Anda di halaman 1dari 21

Kompartemen Pencernaan

Dalam gambar umum pengolahan makanan, kita telah melihat bahwa enzim-enzim pencernaan
menghidrolisis material-material biologis yang sama (misalnya protein,lemak,dan karbohidrat)
yang Menyusun tubuh hewan itu sendiri. Jika demikian, bagaimana bisa hewan dapat
mencerna makanan tanpa ikut mencerna sel dan jaringannya sendiri? Adaptasi evolusioner
yang ditemukan berbagai spesies hewan adalah pengolahan makanan di dalam komparten-
kompartemen yang terspesialisasi. Kompartemen semacam itu bisa bersifat intraseluler, dalam
bentuk vakuola makanan, atau ekstraseluler, seperti pada organ-organ dan system-system
pencernaan.
Digesti Intraseluler
Vakuola makanan-organel-organel sel tempat enzim-enzim hidrolitik menguraikan makanan-
adalahkompartemen pencernaan paling sederhana. Hidrolisis makanan di dalam vakuola,
disebut pencernaan intraseluler (intracellular digestion) , dimulai setelah sel menelan
makanan padat melalui fagositosis atau makanan cair melalui pinositosis (lihat peraga 7.20).
Vakuola makanan yang baru terbentuk menyatu dengan lisosom, organel yang mengandung
enzim hidrolitik. Penyatuan organel ini mempertemukan makanan dengan enzim, sehingga
pencernaan dapat berlangsung dengan aman di dalam kompartemen yang diselubungi oleh
membrane pelindung. Beberapa jenis hewan, misalnya spons, mencerna seluruh makanan
melalui mekanisme intraseluler ini (lihat peraga 33.4)
Digesti Ekstraseluler
Pada Sebagian besar hewan, setidaknya beberapa hidrolisis terjadi melalui digesti
ekstraseluler (extracellular digestion), pemecah makanan dalam kompartemen-
kompartemen yang bersambungan dengan bagian luar tubuh hewan. Memiliki satu atau lebih
kompartemen ekstraseluler untuk digesti memungkinkan seekor hewan menelan sumber
makanan yang jauh lebih besar daripada yang bisa diingesti melalui fagositosis.
Organ-Organ yang terspesialisasi untuk tahap-tahap yang
berturutan dari pengolahan makanan Menyusun system
pencernaan mamalia
1. Rongga mulut, faring, dan Esofagus
Ingesti dan tahap-tahap awal digesti terjadi di dalam rongga mulut (oral cavity). Digesti
mekanis dimulai saat gigi dari berbagai bentuk memotong,meremukkan,dan menggiling
makanan, sehingga makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan area
permukaannya. Sementara itu, keberadaan makanan merangsang refleks saraf yang
menyebabkan kelenjar ludah (salivary gland) mengeluarkan ludah melalui saluran ke dalam
rongga mulut. Ludah juga bisa dikeluarkan sebelum makanan memasuki mulut, dipicu oleh
asosiasi yang dipelajari antara makan dan makan dalam waktu sehari, aroma masakan, atau
rangsangan yang lain.
Ludah mengawali digesti kimiawi sekaligus melindungi rongga mulut. Amilase (amylase),
enzim di dalam ludah, menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikogen
(polimer glukosa dari hewan)menjadi polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltose.
2. Faring (pharynx), atau wilayah kerongkongan, membuka kedua saluran ; esofagus dan
trakea mengarah ke paru-paru. Oleh karena itu, menelan harus dilakukan secara hati-hati agar
makanan tidak masuk dan menyumbat saluran napas.
Digesti Lambung
Lambung (stomach) terletak tepat di bawah diafragma di dalam rongga abdomen atas.
Segelintir nutrient diabsorpsi dari lambung ke dalam aliran darah, namun tugas utama
lambung adalah menyimpan makanan dan meneruskan digesti. Dengan lipatan-lipatan mirip
akordeon dan dinding yang sangat elastis, lambung dapat merentang untuk menampung sekitar
2L makanan dan cairan. Lambung menyekresikan cairan pencernaan yang disebut getah
lambung (gastric juice) dan mencampur sekresi ini dengan makanan melalui pengadukan.
Campuran makanan yang diingesti dan getah pencernaan disebut kimus (chyme).
Digesti Kimiawi Di Lambung
Dua komponen getah lambung melangsungkan digesti kimiawi. Salah satunya adalah asam
hidroklorat (Hcl), yang merusak matriks ekstraseluler yang menyatukan sel-sel di dalam
daging dan material tumbuhan. Konsentrasi HC1 sedemikian tinggi sehingga pH getah
lambung sekitar 2, cukup asam untuk melarutkan paku-paku besi. pH yang rendah ini tidak
hanya membunuh Sebagian besar bakteri, namun juga mendenaturasi (menguraikan) protein-
protein dalam makanan, sehingga meningkatkan paparan ikatan-ikatan peptidanya.
Digesti di Usus Halus
Sebagian besar hidrolisis enzimatik makromolekul-makromolekul dari makanan terjadi di
dalam usus halus (small intestine) peraga 41.13). Dengan Panjang lebih dari 6 m pada
manusia, usus halus merupakan kompartemen kanal alimentaris terpanjang, nama usus ini
mengacu pada diameternya yang kecil, jika dibandingkan dengan diameter usus besar. Bagian
25 cm pertama atau lebih dari usus halus membentuk duodenum, persilangan jalur utama
dalam digesti. Disinilah kimus dari lambung bercampur dengan getah-getah pencernaan dari
pancreas, hati, dan kantung empedu serta dari sel-sel kelenjar dari dinding usus halus sendiri.
Hormon – hormone yang dilepaskan oleh lambung dan duodenum mengontrol sekresi –sekresi
pencernaan ke dalam kanal alimentaris (peraga 41.14).
Sekresi Pankreas
Pankreas (pancreas) membantu digesti kimiawi dengan menghasilkan larutan basa yang kaya
bikarbonat serta sejumlah enzim-enzim. Bikarbonat menetralisasi keasaman kimus dan dan
bertindak sebagai bufer. Diantara enzim-enzim yang dihasilkan pankreas terdapat tripsin dan
kimotripsin protease-protease yang disekresikan ke dalam duodenum dalam bentuk inaktif
(peraga 41.13). Dalam reaksi berantai yang mirip dengan aktivasi pepsin, tripsin dan
kimotripsin diaktivasi Ketika keduanya terletak secara aman di dalam ruang ekstraseluler
dalam duodenum.
Produksi Empedu di Hati
Digesti lemak-lemak dan lipid-lipid yang lain dimulai di dalam usus halus dan mengandalkan
pada produksi empedu (bile), yaitu suatu campuran zat-zat yang dibuat di dalam hati (liver).
Empedu mengandung garam-garam empedu, yang bekerja sebagaideterjen-deterjen
(pengemulsi) yang membantu dalam digesti dan absorpsi lipid-lipid. Empedu disimpan dan
dikonsentrasikan di dalam kandung empedu (gallbladder).
Hati memiliki banyak fungsi-fungsi vital selain menghasilkan empedu. Seperti yang akan kita
lihat sekilas, hati juga menguraikan toksin-toksin yang memasuki tubuh dan membantu
menyeimbangkan penggunaan nutrient.
Produksi empedu sendiri terintegrasi dengan tugas hati yang lain : penghancuran sel-sel darah
merah yang tidak lagi berfungsi secara penuh. Dalam memproduksi empedu, hati
menggabungkan beberapa pigmen yang merupakan produk-produk sampingan dari penguraian
sel darah merah. Pigmen-pigmen empedu ini kemudian dibuang dari tubuh Bersama feses.
Sekresi Usus Halus
Pelapis epitel duodenum adalah sumber beberapa enzim-enzim pencernaan (41.13), Sebagian
enzim tersebut disekresikan ke dalam lumen duodenum, sementara yang lain terikat ke
permukaan sel-sel epitel.
Sementara hidrolisis enzimatik terus berlanjut, peristalsis menggerakkan campuran kimus dan
getah-getah pencernaan disepanjang usus halus. Sebagian besar digesti diselesaikan di dalam
duodenum. Wilayah-wilayah usus halus yang lain, disebut jejunum dan ileum, terutama
berfungsi di dalam absorpsi nutrient-nutrient dan air.
Absorpsi di Usus Halus
Untuk
  mencapai jaringan-jaringan tubuh, nutrient-nutrient di dalam lumen pertama-tama harus
melintasi pelapis kanal alimentaris. Sebagian besar penyerapan ini terjadi di dalam usus halus.
Organ ini memiliki area permukaan yang sangat luas – , kira-kira setara dengan ukuran
lapangan tenis. Lipatan-lipatan besar dalam pelapis usus memiliki penjuluran-penjuluran
serupa jari yang disebut vili ( Villi, tunggal villus). Pada gilirannya, setiap sel epitel vilus
memiliki banyak tonjolan-tonjolan mikroskopik atau microvilli (microvilli), pada permukaan
ujungnya yang terpapar ke lumen usus (peraga 41.15). Microvilli yang bersisi-sisian dan
berjumlah banyak membuat epitelium usus terlihat seperti sikat-sehingga dinamai tepi sikat
(brush border) area permukaan yang sangat luas berkat microvilli merupakan suatu adaptasi
yang sangat meningkatkan kapasitas total untuk absorpsi nutrient.
Absorpsi di usus besar
Kanal alimentaris berakhir di usus besar (large intestine), yang mencakup kolon, sekum, dan
rectum.
Sekum (cecum, lihat peraga 41.10). Sekum penting untuk memfermentasi material yang
teringesti, terutama pada hewan yang makan banyak sekali material nabati.
Umbai cacing (appendix), penjuluran serupa jari dari sekum manusia, memiliki peran kecil dan
tak tergantikan dalam imunitas.
Fungsi utama kolon adalah untuk memulihkan air yang telah memasuki kanal alimentaris sebagai
pelarut getah-getah pencernaan.
Feses, zat-zat buangan dari system pencernaan, menjadi semakin padat saat digerakkan di
sepanjang kolon oleh peristalsis, material tersebut membutuhkan waktu kira-kira 12-24 jam untuk
bergerak disepanjang kolon. Jika pelapis kolon teriritasi-oleh infeksi virus atau bakteri, misalnya
air yang diserap Kembali akan semakin berkurang, sehingga terjadi diare. Sebaliknya, konstipasi
atau sembelit, terjadi Ketika feses bergerak disepanjang kolon dengan sangat lambat, kelebihan air
akan diserap Kembali, sehingga feses menjadi terpadatkan.
Bagian ujung usus besar adalah rectum (rectum), tempat feses disimpan hingga bisa dibuang.
Diantara rectum dan anus terdapat dua sfingter, yang sebelah dalam bersifat tak-sadar dan
yang sebelah luar bersifat sadar. Secara periodic (sekali dalam sehari atau lebih pada Sebagian
besar individu), kontraksi kolon yang kuat menghasilkan keinginan untuk buang air besar.
Adaptasi-Adaptasi evolusioner sistem pencernaan vertebrata
berkorelasi dengan diet.

Beberapa Adaptasi Gigi


Dentisi, susunan gigi – gigi hewan, merupakan salah satu contoh variasi structural yang
mencerminkan diet. Tengoklah dentisi mamalia karnivor, herbivor, dan omnivorpada peraga
41.18. Adaptasi evolusioner gigi-gigi untuk
(a) Karnivora. Karnivora, misalnya anggota famili anjing dan kucing, umumnya memiliki
gigi seri dan gigi taring runcing yang dapat digunakan untuk membunuh mangsa dan merobek
atau memotong-motong daging. Geraham depan belakang yang bergerigi meremukkan dan
mencabik makanan.
(b) Herbivora, sebalinya, mamalia herbivor, seperti kuda dan rusa biasanya memiliki gigi-gigi
dengan permukaan lebar dan berigi yang menggiling material tumbuhan. Gigi seri dan taring
umumnya termodifikasi untuk mengggit potongan tumbuhan. Pada beberapa mamalia
herbivor, taring tidak ditemukan.
(c) Omnivora. Manusia, sebagai omnivore yang teradaptasi untuk memakan tumbuhan
maupun daging, memiliki dentisi yang relative tak terspesialisasi, terdiri dari 32 gigi permanen
(dewasa). Dari bagian tengah ke belakang dari satu sisi rahang, terdapat dua gigi seri mirip
pisau untuk menggigit, satu gigi taring runcing untuk merobek, dua geraham depan untuk
menggiling, dan tiga gigi belakang untuk menghancurkan makanan.
Adaptasi Lambung dan Usus
Panjang system pencernaan vertebrata juga berkolerasi dengan diet. Secara umum, herbivor
dan omnivor memiliki kanal alimentaris yang lebih Panjang terhadap ukuran tubuh
dibandingkan dengan karnivor (peraga 41.19). Tumbuhan lebih sulit dicerna daripada daging
karena mengandung dinding sel. Saluran pencernaan yang lebih pajang menyebabkan waktu
digesti yang lebih lama dan area permukaan yang lebih luas untuk absorpsi nutrient.
Adaptasi Mutualistik
Pada kelinci dan beberapa jenis rodensia, bakteri mutualistic hidup di dalam usus besar serta di
dalam sekum. Karena Sebagian besar nutrient diabsorpsi di dalam usus halus, produk-
sampingan bergizi dari fermentasi oleh bakteri di dalam usus besar pada awalnya hilang
Bersama feses. Kelinci dan rodensia memulihkan nutrient-nutrient ini melalui koprofagi
(coprophagy), dari Bahasa Yunani, berarti memakan kotoran), yaitu memakan Sebagian
fesesnya sendiri dan kemudian melewatkan makanan melalui kanal alimentaris untuk kedua
kali. “pellet” kelinci yang familier, yang tidak diingesti Kembali, adalah feses yang dibuang
setelah makanan dilewatkan melalui saluran pencernaan untuk kedua kali.
Adaptasi yang palng rumit untuk diet herbivor telah dievolusikan pada hewan-hewan yang
disebut ruminansia (ruminant), yang mencakup rusa, doba, dan sapi (peraga 41.20)
Gambar Sapi

Anda mungkin juga menyukai