1. Identitas Pasien
No RM : 17038326
Nama : Tn J.E.M
Usia : 75 tahun
Jenis Kelamin :L
2. Gambaran X-ray
6. Diskusi
X-ray : Pada hasil gambar x-ray akan menunjukkan ruang/celah antar sendi dari knee,
ostefit dan sclerosis subchondral, subchondral cyst serta kelainan bentuk dari varus
dan valgus juga dapat dinilai atau dilihat dari prosedur ini.
menggunakan x-ray dirasa kurang lengkap oleh dokter spesialis radiologi untuk
melihat adanya perubahan pada celah sendi dan struktur dalam sendi. Pada gamabran
MRI tampak lebih jelas meliputi abnormal kartilago, Csteophytes, edema pada tulang,
2011). Namun, dikarenakan keterbatasan MRI pada biaya yang begitu mahal,
sehingga untuk kasus OA knee dominan menggunakan pemeriksaan X-ray (Gornale,
2016).
Ultrasonography (USG): Pada beberapa kondisi arthropathies kaum usia lanjut, USG
dapat menjadi opsi lain untuk pemeriksaan. Kasus OA Knee, USG berperan hanya
sebagia minor role. USG dapat melihat dengan baik adanya inflamasi akut pada OA
knee. Selain itu, pembengkakan pada soft tissue dan suprapattelar joint effusion dapat
dengan knee full ekstensi, jari-jari kaki lurus ke depan dengan kaki diberi sedikit
jarak untuk keseimbangan. Pada posisi ini akan tampak struktur distal femur,
proksimal tibia dan fibula serta ruang femurotibial joint terlihat bilateral.
- Proyeksi lateral : Pada posisi ini akan tampak distal femur, proksimal tibia dan
1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi yang banyak diderita pada usia
lanjut dan melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan
nyeri dan disability (Durso, 2009). Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia OA secara
sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).
Berdasarkan prinsip biomekanik dan struktur region dari jaringan cartilage articular
ditemkan menutupi bagian distal tulang serta cairan synovial joints, kondisi ini dapat
melemahkan sendi secara perlahan hingga beberapa waktu yang akhirnya menjadikan
derajat OA kronik serta disability pada lanjut usia (Marks, 2014). OA sering menyerang
sendi-sendi besar dan bilateral seperti knee, hip, spine dan feet.
Kellgren-Lawrence (KL) system merupakan metode yang valid untuk
faktor sistemik dan local. OA dapat menyerang pada semua kalangan usia, akan
tetapi mayoritas pada kalangan usia lanjut. Etiologi yang paling memperparah
kejadian ialah faktor keturunan atau genetic. Partisipasi olahraga, injury pada joint,
obesitas, dan faktor genetic merupakan cikal bakal dari kejadian OA knee pada usia
dewasa. Adanya trauma pada knee joint sebelumnya dapat meningkatkan risiko OA
knee pada seseorang sebanyak 3,86 kali. Tekanan mekanikal pada sendi merupakan
salah satu penyebab OA dan satu diantarannya paling berisiko yaitu Body Mass
Index (BMI), perempuan, tingkat pendidikan yang rendah, obesitas, dan kekuatan
otot yang lemah. Dari beberapa literature, dikatakan bahwa ada dua faktor yang
berisiko menyebabkan OA knee yaitu Instrinsik (personal, gen, gaya hidup) dan
Gejala awal dan paling banyak dialami oleh penderita OA Knee adalah nyeri dan
stiffness pada sendi lutut ( Wick, 2014). Gejala klinik yang ditemukan pada OA knee
adalah nyeri lutut, morning stiffness, krepitus, keterbatasan range of motion (ROM)
sendi.
4. Patofisiologi
Prognosis dari OA knee merupakan interaksi dari beberapa faktor dan proses
itu tergantung dari faktor lokal dan sistemik. Evidence dari obesitas yang merupakan
sindrom kompleks yang mana adanya aktivasi abnormal dari neruoendokrin dan
dari pro inflammatory sitokin, seperti IL-6, IL-1, IL-8, TNF alpha, IL-18, akan tetapi
menurunkan sitokin regular seperti IL-10. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas
meninmbulkan rasa nyeri. Gen pembawa obesitas akan memproduksi leptin yang
mana akan bermanfaat untuk progress dari OA itu sendiri. Leptin dapat juga
memprduksi osteoblast dan sel chondrocytes serta memproduksi substan local. Level
leptin yang signifikan terdapat pada kartilago dan osteofit dari pasien OA, yang
mana beberapa chondrocytes memproduksi leptin pada kartilago orang sehat juga.
5. Epidemologi
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada prevalensi di
penderita osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 juta yang terjadi
pada usia 18 tahun keatas. Data tahun 2007 hingga 2009 prevalensi naik sekitar 1
dari 5 atau 50 juta jiwa yang didiagnosis dokter menderita osteoartritis (Murphy dan
Helmick, 2012). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari
24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi
OA tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah
Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi
yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). Gejala OA lutut lebih tinggi terjadi pada wanita
dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada laki-laki. Sekitar 10%
orang yang berusia lebih dari 55 tahun mengalami nyeri di lutut akibat peradangan
wanita lebih besar risiko untuk terkena OA knee dan biasanya terjadi setelah masa
menopause
BAB III
Body Function :
Activity :
• toileting (d530)
• dressing (d540)
Participan Retriction :
Mengurangi Nyeri
Mencegah Stiffnes
4. Intervensi :
Hydrotherapy
5. Kontraindikasi Fisioterapi :
Peningkatan suhu tubuh yang mendadak, adanya oedema dan kemerahan pada
sendi lutut
L
(KNGF, 2010)
Reffrence :
Guideline for Physical Therapy in patients with Osteoarthritis of the hip and knee.
2. Heidari, Behzad. 2011. Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and
3. Marks, Roy. 2014. Osteoarthritis and Articular Cartilage: Biomechanics and Novel
http://dx.doi.org/10.4236/aar.2014.34039
Osteoarthritis using Knee X-Ray Image Analyses: A Machine Vision based Approach.
July 2016
5.