Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN KASUS UROLITHIASIS


PADA SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Oleh:
ARNANDO RESIYA ATMADJA
NIM : 01.2.18.00641

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Definisi
Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang sudah lama
ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki memiliki risiko lebih
besar dari pada wanita hal ini dikarenakan panjang uretra laki-laki lebih panjang dari
wanita yaitu 1722,5 cm dan untuk wanita 2,5-3,5 cm.
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem
penyalur urine, tatapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal ini
terutama pada batu besar yang tersangkut pada pelvis ginjal. Makna klinis batu
terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin atau menimbulkan trauma yang
menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada kedua kasus ini terjadi peningkatan
predisposisi infeksi bakteri .
Urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu pada ginjal dan saluran
kemih. Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir atau kerikil,
sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Bahan-bahan yang dapat
menjadikan batu saluran kemih meliputi :
a) Kalsium fosfat atau oxalate,
b) Purine derivative,
c) Amonium fosfat magnesium (struvite)
d) Cystein,
e) Kombinasi dari materi diatas, dan
f) Obat atau racun (phenytoin, triamterene)

1.1.2 Etiologi
Pada kebanyakan penderita batu saluran kemih tidak ditemukan penyebab
yang jelas (idiopatik), akan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang berperan pada
pembentukan batu saluran kemih, dapat dibagi atas ;
1) Faktor endogen ; seperti faktor genetic-familial pada hipersistiuria,
hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
2) Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
3) Patogenesis dan patofisiologi
1.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit urolithiasis sangat ditentukan oleh letaknya,
besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan
gejala yang umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga
ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik
lainnya. Gejala dan tanda yang utama dari adanya batu ginjal atau uretra adalah
serangan nyeri hebat yang tiba-tiba dan tajam. Berdasarkan bagian organ yang
terkena nyeri ini disebut kolik ureter atau kolik renal. Kolik renal terasa di regio
lumbal menyebar ke samping dan ke belakang menuju daerah testis pada laki-laki dan
kandung kencing pada wanita. Kolik uretra terasa nyeri di sekitar genitalia dan
sekitarnya. Saat nyeri ditemukan mual, muntah, pucat, berkeringat, dan cemas serta
sering kencing. Nyeri dapat berakhir beberapa menit hingga beberapa hari. Nyeri
dapat terjadi intermiten yang menunjukan batu berpindah-pindah. Nyeri yang
disebabkan oleh batu pada ginjal tidak selalu berat dan menyebabkan kolik kadang-
kadang terasa nyeri tumpul atau terasa berat.
1. Batu pelvis ginjal
Tanda dan gejala yang ditemui adalah :
a. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam
bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus-menerus dan hebat karena
adanya pielonefritis.
b. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
c. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada
sisi ginjal yang terkena.
d. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
e. Gangguan fungsi ginjal.
f. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
2. Batu ureter
a. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau
tanpa muntah.
b. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal.
c. Perut kembung (ileus paralitik).
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
3. Batu kandung kemih
a. Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung
kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti
dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
b. Pada anak, menyebabkan anak tersebut menarik penisnya waktu BAK
sehingga tidak jarang terlihat penis yang sedikit panjang.
c. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga
terdapat nyeri menetap suprapubik.
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
4. Batu prostat
Pada umumnya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograd.
5. Batu uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung
kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi
menyangkut di tempat yang agak lebar. Gejala yang ditimbulkan umumnya
sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan nyeri. Penyulitnya
dapat berupa terjadinya di vertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena
obstruksi urin.

1.1.4 Patofisiologis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat
simtomatik ataupun asimtomatik. Ada beberapa teori terbentuknya batu, yaitu ;
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik
sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin
yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat,
sedangkan pada urin yang alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat, seperti ; peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu
saluran kencing.

Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan diduga ikut mempengaruhi
kalkugenesis, antara lain ;
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh bakteri yang
memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi
alkali dan mengendapkan garam-garam fosfat.
2. Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadi infeksi.
3. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada
pria. Ratio pria dan wanita yang mengalami urolithiasis adalah 4 : 1.
4. Ras Batu saluran kemih lebih sering ditemukan di Afrika, dan Asia.
Di Amerika Serikat, anak-anak berkulit putih sering terkena urolithiasis
dibandingkan dengan anak kulit hitam.
5. Keturunan
Anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk menderita batu saluran kemih dari pada yang
lain.
6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
kemungkinan terjadinya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah
pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar
mineralnya terutama kalsium dipekirakan mempengaruhi terbentuknya batu
saluran kemih.
7. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan
mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kemih dari pada pekerja
yang banyak duduk.
8. Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka mordibitas
batu saluran kemih berkurang. Penduduk vegetarian yang kurang makan
putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih.
9. Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu saluran kemih.

Selain oleh kelainan bawaan atau cidera, keadaan patologik dapat disebabkan
oleh infeksi, pembentukan batu di saluran kemih, dan tumor. Keadaan tersebut sering
menyebabkan bendungan karena hambatan pengeluaran urin. Infeksi, trauma, dan
tumor dapat menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi
bendungan dan stasis yang memudahkan infeksi. Lingkungan stasis dan infeksi
memungkinkan terbentuknya batu yang juga menyebabkan bendungan dan
memudahkan infeksi karena bersifat sebagai benda asing. Infeksi biasanya meluas,
misalnya sistitis menyebabkan penyulit berupa vesikulitis, epididimitis, bahkan
sampai orkitis. Stasis urin, urolithiasis, dan infeksi saluran kemih merupakan
peristiwa yang saling mempengaruhi. Secara berantai saling memicu, saling
memberatkan dan saling mempersulit penyembuhan.
PATHWAY BATU SALURAN KEMIH
Urolithiasis

Penurunan urine flow pada UV stagnansi urine

Iritabilitas mukosa ureter meningkat regangan oto destrusor

Lesi dan inflamasi meningkat sensifitas

Nyeri Akut

Stress ulcer HCL meningkat Nausea


Vemiting

Ketidakseimbangan
nutrisi : Kurang dari
kebutuhan tubuh

Robekan vaskuler

Hematuria/gross hematuria Kebocoran plasma

Resiko keseimbangan volume Absorbsi nutrient inadekuat


Cairan

Refluks Haluran Inadekuat

Hidronephrosis Retensi Urin

Resiko gangguan fungsi ginjal Gangguan eliminasi urin


Meningkat
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien urolithiasis adalah
radiografi ginjal, ureter, dan kandung kemih (KUB radiograph). Intra Venous
Pyelogram (IVP) juga sering dilakukan untuk mengetahui tempat sumbatan dan
keparahannya. Urinanalisa menunjukkan hematuria mikroskopis atau gros, sel darah
putih (SDP), perubahan pH, dan kristal kalsium, asam urat, atau sistin yang
menunjukkan batu. Kultur urin menandakan bakteri bila telah terjadi infeksi dan sel
darah putih meningkat Blood Urea Nitrogen (BUN) serum dan kreatinin meningkat
bila terjadi kerusakan ginjal.
1. IVP (Intra Venous Pyelogram)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd (Purnomo, 2003: 64).
2. Analisa urin
Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan pH, protein, dan gula dalam urin.
Pemeriksaan mikroskopi mencari kemungkinan adanya sel-sel darah didalam
urin. Pengkajian makroskopis dengan menilai warna dan bau urin.
3. Darah rutin
Peninngkatan leukosit dan (Laju Endap Darah) LED menandakan aktifnya proses
inflamasi untuk melawan kuman yang menginvasi saluran kemih.
4. Fungsi ginjal
Pemeriksaan BUN, ureum dan kreatinan di dalam serum merupakan uji faal
ginjal yang paling sering dipakai di klinik. Bersihan kreatinin menunjukkan
kemampuan filtrasi ginjal. Dalam menilai faal ginjal, pemeriksaan ini lebih peka
dari pada pemeriksaan kreatinin atau BUN. Kadar klirens normal pada orang
dewasa adalah 80-120ml/menit.
5. Analisa batu
Analisa batu ini adalah pemeriksaan untuk memeriksa jenis batu yang sudah
keluar dan mencegah kekambuhan kembali.
6. Foto polos abdomen
Foto ini digunakan untuk melakukan skrining untuk pemeriksaan kelainan pada
saluran kemih.
7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa kerusakan tubular dan iskemik partial.
Selain itu juga dapat terjadi obstruksi yang menyababkan hidronefrosis, infeksi,
dan gangguan fungsi ginjal.

1.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan batu saluran kemih adalah menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri serta mencegah terjadinya gagal ginjal
dan mengurangi kemungkinan terjadinya
1. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretra adalah untuk mengurangi
nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a. Pemberian morfin atau meperidin untuk mencegah syock dan sinkop akibat
nyeri.
b. Mandi air hangat di area pingul.
c. Pemberian cairan, kecuali pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang
memerlukan pembatasan cairan. Pemberian cairan dapat meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruangan di belakang batu sehingga mendorong passe
batu ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi
kritaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopi dan pasase kateter uretral untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi. Ketika batu ditemukan, dilakukan analisis kimiawi
untuk menentukan komposisinya dan membuktikan indikasi mengenai penyakit
yang mendasari.
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotripsy)
Prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kencing dengan
menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh.
Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Alat ini
memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa
tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmenfragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar akan menimbulkan perasaan
nyeri.
b. Endurologi Beberapa tindakan endurologi yaitu:
a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) Pengeluaran batu yang berada
di saluran ginjal dengan cara memaksukkan alat endoskopi ke sistem
kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b) Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator
Ellik.
c) Ureteroskopi
Memasukkan alat uretroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter
atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu batu
yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi ini.
d) Ekstansi Dormia
e) Pengeluaran batu ureter dengan menjarinngnya melalui alat keranjang
Dormia.
c. Bedah Laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk menngambil batu ureter.
d. Bedah Terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain : pielolitotomi atau nefrolitotomi, untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk mengambil
batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengerutan
akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.
Selain itu obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :
a) Batu asam urat dengan obat potasium alkali dan allopurinol.
b) Batu karena infeksi (strufit) dengan antibiotika dan AHA ( Amino Hydroxamic
Acid).
c) Batu kalsium dengan natrium selulosa fosfat, thiazide, orthofosfat, potasium
sitrat, magnesium sitrat, allopurinol, potasium alkali, pyridoxin, kalsium
suplemen.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Data objektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi sebelumnya.
2) Menngeluh nyeri akut, berat, nyeri kholik
3) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasas terbakar, dan
dorangan berkemih.
4) Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyektif meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah dan nadi.
2) Kulit pucat.
3) Oliguria, hematuria.
4) Perubahan pola berkemih.
5) Distensi abdominal, penurunan atau tidak ada bising usus.
6) Muntah.
7) Nyeri tekan pada arae ginjal saat dipalpasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Penurunan haluaran urin.
2) Kandung kemih, rasa terbakar.
3) Dorongan berkemih, mual/muntah.
4) Nyeri abdomen.
5) Nyeri punggung.
6) Nyeri panggul.
7) Kolik ginjal.
8) Kolik uretra.
9) Nyeri waktu kencing.
10) Lamanya nyeri.
11) Demam.
d. Riwayat penyakit yang lalu
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Obstruksi sebelumnya.
3) Riwayat kolik ginjal/ bleder tanpa batu yanng keluar.
4) Riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Penyakit atau kelainan gagal ginjal lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas.
2) Sirkulasi.
3) Eliminasi.
4) Makanan/ cairan.
g. Test diagnostik
1) Urinalisis.
2) Urine kultur (infeksi, hematuri, kristal).
3) Radiografi (Computed Tomografi Scan, IVP (Intra Venous Pylogram)).
4) Endoscopi.
5) Cystocopy.
6) Ureteroscopy.
7) Nephroscopy.
8) Laboratorium (tes kimia serum; identifikasi kalsium, phospate, oksalat,
cystin, fungsi renal ; darah lengkap, urine 24 jam, ekskresi phospate, kalsium,
asam urat, kreatinin, dan analisa batu (komposisi batu))

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien penyakit batu saluran kemih yang
di tegakan berdasarkan diagnosa SDKI, yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Nyeri akut (D.0077)

Definisi :Pengalaman sensorik dan emosional yang berkaitan dengan jaringan


aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan

Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis ( mis., inflamaso, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi ( mis.,terbakar, bahan kimiawi awitan)
Agens pencedera fisik (mis.,abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, olaraga berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subyektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis, waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor

Subyektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

2) Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan hambatan saluran kemih


Gangguan Eliminasi Urin (D.0149)
Definisi :Disfungsi eliminasi urin
Penyebab
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Hambatan saluran kemih
3. Iritasi kandung kemih
4. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gannguan kandung kemih
5. Efek tindakan medis dan diagnostic (mis, operasi ginjal, operasi saluran kemih,
anastesi, dan obat – obatan)
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis, mobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis, anormal saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Objektif
2. Desakan berkemih (urgensi) 6. Distensi kandung kemih
3. Urin mendesak (dribbling) 7. Berkemih tidak tuntas
4. Sering buang air kecil 8. Volume residu meningkat
5. Nokturia
6. Mengompol
7. Enuresis
Gejala dan Tanda Minor

Subyektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)

1.2.3 Rencana keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Nyeri akut berhungan dengan agens pencedera


fisiologis

SLKI : Tingkat Nyeri.........................................................................Kode: ( L.08066 )


Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lembut
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat

Kemampuan
1 2 3 4 5
menuntaskan aktivitas

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun

Keluhan nyeri 1 2 3 4 5

Meringis 1 2 3 4 5

Sikap protektif 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Kesulitan tidur 1 2 3 4 5

Menarik diri 1 2 3 4 5

Berfokus pada diri


1 2 3 4 5
sendiri

Diaforesis 1 2 3 4 5

Perasaan depresi
1 2 3 4 5
(tertekan)

Perasaan takut
mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang

Anoreksia 1 2 3 4 5

Perineum terasa tertekan 1 2 3 4 5

Uterus teraba membulat 1 2 3 4 5

Ketegangan otot 1 2 3 4 5

Pupil dilatasi 1 2 3 4 5

Muntah 1 2 3 4 5

Mual 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik

Frekuensi nadi 1 2 3 4 5

Pola napas 1 2 3 4 5

Tekanan darah 1 2 3 4 5

Proses berpikir 1 2 3 4 5

Fokus 1 2 3 4 5

Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5

Nafsu makan 1 2 3 4 5

Pola tidur 2 3 4 5

SIKI

Manajemen Nyeri (1.08238)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintesitas ringan hingga berat dan konstan.

Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik

 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS, hypnosis,
akupresur, terapi non music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi,
terbimbing, kompres hangat / dingin, terapi bermain).
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, (mis, suhu ruangan, pencayahaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurasi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Gangguan Eliminasi Urin berhubungan
dengan hambatan saluran kemih
SLKI : Eliminasi Urin....................................................................... Kode: ( L.04034 )
Definisi : Pengosongan kandung kemih yang lengkap
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Desekan berkemih 1 2 3 4 5
Distensi kandung
1 2 3 4 5
kemih
Berkemih tidak tuntas 1 2 3 4 5
Volume residu urin 1 2 3 4 5
Urin menetes 1 2 3 4 5
Nocturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Dysuria 1 2 3 4 5
Anuria 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi BAK 1 2 3 4 5
Karakteristik urin 1 2 3 4 5
SIKI
Manajemen Eliminasi Urine (1.04152)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urine.
Observasi
 Identifikasi tanda dan gejala retensi tatau inkontinensia urine
 Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi tatau inkontinensia urine
 Monitor eliminasi urine (mis, frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
 Catat waktu – waktu dan haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan, jika perlu
 Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
 Ajarkan mengambil specimen urine midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
 Ajarkan terpi modalitas penguatan otot – otot penggul/berkemih
 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
1.2.4 Evaluasi Keperawatan
DX 1 : Nyeri Akut
Dengan dilakukan manajemen nyeri selama 2x24 jam, diharapkan pasien:
a. Nyeri berkurang
b. Pasien merasakan nyaman
c. Pasien dapat melakukan pereda nyeri dengan Teknik nonfarmakologi
d. Pasien mengetahui penyebab terjadinya nyeri
DX 2 : Gangguan Eliminasi Urine
Dengan dilakukan manajemen eliminasi urine selama 2x24 jam, diharapkan pasien :
1. Hambatan saluran kemih berkurang
2. Pasien merasa nyaman
3. Konsistensi urin meningkat
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN S-1 PROGRAM A
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : Arnando Resiya Atmadja


NIM : 01.2.18.00641
RUANG :-
TANGGAL : 15 November 2021

1.BIODATA
Nama :. Tn D No.Reg:..............................
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin :. Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Kalianyar, Bangir, Pasuruan
Pendidikan :.SMA
Pekerjaan :.Petani
Tanggal MRS : 14 November 2021
Tanggal Pengkajian : 14 November 2021
Golongan Darah :B
Diagnosa Medis : Urolithiasis (Batu Saluran Kemih)

2.KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri saat buang air kecil. Nyeri seperti di tusuk-tusuk. Nyeri
timbul dari abdomen bawah sampai ke punggung dengan skala nyeri 4, Nyeri
hilang timbul selama 5-15 menit

3.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Klien mengatakan kurang lebih 1 minggu yang lalu nyeri pinggang dan tiba-tiba
nyeri saat buang air kecil dan setelah buang air kecil, lalu keluarga
membelikannya obat warung. Karena keluarga merasa ridak puas dengan obat
warung, oleh keluarga klien dibawa ke IGD RSUD dan dokter menyarankan
untuk untuk di rawat.

4.RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya

5.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan, dirinya dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
menurun dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang
dideritanya sekarang Demam typoid dan tidak pernah dirawat sebelumnya di
rumah sakit.pasien dan keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit yang
menular seperti HIV, Diabetes Militus, Jantung dan hipertensi.

Genogram:

6 60 Ket :
0 = Laki – laki
= Perempuan
X = meninggal
59 55
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
= Pasien
25
6.RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
Pasien mengatakan sebelum sakit, rajin sholat 5 waktu ke Masjid. namun
semenjak sakit, pasien hanya sholat dirumah saja.

7. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI (Makan, Istirahat, tidur, eliminas, aktifitas, kebersihan


dan seksual)
N Sctivity Daily Dirumah Sakit
Dirumah
o Living (ADL)
1. 1. Pemenuhan Makan / Minum Makan / Minum
kebutuhan nutrisi Jumlah : 3 x/hari Jumlah : 3x/hari
dan cairan Jenis: Jenis:
1. Nasi : 1 (porsi) 1. Nasi : 1-3 sendok (porsi)
2. Lauk : ada/ tidak 2. Lauk : ada/ tidak
Nabati/hewani Nabati/hewani
3. Sayur : ada/ tidak 3. Sayur : ada/ tidak
4. Minum : 1000 cc/hari 4. Minum : 500 cc/hari

Pantangan : Pantangan :
Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

Kesulitan Makan/Minum Kesulitan Makan/Minum


Tidak ada Nafsu Makan Berkurang, porsi
tidak habis, hanya 1-2 sendok
Usaha mengatasi kesulitan :
Tidak ada Usaha mengatasi kesulitan

2. 2. Pola Eliminasi BAK : 5-4 x/hari BAK : x/hari


Jumlah : 700 cc Jumlah : 500 cc

BAB : 1 x/hari BAB : 1 x/hari


Konsistensi : Konsistensi :
konsistensi normal, bau khas konsistensi sedikit dan keras.
feses, konstipasi (-), Buang air kecil menggunakan
selang cateter bau khas amoniak
Masalah dan cara mengatasi : dan warna kuning keruh
tidak ada keluahan buang air kehitaman
besar.
Masalah dan cara mengatasi :

3. 3. Pola Istirahtat Siang : - jam Siang : 2 jam


Tidur Sore : - jam Sore : - jam
Malam : 7-8 jam Malam : 4-5 jam
Gangguan Tidur : Gangguan Tidur :
Tidak ada Kurang nyaman dengan nyeri
Penggunaan obat tidur: yang dirasakan
Tidak ada Penggunaan obat tidur:
Tidak ada
4. 4. Personal Hygiene 1. Frekuensi mandi : 2 x/hari 1. Frekuensi mandi : 2 x/hari
(Kebersihan Diri) 2. Frekuensi mencuci rambut : 2. Frekuensi mencuci rambut :
2 x/minggu Belum pernah
3. Frekuensi gosok gigi : 3. Frekuensi gosok gigi : Setiap
Setiap mandi mandi
4. Keadaan Kuku : 4. Keadaan Kuku : Tampak
Tampak bersih, tidak panjang bersih, tidak panjang
5. Ganti baju : setiap mandi 5. Ganti baju : setiap mandi
5. 5. Aktivitas lain Aktivitas rutin : Menanam Padi Aktivitas rutin : Istirahat ditempat
tidur
Aktivitas yang dilakukan pada
waktu luang : Aktivitas yang dilakukan pada
Bermain dengan Cucu waktu luang
Tidur

8.KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


Kesadaran komposmentis, tampak lemas dan pucat, tampak menyeringai,
memegangi area yang nyeri, tugor kulit menurun, CRT > 3detik

9.TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36,2 oC
Denyut Nadi : 24 x/menit
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Pernafasan : 82 x/menit
TB/BB : 60 kg, 155 cm

10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kelapa dan Leher
1) Kepala
Inspeksi :bentuk kepala normal, rambut tebal sedikit beruban, tidak ada
benjolan dan lesi, wajah simetris
Palpasi :tidak ada nyeri tekan disekitar luka, tidak ada krepitasi
2) Mata
Inspeksi : mata simetris, alis mata tebal, pupil isokor, sclera normal,
konjungtiva pucat, strabismus (-), pergerakan bola mata normal, reflek
cahaya (+), pandangan sedikit
3) Hidung
Inspeksi : hidung simetris, fungsi penciuman baik, peradangan tidak ada,
polip (-),nafas spontan.
4) Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi: mukosa bibir kering, lidah kotor, karies gigi (+), nafsu makan
menurun, nyeri telan (-), stomatitis (+), gusi tidak berdarah
5) Leher
Inspeksi :tidak ada benjolan atau massa pada leher. Tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku


Inspeksi : warna kulit sawa matang, terdapat sedikit kerutan, tampak bersih
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tugor kulit menurun, CRT > 3detik

C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (Bila diperlukan)


Tidak terkaji

D. Pemeriksaan Dada/ Thorak


Inspeksi thorak : bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris,
pola nafas iramaregular.
Paru :
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada
Perkusi :Sonor (paru kiri dan paru kanan)
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, suara jantung normal , tidak ada bunyi
tambahan
E. Pemeriksaan Jantung:
Inspeksi dan palpasi: tidak tampak pulserasi/lemah pada jantung, tidak
tampak pembekakan yang tampak dari luar yang menandakan adanya ketidak
nornalan pada bentuk jantung, dan tidak tampak ictus cordis, saat dilakukan
palpasi jantung tidak terapa pulserasi pada ICS V sinistes, teraba ictus cordis
karena denyutan dinding thorax pada ICS V midclavikula sinister, tidak ada
tanda-tanda sianosis, CRT <3detik, tidak ada edema dibagian tangan dan
kaki, nadi apical teraba, vena jugularis teraba, jantung terasa berdebar debar,
akral teraba hangat. Pemeriksaan torniquet positif
Perkusi : batas jantung pada ICS II area aorta pada sebelah kanan dan
pulmonal pada sebelah kiri), ICS V mid sternalis kiri (pada area katup
trikuspid atau ventrikel kanan) ICS V mid clavikula kiri (pada area katup
mitral). Batas jantung atas pada ICS II mid sternalis, kiri : ICS V
midclavikula kiri, Bawah : ICS V dan batas kanan pada ICS IV midsternalis
kanan
Auskultasi : Auskultasi bunyi jantung I pada ICS V garis midsternalis kiri,
bunyi jantung I pada ICS V pada garis midklavikula kiri, sedangkan bunyi
jantugn II pad ICS II garis sternalis kanan dan ICS II garis sternalis kiri.
Tidak ada suara jantung tambahan seperti murmur maupun galop.

F. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi :Asites (-), perut simetris, mual (+), muntah (-)
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan pada area epigastrik, tidak ada pembesaran
liver dan organ lain.
Perkusi : Timpani
Auskultasi :Bising usus normal 10-12 x/mnt

G. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya (Bila diperlukan):


1) Genetalis:
Inspeksi :Distensi kandung kemih (-), DC (+)
Palpasi : ada nyeri tekan pada kandung kemih
Keluhan: nyeri saat BAK
2) Anus: Tidak terkaji

H. Pemeriksaan MuskuloSkeletal:
5 5
5 5
0=paralisis total
1=tidak ada gerakan, terba / terlihat kontraksi otot
2=gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan bantuan/sokongan
3=gerakan nornal untuk melawan gravitasi
4=gerakan normal melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5= gerakan normal penuh melawan gravitasi dengan tahanan penuh
I. Pemeriksaan Neurologi:
Nilai kesadaran pasien compsomentis yaitu kesdaran normal sadar penuh dan
dapat menjawab semua pertanyaan tentang sekelilingnya, tidak tampak
gelisah dengan gcs 15
Eyes = 4 dapat membuka mata secara spontan
Verbal 5= dapat berorientasi dengan baik
Motorik 6=dapat mengikuti perintah secara baik
Pemeriksaan refkel patela baik, pupil isokor
J. Pemeriksaan Status Mental:
Pasien mengatakan percaya adanya allah SWT, sumber kekuatan pasien
adalah keluarga, ibadah yang mampu dilakukan secara mandiri adalah solat,
berdoa pasien mengatakan dia yakin kalau dia akan segeara sembuh dan
menganggap bahwa sakit adalah sebuah ujian

11.Pemeriksaan Penunjang Medis


Tanggal :
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi Hasil
1. Kalium 2,50 3,60-5,50 Menurun
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi Hasil
Darah Lengkap
Leukosit (WBC) 24,37 3,70 -10,1
Neutrofil 18,7
Limfosit 2,2
Monosit 0,6
Eosinofil 0,7
Basofil 0,1
Neutrofil % H 84,3 39,3 – 73,7 Meningkat
Limfosit % L 9,6 18,0 – 48,3 Menurun
Monosit % L, 2,5 4,40 – 12,7 Menurun
Eosinofil % 3,1 0,600 – 7,30 Normal
Basofil% 0,1 0,00 – 1,70 Normal
Eritrosit (RBC) 5,530 4,2 – 11,0 Normal
Hemoglobin (HGB) 14,77 12,00 – 16,0 Normal
Hematokrit (HCT) 42,58 38 – 47 Normal
MCV L 76,99 81,1 – 96,6 Menurun
MCH L26,71 27,6 – 31,2 Menurun
MCHC 34,69 11,5 – 14,5 Normal
RDW L 9,90 155 – 366 Menurun

12.Pelaksanaan / Therapi :
a) Infus NS 1000 cc/24 jam 20 tpm
b) Injeksi cefftriaxon 2x1mg (digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh bakteri)
c) Injeksi Asam tranexsamat 3x50 mg (digunakan untuk mengurangi atau
menghentikn perdarahan)
d) Injeksi ranitidin 2x1mg (digunakan untuk menurunkan sekresi asam lambung
berlebih)
e) Injeksi Antrain 2x1 m (digunakan untuk menurunkan demam, meringankan
rasa sakit, seperti : nyerim sakit kepala)

13.Harapan Klien/Keluarga sehubungan dengan penyakitnya:


Pasien berharap agar segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti semula serta
dapat melakukan perannya dengan baik

Tanda Tangan Mahasiswa,

(Arnando Resiya Atmadja)


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. D


UMUR : 60 thn
NO. REGISTER :.
DATA GAYUT
KEMUNGKINAN
DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DATA SUBYEKTIF
DS : Pasien mengatakan nyeri saat Agen Pencedera Fisiologi Nyeri Akut
buang air kecil. Nyeri seperti di
(Trauma)
tusuk-tusuk. Nyeri timbul dari
abdomen bawah sampai ke
punggung dengan skala nyeri 4,
Nyeri hilang timbul selama 5-15
menit

DO :
-Tampak menyeringai
-Memegangi area yang sakit
-Tampak lemah
-Tampak pucat
-TTV :
TD : 140/100 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 24 x/mnt
DS : Pasien mengatakan saat Hambatan Saluran Kemih Gangguan Eliminasi
berkemih terasa sakit pada penis dan
Urin
menetes warna kuning keruh
kehitaman

DO :
-Bau khas amoniak
-Urin berwarna kuning keruh
kehitaman
-Tampak lemas dan Pucat
-Berkemih tidak tuntas
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN :. Tn. D
UMUR : 60 thn
NO. REGISTER :.........................................................
TANGGAL TANGGAL TANDA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI TANGAN

1. 4 Maret Nyeri Akut berhubungan dengan 5 Maret 2020


2020 Agen Pencedera Fisiologi (Trauma)
yang ditantadi dengan Pasien
mengatakan nyeri saat buang air
kecil. Nyeri seperti di tusuk-tusuk.
Nyeri timbul dari abdomen bawah
sampai ke punggung dengan skala
nyeri 4, Nyeri hilang timbul selama
5-15 menit. Pasien tampak
menyeringai, memegangi area yang
sakit, tampak lemah, tampak pucat
dengan pemeriksaan TTV :
TD : 140/100 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 24 x/mnt

2. 4 Maret Gangguan Eliminasi Urin 6 Maret 2020


2020 berhubungan dengan Hambatan
Saluran Kemih yang ditandai
dengan Pasien mengatakan saat
berkemih terasa sakit pada penis
dan menetes warna kuning keruh
kehitaman. Tercium bau khas
amoniak, urin berwarna kuning
keruh kehitaman, Tampak lemas
dan Pucat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. D


UMUR : 60 thn
NO REGISTER :

DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan


hambatan saluran kemih

1. SIKI : Eliminasi Urin (Kode : L.04034)


a. Sensasi berkemih 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
b. Berkemih tidak tuntas 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Urin menetes 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Frekuensi BAK 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Karakteristik urin 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. D


UMUR : 60 thn
NO REGISTER :

DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera


fisiologis
1. SIKI : Tingkat Nyeri Kode: ( L.08066 )
a. Keluhan Nyeri 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
b. Meringis 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Gelisah 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Kesulitan tidur 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Fungsi berkemih 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
f. Nafsu makan 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
g. Pola tidur 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. D
UMUR : 60 thn
NO. REGISTER :-
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Dengan dilakukan manajemen Manajemen Nyeri (1.08238) 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
Agen Pencedera Fisiologi nyeri selama 2x24 jam,
Observasi durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(Trauma) yang ditantadi dengan diharapkan pasien:
Pasien mengatakan nyeri saat 1. Nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, nyeri yang dialami pasien
buang air kecil. Nyeri seperti di 2. Pasien merasakan nyaman
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri
tusuk-tusuk. Nyeri timbul dari 3. Pasien dapat melakukan
abdomen bawah sampai ke pereda nyeri dengan Teknik 2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mengetahui respon / gerak – gerik
punggung dengan skala nyeri 4, nonfarmakologi
3. Identifikasi respons nyeri non verbal yang dialami pasien
Nyeri hilang timbul selama 5-15 4. Pasien mengetahui
menit. Pasien tampak penyebab terjadinya nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan 4. Untuk mengidentifikasi faktor yang
menyeringai, memegangi area
memperingan nyeri dapat memperberat dan memperingan
yang sakit, tampak lemah, tampak
pucat dengan pemeriksaan TTV : Terapeutik nyeri
TD : 140/100 mmhg
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC mengurangi rasa nyeri dengan Teknik nonfarmakologis
RR : 24 x/mnt
6. Fasilitasi istirahat dan tidur 6. Supaya pasien dapat beristirahat agar
Edukasi tidak merasakan nyeri
7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu 7. Supaya pasien mengerti tentang
nyeri penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk yang dirasakan
mengurasi rasa nyeri 8. Pasien mengerti cara mengurangi rasa
Kolaborasi nyeri dengan Teknik nonfarmakologis
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 9. Pasien mendapat obat yang tepat
perlu
2. Gangguan Eliminasi Urin Dengan dilakukan manajemen Manajemen Eliminasi Urine (1.04152) 1. Mengetahui frekuensi, konsistensi,
berhubungan dengan Hambatan eliminasi urineselama 2x24 Observasi
aroma, volume, dan warna dari urin yang
Saluran Kemih yang ditandai jam, diharapkan pasien : 1. Monitor eliminasi urine (mis, frekuensi,
4. Hambatan saluran kemih konsistensi, aroma, volume, dan warna) dikeluarkan
dengan Pasien mengatakan saat
berkurang Terapeutik
berkemih terasa sakit pada penis 2. Mengetahui dengan tepat waktu – waktu
5. Pasien merasa nyaman 2. Catat waktu – waktu dan haluaran
dan menetes warna kuning keruh 6. Konsistensi urin meningkat berkemih berkemih
kehitaman. Tercium bau khas 3. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Memenuhi asupan cairan dari pasien
amoniak, urin berwarna kuning Edukasi
keruh kehitaman, Tampak lemas 4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran 4. Pasien mengerti tanda dan gejala infeksi
dan Pucat kemih
saluran kemih
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi 5. Memenuhi asupan cairan dari pasien
6. Anjurkan mengurangi minum menjelang
6. Agar pasien beristirahat dimalam hari
tidur
Kolaborasi dengan tenang, nyaman
7. Kolaborasi pemberian obat
7. Pasien mendapatkan obat yang tepat
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. D
UMUR : 60 thn
NO. REGISTER :.........................................................
NO NO. DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
1. Nyeri Akut 14 November
2021 Memonitor TTV
08.00 TD : 140/100 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 24 x/mnt

Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


09.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Lokasi = abdomen bawah sampai ke
punggung
Karakteristik = seperti di tusuk-tusuk
Durasi = selama 5-15 menit
Frekuensi = Nyeri hilang timbul
Kualitas = Skala nyeri 4

Mengidentifikasi respons nyeri non


09.30 verbal
 Pasien tampak menyeringai

Menjelaskan penyebab, periode, dan


10.15 pemicu nyeri
 Pasien mengerti

Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk


11.00 mengurasi rasa nyeri
 Pasien dapat melakukannya mandiri

Memberikan teknik nonfarmakologis


11.20 untuk mengurangi rasa nyeri
 Pasien diberikan Teknik relaksasi
nafas dalam

Berkolaborasi dengan dokter dalam


12.45 pemberian obat
 Infus NS 1000 cc/24 jam 20 tpm
 Injeksi cefftriaxon 2x1mg
 Injeksi Asam tranexsamat 3x50 mg
 Injeksi ranitidin 2x1mg
 Injeksi Antrain 2x1 mg

13.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur


 Menyediakan lingkungan yang
nyaman untuk istirahat

Gangguan 14 November
Eliminasi 2021 Memonitor TTV
Urine 08.00 TD : 140/100 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 24 x/mnt
Memonitor eliminasi urine (mis,
08.45 frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
dan warna)
 Frekuensi = 2-3 x/hari
 Konsistensi = BAB sedikit dan keras
 Aroma = bau khas amoniak
 Volume = 500cc
 Warna = berwarna kuning keruh
kehitaman
09.15
Mencatat waktu – waktu dan haluaran
berkemih
09.40  Pengeluaran urin dicatar setiap 4 jam
sekali
11.30
Menganjurkan minum yang cukup

12.45 Mengajarkan tanda dan gejala infeksi


saluran kemih
 Setelah diberi pengetahuan, pasien
dapat mengerti

Berkolaborasi dengan dokter dalam


pemberian obat
 Infus NS 1000 cc/24 jam 20 tpm
 Injeksi cefftriaxon 2x1mg
 Injeksi Asam tranexsamat 3x50 mg
 Injeksi ranitidin 2x1mg
 Injeksi Antrain 2x1 mg
Nyeri Akut 15 November
2021 Memonitor TTV
08.00 TD : 130/90 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 22 x/mnt

Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


09.30 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Lokasi = abdomen bawah sampai ke
punggung
Karakteristik = seperti di tusuk-tusuk
Durasi = selama 5-10 menit
Frekuensi = Nyeri hilang timbul
Kualitas = Skala nyeri 2
10.15
Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Pasien diberikan Teknik relaksasi
11.45 nafas dalam

Berkolaborasi dengan dokter dalam


pemberian obat
 Infus NS 1000 cc/24 jam 20 tpm
 Injeksi cefftriaxon 2x1mg
 Injeksi Asam tranexsamat 3x50 mg
12.30  Injeksi ranitidin 2x1mg
 Injeksi Antrain 2x1 mg
Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Menyediakan lingkungan yang
nyaman untuk istirahat

Gangguan 15 November
Eliminasi Urin 2021 Memonitor TTV
08.00 TD : 130/90 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 22 x/mnt

Memonitor eliminasi urine (mis,


09.00 frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
dan warna)
 Frekuensi = 2-3 x/hari
 Konsistensi = BAB sedikit dan agak
lembek
 Aroma = bau khas berkurang
 Volume = 600cc
 Warna = berwarna kuning

Mencatat waktu – waktu dan haluaran


09.15 berkemih
 Pengeluaran urin dicatar setiap 4 jam
sekali

Menganjurkan minum yang cukup


10.00
Berkolaborasi dengan dokter dalam
11.45 pemberian obat
 Infus NS 1000 cc/24 jam 20 tpm
 Injeksi cefftriaxon 2x1mg
 Injeksi Asam tranexsamat 3x50 mg
 Injeksi ranitidin 2x1mg
 Injeksi Antrain 2x1 mg
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN :.Tn. D


UMUR : 60 thn
NO. REGISTER :.........................................................
NO NO. DX JAM EVALUASI TTD
1. Nyeri Akut 14 november S = Pasien mengatakan nyeri saat buang air kecil.
2021 Nyeri seperti di tusuk-tusuk. Nyeri timbul dari
abdomen bawah sampai ke punggung dengan
13.30 skala nyeri 4, Nyeri hilang timbul selama 5-15
menit

O:
-Tampak menyeringai
-Memegangi area yang sakit
-Tampak lemah
-Tampak pucat
-TTV :
TD : 140/100 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 24 x/mnt

A = Masalah Nyeri Akut belum teratasi


P = Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor TTV
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Gangguan 4 Maret 2020 S = Pasien mengatakan saat berkemih terasa sakit
Eliminasi pada penis dan menetes warna kuning keruh
Urin 13.30 kehitaman

O:
-Bau khas amoniak
-Urin berwarna kuning keruh kehitaman
-Tampak lemas dan Pucat
-Berkemih tidak tuntas

A = Masalah Gangguan Eliminasi Urin belum


teratasi
P = Intervensi Dilanjutkan
1. Memonitor TTV
2. Memonitor eliminasi urine (mis, frekuensi,
konsistensi, aroma, volume, dan warna)
3. Mencatat waktu – waktu dan haluaran
berkemih
4. Menganjurkan minum yang cukup
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat

Nyeri Akut 15 november S = Pasien mengatakan nyeri saat buang air kecil
berkurang dengan skala nyeri 2, Nyeri hilang
2021 timbul selama 5-10 menit
O=
13.00 -Tampak tidak menyeringai
-Tampak jarang memegangi area yang sakit
-TTV :
TD : 130/100 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,2 ºC
RR : 22 x/mnt
A = Masalah Nyeri Teratasi
P = Intervensi Dihentikan
Gangguan 15 november S = Pasien mengatakan sakit saat berkemih pada
Eliminasi 2021 penis sudah bekurang
Urin O:
13.00 -Bau khas berkurang
-Urin berwarna kuning
A = Masalah Gangguan Eliminasi Teratasi
P = Intervensi Dihentikan
TEKNIK RELAKSASI Pengertian

NAPAS DALAM Tehnik relaksasi nafas dalam adalah suatu


teknik hirup udara sedalam – dalamnya
Waktunya Kapan??
melalu hidung dan mengeluarkan udara Relaksasi ini sebaiknya dilakukan
secara perlahan – lahan melalui mulut.
minimal 3 kali setiap

latihanatau 10 –
Tujuan
15menit setiap hari

 Mengurangi ketegangan otot atau saat mengalami


 Merileksasikan otot nyeri atau cemas
 Mengurangi nyeri atau cemas

Disusun oleh: Kapan


Dilakukan ?
Arnando Resiya Atmadja
(01.2.18.00641) Relaksasi ini
dapat dilakukan kapan saja tidak dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
 Letakkan tangan diatas perut mulut.
membutuhkan waktu yang khusus
 Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
Posisinya hingga nyeri berkurang.

Bagaimana?
Posisi latihan relaksasi nafas dalam dapat  Lakukan latihan dua kali sehari.

dilakukan dengan tiduran atau duduk.

Yang penting adalahprosedurnya benar

.
 Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan
Teknik Relaksasi Napas
menggunakan hidung dalam kondisi
Dalam
mulut tertutup rapat.

 Posisi tidur dengan posisi duduk atau


 Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik)
setengah duduk (semifowler) dengan
kemudian secara perlahan-lahan, udara
lutut ditekuk dan perut tidak boleh
tegang.
 GOOD LUCK 
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta. Diakses Online pada
tanggal 16 November 2020, pukul 12.00 WIB
Budiarti, N. Y. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Batu Saluran Kemih Dengan
Masalah Nyeri Akut. Doctoral Dissertation, STIKES Insan Cecdekia Jombang.
Diakses Online pada tanggal 16 November 2020, pukul 12.00 WIB
Silla, H. 2019. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn. SL Dengan Diagnosa Media
Batu Saluran Kemih Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Prof.
Dr. WZ Yohanes Kupang. Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang.
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN S-1 PROGRAM A

LEMBAR BIMBINGAN ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Arnando Resiya atmadja
NIM : 01.2.18.00641

Tanda
NO Tanggal Materi Masalah Tangan
CI/Dossen
1. 16 November 2021 Askep urolitiasis

Kediri , 16 November 2021


Dosen Pembimbing

( Erva Elli K. )

Anda mungkin juga menyukai