darah yang membantu
pengontrolan motilitas pencernaan dan sekresi kelenjar eksokrin.4
3) Pencernaan
Manusia mengonsumsi tiga kategori biokimiawi bahan makanan
kaya energi : karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul besar ini
tidak dapat melewati membran plasma utuh untuk diserap dari lumen
saluran cerna ke dalam darah atau limfe. Kata pencernaan merujuk
kepada penguraian biokimia struktur kompleks makanan menjadi
satuan-satuan yang lebih kecil dan dapat diserap, oleh enzim-enzim yang
di produksi di dalam system pencernaan, sebagai berikut :
1. Bentuk sederhana karbohidrat adalah gula sederhana atau
monosakarida misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa yang dalam
keadaan normal sangat sedikit ditemukan dalam makanan. Sebagian
besar karbohidrat yang kita telan berada dalam bentuk polisakarida
yang terdiri dari rantai-rantai glukosa yang saling berikatan. Selain
polisakarida, sumber karbohidrat lain yang sedikit dalam makanan
adalah dalam bentuk disakarida termasuk sukrosa dan laktosa.
Melalui proses pencernaan, tepung, glikogen, dan disakarida diubah
mnjadi monosakarida konstituen-konstituennya, terutama glukosa
dengan sejumlah kecil fruktosa dan galaktosa. Monosakarida ini
adalah satuan karbohidrat yang dapat diserap.4
2. Protein dalam makanan terdiri dari berbagai kombinasi asam amino
yang disatukan oleh ikatan peptida. Melalui proses pencernaan,
protein diuraikan terutama menjadi asam-asam amino konstituennya
serta beberapa polipeptida kecil. Keduanya adalah satuan protein
yang dapat diserap.4

8
3. Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk
trigliserida, yaitu lemak netral yang terdiri dari satu molekul gliserol
dengan tiga asam lemak melekat padanya. Selama pencernaan, dua
dari tiga molekul asam lemak melekat padanya. Karena itu produk
akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak bebas,
yaitu satuan lemak yang dapat diserap.
Pencernaan dilaksanakan oleh proses hidrolisis enzimatik. Dengan
menambahkan H2O di tempat ikatan, enzim-enzim dalam sekresi
pencernaan menguraikan ikatan-ikatan yang menyatukan subunit-
subunit molekuler di dalam molekul nutrient sehingga terjadi
pembebasan molekul-molekul kecil. Pada proses hidrolisis terjadi
pengeluaran H2O di tempat ikatan yang semula menyatukan subunit-
subunit kecil ini untuk membentuk molekul nutrient. Hidrolisis
mengganti H2O dan membebaskan unit-unit kecil molekul makanan
yang dapat diserap. Enzim-enzim pencernaan bersifat spesifik untuk
ikatan yang dapat dihidrolisis. Sewaktu bergerak melalui saluran
cerna, makanan menjadi subyek berbagai enzim, yang masing-masing
menguraikan molekul makanan lebih lanjut. Dengan cara ini,
molekul-molekul makanan yang besar diubah menjadi menjadi unit-
unit kecil yang dapat diserap melalui proses bertahap progresif,
seperti jalur perakitan yang berjalan terbalik, seiring dengan
terdorong majunya isi saluran cerna.4
4) Penyerapan
Di usus halus, pencernaan telah tuntas dan terjadi sebagian besar
penyerapan. Melalui proses penyerapan, unit-unit kecil makanan yang
dapat diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama dengan air,
vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam
darah atau limfe.4
2.1.4. Fisiologi Sistem Pencernaan (Organ)
1. Cavum Oris (Mulut)
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur
(saliva). Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur
gigi terdiri atas mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang
dikelilingi oleh gusi, dan akar gigi yang tertanam dalam kekuatan-

9
kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email yang berwarna putih.
Kalsium, fluoride, dan fosfat merupakan bagian penyusun email. Untuk
perkembangan dan pemeliharaan gigi yang baik, zat-zat tersebut harus
ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen
yang melekatkan akar pada gusi. Ada tiga macam gigi manusia, yaitu
gigi seri (insisor) yang berguna untuk memotong makanan, gigi taring
(caninus) untuk mengoyak makanan, dan gigi geraham (molar) untuk
mengunyah makanan. Dan terdapat pula tiga buahkelenjar saliva major
pada mulut, yaitu kelenjar parotis, sublingualis, dan submandibularis.
Kelenjar saliva ini mengeluarkan air liur yang mengandung enzim
ptialin atau amilase, berguna untuk mengubah amilum menjadi maltosa.
Pencernaan yang dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi.
Makanan kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut
bolus. Kemudian bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.5
2. Pharinx dan oesophagus
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan
masuk kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang
dari bagian belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan
(oesophagus). Pada pangkal faring terdapat katup pernapasan yang
disebut epiglottis. Epiglottis berfungsi untuk menutup ujung saluran
pernapasan (laring) agar makanan tidak masuk ke laring.Setelah melalui
oropharinx dan laryngopharinx, bolus menuju ke oesophagus; suatu
organ berbentuk tabung lurus, muscular, dan berdinding tebal. Di
oesophagus terjadi gerakan peristaltik yaitu gerakan meremas yang
mendorong bolus ke dalam gaster (dari cranial ke caudal) akibat
kontraksi otot-otot gaster.5
3. Gaster
Otot gaster berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara
mekanis, dan mencampurnya dengan getah gaster. Getah gaster
mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk
membunuh kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan
mengaktifkan enzim pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengubah protein
menjadi peptone. Renin berfungsi untuk menggumpalkan protein susu.
Setelah melalui pencernaan kimiawi di dalam gaster, bolus menjadi

10
bahan kekuningan yang disebut kimus (bubur usus). Kimus akan masuk
sedikit demi sedikit ke dalam intestinum tenue (usus halus).5
4. Intestinum Tenue
Intestinum tenue memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari
(duodenum), usus tengah (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Suatu
lubang pada dinding duodenum menghubungkan usus 12 jari dengan
saluran getah pancreas dan saluran empedu. Pankreas menghasilkan
enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju duodenum.
Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino.Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan
ditampung dalam kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke
duodenum. Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi
asam lemak dan gliserol.5
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada
bagian ini terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap.
Zat-zat makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap
diserap. Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin
yang larut dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili
usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh
tubuh. Asam lemak, gliserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah
diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening
dan akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah.5
5. Intestinum Crassum
Intestinum Crassum terdiri atas appendix, caecum, bagian yang
menaik (ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon),
bagian yang menurun (descending colon), dan berakhir pada anus.Bahan
makanan yang sampai pada kolon dapat dikatakan sebagai bahan sisa.
Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang
tidak dapat tercerna, misalnya selulosa.5
Bila kadar air pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding
kolon akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa
makanan kekurangan air, maka dinding kolon akan mengeluarkan air
dan mengirimnya ke sisa makanan. Di dalam kolon terdapat banyak

11
sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa
makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta
gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.5

2.3 DISPEPSIA1

2.3.1 Definisi

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan –


peptein(pencernaan). Kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat
kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitas asam lambung, dan rasa panas
yang menjalar ke dada.

2.3.2 Epidemiologi :

Dispepsia fungsional, pada tahun 2010, dilaporkan memiliki tingkat


prevalensi tinggi, yakni 5% dari seluruh sarana layanan kesehatan primer.
Studi tahun 2011 di Denmark mengungkapkan bahwa 1 dari 5 pasien yang
datang dengan dispepsia yang telah terinfeksi H. Pylori.

2.3.3 Penyebab Dispepsia

 Esopagus-Gaster-Duodenal

 Tukak peptik, Gastritis

 kronis, Gastrititis NSAID

 Obat-obatan

 Antiinflamasi non steroid

 Hepato-bilier

12
 Hepatitis, Kolesistitis,

 Kolelitiasis

 Pankreas

 Pankreatitis

 Gangguan fungsional

 Dispepsia fungsional

2.3.4 Faktor Resiko

Individu dengan karakteristik berikut ini lebih berisiko mengalami


dispepsia: konsumsi kafein berlebihan, minum minuman beralkohol, merokok,
konsumsi steroid dan OAINS, serta berdomisili di daerah dengan prevalensi
H. pylori tinggi.

2.3.5 Klasifikasi

Dispepsia organik1,6 :

- Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikuli, ulkus duodeni)

- GERD atau dengan esofagitis

- Obat : OAINS, aspirin

- Kolelitiasis simtomatik, pancreatik kronik

- Gangguan metabolik (uremia, hiperkalsemia, gastroparesis DM)

- Keganasan (gaster, pancreatic, kolon)

- Nyeri dinding perut

Dispepsia fungsional6,7 :

- Disfungsi sensorik-motorik gastroduodenum

13
- Gastroparesis idiopatik/hipomotilitas antrum

- Disaritmia gaster

- Hipersensitivitas gaster/duodenum

- Faktor psikososial

- Gastritis H. Pylori

- idiopatik

2.3.6 Patofisiologi

Patofisiologi dispepsia masih belum sepenuhnya jelas faktor-faktor


yang dicurigai memiliki peranan bermakna, seperti6,7 :

1. Abnormalitas fungsi motorik lambung, khususnya keterlambatan


pengosongan lambung, hipomotilitas antrum.

2. Infeksi Helicobacter pylori

3. Faktor-faktor psikososial, khususnya terkait dengan gangguan cemas dan


depresi.

2.3.7 Pemeriksaan7

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik : Untuk mengidentifikasi kelainan


intra abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya tumor), organomegali,
atau nyeri tekan yang sesuai dengan adanya rangsang peritoneal/peritonitis.
Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : Lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreatitis
kronis, diabetes mellitus, dan lainnya. Pemeriksaan radiologi yaitu:
mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas
seperti adanya tukak atau gambaran kearah tumor. Endoskopi :

14
mengidentifikasi dengan akurat adanya kelainan struktural atau organik intra
lumen saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak/ulkus, tumor dsb, serta
dapat disertai pengambilan contoh jaringan (biopsi) dari jaringan yang
dicurigai untuk mengidentifikasi adanya kuman helicobacter.

2.3.8 Terapi1,6,7,8

Non Medikamentosa :

- Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin &
NSAID lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)

- Menghindari stress

- Stop merokok & alkohol

- Stop kafein (stimulan asam lambung)

- Menghindari makanan dan minuman soda

- Menghindari makan malam.

Medikamentosa :

 Obat golongan penekan asam lambung: (Antasida, H2blocker, dan Proton


Pump Inhibitor)

 Obat golongan sitoproteksi : Sukralfat,Rebamipid

 Antibiotika : Infeksi Helicobacter pylori (Amoksisilin,Claritromisin, dan


Metronidazol)

2.3.9 Indikasi Rawat Inap

Jika pasien mengalami gejala dan tanda bahaya (alarming features)


seperti berikut : perdarahan saluran cerna, sulit menelan, nyeri saat menelan,

15
muntah profuse, anemia yang tidak bisa dijelaskan sebabnya, perubahan nafsu
makan, dan penurunan berat badan,atau ada indikasi endoskopi. Segera rujuk
pasien ke spesialis gastroenterologi atau rumah sakit dengan fasilitas
endoskopi. Bila gejala dan tanda lebih mengarah pada kelainan jantung, segera
rujuk ke spesialis jantung.

2.3.10 Prognosis1

Dispepsia fungsional memiliki prognosis kualitas hidup lebih rendah


dibandingkan dengan individu dengan dispepsia organik. Tingkat kecemasan
sedang hingga beratjuga lebih sering dialami oleh individu dispepsia
fungsional. Lebih jauh diteliti, terungkap bahwa pasien dispepsia fungsional,
terutama yang refrakter terhadap pengobatan, memiliki kecenderungan tinggi
untuk mengalami depresi dan gangguan psikiatris.

16

Anda mungkin juga menyukai