Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Anatomi Sistem Pencernaan

Gambar : Organ Sistem Pencernaan (Trialsight Medical Media)

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yaitu saluran

panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ organ

aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan

pankreas.5
Proses pencernaan melibatkan enzim enzim sekretorik yang spesifik

untuk berbagai makanan dan bekerja untuk menguraikan karbohidrat

menjadi gula sederhana, lemak menjadi asam lemak bebas dan

monogliserida, serta protein menjadi asam amino. Sistem pencernaan

makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai

dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus, 3. Lambung, 4. Usus Halus, 5. Usus

Besar, 6 Anus.5,6

3
1 Usus Besar (colon)

Usus besar adalah saluran yang berhubung dengan bagian usus halus

(ileum) dan berakhir dengan anus. Yang panjangnya sekitar 1,5 m dan

diameternya kurang lebih 6,3 cm. pH nya 7,5 8,0.11

Fungsi dari usus besar adalah : 10

a Mengabsorbsi 80 % sampai 90 % air dan elektrolit dari kimus yang

tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semipadat.


b Memproduksi mucus
c Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : 10
a Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.
b Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan

gerakan mendorong.Pada kolon ada empat divisi yaitu :


1 Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai ke tepi

bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada

fleksura hepatika.
2 Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke bawah hati

dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar

ke bawah pada fleksura spienik.


3 Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan

menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rectum.


4 Kolon sigmoid berhubungan dengan rectum.
c Rectum.
Biasanya rectum isi kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih

tinggi, yaitu pada kolon descendens. Jika kolon descenden penuh dan tinja

masuk ke dalam rectum, maka timbullah keinginan untuk BAB.

Mengembangnya dinding rectum karena penumpukan material di dalam

rectum akan memicu system saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi maka feses akan

4
dikembalikan ke usus besar disana akan kembali mengalami fase

penyerapan air kembali dilakukan. Jika defekasi tidak juga dilakukan dalam

periode yang lama konstipasi dan pengeraan feses akan terjadi.


2 Usus Buntu (Sekum)

Sekum adalah suatu kantong yang terhubung pada usus penyerapan

serta bagian kolon menanjak dari usus besar. 9

Umbai cacing yang sering disebut dengan appendix adalah organ

tambahan pada usus buntu infeksi pada organ ini disebut apendiksitis atau

radang umbai cacing. Apendiksitis yang parah menyebabkan apendik yang

pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis

(infeksi rongga abdomen). 9

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang

dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10cm tetapi bisa bervariasi dari 2

sampai 20cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai

cacing berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas

tetap terletak si peritoneum.9

Banyaknya bakteri yang erdapat di dalam usus besar berfungsi untuk

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di

dalam usus besar berfungsi untuk membuat zat-zat penting, seperti vitamin

K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. 10

Beberapa penyakit serta antibiotika bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi isitasi yang bias

menyebabkan dikeluarnya lender dam air, dan terjadilah diare. 10

3 Anus

5
Anus merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan. Pada anus

terdapat dua macam otot, yaitu:8

a Sfingter anus internus; bekerja tidak menurut kehendak.


b Sfingter anus eksterus; bekerja menurut kehendak.

Fungsi anus sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Anus

merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah

keluar dari tubuh. Sehingga anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan

sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot

spihnkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi, yang

merupakan fungsi utama anus.8, 9

B Fisiologi Saluran Pencernaan


1 Mekanisme sistem pencernaan7
a Ingesti
Memasukkan makanan (bolus) ke rongga mulut.
b Digesti

Digesti merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang

kompleks menjadi satuan-satuan yang lebih kecil sehingga dapat

diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi didalam sistem

pencernaan. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan molekul-

molekul besar yang tidak dapat menembus membran plasma utuh

untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau

limfe sehingga diperlukan proses pencernaan untuk menguraikan

molekul-molekul tersebut.

c Absorpsi

6
Setelah proses digesti molekul-molekul yang telah menjadi satuan-

satuan kecil dapat diabsorpsi bersama dengan air, vitamin, dan

elektrolit, dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.

Absorpsi sebagian besar terjadi di usus halus.

d Defekasi (eliminasi)

Pembuangan, maksudnya proses eliminasi atau pengeluaran zat-zat

makanan yang tidak diperlukan tubuh.

C. Defekasi
1) Fisiologi Defekasi

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme

berupa feses dan flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

Proses defekasi manusia didapatkan dari koordinasi saraf

sensorimotor diatur oleh saraf sentral, spinal, peripheral (somatic dan

visceral) dan aktifitas saraf dalam perut. Frekuensi dan defekasi

normal bisa berbeda. Menurut survey penelitian sekitar 1800 orang

memiliki frekuensi defekasi 2-3 kali sehari sampai minimum 3 kali

seminggu. 11

Fase Defekasi

1 Fase Dasar
Berdasarkan kejadian yang terjadi sebelum defekasi, mengarah pada

fungsi motoric nomal colorectal, pada kehilangan rasa untuk defekasi,

membutuhkan penjelasan
Colonic Motor Activity

7
Funsi kolon yang normal meliptui: absorpsi air pada usus intraluminal,

diserap adekuat sesuai dengan isi kolon. Setelah kimus masuk dari

ileum menuju caecum, isi usus mengantarkan ke distal sambil

diabsorpsi sehingga membuat kimus semakin padat. Aktifitas saraf

motoric kolon mengikuti irama sirkadian, dimana meningkat setelah

bangun dan lebih tinggi pada siang hari dibandingkan pada malam hari.

Aktifitas kolon juga meningkat setelah makan. Pasien dengan

konstipasi mungkin mengalami supresi pada aktifitas saraf motoric

kolon
Dari hasil penelitian mengenai waktu transi nomal pada kolon telah

diketahui sekitar 72 jam pada dewasa dan lebih cepat pada anak sekitar

57 jam. Waktu transit yang melambat mengarah pada keaadaan klinik

seperti ketidakefektifan tenaga kolon dalam menterap. Ketidaknormalan

waktu transit kolon dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kolon kanan,

kolon kiri ata rectosigmoid.


Rectal Motor Activity
Aktifitas saraf motoric rectal seperti sigmoid dikarakteristikkan sebagai

saraf morik yang kompleks. Frekuensi pada rectalnini tidak terpengaruh

oleh jumlah makanan yang dimakan. Fisiologinya masih sulit

dimengerti. Bagaimanapun saraf motoric rectal ini digunakan untuk

melihat memperbanyak arahan ke rectum, saraf ini bekerja untu

membantu ektum tetap kosong dengan cara mekanisme penghancuran

untuk mengurangi isi kolon.


Aktifitas pelvis dan puborectalis
Pada akhirnya, M. levator ani, M. pouborectalis dan sphincter ani

externa merupakan tempat terhubungnya kontraksi selanjutnya. Refleks

8
ini dikenal sebagai refleks postural. Refleks ini bekerja dari lumbal

terbawah dan dan saraf tulang belakang sacral. Pada hubungannya

dengan defekasi, M. puborectalis yang paling membantu dalam proses

defekasi. M. puborectalis dar pubis posterior melewati jembatan

anorektal dalam keadaan inferior-lateral. M. puborectalis memiliki saraf

percabangan dari akar anterior S3 dan S4.


Anal canal activity
Anal kanal merupakan tempat terakhir yang dipengaruhi oleh berbagai

macam reflex yang bekerja sebaga barrier pasif.


2 Fase pre-defekasi
Pada fase ini, saraf motoric spesifik terjadi dimana adanya sensasi

panggilan untuk BAB. Pada fase ini, terdapat kontraksi mulai dari

kolon proksimal menjala ke bagian distal dimana meningkatkan aktifitas

kolon yang menstimulasi kolon distal aafferentyang disebabkan

mungkin adanya distensi pada rectum. Pada keadaan ini, klinisnya

mengalami sakit perut. Rektum merupakan tempat utama pada saat

defekasi karena mengirimkan respon saraf untuk pengisian di rectum.

Dan distensi yang terus menerus, diikuti dengan sensasi yang konstan

(seperti flatus) yang akan diikuti keinginan untuk buang air besar.

Rectum yang akan menimbulkan keinginan untuk defekasi dapat

dikarenakan distensi usus 15 cm dari anal dimana dengan klinis nyeri

suprapubik.
3 Fase pre-expulsive
Pada fase ini, isi rectum harus dikeluarkan. Terdapat reflex dari lantai

pelvis. Selama fase expulsive, saluran anal mengalami relaksasi

9
dikarenakan adanya kekuatan dari pevis. Sphincter ani internal terjadi

involunter pada distensi rectum dan relaksasi pada tekanan intra rectum.
4 Terminasi defekasi
Terjadi karena dimulai dari dibawah control semi volunteer (rasa sudah

lengkap saat selesai mengosongkan rectum) diikuti dengan kontraksi

involenter dari spinchter ani externa dan pelvis. Reflex ini dinamakan

reflex penutup untuk menutup dari selesai proses defekasi.


Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen ,

tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh

fleksi oto femurdan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses

pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah

CO2, NH4, H2S, O2 dan N2. fese terdiri dari 75 % air dan 25% materi padat.

Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan

aktifitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroosganisme.

Konsistensi lembek namun berbentuk. 10


Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang

meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan

tekanan ke bawah ke arah rectum. Jika reflek defekasi diabaikan atau jika

defekasi dihambat secara sengaja dengan cara mengkontrasiakan muskulus

spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secar berulang dapat

menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpulan feses. 10


Susunan feses terdiri dari: 10
1. Bakteri yang umumnya sudah mati
2. Lepasan epithelium dari usus
3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4. Garam terutama kalsium fosfat
5. Sedikit zat besi
6. Siasa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi8
a. Usia

10
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada

usia manula control defekasi menurun.


b. Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang

dikonsumsi. Contohnya, makanan beserat akan mempercepat

produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh

juga mempengaruhi proses defekasi.


c. Intake cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi

lebih keras, disebabkan karena aabsorpsi cairan yang meningkat.


d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat mebantu

proses defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses

bergerak sepanjang kolon.


e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic,

sehingga menyebabkan diare.

f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

Laktasi dan katarik dapat melunakkan feses dan meningkatkan

peristaltic. Tetapi bila digunakan dalam waktu lama kedua obat

tersebut dapat menurunkan tonus otot sehingga usus menjadi kurang

responsive tyerhadap stimulus insaktif. Obat-obatan yang dapat

mengganggu pola defekasi antara lain : narkotik, opiate, dan

antikolinergik.
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara

teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air

besar

11
h. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic tertentu, khususnya yang ditujukan untuk

melihat struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan

pengosongan lambung (misalnya enema atau katartik). Tindakan ini

dapat mengganggu pola eliminasi sampai klien dapat makan dengan

normal. Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat

menambah masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran

pencernaan akan mengeras dan menyebabkan implikasi usus.


i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan

konstipasi
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis sehingga

kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini

berlangsung 24-28 jam yang disebut dengan ileus paralitik.


k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur

espubis, episiotomy akan mengurangi keinginan BAB


l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan

penurunan stimulasi sensorik untuk defekasi


m. Posisi saat defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi.

Posisi ini memungkinkan individu mengerahkan tekanan

intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan

proses defekasi
3) Karakteristik Gangguan Eliminasi Bowel11
Mayor (harus terdapat)
a. Feses keras, berbentuk
b. Kebiasaan menggunakan laksatif/enema
c. Buang air besar kurang dari 3 kali seminggu
d. Feses cair tau lunak

12
e. Frekuensi meningkat (lebih dari 3 kali sehari)

Minor (mungkin terdapat)

a. Rasa tidak enak pada abdomen


b. Rasa penuh pada rectum
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Dorongan
f. Kram abdomen
g. Bising usus menurun atau meningkat
4) Masalah Umum pada Eliminasi Bowel8
Untuk eliminasi bowel terdapat beberapa masalah antara lain:
a. Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering

dank eras melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi

yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress

psikologis , obat-obatan, kurang aktivitas, usia.

Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong

kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses

kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut

memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi.

Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot

dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus

yang norrmal terdiri dari 3 faktor :

1. Asupan cairan yang adekuat.

2. Kegiatan fisik dan mental.

3. Jumlah asupan makanan berserat.

13
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna

memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane

penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk

feses dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk.

Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan

merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi

cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan

padat, serta tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan

peristaltik menuju rectum, sehingga penyerapan terjadi terus

menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan sudah

dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini

menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang

dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses

dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik

usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme

berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang

berlebihan.

Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik

usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran

pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus

dapat juga menyebabkan obstipasi.

b. Fecal imfaction
Masa feses keras di lipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi

dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya

14
disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang aktivitas,

diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot


c. Diare
Keluarnya feses caitan dan meningkatnya frekuensi buang air

besar akibat cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus

besar tidak mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare

disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon,

dan iritasi intestinal. Proses terjadinya diare bisa terjadi karena

infeksi. Diawali dengan masuknya mikoorganisme yang masuk ke

dalam saluran pencernaan yang masuk ke usus dan merusak sel

mukosa usus. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubhana

kapastas usus yang menyebakam gangguang fungsi usus dalam

melakukan transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa

mengalami iritasi dan sekresi cairan dan elektrolit meningkat.


d. Inkontinensia usus
Hilangnya kemampua otot untuk mengontrol pengeluaran fesef

dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spingter atau

persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit

neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spingter anus eksterna.


e. Hemoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikat tekanan

didaerah tersebut. Penyebabnya adalah kostipasi kronis,

peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan dan obesitas.


f. Sindrom Ogilivi

15
CT-Scan showing a coronal section of the abdomen of an elderly woman with

Ogilvie syndrome
Merupakan suatu sindrom dengan dilatasi akut pada kolon

dikarenakan obstruksi mekanik. Obstrukso kolon dikarakteristikkan

sebagai dilatasi massif pada cecum (diameter>10 cm) dan x-ray

perut kolon kanan. Hal ini dapat terjaddi setelah operasi tertama

operasi bypass arteri coroner dan penggantian seluruh sendi. Obat-

obatan yang menganggu motilitas usus seperti antikolinergik dan

analgetik jenis opioid juga dapat mengakibatkan keadaan ini.

Mekanisme pasti belum dapat diketahui. Hal yang dapat dijelaskan

adalah adanya ketidakseimbangan regulasi saraf motoric kolon

yang diaktifkan oleh saraf otonom. Hal ini bisa terjadi karena

reaktivasi dari varicella zoster virus pada ganglia usus. Normalnya

motilitas kolon membutuhkan kerjasana antara myogenic, saraf dan

hormone. System saraf perut bekerja independent namun tetap

terhubung pada system saraf pusat oleh saraf parasimoatis dan

simoatis. Target pada perut adalah sel otot, sel sekretori, sel

endokrin, dan sel inflammatory. Pada saat bolus masuk dan

16
merangsang mukosa usus, menyebabkan beberapa factor

inteneuron keluar. Stimulasi interneuron ini merangsang sinyal

proksimal, dimana menyebabkan kontraksi dan menghambat sinyal

ke distal sehingga terjadi relaksasi pada bagian distal


5) Tes yang berhubungan dengan defekasi
1 Bowel transit time
Bowel transit time test mengukur bagaimana makanan sampai ke

system penvcernaan. Setelah sampai pada kolon, air diserap kembali .

semua makanan yang tidak dapat dicerna dan diabsorbsi oleh usus

dicampur dengan bakteri dan prodk buangan lainnya menjadi feses.

Feses kemudian keluar melalui anus. Waktu dimana terjadinya hal ini

dinamakan bowel transit time. Bowel transit time tergantyng pada jenis

makanan yang dimakan dan berapa banyak air yang diminum.


Cara: Menelan satu atau lebih kapsul gel khusus yang terisi deb=ngan

markers yang akan terlihat pada foto xray. Tandanya akan terlihat

seperti putih atau cincin pada gambaran x-ray. Biasanya, sekitar 5 hari

akan dilakukan x-ray setelah menelan marker tersebut. Hal ini akan

menunjukkan sudah sejauh mana marker tersebut pindah.


Tujuan:
- Menemukan penyebab konstipasi atau perpindahan yang lambar

dari makanan melalui system pencernaan


- Melihat adakah ada suatu tempat pada system pencernaan yang

mengalami perpindahanyang lama dibandingkan tempat lainnya.


- Tidak digunkana untuk menemukan penyebab diare
2 Ballon Expulsion Test
Ballon expulsion test digunakan untuk mencari tau gangguan defekasi.

Tes ini juga digunakan untuk mengetahui pasien dengan kekuatan otot

pelvis yang menurun.

17
Cara: Pasien dimasukkan 1-2 enema beberapa jam sebelum tes. Kemudian

pasien diposisikan dalam keadaan menghadap kiri lateral decubitus dengan

lutut dan pinggu dalam keadaan fleksi. Setelah melumasi balon kosong,

kemudian masukkan perlahan ke rectum, balon kemudian dimasukkan air

sebanyak 50 ml air. Kemudian tempatkan pasien dalam keadaan duduk

seperti mau BAB.

Interpretasi: Apabila dalam waktu 1 menit pasien tidak ada keinginan untuk

membuang balon tersebut dusebut gangguan defekasi. Karena biasanya hal

ini dapat dicapai secara spontan.

18

Anda mungkin juga menyukai