Anda di halaman 1dari 2

1.

PURA ATAU TEMPAT SUCI


Tempat suci, tempat ibadah atau tempat peribadatan merupakan tempat atau bangunan yang
dianggap suci (dikeramatkan). Setiap umat mempunyai tempat suci dalam pelaksanaan
ibadahnya. Adapun tempat ibadah dari agama resmi di Indonesia adalah Masjid (untuk umat
Islam), Gereja (untuk umat Protestan dan Katholik), Pura (untuk umat Hindu), Wihara (untuk
umat Buddha) dan Litang/kelenteng untuk umat Khonghucu. Pemerintah memberikan
perlindungan akan tempat ibadah ini sebagai wujud nyata dari UUD 1945 tentang kebebasan
beragama. Bahkan di tempat umum pun dibangun tempat-tempat ibadah, seperti Bumi
Perkemahan Cibubur di Jakarta Timur menyediakan masjid, gereja, pura dan wihara.

2. PENGERTIAN PURA
Pura merupakan tempat suci Umat Hindu. Pura biasanya didirikan di tempat yang
sekelilingnya asri seperti laut, gunung, goa, hutan dan sebagainya. Penyebutan nama tempat
suci dalam Ajaran Hindu tidak secara gamblang. Tempat suci atau pemujaan ini disebut
devalaya, devasthana, deval atau deul yang berarti rumah para dewa.
Beberapa istilah tempat suci Umat Hindu di belahan bumi ini adalah:
Mandir atau Mandira (Bahasa Hindi)
Alayam atau Kovil (Bahasa Tamil)
Devasthana atau Gudi (Kannada)
Gudi, Devalayam atau Kovela (Bahasa Telugu)
Puja Pandai (Bahasa Bengali)
Kshetram atau Ambalam (Malayayam)
Candi (Jawa, merupakan bangunan kuno)
Tempat suci menurut Hindu mempunyai 2 (dua) pengertian yaitu tempat suci karena kondisi
alam (sendirinya) dan tempat suci karena disucikan atau dibangun. Tempat suci karena
sendirinya adalah puncak gunung, sumber mata air. Sedangkan tempat suci yang dibangun
adalah Pura.
Etimologi
Kata ‘Pura’ berasal dari akhiran Bahasa Sansekerta (-pur, -puri, -pura, -puram, -pore) yang
artinya kota, kota berbenteng, kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangannya di
Pulau Bali, istilah ‘Pura’ menjadi khusus untuk tempat ibadah, sedangkan kata ‘puri’ menjadi
tempat tinggal bagi para raja dan bangsawan.
‘Pura’ yang berarti keraton atau istana raja, kata ini banyak dijumpai di Bali pada saat
pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan, seperti Linggarsapura di Samprangan, Swecapura di
Gelgel, Semarapura di Klungkung, Bandanapura (Badung), Kawyapura (Mengwi).
‘Pura’ sebagai tempat pemujaan dimulai pada jaman sebelum Dalem Kepakisan, Rsi
Markandeya mendirikan Pura Besakih. Pada abad XI Empu Kuturan mempopulerkan Pura
dengan Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa, Puseh dan Dalem) dan tempat memuja Sang
Hyang Widhi yang disebut Meru. Pada jaman Dang Hyang Dwi jendra, tempat memuja Sang
Hyang Widhi disebut Padmasana.
Fungsi Pura
Pura sebagai tempat suci Umat Hindu di Indonesia. Pura merupakan tempat pemujaan Hyang
Widhi Wasa dalam prabawa-NYA (manifestasiNYA) dan atau Atma Sidha Dewata (roh suci
leluhur) dengan sarana upacara yadnya dari Tri Marga.
Dalam Buku Materi Pokok Acara Agama Hindu disebutkan bahwa Pura sebagai tempat suci
Umat Hindu memiliki arti dan fungsi yang sangat penting:
1. Tempat untuk memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.
2. Tempat umat mendekatkan diri dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan.
3. Tempat dialog/komunikasi sosial masyarakat dan tempat persaksian atas suatu aktivitas.
4. Tempat mengasah dan mendidik calon-calon pemimpin masyarakat.
Menurut Gusti Ngurah Rai, fungsi Pura dapat dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu:
1. Fungsi spiritual: Dharma Sedana, Dharma Yatra
2. Fungsi pendidikan: Dharma Wacana, Dharma Tula

3. Sehingga Tempat suci merupakan tempat yang disucikan dan dikramatkan oleh umat
Hindu dan dipergunakan untuk melakukan hal-hal bersifat kesucian seperti tempat melakukan
pemujaan. Salah satunya Upacara Pujawali/Upacara Yajña dan melakukan persembahyang
untuk memohon anugrah dari Tuhan/ Sang Hyang Widhi Wasa. Tempat suci pura secara
umum memakai kon-sep Tri Mandala yaitu: Utama Mandala yaitu bangunan utama atau
pokok, Madya Mandala yaitu halaman pura bagian tengah-tengah sebagai tempat melakukan
kegiatan sosial keagamaan seperti tempat pembuatan sarana Upakara Yajña, dan Nista
Mandala yaitu bagian paling luar.
Ada syarat-syarat yang harus diperhatikan ketika memasuki tempat suci, orang yang sedang
dalam keadaan cuntaka, baik cuntaka karena diri sendiri maupun cuntaka karena orang lain.
Orang yang sedang cuntaka tidak boleh memasuki areal pura karena pura merupakan tempat
yang suci dan keramat.
Fungsi pura selain sebagai tempat sembahyang juga bermanfaat untuk melakukan pendidikan
tattwa, susila dan upacara. Pendidikan tattwa dilaku-kan dengan jalan memberikan Dharma
Wacana. Pendidikan susila dilakukan dengan jalan pelatihan sikap baik dari segi berbicara
dan berbuat yang sopan-santun. Pendidikan upacara yaitu mendidik umat secara langsung
dengan jalan kerja sosial mengerjakan sarana-sarana upacara, (Duwijo dan Darta, 2014:94).
Tempat Suci menurut sifat dan fungsinya ada dua yakni sifat khusus dan umum. Tempat suci
yang khusus adalah Pura Keluarga. Sedangkan tempat suci yang bersifat umum adalah pura
yang dimanfaatkan sebagai tempat per-sembahyangan oleh umat dari berbagai golongan
masyarakat baik dari go-longan Brahmana, Ksatria, Wesia, dan Sudra
Sanggah Kemulan atau linggih Bhatara Guru, dimanfaatkan secara khusus oleh keluarga
tersebut saja. Sedangkan tempat suci yang sifatnya umum antara lain adalah; Kahyangan
Tiga, Pura Jagatnata, Dang Kahyangan, Sad Kahyangan, Candi-candi yang ada di daerah
Jawa dan tempat suci lain yang ada di masing-masing daerah di Indonesia, yang
dipergunakan oleh umat Hindu dari berbagai golongan dan kasta. Melihat jenisnya pura ada
tiga yakni: khusus untuk keluarga, khusus untuk seprofesi, dan untuk semua golongan dari
berbagai profesi.
Untuk mengenal tempat-tempat suci yang ada di masing-masing wilayah Indonesia bagi umat
Hindu dengan jalan Dharmayatra/Tirtha Yatra. Tirta yatra yaitu perjalanan suci yang
dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan dengan dasar pikiran yang suci, tulus
ikhlas dan tanpa ada rasa terpaksa.

Soal Latihan :

1. Apa yang anda ketahui tentang tempat Suci Hindhu, jelaskan pendapatmu !
2. Coba sebutkan apa saja yang anda ketahui perihal fungsi Pura selain sebagai tempat
ibadah !
3. Dalam pemilihan tempat dan penentuan denah untuk membangun tempat Suci,
sedikitnya ada 4 hal yang perlu diperhatikan.
Sebut dan jelaskan 4 hal dimaksud!

Selamat Mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai