Anda di halaman 1dari 9

BIOLOGI HEWAN

DISUSUN OLEH :

CHRISTINA Y. A UMKEKETO : 202379001


INDA AULIA LATIF : 202379002
ALDI HARJUNI : 202379003
RENDY : 202379004
RATIH PARWATI : 202379005
MUHAMAD IQBAL ARIF : 202379006
ANDRE RANTE PARAPA : 202379007
MARIA CHRISTINA SIRKEN : 202379008

UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
BIOLOGI HEWAN

A. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan hewan adalah serangkaian organ dan struktur yang bekerja
bersama-sama untuk memecah makanan menjadi nutrisi yang dapat diserap oleh tubuh
hewan. Sistem pencernaan bervariasi tergantung pada jenis hewan dan jenis makanan yang
dikonsumsinya. Berikut adalah komponen utama dalam sistem pencernaan hewan:

1. Mulut
Makanan dimulai dengan masuk melalui mulut. Di sini, makanan dicerna secara
mekanis oleh gigi dan dicampur dengan air liur yang mengandung enzim-enzim awal
untuk pencernaan karbohidrat.

2. Kerongkongan (esofagus)
Kerongkongan (esofagus) merupakan organ tubuh berupa tabung otot berongga
yang memanjang dari leher hinga lambung yang berfungsi untuk mendorong makanan
ke lambung. Setelah dimakan, makanan bergerak melalui kerongkongan menuju
lambung melalui gerakan peristaltik, yaitu kontraksi otot yang mendorong makanan ke
bawah.

3. Lambung
Lambung adalah organ organ pencernaan yang terletak di bagian atas abdomen
atau perut. Lambung memiliki bentuk seperti kantung yang dilapisi oleh lapisan
mukosa yang menghasilkan asam lambung dan enzim pencernaan. Asam lambung
berfungsi dalam proses pencernaan makanan dan membunuh bakteri yang masuk
bersama makanan. Enzim yang dihasilkan oleh lambung berupa pepsin yang berperan
dalam memecah belah protein menjadi peptida yang lebih kecil. Di lambung, makanan
dicerna lebih lanjut oleh asam lambung dan enzim-enzim pencernaan tersebut.
4. Usus Halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak antara lambung dan
usus besar. Usus halus adalah organ berbentuk tabung yang panjangnya sekitar 6-7
meter dan terdiri dari bagian utama, yaitu duodenum, jejnum, dan ileum. Setelah
meninggalkan lambung, makanan masuk ke usus halus. Di sini, enzim-enzim
pencernaan dari pankreas dan usus halus sendiri membantu memecah karbohidrat,
protein, dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat diserap oleh dinding
usus halus. Selain itu, usus halus juga memiliki struktur khusus yang disebut vili dan
mikrovili. Vili adalah lipatan kecilyang berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan
penyerapan nutrisi. Ikrovili adalah penjumbai kecil yang terdapat pada permukaan sel-
sel usus halus dan berperan dalam penyerapan nutrisi. Sisa makanan yang tidak dapat
dicerna atau diserap oleh usus halus kemudian akan bergerak ke usus besar untuk
proses pencernaan lebih lanjut.

5. Usus Besar
Usus besar juga dikenal sebagai kolon, adalah bagian pencernaan yang terletak
setelah usus halus. Ini adalah organ berbentuk tabung yang lebih lebar dan lebih
pendek daripada usus halus yang panjangnya sekitar 1,5 meter. Fungsi utama Usus
besar adalah menyerap air dan elektrolit dan sisa makanan yang tidak diserap oleh
usus halus. Selain itu usus besar juga berperan dalam pemebentukan dan
penyimpanan feses sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui proses buang air besar.
Usus besar terdiri dari beberapa bagian yaitu koln asenden, kolon transversum,
kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektrum. Di bagian akhir usus besar terdapat
sfingter anal yang mengontrol keluarnya feses dari tubuh saat buang air besar.
Setelah melewati usus halus, sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna atau
diserap masuk ke usus besar. Di sini, air dan garam diserap kembali ke dalam tubuh,
dan sisa-sisa makanan yang tidak tercerna membentuk tinja.

6. Rektum dan Anus


Tinja disimpan di rektum sebelum dikeluarkan melalui anus sebagai proses defekasi.
Sistem pencernaan hewan dapat bervariasi tergantung pada jenis makanan yang
dikonsumsi. Misalnya, hewan herbivora memiliki sistem pencernaan yang lebih panjang
dan kompleks untuk mencerna serat tumbuhan, sedangkan hewan karnivora memiliki
sistem pencernaan yang lebih sederhana karena makanan mereka cenderung lebih mudah.

B. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi hewan adalah sistem yang bertanggung jawab untuk
mengedistribusikan nutrisi, oksigen, hormon, dan zat-zat lainnya ke seluruh tubuh hewan,
serta mengangkut produk-produk limbah dan karbon dioksida dari sel-sel kembali ke
organ pengeluaran. Sistem sirkulasi juga membantu dalam menjaga suhu tubuh dan
menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh hewan. Ada dua jenis sistem sirkulasi utama
pada hewan:

1. Sistem Sirkulasi Terbuka


Sistem sirkulasi terbuka ditemukan pada sebagian besar artropoda (serangga,
laba-laba, dan kepiting) dan beberapa moluska (siput dan keong). Dalam sistem
sirkulasi terbuka, darah mengalir bebas di dalam rongga tubuh yang disebut hemokel.
Darah mengalir melalui jantung dan kemudian mengalir ke dalam rongga tubuh,
mengelilingi organ-organ dan jaringan. Darah kemudian kembali ke jantung melalui
pembuluh darah terbuka yang disebut ostia. Sistem sirkulasi terbuka tidak memiliki
pembuluh darah tertutup seperti arteri dan vena.

2. Sistem Sirkulasi Tertutup


Sistem sirkulasi tertutup ditemukan pada hewan vertebrata (ikan, amfibi, reptil,
burung, dan mamalia) dan beberapa moluska (cumong, gurita, dan kerang). Dalam
sistem sirkulasi tertutup, darah mengalir melalui jaringan tubuh dalam pembuluh darah
tertutup, yaitu arteri, vena, dan kapiler. Darah dipompa oleh jantung melalui arteri ke
seluruh tubuh, kemudian kembali ke jantung melalui vena. Di kapiler, pertukaran zat-
zat terjadi antara darah dan jaringan tubuh.
Sistem sirkulasi pada hewan vertebrata memiliki jantung yang bertanggung jawab
untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung terdiri dari bilik atas yang disebut atrium
dan bilik bawah yang disebut ventrikel. Darah yang kaya oksigen mengalir dari paru-paru
ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri, dan akhirnya dipompa ke seluruh tubuh melalui
arteri. Darah yang mengandung karbon dioksida mengalir dari tubuh ke atrium kanan,
kemudian ke ventrikel kanan, dan akhirnya dipompa ke paru-paru untuk mengambil
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.

Sistem sirkulasi hewan sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup dan
fungsi tubuh yang optimal. Ini memastikan bahwa semua sel-sel tubuh menerima nutrisi
dan oksigen yang diperlukan dan menghilangkan limbah dan karbon dioksida yang
dihasilkan oleh metabolisme sel.

C. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan hewan adalah serangkaian organ dan struktur yang
memungkinkan hewan untuk mengambil oksigen dari lingkungan dan mengeluarkan
karbon dioksida sebagai produk sampingan dari metabolisme. Sistem pernapasan
bervariasi tergantung pada jenis hewan dan lingkungan tempat mereka hidup. Berikut
adalah beberapa jenis sistem pernapasan hewan yang umum:

1. Pernapasan Paru-paru
Pernapasan paru-paru adalah sistem pernapasan yang paling umum pada
vertebrata, termasuk mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Dalam sistem ini, oksigen
diambil dari udara melalui rongga mulut atau hidung dan masuk ke paru-paru melalui
saluran pernapasan. Di dalam paru-paru, oksigen ditransfer ke darah dan karbon
dioksida yang dihasilkan oleh metabolisme sel dikeluarkan dari darah ke udara
melalui proses difusi.

2. Pernapasan Insang
Pernapasan insang ditemukan pada ikan dan beberapa hewan air lainnya.
Insang adalah organ pernapasan yang terdiri dari serangkaian lembaran tipis yang
disebut filamen. Oksigen diambil dari air melalui insang dan ditransfer ke darah,
sedangkan karbon dioksida dikeluarkan dari darah ke air.

3. Pernapasan Trakea
Pernapasan trakea ditemukan pada serangga dan beberapa artropoda lainnya.
Sistem pernapasan ini menggunakan jaringan tabung kecil yang disebut trakea yang
menembus tubuh hewan. Udara masuk dan keluar melalui lubang-lubang kecil yang
disebut spirakel. Oksigen diambil langsung oleh sel-sel tubuh melalui trakea, dan
karbon dioksida dikeluarkan melalui spirakel.

4. Pernapasan Kulit
Beberapa hewan seperti cacing tanah, lintah, dan katak memiliki kemampuan
untuk bernapas melalui kulit mereka. Kulit mereka memiliki permukaan yang luas
dan tipis yang memungkinkan pertukaran gas dengan lingkungan sekitar. Oksigen
diambil langsung oleh sel-sel tubuh melalui kulit, dan karbon dioksida dikeluarkan
melalui kulit juga.

Setiap sistem pernapasan hewan dirancang untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
menghilangkan karbon dioksida sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan metabolik
hewan tersebut. Sistem pernapasan yang efisien sangat penting untuk menjaga
kelangsungan hidup dan fungsi tubuh yang optimal.

D. Sistem Gerak
Sistem gerak pada hewan adalah serangkaian struktur dan organ yang
memungkinkan hewan untuk bergerak, berinteraksi dengan lingkungan, mencari
makanan, melarikan diri dari bahaya, dan melakukan fungsi-fungsi lainnya. Sistem gerak
pada hewan sangat bervariasi tergantung pada jenis hewan dan lingkungan tempat mereka
hidup. Berikut adalah beberapa jenis sistem gerak pada hewan yang umum:
1. Sistem Gerak Rangka Luar (Eksoskeleton)
Sistem gerak ini ditemukan pada artropoda seperti serangga, laba-laba, dan
kepiting. Rangka luar yang keras dan fleksibel, yang disebut eksoskeleton,
memberikan dukungan struktural dan melindungi tubuh hewan. Otot-otot yang
melekat pada eksoskeleton digunakan untuk menggerakkan anggota tubuh, seperti
kaki dan sayap, dengan kontraksi dan relaksasi.

2. Sistem Gerak Rangka Dalam (Endoskeleton)


Sistem gerak ini ditemukan pada vertebrata seperti mamalia, burung, reptil,
dan ikan. Rangka dalam, yang terdiri dari tulang atau kerangka yang lebih lunak pada
beberapa hewan, memberikan dukungan struktural dan tempat melekatnya otot-otot.
Otot-otot ini bekerja bersama-sama untuk menggerakkan anggota tubuh, seperti kaki,
sayap, atau ekor, dengan menggunakan sendi dan pergerakan tulang.

3. Sistem Gerak Otot Lendir


Sistem gerak ini ditemukan pada cacing tanah dan beberapa hewan lainnya.
Hewan-hewan ini memiliki otot-otot yang dilapisi dengan lapisan lendir yang
memungkinkan gerakan tubuh yang lebih lancar dan fleksibel. Otot-otot ini bekerja
dengan cara merapatkan dan memanjangkan tubuh untuk menggerakkan hewan.

4. Sistem Gerak Hidrostatik


Sistem gerak ini ditemukan pada hewan seperti ubur-ubur dan cacing pipih.
Hewan-hewan ini memiliki otot-otot yang terdistribusi secara merata di seluruh tubuh
mereka. Otot-otot ini bekerja dengan cara mengubah tekanan dalam rongga tubuh
untuk menggerakkan anggota tubuh atau mengubah bentuk tubuh secara keseluruhan.

Selain sistem gerak utama ini, beberapa hewan juga menggunakan sistem gerak
khusus, seperti sayap pada burung dan serangga untuk terbang, sirip pada ikan untuk
berenang, atau kaki pada mamalia untuk berlari atau melompat. Setiap sistem gerak pada
hewan dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik hewan tersebut dalam bergerak dan
beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka hidup.
E. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi pada hewan adalah serangkaian organ dan proses yang
memungkinkan hewan untuk menghasilkan keturunan. Sistem reproduksi pada hewan
sangat bervariasi tergantung pada jenis hewan dan strategi reproduksi yang mereka
miliki. Berikut adalah beberapa jenis sistem reproduksi pada hewan yang umum:

1. Reproduksi Aseksual
Beberapa hewan dapat bereproduksi secara aseksual, yaitu tanpa melibatkan
perkawinan atau penyatuan sel kelamin. Dalam reproduksi aseksual, individu dewasa
menghasilkan salinan diri mereka sendiri melalui proses seperti pembelahan sel atau
pembentukan tunas. Contoh hewan yang melakukan reproduksi aseksual termasuk
bakteri, spons, dan beberapa jenis cacing.

2. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual melibatkan penyatuan sel kelamin jantan dan betina untuk
menghasilkan keturunan yang memiliki kombinasi genetik yang berbeda. Pada
hewan, reproduksi seksual melibatkan organ reproduksi khusus dan proses-proses
seperti pembuahan dan perkembangan embrio. Reproduksi seksual memungkinkan
variasi genetik yang lebih besar dan adaptasi yang lebih baik terhadap perubahan
lingkungan. Contoh hewan yang melakukan reproduksi seksual termasuk mamalia,
burung, reptil, amfibi, ikan, dan sebagian besar serangga.

3. Fertilisasi Internal
Beberapa hewan, seperti mamalia, burung, reptil, dan beberapa ikan,
melakukan fertilisasi internal. Pada fertilisasi internal, sel telur yang telah dibuahi
oleh sel sperma bertemu dan bergabung di dalam tubuh betina. Proses ini
memungkinkan perlindungan dan perkembangan embrio yang lebih baik.

4. Fertilisasi Eksternal
Beberapa hewan, seperti sebagian besar ikan dan amfibi, melakukan fertilisasi
eksternal. Pada fertilisasi eksternal, sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma
bertemu di lingkungan eksternal, seperti air. Proses ini sering terjadi di dalam air
dan membutuhkan jumlah besar sel sperma untuk mencapai sel telur.

Selain itu, ada juga variasi dalam perawatan dan perkembangan keturunan setelah
pembuahan. Beberapa hewan, seperti mamalia, memberikan perawatan dan nutrisi kepada
keturunan mereka melalui plasenta atau menyusui. Di sisi lain, beberapa hewan, seperti
ikan dan amfibi, melepaskan telur ke lingkungan dan keturunan berkembang secara
mandiri.

Setiap sistem reproduksi pada hewan memiliki adaptasi yang unik tergantung pada
lingkungan dan strategi reproduksi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup spesies
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai