Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN KASUS RADIOLOGI OSTEOATHRITIS KNEE

1. Identitas Pasien

No RM : 17038326

Nama : Tn J.E.M

Tanggal lahir : 21 Januari 1942

Usia : 75 tahun

Jenis Kelamin :L

Tanggal Pemeriksaan : 05 September 2017 23:27:41

2. Gambaran X-ray

Gambar 1. Foto Genu AP


Gambar 2. Foto Genu Lateral Dextra

Gambar 3. Foto Genu Lateral Sinistra


3. Klinis
Obs susp acute gout atritis genu D/S
4. Bacaan radiologi
 Foto genu dextra AP/Lateral :
Aligment baik
Tak tampak jelas soft tissue swelling
Trabekulasi tulang menurun
Celah dan permukaan sendi menyempit
Tampak osteophyte pada epycondylus lateralis dan medial, tuberculus

intercondycularis medial dan lateral disertai subcondral sclerosis


 Foto genu sinistra AP/Lateral :
Aligment baik
Tak tampak jelas soft tissue swelling
Trabekulasi tulang menurun
Celah dan permukaan sendi menyempit
Tampak osteophyte pada epycondylus lateralis dan medial, tuberculus

intercondycularis medial dan lateral disertai subcondral sclerosis


5. Kesan
Sesuai dengan gambaran Osteoarthritis genu dextra et sinistra grade IV
Osteopenia

6. Diskusi

 Jenis imaging pada OA knee :

X-ray : Pada hasil gambar x-ray akan menunjukkan ruang/celah antar sendi dari knee,

ostefit dan sclerosis subchondral, subchondral cyst serta kelainan bentuk dari varus

dan valgus juga dapat dinilai atau dilihat dari prosedur ini.

MRI : pemeriksaan dengan MRI dilakukan apabila pemeriksaan dengan

menggunakan x-ray dirasa kurang lengkap oleh dokter spesialis radiologi untuk

melihat adanya perubahan pada celah sendi dan struktur dalam sendi. Pada gamabran

MRI tampak lebih jelas meliputi abnormal kartilago, Csteophytes, edema pada tulang,

subarticular cysts, bone attrition, meniscus tears, abnormalitas ligament, synovial

thickening, joint effusion, intra-atricular loose bodies dan periarticular cysts.(Heidari,

2011). Namun, dikarenakan keterbatasan MRI pada biaya yang begitu mahal,
sehingga untuk kasus OA knee dominan menggunakan pemeriksaan X-ray (Gornale,

2016).

Ultrasonography (USG): Pada beberapa kondisi arthropathies kaum usia lanjut, USG

dapat menjadi opsi lain untuk pemeriksaan. Kasus OA Knee, USG berperan hanya

sebagia minor role. USG dapat melihat dengan baik adanya inflamasi akut pada OA

knee. Selain itu, pembengkakan pada soft tissue dan suprapattelar joint effusion dapat

didiagnosis dengan USG (Wick et al., 2014).

 Posisi imaging pada pasien OA knee :

- Proyeksi AP weight bearing bilateral : Pasien ditempatkan dalam posisi tegak

dengan knee full ekstensi, jari-jari kaki lurus ke depan dengan kaki diberi sedikit

jarak untuk keseimbangan. Pada posisi ini akan tampak struktur distal femur,

proksimal tibia dan fibula serta ruang femurotibial joint terlihat bilateral.

- Proyeksi lateral : Pada posisi ini akan tampak distal femur, proksimal tibia dan

fibula, serta patella terlihat dalam posisi lateral.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi yang banyak diderita pada usia

lanjut dan melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan

nyeri dan disability (Durso, 2009). Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia OA secara

sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses

inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).
Berdasarkan prinsip biomekanik dan struktur region dari jaringan cartilage articular

ditemkan menutupi bagian distal tulang serta cairan synovial joints, kondisi ini dapat

melemahkan sendi secara perlahan hingga beberapa waktu yang akhirnya menjadikan

derajat OA kronik serta disability pada lanjut usia (Marks, 2014). OA sering menyerang

sendi-sendi besar dan bilateral seperti knee, hip, spine dan feet.
Kellgren-Lawrence (KL) system merupakan metode yang valid untuk

mengkalsifikasikan OA menjadi 5 grades :

Grade Definisi Analisis


0 Normal tidak tampak gambaran radiografi OA

1 Doubtful OA Penyempitan celah sendi sudah mulai nampak,


namun masih minimal osteophyte yang
nampak
2 Mild OA Penyempitan celah sendi makin jelas,
osteophyte makin banyak, dengan subchondral
sclerosis namun deformitas belum tampak
3 Moderate OA Moderate osteophyte, penyempitan celah sendi
sangat jelas dan telah mulai tampak deformitas
4 Sever OA large osteophyte, celah sendi sudah hilang,
sever sclerosis, cyst dan deformitas terlihat
jelas.
Sumber : Gornale, 2016
2. Etiologi dan Faktor Risiko
OA Knee memiliki multifactorial etiologi yang mana diantaranya adalah

faktor sistemik dan local. OA dapat menyerang pada semua kalangan usia, akan

tetapi mayoritas pada kalangan usia lanjut. Etiologi yang paling memperparah
kejadian ialah faktor keturunan atau genetic. Partisipasi olahraga, injury pada joint,

obesitas, dan faktor genetic merupakan cikal bakal dari kejadian OA knee pada usia

dewasa. Adanya trauma pada knee joint sebelumnya dapat meningkatkan risiko OA

knee pada seseorang sebanyak 3,86 kali. Tekanan mekanikal pada sendi merupakan

salah satu penyebab OA dan satu diantarannya paling berisiko yaitu Body Mass

Index (BMI), perempuan, tingkat pendidikan yang rendah, obesitas, dan kekuatan

otot yang lemah. Dari beberapa literature, dikatakan bahwa ada dua faktor yang

berisiko menyebabkan OA knee yaitu Instrinsik (personal, gen, gaya hidup) dan

ekstrinsik (pekerjan). Pekerjaan yang memberikan kontribusi penyebab OA adalah

pekerjaan dengan banyak kneeling dan squatting. (Heidari, 2011).


Faktor Risiko OA Knee :

 Age  Muscle weakness


 Genetic susceptibility  Joint laxity
 Obesity  Mechanical forces
 Female gender  Kneeling
 Trauma  Squatting
 Repetitive knee trauma  Miniscal injuries
(Heidari, 2011).

3. Tanda dan Gejala


The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut idiopatik
berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut :

Klinis dan laboratorium Klinis dan radiologi Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut +


9 berikut : dari 3 berikut : minimal 3 dari 6
berikut :
Umur > 50 tahun Umur > 50 tahun Umur > 50 tahun
Stiffness < 30 menit Stiffness < 30 menit Stiffness < 30 menit

Krepitasi Krepitasi + osteofit Krepitasi


Nyeri pada tulang Nyeri pada tulang
Pelebaran tulang Pelebaran tulang
Tidak hangat pada perabaan Tidak hangat pada
perabaan
LED < 40mm/jam
Rheumatoid factor <1:40

Cairan sinovial : jernih,


viscous,lekosit <2000/mm3

Gejala awal dan paling banyak dialami oleh penderita OA Knee adalah nyeri dan

stiffness pada sendi lutut ( Wick, 2014). Gejala klinik yang ditemukan pada OA knee

adalah nyeri lutut, morning stiffness, krepitus, keterbatasan range of motion (ROM)

sendi.
4. Patofisiologi
Prognosis dari OA knee merupakan interaksi dari beberapa faktor dan proses

itu tergantung dari faktor lokal dan sistemik. Evidence dari obesitas yang merupakan

sindrom kompleks yang mana adanya aktivasi abnormal dari neruoendokrin dan

jalur pro-inflamasi untuk mnegontrol absorbs makanan, ekspansi lemak dan

perubahan metabolic. Aktivasi dari jaringan white adipose meningkatkan sintesis

dari pro inflammatory sitokin, seperti IL-6, IL-1, IL-8, TNF alpha, IL-18, akan tetapi

menurunkan sitokin regular seperti IL-10. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas

mampu meningkatkan risiko untuk terjadinya inflamasi pada sendi sehingga

meninmbulkan rasa nyeri. Gen pembawa obesitas akan memproduksi leptin yang

mana akan bermanfaat untuk progress dari OA itu sendiri. Leptin dapat juga

memprduksi osteoblast dan sel chondrocytes serta memproduksi substan local. Level

leptin yang signifikan terdapat pada kartilago dan osteofit dari pasien OA, yang

mana beberapa chondrocytes memproduksi leptin pada kartilago orang sehat juga.
5. Epidemologi

Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada prevalensi di

negara lainnya. The National Arthritis Data Workgroup (NADW) memperkirakan

penderita osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 juta yang terjadi

pada usia 18 tahun keatas. Data tahun 2007 hingga 2009 prevalensi naik sekitar 1
dari 5 atau 50 juta jiwa yang didiagnosis dokter menderita osteoartritis (Murphy dan

Helmick, 2012). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari

wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar

24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi

OA tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah

Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi

yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). Gejala OA lutut lebih tinggi terjadi pada wanita

dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada laki-laki. Sekitar 10%

orang yang berusia lebih dari 55 tahun mengalami nyeri di lutut akibat peradangan

sehingga menganggu aktivitasnya. Hasil penelitian meta analysis menyatakan bahwa

wanita lebih besar risiko untuk terkena OA knee dan biasanya terjadi setelah masa

menopause
BAB III

PENANGANAN FISIOTERAPI PADA OA KNEE

1. Diagnosis Fisioterapi (ICF) :

Body Structure : Structure of Lower Extremity (s750)

Body Function :

• proprioception (b260) • stability of joints (b715)

• sensation of pain (b280) • muscle power (b730)

• mobility of joints (b710) • muscle endurance (b740)

Activity :

 transferring oneself (d420) • standing up or remaining seated

-bending down, squatting, kneeling for long period moving around

- sitting down and getting up from (d455)

bed or chair - ascending and descending stairs

- getting in and out of a car - cycling, driving

- lying down, turning over in bed - traveling by bus/train/tram

 walking (d450) • washing oneself (d510)

• toileting (d530)

• dressing (d540)

Participan Retriction :

• remunerative employment (d850)

• non-remunerative employment (d855)

• community life (d910)

• recreation, leisure, and sport (d920)


2. Planning Jangka Pendek

 Mengurangi Nyeri

 Meningkatkan Luas Gerak Sendi

 Mencegah Stiffnes

3. Planning Jangka Panjang

 Mempertahankan Kekuatan Otot

 Dapat beraktifitas tanpa alat bantu / mandiri

4. Intervensi :

 Exercise therapy : muscle strengthening exercises, exercises to increase aerobic

performance and walking exercises, supplemented by functional exercise,

 Hydrotherapy

 Manual Therapy : mobilization , open chain kinematic

 Modalities : Ultrasound, TENS/ES, Thermotherapy (IR, MWD, SWD),

 Tambahan : taping, brace/ orthoses

5. Kontraindikasi Fisioterapi :

 Peningkatan suhu tubuh yang mendadak, adanya oedema dan kemerahan pada

sendi lutut

 Peningkatan nyeri pada sendi lutut yang mendadak

 Nyeri pada saat istirahat dan adanya oedema tanpa trauma

 Weight bearing yang berlebihan

 L

(KNGF, 2010)
Reffrence :

1. KNGF (Koninklijk Nederlands Genootschap voor Fysiotherapie). 2010. KNGF

Guideline for Physical Therapy in patients with Osteoarthritis of the hip and knee.

Supplement to the Dutch Journal of Physical Therapy 120 (1) 2010

2. Heidari, Behzad. 2011. Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and

features: Part I. Caspian J Intern Med 2011; 2(2):205-212

3. Marks, Roy. 2014. Osteoarthritis and Articular Cartilage: Biomechanics and Novel

Treatment Paradigms. Advances in Aging Research, 3, 297-309.

http://dx.doi.org/10.4236/aar.2014.34039

4. Gornale, Shivanand S. Pooja U. Patravali, and Ramesh R. Manza. 2016. Detection of

Osteoarthritis using Knee X-Ray Image Analyses: A Machine Vision based Approach.

International Journal of Computer Applications (0975 – 8887) Volume 145 – No.1,

July 2016

5.

Anda mungkin juga menyukai