220106260
1E
RANGKUMAN ANATOMI
Dosen Pengampu:
1. Mulut
Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Faktanya, pencernaan dimulai bahkan
sebelum seseorang menggigit makanan yang dikonsumsi. Sebab, kelenjar ludah akan
menjadi aktif saat seseorang melihat dan mencium hidangan tertentu. Ketika mulai
makan, seseorang akan mengunyah makanan dengan gigi menjadi potongan-potongan
yang lebih mudah dicerna.
Nah, air liur kemudian akan mulai bercampur dengan makanan untuk mulai
memecahnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyerapan makanan dan
digunakan oleh tubuh. Ketika seseorang menelan, lidah juga memasukkan makanan
ke tenggorokan dan ke kerongkongan.
2. Kerongkongan
Kerongkongan menerima makanan dari mulut saat seseorang menelan. Serangkaian
kontraksi otot di dalam kerongkongan yang disebut peristaltik mengantarkan makanan
ke lambung.
3. Lambung
Lambung merupakan organ berongga yang berfungsi untuk menampung makanan
saat sedang dicampur dengan enzim lambung. Enzim-enzim tersebut nantinya akan
melanjutkan proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan.
4. Usus halus
Organ ini terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Perlu
diketahui bahwa usus kecil merupakan tabung otot sepanjang 22 kaki. Di mana organ
ini berfungsi untuk memecah makanan menggunakan enzim yang dilepaskan oleh
pankreas dan empedu dari hati. Selain itu, gerak peristaltik juga bekerja di organ ini,
memindahkan makanan dan mencampurnya dengan cairan pencernaan dari pankreas
dan hati.
5. Pankreas
Organ ini berfungsi untuk mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam duodenum yang
memecah protein, lemak dan karbohidrat. Pankreas juga membuat insulin,
meneruskannya langsung ke aliran darah.
7. Kantong empedu
Kantong empedu menyimpan dan mengkonsentrasikan empedu dari hati. Kemudian,
melepaskannya ke duodenum di usus kecil untuk membantu menyerap dan mencerna
lemak.
8. Usus besar
Usus besar bertanggung jawab untuk memproses limbah sehingga mengosongkan
usus tubuh. Perlu diketahui bahwa usus besar adalah tabung otot sepanjang 6 kaki
yang menghubungkan usus kecil ke rektum.
9. Rektum
Rektum merupakan bagian tubuh yang memiliki berbagai fungsi. Mulai dari
menerima feses dari usus besar, memberitahukan bahwa ada feses yang harus
dikeluarkan dan menahan feses sampai terjadi evakuasi.
10. Anus
Anus adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan. Ini adalah saluran sepanjang 2
inci yang terdiri dari otot-otot dasar panggul dan dua sfingter anal (internal dan
eksternal). Lapisan anus bagian atas mampu mendeteksi isi rektal. Ini memungkinkan
seseorang untuk mengetahui apakah isinya cair, gas atau padat.
A. Fisiologi Sistem Gastrointestinal
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien,
air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan
internal tubuh. Sistem pencernaan melakukan empat proses
pencernaan dasar yaitu
a) Motilitas
b) Sekresi
c) Digesti
d) Absorpsi
Ketika tidak ada makanan, mukosa lambung berbentuk lipatan
yang besar, disebut rugae, dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada
saat terisi makanan, rugae menghilang dengan lancar seperti alat
musik akordion dimainkan. Mukosa lambung terdiri dari tiga sel
sekresi: sel chief, sel parietal, dan sel mukus. Sel chief menyekresi
enzim pepsinogen, sel parietal menyekresi asam klorida yang
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, dan sel mukus menyekresi
mukus untuk melindungi gaster
Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem
peredaran darah tertutup. sistem peredaran darah, yang merupakan juga bagian dari
kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem
ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel
dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.
Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam
arah yang berlawanan (lihat respirasi).
Kedua, yang diangkut adalah nutrisi yang berasal dari pencernaan seperti lemak, gula
dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk
mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan.
Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat) yang
kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus besar).
Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan bagian-
bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh.
Fakta ini berhubungan dengan pe-ran kesadaran pada proses makan dan
defekasi. Serabut simpatis, di pihak lain, adalah serabut post-gang-lioner
yang bersifat adrenergik. Serabut-serabut ini mempunyai pa-ling sedikit 4
buah target yaitu: neuron sekretomotor yang me-ngandung vasoactive
intestinal peptide, ujung saraf preganglioner yang cholinergik, pembuluh
darah submucosa, dan sphincter-sphinct-er yang ada di dalam saluran
pencernaan.
Plexus pada saluran pencernaan tidak mempunyai badan sel saraf simpatis
yang bersifat adrenergik. Badan sel dan serabut saraf yang membentuk SSSP
tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Serabutnya sangat halus
sehingga hanya dapat dipelajari dengan menggunakan mikroskop elektron
(Gershon, 1998). Struktur serabut SSSP berbeda dengan sera-but saraf di luar
sistem ini. Pada SSSP serabut saraf tidak ditopang oleh jaringan kolagen, tetapi
oleh sel glia yang menyerupai astrosit. Sel glia ini berbeda dengan sel
Schwann karena tidak mempunyai lamina basalis dan membungkus
kumpulan serabut saraf, bukan membungkus setiap serabut
(Gershon & Rothman, 1991).SSSP bekerja terhadap tar-get organ secara
langsung atau melalui sel antara. Sel antara itu bisa berupa sel endokrin,
sel interstitial dari Cajal, dan sel sistem imun seperti misalnya mast-celldengan
plexus submucosus. Badan sel saraf dari SSSP tersusun dalam kelompok
ganglia kecil yang mempunyai hubungan dengan serabut saraf yang mem-
bentuk plexus myentericus dan plexus submucosus. Serabut yang
berhubungan dengan plexus myentericus mempunyai serabut yang
menghubungkannya dengan plexus submucosus dan ganglia SSSP yang serupa
dengan plexus sub-mucosus yang terdapat pada vesica felea, ductus
cysticus, ductus choledochus dan pancreas.Hubungan sensoris dengan SSP
Informasi sensoris dari saluran pencernaan diteruskan ke SSP melalui
n.vagus dan n.splanchnicus. Sebagian serabut n.vagus meneruskan informasi
tentang tegangan mekanis yang di-alami dinding usus, sebagian peka terhadap
kadar glukosa, asam amino dan asam lemak yang terdapat dalam lumen usus.
Sebagian lagi meneruskan informasi tentang rangsang mekanis, osmotis
dan kimiawi yang lain. Gerak peristalstik dan reflex sekresi kelenjar pencernaan
di-mungkinkan oleh adanya impuls sensoris yang berasal dari mucosa saluran
pencernaan dengan seroto-nin sebagai neurotransmiter. Meka-nisme kerja dan
sekresi serotoninpada saluran pencernaan ini cukup rumit. Pada sistem saraf
pusat, serotonin membutuhkan serotonin transporter (SERT) yang dihasilkan
oleh serabut saraf yang seroto-ninergis, tetapi di dalam usus SERT diperoleh
melalui enterocyte(Gershon, 2003; Gershon, 2005). Transmiter kimiawi yang
dihasilkan sel endokrin mucosa saluran pencernaan turut berperan dalam
meneruskan rangsang ke n.vagus. Sebagai contoh, muntah yang terjadi
pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi, dise-babkan oleh
dilepaskannya sero-tonin dalam jumlah besar oleh sel enterochromaffin yang
mengalami kerusakan. Muntah ini dapat dihentikan dengan pemberian
anta-gonis serotonin seperti misalnya ‘ondansteron’. Serabut saraf aferent
dari n.splanchnicus meneruskan sensasi sakit (dari nociceptor), dengan
neurotransmiter antara lain berupa peptida yang berkaitan dengan calcitonin
dan substansi P