Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ESSAY KULIAH

“fisiologi GI secara umum sesi 2”

Nama : Alivia Ayu Pramesti Hariyadi

NIM : 020.06.0003

Kelas :A

Blok : Blok Digestive 1

Tutor : Siti Ruqayyah, S.Si., M.Sc.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2020/2021
I. Latar Belakang

Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus
menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan, pergerakan makanan melalui saluran pencernaan,
sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, absorpsi hasil pencernaan,air dan berbagai
elektrolit, sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang
diabsorpsi dan pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal. Hormon gastrointestinal
adalah polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa endokrin lambung dan usus halus. Hormon ini
terutama berperan dalam pengaturan fungsi pergerakan dan sekresi sistem pencernaan yang meliputi
lambung, usus halus, hati, saluran empedu dan pancreas. Selain fungsi tersebut hormone
gastrointestinal dapat juga berfungsi dalam memobilisasi Ca2+ dan pembentukan fosfotidil inositol
yang berperan dalam kontraksi lumen pada sistem gastrointestinal. Hormon gastrointestinal yang
disekresi dari duodenum dan yeyenum adalah sekretin, glukagon, GIP, VIP yang berfungsi
menghambat motilitas dan sekresi getah lambung.

II. Pembahasan

Motilitas pada saluran pencernaan didapatkan dalam dua bentuk, yaitu:

• Gerak peristaltik, dalam bentuk gelombang perlahan di sepanjang lapisan otot polos traktus.
Tipe gerakan ini terutama didapatkan pada lambung.

• Gerak segmental, terutama didapatkan pada usus halus dan usus besar. Tipe gerakan ini
yang berlangsung secara ritmik akan menghasilkan segmentasi di sepanjang usus

Gelombang Peristaltik
Fungsi lambung adalah:

1. Sebagai tempat penyimpanan makanan yang dicerna sebelum diteruskan ke duodenum.

2. Mencerna makanan secara mekanis dan mencampurnya dengan getah lambung.

3. Mensekresi HCl dan enzim pencernaan, terutama pepsin (dalam bentuk pepsinogen).
Pepsinogen yang disekresi oleh sel chief dalam rongga lambung dikonversi dengan
bantuan asam klorida yang disekresi oleh sel parietal menjadi pepsin. Fungsi pepsin
yaitu menguraikan protein menjadi peptida.

4. Mensekresi mukus untuk melindungi dinding lambung.

Konversi pepsinogen menjadi pepsin

Waktu pengosongan lambung adalah 1 - 3 jam, tergantung pada komposisi makanan.


Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum. Fungsi usus halus yaitu untuk
pencernaan dan absorbsi, yang dihasilkan oleh:

– Gerak pencernaan usus halus, yaitu gerak segmental dan gerak peristalsis.

– Aktivitas kimiawi oleh enzim pencernaan: empedu, getah pankreas, enzim usus halus
(enterokinase, peptidase, amilase, lipase, dan sebagainya).

Pencernaan terutama terjadi pada duodenum, sedangkan absorbsi (kecuali air) terutama
terjadi pada yeyunum dan ileum. Makanan berada di usus halus selama 1 - 6 jam.
➢ Mekanik
Proses secara mekanik terdiri 2 gerakan yaitu segmentasi dan peristaltik/motilitas.
Segmentasi adalah proses mencampur kimus dengan cairan digesti dan membawa partikel-
partikel makanan ke mukosa untuk diabsorpsi. Segmentasi terjadi sangat cepat di duodenum
sekitar 12 kali per menit kemudian menurun menjadi sekitar 8 kali per menit di ileum. Setelah
sebagian besar makanan diserap, distensi dinding usus halus menurun, segmentasi terhenti dan
peristaltik dimulai. Gerakan peristaltik atau motilitas yang terjadi di usus halus ini dikenal
dengan istilah Migration Motility Complex (MMC). MMC secara perlahan mendorong
makanan ke bagian bawah usus halus hingga mencapai ileum dalam 90-120 menit.

Proses Segementasi dan Migration Motility Complex (MMC)


Sumber: Tortora & Derrickson (2012)
➢ Kimiawi
Proses akhir pencernaan karbohidrat, protein dan lemak terjadi di usus halus dimana hasil
kerjasama empedu, cairan pankreas dan usus. Cairan usus halus berwarna kuning jernih dan
diproduksi setiap hari sekitar 1-2 liter. Cairan usus halus mengandung mukus, air dan sedikit
alkali yang bersama cairan pankreas membantu penyerapan makanan di usus halus.

Usus besar (kolon) terdiri atas kolon sekum, kolon asenden, kolon transversal, kolon
desenden, dan kolon sigmoid. Usus besar berakhir pada rektum. Usus besar berakhir pada rektum.
Fungsi kolon adalah untuk mengabsorbsi air dan garam dari sisa makanan cair untuk dikonversi
menjadi feses.

Sisa makanan berada dalam usus besar selama 12 - 36 jam. Peningkatan kontraksi haustra
(segmen usus besar), biasanya sesudah makan, akan mendorong feses ke kolon desenden, tempat
feses terkumpul sampai waktu defekasi.
Usus besar memilik diameter 6,5 cm dan panjang 1,5 m memanjang dari ileum hingga anus.
Pintu masuk ileum ke usus besar adalah lipatan membran mukosa yang disebut sphincter ileocecal
yang membawa material dari usus halus ke usus besar.
Fungsi usus besar antara lain:
Gerak peristaltik di usus besar membawa sisa makanan dari usus halus menuju rektum
Merubah protein menjadi asam amino (oleh bakteri di usus besar), menyerap sejumlah air,
ion-ion dan produksi vitamin seperti vitamin B dan K
Membentuk feses
Defekasi (pengosongan rektum)
Proses pencernaan di usus besar terjadi secara mekanik dan kimiawi:
➢ Mekanik
Pergerakan pada usus besar diawali ketika substansi makanan melewati sphincter ileocecal
kemudian memenuhi cecum serta terakumulasi di colon asendens. Salah satu pergerakan pada
usus besar adalah haustral churning yaitu perpindahan substansi makanan dari haustrum (kantong
kecil akibat lekukan pada usus besar) satu menuju haustrum yang lain. Selanjutnya yakni gerak
peristaltik, yaitu pergerakan substansi makanan sepanjang usus besar oleh kontraksi otot
longitudinal dan sirkular. Selain itu juga terjadi gerak mass peristalsis dimana gerakan
mempercepat substansi makanan menuju colon sigmoid dan rektum.
➢ Kimiawi
Proses pencernaan secara kimiawi di usus besar diperankan oleh bakteri Escherichia Coli.
Bakteri ini membantu proses eliminasi kimus dengan memfermentasikan sisa karbohidrat, dan
melepaskan hidrogen, karbondioksida dan gas metana. Gas inilah yang menjadi awal dari flatus
(gas) dan peristiwa pengeluaran gas ini disebut flatulance (Buang angin/kentut). Bakteri juga
membantu mengubah sisa protein menjadi asam amino dan substansi yang lebih sederhana seperti
indole, skatole, hydrogen sulfida dan asam lemak. Indole dan skatole inilah yang ikut berperan
memberikan bau pada feses. Selain itu bakteri juga membantu membusukkan bilirubin menjadi
pigmen sederhana termasuk stercobilin yang berperan dalam pewarnaan feses.

Motilitas dan sekresi pencernaan diatur secara cermat untuk memaksimalkan pencernaan
dan penyerapan makanan yang masuk. Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan
fungsi sistem pencernaan fungsi otonom otot polos, Pleksus saraf intrinsik, Saraf ektrinsik, dan
hormon saluran pencernaan.
1. fungsi otonom otot polos

Otot polos traktus gastrointestinal hampir terus-menerus dijalani oleh aktivitas listrik yang
lambat. Aktivitas ini cenderung memiliki dua tipe dasar gelombang listrik gelombang lambat, dan
gelombang paku.

Jenis aktivitas listrik spontan yang paling menonjol pada otot polos pencernaan adalah
potensial gelombang lambat yang disebut juga irama listrik dasar (basic electrical rhytim, BER )
saluran pencernaan ( pacesetter potential ). Gelombang lambat bukan potensial aksi 1,3dan tidak
secara langsung menginduksi kontraksi otot, gelombang tersebut bersifat ritmik, berfluktuasi seperti
gelombang potensial membran yang secara berkala membawa membran mendekati atau menjauhi
ambang. Jika gelombang tersebut mencapai ambang pada puncak- puncak depolarisasi, suatu
lonjakan potensial aksi akan terpicu, menimbulkan siklus ritmis kontraksi otot yang berulang-ulang.
BER berperan dalam mengkoordinasi peristaltik dan aktivitas motorik lainnya; kontraksi timbul
hanya selama bagian depolarisasi gelombang. Setelah vagotomi atau transeksi dinding lambung ,
misalnya, peristaltik di lambung menjadi tidak teratur.

2. Pleksus saraf intrinsik

Faktor kedua yang terlibat dalam pengaturan fungsi saluran pencernaan adalah pleksus saraf
intrinsik. Pleksus saraf adalah jaringan sel-sel saraf yang saling berhubungan. Terdapat dua
jaringan serat saraf yang membentuk pleksus di saluran pencernaan : pleksus mienterikus ( Aurbach
), yang terletak di antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler, dan pleksus sub mukosa (
Meissner ) yang terletak di submukosa. Kedua pleksus ini dikenal sebagai pleksus intrinsik atau
sistem saraf enterik karena terletak di dalam dinding saluran pencernaan dan terdapat di seluruh
pencernaan dari esofagus sampai anus. Pada manusia sistem ini terdiri dari 100 juta neuron
sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang sama banyaknya dengan jumlah neuron di seluruh
medula spinalis sehingga dapat dianggap sebagai bagian SSP yang tergusur yang berperan dalam
pengaturan fungsi gastrointestinal. Saluran pencernaan tidak seperti organ lain karena memiliki
sistem saraf intramural (“ di dalam dinding “ ) sendiri, yang mengandung neuron sebanyak neuron
di korda spinalis, sehingga saluran ini cukup kemampuan untuk mengatur dirinya.

Pleksus-pleksus intrinsik mempengaruhi semua faset aktivitas saluran pencernaan. Melalui


persarafan sel-sel otot polos serta sel-sel eksokrin dan endokrin saluran pencernaan, pleksus
intrinsik secara langsung mempengaruhi motilitas saluran pencernaan, sekresi getah pencernaan,
dan sekresi hormon pencernaan. Jaringan saraf intrinsik ini terutama bertanggung jawab
mengkoordinasikan aktivitas lokal di dalam saluran pencernaan.

3. Saraf intrinsic

Saraf-saraf ekstrinsik adalah saraf yang berasal dari luar saluran pencernaan dan
mempersarafi berbagai organ pencernaan yaitu serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf
otonom. Saraf otonom mempengaruhi motilitas dan sekresi saluran pencernaan melalui modifikasi
aktivitas yang sedang berjalan di pleksus intrinsik, sehingga mengubah tingkat sekresi hormon
saluran pencernaan, atau pada beberapa keadaan melalui efek langsung pada otot polos dan kelenjar.
Saraf simpatis pada saluran pencernaan dominan untuk situasi fight- or- flight, cenderung
menghambat atau memperlambat kontraksi dan sekresi. 3 Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya
melalui dua cara : (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung norepinefrin untuk
menghambat otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan (2) pada tahap
yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari norepinefrin pada neuron-neuron sistem saraf enterik.
Jadi perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui
traktus gastrointestinal.Efek tersebut terlihat nyata bahwa proses pencernaan bukan merupakan
prioritas tertinggi apabila tubuh menghadapi suatu kedaruratan atau ancaman dari lingkungan
eksternal.

4. Hormon Saluran Pencernaan

Faktor keempat yang mempengaruhi aktivitas saluran pencernaan adalah pengaturan oleh
hormon. Di dalam mukosa bagian tertentu saluran pencernaan terdapat sel-sel kelenjar endokrin yang
mengeluarkan hormon-hormon ke dalam darah jika mendapat rangsangan yang sesuai. Atas dasar
kemiripan struktural dan, sampai suatu tingkat, kemiripan fungsi, beberapa dari hormon-hormon
pencernaan ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok kelompok gastrin, terdiri dari gastrin dan
kolesistokinin (CCK) sedangkan kelompok sekretin, terdiri dari sekretin, glukagon, glisentin
(GLI),VIP, dan gastric inhibitory polypeptide (GIP). Kerja gastrin, CCK, sekretin, dan GIP yang
terintegrasi dalam mempermudah pencernaan dan penggunaan zat-zat makanan yang diserap.
Berbagai hormon pencernaan tersebut diangkut oeh darah ke bagian lain saluran pencernaan, tempat
mereka menimbulkan pengaruh eksitatorik atau inhibitorik pada sel-sel otot polos atau kelenjar
eksokrin. Hormon-hormon pencernaan dikeluarkan terutama sebagai respons terhadap perubahan
lokal spesifik di isi lumen ( misalnya adanya protein, lemak, atau asam), yang bekerja secara
langsung pada sel-sel kelenjar endokrin atau tidak langsung melalui pleksus intrinsic atau saraf
otonom ekstrinsik.
Kerja terintegrasi berbagai hormon gastrointestinal dalam mengatur pencernaan dan penggunaan
zat-zat makanan yang diserap. Anak panah terputus- putus menunjukkan penghambatan.
III. Kesimpulan

Fungsi pencernaan dan penyerapan sistem gastrointestinal bergantung kepada


berbagai mekanisme diantaranya pengaturan fungsi motilitas, pengaturan fungsi sekresi,
pengaturan aliran darah, dan pengaturan transport dan pencampuran makanan. Pengaturan
fungsi motilitas dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu fungsi otonom otot polos, pleksus saraf
intrinsik, saraf ekstrinsik dan hormon saluran pencernaan. Pengaturan fungsi sekresi diatur
oleh mekanisme persarafan dan humoral disamping adanya makanan dalam saluran cerna.
Pengaturan aliran darah dalam setiap traktus gastrointestinal secara langsung berhubungan
dengan derajat aktivitas lapisan dinding usus setempat, rangsangan saraf parasimpatis
meningkatkan aliran darah bersamaan dengan peningkatan sekresi kelenjar. Perangsangan
simpatis sebaliknya memberi efek vasokontriksi yang kuat pada arteriol pada seluruh traktus
gastrointestinal. Pengaturan transport dan pencampuran makanan secara otomatis diatur oleh
mekanisme umpan balik hormonal dan saraf.
DAFTAR PUSTAKA

Anatomi-Fisiologi. 2014. Anatomy & Physiology: A Self-Intructional Course. Edisi 2. EGC


Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Guyton Dan Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier. Jakarta.

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran; Unit II: Fisiologi Memebran,
Saraf, dan Otot. Ed: 13. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C, 2018, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Sherwood, Lauralee., 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi keenam. Jakarta: EGC.
pp:708-19

Pemaparan materi “ fisiologi GI secara umum sesi 2” oleh Siti Ruqayyah, S.Si., M.Sc.
Universitas Islam Al – Azhar Mataram.

Anda mungkin juga menyukai