GENU
Amerika Serikat : >30 juta orang memiliki OA. WHO : 9,6% laki-laki dan
Inggris : +- 8 juta orang mengalami OA. 18,0% wanita > 60 tahun
memiliki OA simtomatik.
PATOFISIOLOGI
a) Kerusakan Kartilago
b) Pembentukan osteofit
c) Sklerosis subkondral
d) Kista subkondral
KLASIFIKASI OSTEOARTHRITIS
Berdasarkan Etiologi
1)OA Primer (Idiopatik)
2)OA Sekunder
KLASIFIKASI OSTEOARTHRITIS
Berdasarkan lokasi sendi yang terkena
ETIOLOGI
Terjadinya osteoartritis disebabkan karena beberapa hal :
a. Perubahan metabolik seperti akibat dari penyakit wilson, artritis kristal, akromegali, hemokromatosis.
b. Kelainan anatomi atau struktur sendi seperti panjang tungkai tidak sama, deformitas valgus atau
varus, dislokasi koksa kongenital.
c. Trauma: trauma sendi mayor, fraktur pada sendi atau osteonekrosis, akibat bedah tulang.
• Genetik • Menisektomi
• kebiasaan merokok • riwayat trauma lutut
• konsumsi vitamin D • kelainan anatomis
• Obesitas • kebiasaan bekerja dengan beban berat
• Osteoporosis
• aktivitas fisik berat
• Diabetes mellitus
• kebiasaan olah raga.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
• Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
• Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai inflamasi, umumnya
dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak disertai kemerahan pada kulit)
• Tidak disertai gejala sistemik
• Nyeri sendi saat beraktivitas
• Sendi yang sering terkena: Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP) dan
distal interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP) pertama. Sendi lain: lutut, V. servikal,
lumbal, dan hip.
• Tanyakan penyakit lain yang menyertai, untuk pertimbangan pemberian terapi.
Faktor risiko penyakit :
• Bertambahnya usia
• Riwayat keluarga dengan OA generalisata
• Aktivitas fisik yang berat
• Obesitas
• Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.
PEMERIKSAAN FISIK
Antopometri: IMT > 25 kg/m2
Look / inspeksi, : keterlibatan sendi asimetris, deformitas seperti atrofi otot, bengkak (efusi),
ataupun penonjolan tulang (nodus Heberden dan Bouchard)
Feel / palpasi, : nyeri tekan sendi, periarticular/tepi tulang, tidak teraba panas, teraba krepitus,
dan teraba tonjolan/perbesaran tulang (Nodul Bouchards’s dan Heberden’s)
Move / gerakan, : bunyi krepitus, nyeri saat digerakkan, dan limitasi ROM
• Tendonitis
• Artritis psoriatic
• Bursitis (prepatela dan trochanter)
• Nekrosis avascular
• Spondylitis ankilosing
Tatalaksana
Tindakan Preventif
1. Pencegahan Primer
Beberapa faktor risiko OA, meliputi:
a. Faktor Risiko Sistemik
1) Genetik
2) Penuaan
3) Jenis Kelalamin (dominan wanita)
b. Faktor Risiko Lokal
1) Obesitas
2) Cedera/operasi
3) Cedera stres repetisi
2. Pencegahan Sekunder
a. Latihan terapeutik dengan beban yang ringan direkomendasikan
untuk mempertahankan luas gerak sendi dan menguatkan otot-
otot disekeliling sendi.
b. Untuk OA lutut direkomedasikan penurunan berat badan. Hal ini
berguna untuk mengurangi progresivitas OA sekaligus juga berguna
untuk kesehatan
c. Edukasi pasien untuk dapat memahami kondisi penyakit mereka,
dan menganjurkan untuk terus aktif dan mempertahankan
mobilitasnya, karena bila sendi tidak digunakan akan dapat
menyebabkan imobilitas lebih lanjut.
Tindakan Non-Operatif
1. Fisioterapi dan Terapi Fisik
Dasar tata laksana pada kasus awal adalah fisioterapi, yang
ditujukan untuk menjaga mobilitas sendi dan meningkatkan
kekuatan otot. Program yang diberikan dapat berupa latihan
aerobik dan latihan penguatan otot lokal. Modalitas lain dapat
berupa pemijatan dan pemberian energi panas. Namun modalitas
ini hanya dapat mengurangi nyeri dan bertahan untuk waktu
singkat, sehingga terapi perlu dilakukan berulang.
Hal-hal penting yang berhubungan dengan latihan fisik terapeutik untuk pasien
OA lutut adalah:
(1) terapi latihan fisik harus disesuaikan secara individu dan terpusat pada pasien
dengan mengingat faktor usia, komorbiditas, dan mobilitas keseluruhan;
(2) agar efektif, program latihan harus meliputi edukasi untuk mendukung
perubahan pola hidup positif dengan peningkatan aktivitas fisik;
(3) latihan fisik berkelompok atau individual terhitung sama efektif, tergantung
kenyamanan pasien;
(4) kepatuhan merupakan prediktor utama outcome jangka panjang; (5) strategi
untuk meningkatkan dan menjaga kepatuhan harus digunakan; dan
(6) peningkatan kekuatan otot dan proprioseptif karena program latihan dapat
memperlambat progresi OA
2. Mengurangi Beban
Kondisi overweight atau obese merupakan faktor risiko penting
terjadinya OA pada ekstremitas bawah. Melindungi sendi dari beban
yang berlebihan dapat memperlambat rusaknya kartilago. Hal ini juga
efektif untuk mengurangi nyeri. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
mengurangi berat badan pada pasien obese, menggunakan sepatu
dengan shock-absorbent, dan menghindari aktivitas naik tangga.
3.Terapi Intra-Artikuler
Prinsip dasar terapi intrasinovial pada OA adalah memasuki ruang
sendi, aspirasi cairan, dan memasukkan suspensi kortikosteroid yang
menekan inflamasi dan sangat efektif memberikan rasa nyaman pada
pasien untuk jangka waktu yang panjang. Pemberian terapi intra-
artikuler, sebaiknya diikuti dengan istirahat total selama 3 hari dan
diikuti dengan penggunaan alat bantu berjalan (tongkat, kruk, atau
walker) selama 3 minggu untuk jalan jarak jauh. Mengurangi nyeri
dengan mempertahankan atau mengembalikan fungsi gerak sendi
merupakan tujuan utama terapi.
Indikasi
1. Untuk meringankan nyeri dan menekan inflamasi sinovitis.
2. Untuk memberikan terapi tambahan pada satu atau dua sendi yang tidak
responsif terhadap terapi sistemik lain
3. Untuk memfasilitasi program terapi fisik dan rehabilitatif atau prosedur
orthopaedi korektif.
4. Untuk mencegah laksitas kapsuler dan ligamen (efusi lutut masif).
5. Untuk memberikan efek sinovektomi medis.
6. Untuk mengobati pasien yang unresponsif atau intoleran terhadap terapi
sistemik oral.
7. Untuk mengobati efusi akut yang timbul karena deposisi kristal.
Kontraindikasi
1. Infeksi (lokal atau sistemik)
2. Terapi antikoagulan
3. Efusi hemoragik
4. Dibetes melitus tidak terkontrol
5. Destruksi dan/atau deformitas sendi tingkat lanjut
6. Overnutrisi ekstrim
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam : dubia ad bonam