PENDAHULUAN
OA banyak dijumpai pada usia lanjut, namun dapat ditemukan pada usia muda
apabila terdapat riwayat cedera atau penggunaan yang berlebihan pada sendi
tertentu. Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer
dan OA sekunder. Gejala klinis pada osteoarthritis yang utama adalah rasa nyeri
pada persendian yang terkena. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Penatalaksanaan OA dapat berupa terapi non-
farmakologi, terapi farmakologi dan terapi pembedahan. Penanganan terapi
farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengkoreksi
gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi klinis dari ketidakstabilan
sendi sedangkan terapi pembedahan diberikan apabila terapi konservatif tidak
berhasil.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Klasifikasi Junctura :
1. Junctura cartilaginea
- Primer : tulang-tulangnya disatukan oleh selempeng atau
sebatang cartilago hialin (costae I dan manubrium sterni)
- Sekunder : tulang-tulangnya disatukan oleh selempeng atau
sebatang cartilago fibrosa dan facies artikularis diliputi oleh
selapis tipis cartilago hialin (corpus vertebrae dan symphisis
pubis).
2. Junctura fibrosa
Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa
sehingga kemungkinan geraknya sangat sedikit (sutura tengkorak dan
articulatio tibiofibularis).
3. Junctura synovialis
Facies tulang diliputi oleh selapis tipis cartilago hialin dan ujungnya
dipisahkan oleh rongga sendi. Rongga sendi dibatasi oleh membrana
synovialis. Dibagian luarnya dilindungi oleh capsula icularis.
Mendapatkan pelumas yang disebut synovia.
- Articulatio plana
- Ginglymus (sendi engsel)
- Articulatio trochoidea (sendi pasak)
- Articulatio condyloidea
- Articulatio ellipsoidea
2
- Articulatio sellaris (sendi pelana)
Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthitis (OA)
merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi
mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan
(kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng
tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, dan
timbulnya peradangan.
II.3 Epidemiologi
3
Pada tahun-tahun mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar
karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.
II.4 Etiologi
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis (OA) lutut dan OA
banyak sendi. Pria lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih
sama antara pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause)
4
frekuensi OA lebih banyak pada wanita. Hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada patogenesis OA.3
3. Suku Bangsa
Osteoarthritis primer dapat menyerang semua ras meskipun
terdapat perbedaan prevalensi pada pola sendi yang mengalami
osteoarthirits. Hal ini berkaitan dengan perbedaan gaya hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.3
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis (OA).
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan
dalam timbulnya kecenderungan terjadinya OA.3,5
7. Faktor-faktor Lain
5
Tingginya kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko timbulnya
osteoarthritis (OA). Tulang yang lebih padat tak membantu mengurangi
benturan beban yang yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya
tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan
pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya
mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis
dan OA.3
II.6 Klasifikasi
6
II.7 Gejala Klinis
a. Nyeri sendi
7
b. Hambatan gerakan sendi
c. Kaku sendi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul saat setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
2,3
d. Krepitasi
Krepitasi timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai
pada pasien osteoarthritis (OA) lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa.2,3
8
pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena
menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut. 2,3
II.8 Diagnosis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil
radiografis.5
a) Anamnesis
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual).
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan
tidak disertai kemerahan pada kulit).
- Tidak disertai gejala sistemik.
- Nyeri sendi saat beraktivitas.
- Sendi yang sering terkena:
Sendi tangan: Carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP) dan
Distal interfalang (DIP)
Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP I).
Sendi lain: lutut, vertebrae servikal dan lumbal, dan coxae.2
Faktor risiko penyakit :
- Bertambahnya usia
- Riwayat keluarga dengan osteoarthritis
- Aktivitas fisik yang berat
- Obesitas
- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.2
Penyakit yang menyertai, sebagai pertimbangan dalam pilihan terapi:
- Ulkus peptikum, perdarahan saluran pencernaan, penyakit liver.
- Penyakit kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke,
gagal jantung).
- Penyakit ginjal.
- Asthma bronkhiale (terkait penggunaan aspirin atau OAINs).
9
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi
- Nyeri saat malam hari (night pain).
- Gangguan pada aktivitas sehari-hari.
- Kemampuan berjalan.
- Lain-lain: risiko jatuh, isolasi sosial, depresi.
- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan pasien).2
b) Pemeriksaan Fisik
- Tentukan BMI
- Perhatikan gaya berjalan
- Adakah kelemahan/atrofi otot
- Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
- Lingkup gerak sendi (ROM)
- Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan
- Krepitasi
- Deformitas/bentuk sendi berubah
- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
- Pembengkakan jaringan lunak2
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
10
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan
suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria
Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga
tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi
masih terlihat normal.
A B
Gambar 2.2 gambaran radiologi dari lutut. (A) posisi AP (B) lateral terlihat (1) penyempitan ruang sendi (2) osteofit 6
11
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis osteoarthritis (OA)
diklasifikasikan menjadi:
1. Grade 0 : Normal
2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal,
terdapat osteofit minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella
dan permukaan sendi menyempit asimetris.
4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada
beberapa tempat, permukaan sendi menyempit, dan tampak sklerosis
subkondral.
5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan
sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan
permukaan sendi.
d) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan penyakit sendi
lain, karena tidak ada satupun yang spesifik untuk osteoarthritis (OA).
Pemeriksaan hematologi umumnya normal, jumlah leukosit dan laju endap darah
normal kecuali jika disertai infeksi lain. Cairan sendi pada OA akan meningkat
jumlahnya, berwarna kuning transparan, kental, terdapat gumpalan musin, jumlah
leukosit kurang dari 2.000/mm3 dan dapat juga ditemukan serpihan tulang rawan
pada tingkat lanjut penyakit.
12
II.9 Patogenesis
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan
sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera.3
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu:
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (range of motion) sendi.3
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya kerusakan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.3
13
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu kolagen
tipe dua dan aggrecan. Kolagen tipe dua terjalin dengan erat, membatasi
molekul–molekul aggrecan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrecan adalah
molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan
kepadatan pada kartilago.3
14
Aggrecan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan
mudah mengendur.3
II.10 Penatalaksanaan
15
agar penatalaksanaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta
melakukan pendekatan multidisiplin.
Tujuan:
1. Mengurangi/mengendalikan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
3. Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada
orang lain) dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi Non-Farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiannya tetap terpakai.2,3
16
Kompres air dingin membantu untuk mengurangi gejala OA. Air dingin
membantu untuk menguranga bengkak dan radang, mengurangi rasa nyeri,
dan kekakuan otot. Kompres air dingin bisa dilakukan dalam 20 menit, 5
hari seminggu selama 2 minggu.7
2. Terapi Farmakologis
a. Analgetik Oral
Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS), Inhibitor Siklooksigenase-
2 (COX-2), dan Asetaminofen.
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada osteoarthritis (OA)
lutut, penggunaan OAINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
OAINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi
obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.
b. Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah ditemukan dipasaran dan dijual
bebas. Umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini sebelum
memakai obat-obatan peroral lainnya. Contoh obat analgetik topikal
adalah kapsaisin yang mengurangi nyeri pada ujung saraf lokal.
c. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat–obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat–obatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat,
kondroitin sulfat, glikosaminoglikan.3
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk
menghambat kerja enzim MMP.
Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement karena
manfaatnya memperbaiki viskositas cairan sinovial. Obat ini
17
diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat memegang
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan
melalui agregasi dengan proteoglikan.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan dalam proses degradasi tulang rawan seperti
hialuronidase, protease, elastase dan katepsin.
Kondroitin sulfat pada kasus osteoarthritis (OA) mempunyai
efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi
yaitu memiliki efek anti inflamasi, efek metabolik terhadap
sintesis hialuronat dan proteoglikan dan anti degradatif melalui
hambatan enzim proteolitik.
d. Injeksi Intra Artikular atau Periartikular
Bukan merupakan pilihan utama dalam penanganan
osteoarthritis (OA). Indikasi suntikan intra artikular adalah untuk
penanganan simptomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan
hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.
Steroid (Triamsinolone hexacetonide dan Methylprednisolone)
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
OAINS, tidak dapat mentolerir OAINS, atau ada kormobiditas
yang merupakan kontraindikasi terhadap pemberian OAINS.
Tidak dianjurkan melakukan penyuntikan lebih dari sekali
dalam kurun waktu 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk
sendi besar penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti
lutut adalah 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil
biasanya digunakan dosis 10 mg.
Hyaluronan (High molecular weight dan low molecular weight)
Di Indonesia terdapat tiga sediaan injeksi hyaluronan.
Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling
sering), sendi bahu dan coxae. Diberikan berturut-turut 5-6 kali
dengan interval satu minggu masing-masing 2-2,5 ml
hyaluronan.
18
3. Terapi Pembedahan
19
i. Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial
unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral
unicompartmental) pada pasien dengan :
Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu
Kekakuan sendi yang berat
Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.3
Terapi pembedahan yang dapat dilakukan adalah :
A. Arthroplasty (Total Knee Replacement)
Total Knee Replacement atau yang disingkat TKR adalah prosedur
bedah yang dilakukan pada sendi lutut untuk mengganti bantalan
tulang rawan pada sendi lutut dengan bantalan buatan. Tindakan TKR
dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan yang amat berat
akibat cedera olahraga ataupun radang sendi. Tindakan ini diambil
ketika sudah dilakukan pengobatan ataupun penggunaan alat
penyangga lutut namun sudah efektif lagi.
Total Knee Replacement diberikan untuk kondisi perkapuran
stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan
bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X’. Tindakan yang
dilakukan adalah mengganti sendi lutut menggunakan prothese.
Meskipun lutut artifisial tidak sempurna seperti sebelumnya, tetapi
tindakan tersebut dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan
hilangnya rasa nyeri, kekakuan sendi dan bentuk sendi yang bengkok.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujung-
ujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastik (polyethylene).
Permukaan tulang rawan yang rusak akan dibuang, kemudian
permukaan tulang tersebut dilapisi dengan implant.
Indikasi utama adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
disebabkan oleh osteoarthritis. Tujuan sekunder adalah untuk
memperbaiki cacat dan mengembalikan fungsi normal sendi.
20
B. Arthroskopi
21
Tindakan ini relatif aman bagi pasien termasuk mereka yang telah
memasuki usia lanjut.
C. Sinovectomy
Sinovectomy adalah salah satu jenis radioterapi yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit akibat reaksi inflamasi.
D. Osteotomy
Osteotomy adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu
meluruskan kembali beberapa keadaan cacat (deformitas) pada pasien
yang pada umumnya memiliki penyakit pada bagian lutut.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
Daftar Pustaka
24
25