Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN OSTEOARTHRITIS (OA)

Oleh :
I Gusti Ayu Dewi Indra Lestari
NIM. C2119060

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal lansia dan dampaknya


Beberapa perubahan terjadi pada status muskuloskeletal lansia. Perubahan ini
sering kali memiliki dampak yang besar pada kesehatan dan fungsi lansia. Seiring
bertambahnya usia, terjadi penurunan total massa otot tulang. Penurunan massa tulang
terjadi saat tulang kehilangan kalsium, menyebabkan struktur tulang mengecil dan
melemah.Semua ini menempatkan lansia resiko patah tulang yang lebih tinggi. Bila
kehilangan sel tulang menjadi lebih parah, lansia dapat didiagnosis menderita
osteoporosis.
2. Definisi
Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degenerasi sendi yang terjadi pada
kartilago yang ditandai dengan timbulnya nyeri pada saat terjadi penekanan pada
sendiyang terkena (Sonjaya, M. R., Rukanta, D. & Widayanto, 2015).
Osteoarthritis adalah salah satu jenis arthritis yang paling umum terjadi. Kondisi
ini menyebabkan sendi-sendi terasa sakit dam kaku. Pembengkakan juga dapat terjadi
pada sendi-sendi tersebut. Sendi yang paling sering mengalami kerusakan pada kondisi
ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung (Anies, 2018).
Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Sya’diyah, 2018).

3. Klasifikasi
a. Berdasarkan penyebabnya
OA dibedakan menjadi dua,yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer, atau dapat
disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak
disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA
sekunder merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistemendokrin,
metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter)dan immobilisasi yang terlalu
lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan
dengan OA sekunder
b. Berdasarkan Sendi yang terkena
1) OA Tangan
2) OA Lutut
3) OA Kaki
4) OA Koksa
5) OA Vertebra
6) OA Generalisata/sistemik
7) OA di tempat lainnya ( PRI, 2014).

4. Epidemiologi
Osteoarthritis (OA) adalah salah satu dari 10 penyebab utama kelumpuhan dan
gangguan pergerakan sendi. Menurut data dari WHO, terdapat 9,6% laki-laki dan 18,0%
wanita di atas usia 60 tahun memiliki OA simtomatik.Terdapat lebih dari 30 juta orang
di Amerika Serikat memiliki OA. Sedangkan, di Inggris terdapat sekitar 8 juta orang
mengalami OA.
Prevalensi OA dapat berbeda-beda berdasarkan etnis, jenis kelamin, dan usia. OA
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, 80-90% pasien dengan OA berusia 65
tahun ke atas dan ditemukan lebih sering pada wanita, dengan rasio wanita-pria
Berdasarkan keterlibatan sendinya, OA paling sering ditemukan di lutut, tangan,
dan panggul. Menurut studi kohort Framingham, prevalensi OA simtomatik pada tangan,
lutut, dan panggul adalah 6,8%, 4,9%, dan 4,3%. Sedangkan, OA radiografik ditemukan
sebanyak 19,2% pada lutut, 27,2% pada tangan, dan 19,6% pada panggul. Angka ini
berbeda dengan studi Johnston County Osteoarthritis Project (JCOP), dimana prevalensi
OA simtomatik ditemukan sebanyak 16,7% di lutut dan 9% di panggul.[14] Di Cina, OA
paling sering ditemukan terjadi pada sendi lutut.
Prevalensi OA di Indonesia tidak terdata dengan jelas. Salah satu penelitian di
Bandung mendapatkan bahwa 74,48% dari keseluruhan kasus reumatik pada tahun 2004
merupakan kasus OA, dimana 69% diantaranya adalah pasien wanita dan 87%
merupakan OA lutut.
5. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan
wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan,
tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),
diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia mudah
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

6. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian
ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk
ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.
Pathway

Gangguan metabolism kartilago dan


kerusakan proteoglikan

Reaksi peradangan

Nyeri Infiltrasi ke dalam os Sinovial Menebal


subcondria

Deformitas sendi Gangguan


Hambatan nutrisi pada kartilago
citra tubuh
artikularis

Kerusakan kartilago dan tulang Kartilago nekrosis

Erosi Kartilago
Tendon dan ligament melemah

Adhesi pada
permukaan sendi

Hilangnya kekuatan otot Mudah luksasi dan


Ankilosis fibrosa
sublukasi
ankilosis tulang
Resiko Cedera
Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan
sendi
Hambatan mobilitas
fisik

(Nurarif & Kusuma, 2015)


7. Gejala Klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).

8. Pemeriksaan Diagnosis
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen

9. Terapi/ Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin:
Golongan bahan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh
makanan diberikan
Karbohidrat Semua –
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, keju usus, limpa, paru-paru, otak,
ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr atau –
tahu, tempe, oncom
Lemak Minyak dalam jumlah terbatas.
Sayuran Semua sayuran sekehendak kecuali: –
asparagus, kacang polong, kacang
buncis, kembang kol, bayam, jamur Asparagus, kacang polong,
maksimum 50 gr sehari kacang buncis, kembang kol,
Buah-buahan Semua macam buah bayam, jamur maksimum 50
gr sehari
Minuman Teh, kopi, minuman yang -
mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Alkohol

Ragi

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan
berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan
makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

10. Komplikasi
Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
a. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
b. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
c. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
d. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien Osteoartritis

A. Pengkajian secara Umum


1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat,
nomor registrasi.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari pertolongan.
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri pada sendi.
Keluhan ini yang akan dijadikan masalah dan harus ditangani oleh perawat.
3. Genogram
Riwayat keluarga yang menggunakan simbol-simbol khusus untuk menjelaskan hubungan
dan dinamika keluarga dalam beberapa generasi. Biasanya sering digunakan untuk
mengetahui penyakit genetika dll.
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan harus dikaji sebagai pertimbangan perawat dalam mengkaji apakah
pasien sudah pernah mengalami gejala osteoartritis atau tidak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena apakah pasien mempunyai keluarga
dengan penyakit yang sama atau penyakit keterunan lainnya seperti : DM, alergi,
Hipertensi ( CVA ), asma, diabetes mellitus.
6. Riwayat Lingkungan Hidup
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pola hidup sehari-
hari, sebagai penyebab atau pemicu terjadinya osteoartritis.
7. Riwayat Rekreasi
Mengidentifikasi kegiatan rekreasi pasien saat masih sehat untuk menghilangkan penat
dan membuat pasien senang
8. Sumber/Sistem Pendukung Yang Digunakan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu:
a. Kapan pengobatan dimulai.
b. Dosis dan frekuensi.
c. Waktu berakhirnya minum obat
9. Deskripsi Hari Khusus
Kegiatan yang sering dilakukan saat sebelum sakit yang sangat berkesan bagi pasien.
10. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan serangan,
serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah dilakukan
perawat untuk mengatasi keluhan tersebut
11. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit pada persendian yang dialami pasien
sampai pasien susah beraktivitas.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu normal dan respirasi rate normal ataupun
meningkat.
c. IMT
Untuk mengetahui status gizi pasien.
d. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna rambut.
o Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan
penglihatan.
o Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan cuping
hidung, tidak ada sekret.
o Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
o Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen.
o Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena
jugularis dan kelenjar limfe.
e. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal
premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan,
perkusi thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah thorax.
f. Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena inmobilisasi,
ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen
atau tegang.
g. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perineum, kulit sekitar kelamin dan anus.
h. Muskuloskeletal
o Kontraktur : atrofi otot, tendon mengecil dan ketidakadekuatan gerakan sendi
o Tingkat mobilisasi : ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan, keterbatasan
gerak, kekuatan otot dan kemampuan melangkah atau berjalan
i. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi nyeri
hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.
j. Pernapasan
o Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
o Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
o Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
o Riwayat merokok
k. Sistem Integument
o Kulit : temperatur, tingkat kelembaban, keutuhan kulit, turgor (kekenyalan kulit),
perubahan pigmen
o Adanya jaringan parut
o Keadaan kuku
o Keadaan rambut
o Adanya gangguan umum
l. Sistem Genitourinaria
o Urine (warna dan bau)
o Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air
kecil)
o Frekuensi, tekanan, atau desakan
o Pemasukan dan pengeluaran cairan
o Disuria
m. Sistem Reproduksi
Seksualitas
o Kurang minat melakukan seks
o Adanya disfungsi seksual
o Gangguan ereksi
o Dorongan/daya seks menurun
o Hilangnya kekuatan dai gairah seksualitas
o Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
n. Sistem persyarafan
o Kesimetrisan raut wajah
o Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
o Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
Pupil : kesamaan, dilatasi
o Ketajaman penglihatan menurun karena menua: jangan di uji di depan jendela,
gunakan gambar atau tangan, cek kondisi kacamata
o Gangguan sensori
o Ketajaman pendengaran : apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar jangan di bersihkan, adanya rasa sakit atau nyeri
o. Sistem kardiovaskular
 Sirkulari perifer warna, dan kehangatan
 Auskultasi denytut nadi apikal
 Periksa adanya pembengkakan  vena  jugularis
 Pusing
 Sakit/nyeri
 Edema
p. Sistem Gatrointestinal
 Status Gizi
 Asupan Diet
 Anoreksia, tidak dapat mencerna,mual, muntah
 Status Gizi
 Asupan Diet
 Anoreksia, Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
 Auskultasi bising usus
 Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
 Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alvi

12. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Psikososial
Pengkajian psikososial adalah suatu proses yang berlanjut dan dinamis yang dimulai
dengan kontak awal dengan klien dan dilanjutkan dengan perawat-klien yang
seksama. Fokus pengkajian psikososial adalah mengkaji kesulitan dalam hidup sehari-
hari klien. Dalam membuat data dasar dalam pengkajian kesehatan adalah
mengumpulkan informasi subyektif melalui wawancara. Wawancara adalah suatu
pola komunikasi menuntun untuk tujuan khusus dan berfokus pada isi bidang khusus.
Selama wawancara perawat menggunakan keterampilan komunikasi untuk
memfokuskan perhatian pada tingkat kesejahteraan klien. Perawat juga menolong
klien untuk mengerti perubahan yang sedang terjadi atau akan terjadi dalam pola
kehidupan mereka.
b. Identifikasi Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap 1
o Apakah klien mengalami sukar tidur?
o Apakah klien sering merasa gelisah?
o Apakah klien sering merasa murung atau menangis sendiri?
o Apakah klien sering was-was atau kuatir?
lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari/sama dengan 1 jawaban “Ya“
Pertanyaan Tahap 2
o Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
o Ada masalah atau banyak pikiran?
o Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain?
o Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
o Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ”Ya”: masalah emosional positif (+)
artinya tidak mengalami gangguan emosional. Sedangkan emosional negative (-)
artinya mengalami gangguan emosional

c. Spritual
Spiritual yaitu kegiatan keagamaan yang sering dilakukan oleh pasien saat sebelum
dan sesudah sakit. Selain itu bagaimana tanggapan pasien mengenai penyakit yang
diderita pasien saat ini sesuai dengan kepercayaan pasien.
13. Pengkajian Fungsional
a. Indeks Bathel
Indeks Bathel adalah suatu alat atau instrument ukur status fungsional dasar berupa
kuisioner yng berisi atas 11 butir pertanyaan terdiri dari mengendalikan rangsangan
buang air besar dan buang air kecil, membersihkan diri, penggunaan toilet-masukdan
keluar toilet, makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya,
mobilitas/berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi. Dengan keterangan
mandiri, ketergantungan sebagian dan ketergantungan total.

No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


. Bantuan
1 Makan 5 10 Frek :
Jml :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frek :
Jml :
Jenis :
3 Berpindah dari kursi roda 5-10 15
ke tempat tidur/sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frek :
muka, menyisir rambut,
menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan datar 0 5 Frek :
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frek :
Kons :
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frek :
Warna :
Keterangan
110 : mandiri
65-105 : ketergantungan ringan
≤60 ketergantungan total
b. Pengkajian SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)
Pengkajian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.
Terdiri dari 10 pertanyaan tentang orientasi, riwayat pribadi, memori dalam
hubungan dengan kemampuan matematis.
No. Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir) ?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah
Adapun indikasi keterangannya yaitu Interpretasi hasil :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

c. Pengkajian Mini Mental Stase Exam (MMSE)


Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk melengkapi dan nilai, tetapi tidak dapat
digunakan untuk tujuan diagnostic. Pengkajian ini menguji aspek kognitif dari fungsi
mental seperti orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali dan
bahasa. Hal ini juga bergunauntuk mengkaji kemajuan pasien.
No. Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria
Maks Klien
1 ORIENTASI 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 ORIENTASI 5 Dimana kita sekarang :
 Negara
 Provinsi
 Kota
 Panti werda
 Wisma
3 REGISTRASI 3 Sebutkan 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
objek, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tdi
(untuk disebutkan)
 Objek
 Objek
 Objek
4 PERHATIAN 5 Minta klien memulai dari angka
DAN 100 kemudian dikurangi 7
KALKULASI sampai 5 kali
 93
 86
 79
 72
 65
5 MENGINGAT 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada nomor 2
(registrasi) tdi, bila benar 1
point untuk 1 objek
6 BAHASA 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien (misalnya jam
tangan atau pensil)
Minta kepada klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
ada, jika dan, atau, tetapi” bila
benar, nilai 2 poin. Bila
pernyataan benar 2-3 buah,
misalnya : tidak ada, tetapi
maka nilai 1 poin
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah :”ambil kertas
ditangan anda, lipat dua dan
taruh di lantai”
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 poin)
 Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis 1 kalimat dan
menyalin gambar
Nilai total
Interprestasi hasil :
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

d. Status Psikologis
Yaitu menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu
dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistic. Proses ini meliputi
interkasi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan
intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi
dapat menganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan
interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi social dan disfungsi
dalam penampilan peran juga dapat mempenagruhi perubahan aktivitas sehari-hari.

No. Pertanyaan Jawaban Skor


1 Pada dasarnya puaskah anda dengan hidup anda Ya Tidak*
saat ini?
2 Apakah anda membatalkan banyak dari rencana Ya* Tidak
kegiatan/minat anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda ini hampa? Ya* Tidak
4 Seringkah anda merasa kebosanan? Ya* Tidak
5 Apakah anda memiliki suatu harapan dimasa Ya Tidak*
depan?
6 Apakah anda terganggu dengan memikirkan Ya* Tidak
kesulitan anda tanpa jalan keluar?
7 Apakah anda sering kali merasa bersemangat? Ya Tidak*
8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal buruk Ya* Tidak
bakal menimpa anda?
9 Apakah anda sering kali merasa gembira? Ya Tidak*
10 Apakah anda sering kali merasa tak terbantukan? Ya* Tidak
11 Apakah anda sering kali merasa gelisah dan Ya* Tidak
resah?
12 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah Ya* Tidak
daripada keluar rumah dan melakukan sesuatu hal
baru?
13 Apakah anda sering kali mengkhawatirkan masa Ya* Tidak
depan anda?
14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat Ya* Tidak
anda?
15 Apakah anda berpikir/ bersyukur masih hidup Ya Tidak*
saat ini?
16 Apakah anda sering kali merasa sedih dan putus Ya* Tidak
asa?
17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Ya* Tidak
18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu Ya* Tidak
anda?
19 Apakah menurut anda kehidupan ini penuh Ya Tidak*
tantangan yang menyenangkan?
20 Apakah anda merasa kesulitan untuk mengawali Ya* Tidak
suatu kegiatan tertentu
21 Apakah anda merasa diri anda penuh energi? Ya Tidak*
22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi Ya* Tidak
tanpa harapan?
23 Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih Ya* Tidak
baik dari anda?
24 Apakah anda seringkali merasa marah hanya Ya* Tidak
karena alasan sepele?
25 Apakah anda sering merasakan bagaikan Ya* Tidak
menangis?
26 Apakah anda kesulitan berkonsentrasi? Ya* Tidak
27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan Ya Tidak*
menyenangkan?
28 Apakah anda lebih suka menghindari Ya* Tidak
acara/sosialisasi?
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil suatu Ya Tidak*
keputusan?
30 Apakah anda berpikiran jernih sebagaimana Ya Tidak*
biasanya?
Total

*Tiap jawaban yang bertanda bintang dihitung 1 poin


Interpretasi hasil:
0-4 : depresi tidak terjadi
5-14 : suspek depresi
15-22 : depresi ringan
> 22 : depresi berat

e. Indeks Kazt
Indeks katz merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari), dapat juga untuk
meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada lansia. Adapun aktivitas
yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting, transferring, continence dan
feeding. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan
aktivitas rehabilisasi.
Aktivitas Mandiri Tergantung
Mandi 1 0
Berpakaian 1 0
Toilet 1 0
Berpindah 1 0
Kontinensia (mengontrol) 1 0
Makan 1 0
Skor =
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain,
seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
Skor: >4 = mandiri
3-4 = dibantu
<3 = tergantung

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik berhuungan dengan kekakuan sendi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
4. Resiko Cedera
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Rencana Keperawatan
Diagnosa
. Tujuan dan Kriteria Rasional
Keperawatan Intervensi
Dx Hasil
1 Nyeri akut NOC Label NIC : 1. Perubahan karakteristik nyeri dapat
berhubungan 1. Kontrol nyeri Manajemen Nyeri menunjukkan peneybaran penyakit.
dengan agen cedera 2. Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 2. Wajah meringis tanda pasien nyeri
biologis 3. Tanda-tanda vital komprehensif meliputi lokasi, 3. Dapat menunjukkan faktor pencetus
Setelah diberikan asuhan karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri
keperawatan selama kualitas dan faktor presisposisi 4. Keluarga mampu membantu mengurangi
..x… jam diharapkan 2. Observasi adanya petunjuk non verbal nyeri pasien dnegan membantu kompres
nyei terkontrol mengenai ketidaknyamanan hangat.
Kriteria hasil : 3. Gali bersama pasien faktor-faktor 5. Teknik non farmakologis seperti
a. Melaporkan tanda yang dapat menurunkan atau relaksasi nafas dalam mampu
dan gejala nyeri memperberat nyeri mengurangi nyeri
b. Teknik relaksasi 4. Libatkan kluarga dalam modalitas 6. Analgetk mengurangi rasa nyeri.
yang efektif penurun nyeri, jika memungkinkan
c. Rejimen obat 5. Ajarkan teknik nonfamakologi
yang tepat 6. Pastikan perawatan analgetik
d. Skala nyeri
berkurang
e. Tekanan darah,
nadi, suhu, dan Monitor tanda-tanda vital:
status pernafasan Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
dalam batas status pernafasan dengan tepat Mengetahui keadaan umum pasien.
normal

2 Hambatan NOC Label NIC Label


mobilitas fisik 1. Joint Movement : Exercise therapy : ambulation 1. Tanda-tanda vital untuk mengetahui
berhubungan Active 1. Monitoring vital sign sebelum atau kondisi umum pasien
dnegan kekakuan 2. Mobility level sesudah latihan dan lihat respon 2. Untuk melatih pasien melakukan
sendi. 3. Self care : ADLs pasien saat latihan aktivitas berjalan secara mandiri
4. Transfer dengan bantuan
performance 2. Bantu klien untuk menggunakan 3. Terapi yang berlebihan dan tidak
Setelah diberikan asuhan tongkat saat berjalan dan cegah sesuai standar kebutuhan dapat
keperawatan selama ..x terhadap cedera membuat cidera bertambah atau
… jam diharapkan tidak 3. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan cidera baru.
terjadi mobilitas fisik lain tentang teknik ambulasi. 4. Mengetahui tingkat kemampuan
dengan : 4. Kaji kemampuan pasien dalam klien dalam beraktivitas
Kriteria hasil : mobilisasi 5. Gerakan aktif meberikan kekuatan
1. Klien meningkat otot
5. Latih pasien dalam pemenuhan
dalam aktivitas fisik 6. Untuk membantu fleksibilitas sendi
kebutuhan ADLs secara mandiri
2. Mengerti tujuan dari sesuai kemampuan
sesuai kemampuan
peningkatan 7. Untuk mengetahui terapi yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2018). Penyakit Degeneratif (edisi 1; N. Hidayah, ed.). AR-RUZZ MEDIA.


Ariani, A. P. (2018). Fisioterapi (Edisi 1; J. Budi, ed.). Yogyakarta: Nuha Medika
Bulechek G, dkk. 2017. Nursing Interventions Classification (NIC) Six Edition. Yogyakarta:
Mocomedia.
Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead S,dkk. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Yogyakarta :
Mocomedia

Nanda International. 2018. Diagnosis Keperawatan 2018-2020. Jakarta : EGC

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Media dan
NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Perhimpunan Reumatologi Indonesia (PRI). 2014. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Osteoatritis Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoatritis
diuduh 22 April 2020 dari
http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi IRA
_Osteoatritis__2014.pdf
Sonjaya, M. R., Rukanta, D. & Widayanto, W. (2015). Karakteristik Pasien Osteoarthritis
Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakil Al-Islam Bandung Tahun 2014.
Kedokteran, 506–512.
Sya’diyah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi (Edisi 1; H. Sya’diyah,
ed.). Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Price, Sylvia A, Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai