Anda di halaman 1dari 9

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK PADA LANSIA DI WISMA MELATI PSTW


BUDI MULYA 4

1) Pengkajian
a) Identitas (Kelompok)
1) Umur: Rata-rata umur lansia berkisar antara 60-69 tahun dengan hipertensi yang
memiliki keluhan keterbatasan gerak.
2) Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan mayoritas sebanyak 5 lansia hanya sampai pendidikan
sekolah dasar, 3 lansia sampai pendidikan SLTP, 4 lansia tidak bersekolah
3) Agama
Dari ke-12 lansia dengan hipertensi didapatkan yang beragama islam berjumlah
11 orang dan kristen yaitu 1 orang.
4) Suku
Dari ke-12 lansia dengan hipertensi didapatkan sebagian besar berasal dari pulau
Jawa berjumlah 7 orang serta 2 lansia berasal dari Sumatra, 1 sunda, 1 batak.
b) Biologi Kelompok
1) Gangguan Penglihatan Dari 12 lansia yang menderita hipertensi 3 diantaranya
memiliki gangguan penglihatan yaitu lapang pandang buram sisanya tidak
memiliki gangguan penglihatan.
2) Gangguan Kebersihan Diri dari 12 lansia yang menderita hipertensi didapati 4
orang memiliki gangguan kebersihan diri.
3) Masalah Keterbatasan Gerak Dari 12 lansia yang memiliki hipertensi, 12 lansia
yang kelompok rata-rata memiliki gangguan keterbatasan gerak hampir seluruh
lansia menggunakan alat bantu berjalan.
4) Masalah Pendengaran Dari 12 lansia yang memiliki hipertensi, 3 diantaranya
memiliki gangguan dalam pendengaran.
5) Masalah Perawatan Diri Dari 12 lansia yang memiliki hipertensi, seluruhnya
dapat melakukan perawatan diri secara mandiri seperti, berhias diri, menyisir
rambut, berpenampilan rapi.
6) Masalah Ketergantungan Obat Dari 12 lansia yang memiliki hipertensi, hampir
semua lansia cukup ketergantungan terhadap obat hipertensi yaitu amlodipine dan
katopril.
7) Pelayanan Kesehatan yang digunakan Pelayanan yang digunakan ialah pelayanan
yang disediakan oleh pihak panti seperti, fisioterapi, kontrol Kesehatan rutin yang
bekerja sama dengan puskesmas.
8) Rekreasi Dari 12 lansia, sebagian mengikuti kegiatan yang disediakan oleh panti
seperti, panggung gembira, kerajinan tangan, olahraga senam, dan pengajian atau
kebaktian.
9) Pola Makan dan Minum Dari 12 lansia yang memiliki hipertensi, seluruh lansia
makan 3x sehari, mampu makan secara mandiri. Dengan makanan yang sehat
yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah di setiap sarapan. Makan sesuai yang
disediakan panti tanpa mengetahui diit yang dianjurkan atau makanan yang
dihindari pada lansia yang memiliki hipertensi.
c) Psikologi Kelompok
1) Proses Pikir (lupa, bingung, pikun, curiga): Saat dilakukan pengkajian wawancara
dari 12 lansia yang menderita hipertensi terdapat 9 lansia yang mampu
menyebutkan kejadian yang pernah dialami, seperti alasan masuk panti, pekerjaan
dulu, maupun kejadian-kejadian lalu yang pernah dialaminya. Dan 3 diantaranya
sempat bingung dalam menjawab disaat dilakukan wawancara

d) Sosial Kelompok
1) Keadaan ekonomi Dari ke 12 lansia pada keadaan ekonomi lansia tidak memiliki
penghasilan selama di panti.
2) Hubungan social Dari ke 12 lansia yang memiliki hipertensi, sebagian besar lansia
memiliki hubungan yang baik satu sama lain, lansia mudah bergaul dan selalu
berkomunikasi dengan sesama lansia di panti. Namun hanya saja ada beberapa
lansia yang memiliki hubungan yang cukup kurang terhadap sesama teman lansia
dikarenakan berselisih paham.
3) Kegiatan social seluruhnya dari ke 12 lansia yang memiliki hipertensi selalu
mengikuti aktivitas kegiatan yang diadakan oleh panti seperti ibadah, serta senam.
e) Keadaan Lingkungan
1) Lingkungan dalam ruangan Lingkungan dalam ruangan wisma melati terdapat 4
kamar yang terdiri dari 7 tempat tidur di masing-masing kamar. Dalam observasi
penulis ruangan wisma melati cukup bersih, dan penerangan yang cukup terang
ketika pagi hingga sore dikarenakan cahaya matahari yang cukup, terdapat kipas
angin di masing-masing ruangan, namun terkadang dirasakan suhu ruangan yang
panas apabila kipas angin hanya 1 di setiap ruangan, terdapat jendela dan ventilasi
baik.
2) Lingkungan di luar ruangan dalam observasi penulis lingkungan ruangan wisma
melati cukup asri, banyak pepohonan dan juga penerangan cahaya matahari yang
cukup. Lingkungan yang cukup bersih dikarenakan tampak sebagian lansia yang
suka menyapu di luar ruangan, namun terdapat beberapa lingkungan sekitar
wisma memiliki aroma yang khas dikarenakan beberapa lansia yang belum miliki
kemandirian dalam kebersihan diri dan perawatan diri.
2) Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1. Data Subjektif: Gangguan Penurunan
 Dari 12 Lansia yang menderita mobilitas fisik Kekuatan Otot,
hipertensi diantaranya mengeluh dan Massa Otot
kesulitan dalam melakukan
pergerakan,
 4 pasien menggunakan alat
bantu dalam mobilisasi: kursi
roda 1, tongkat 1, kruk 2
Data Objektif
 Keadaan umum : baik
Kesadaran composmentis
Tekanan darah ke 12 lansia
1. Ny. T : 161/80 mmHg
2. Ny. N : 166/71 mmHg
3. Ny. C : 140/83 mmHg
4. Ny. R : 151/80 mmHg
5. Ny. E : 140/80 mmHg
6. Ny. Y : 144/79 mmHg
7. Ny. T : 142/72 mmHg
8. Ny. M: 155/90 mmHg
9. Ny. K: 135/80 mmHg
10. Ny. I: 130/75 mmHg
11. Ny. T: 148/85 mmHg
12. Ny. B: 160/90 mmHg
 Dari 12 lansia ditemukan rata-
rata memiliki
 Kekuatan otot:
 5555 5555
 4444 3333

Dari 13 lansia 7 lansia memiliki


 kekuatan otot lemah
2 Data Subjektif: Distres Spiritual Kondisi Penyakit
 Dari 12 lansia yang dikaji Kronis (Hipertensi)
ditemukan 9 lansia tidak
melaksanakan ibadah solat
wajib karena kesulitan dalam
melakukan pergerakan.

Data Objektif:
 Dari hasil pengkajian kelompok
ditemukan di dalam tidak
tersedianya kursi atau alat bantu
untuk melaksanakan ibadah,
sehingga banyak pasien yang
tidak melaksanakan solat 5
waktu
3 Data Subjektif: Resiko Jatuh Ditandai dengan
 Dari 12 lansia yang kelompok Kekuatan Otot
kaji 4 lansia pernah mengalami Menurun
riwayat jatuh.
 Dari 12 lansia 4 diantara
menggunakan alat bantu saat
melakukan mobilisasi
 Dari 12 lansia hampir
seluruhnya enggan melakukan
pergerakan karena khawatir
jatuh
Data Objektif:
 Penerangan di wisma melati
cukup baik
 Tidak tersedia keset di depan
kamar mandi sehingga beresiko
untuk jatuh
 Dari 12 lansia yang kelompok
kaji 4 lansia ditemukan tidak
menggunakkan sandal saat
beraktivitas
3) Diagnosa

No. Dx Diagnosa Keperawatan


1 Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot, dan Massa Otot
2 Distres Spiritual b.d Kondisi Penyakit Kronis (Hipertensi)
3 Resiko Jatuh d.d Ditandai dengan Kekuatan Otot Menurun
4) Intervensi

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
Fisik Observasi:
D.0054 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
diharapkan mobilitas fisik meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
Keterbatasan dalam Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat memulai mobilisasi
gerakan fisik dari suatu Menurun Meningkat  Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
atau lebih ekstremitas 1 Pergerakan ekstremitas Terapeutik:
secara mandiri 1 2 3 4 5  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2 Kekuatan otot  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
1 2 3 4 5  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun meningkatkan pergerakan
Meningkat Menurun Edukasi
3 Nyeri  Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
1 2 3 4 5  Anjurkan melakukan mobilisasi dini
4 Kaku sendi  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
1 2 3 4 5 dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)
5 Gerakan terbatas
1 2 3 4 5
6 Kelemahan fisik
1 2 3 4 5

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Distress Spiritual Status spiritual Dukungan Spititual
D.0082 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam terjadi Observasi:
peningkatan terhadap dukungan spiritual.  Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan
Pengertian : Kriteria Hasil: ketidakberdayaan
Gangguan pada Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi pandangan tentang hubungan antara
keyakinan atau system Menurun Meningkat spiritiual dan kesehatan
nilai berupa kesulitan 1 Verbalisasi makna dan tujuan hidup  Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
memahami makna dan 1 2 3 4 5  Identifikasi ketaatan dalam beragama
tujuan hidup melalui 2 Verbalisasi kepuasan tehadap makna hidup Terapeutik:
hubungan dengan 1 2 3 4 5  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
diri,orang Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun rasa nyeri
lain,lingkungan atau Meningkat Menurun  Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan
Tuhan. 3 Perilaku marah kepada tuhan tentang penyakit dan kematian
1 2 3 4 5  Berikan kesempatan mengekspresikan dan
memburuk Cukup sedang Cukup membaik meredakan marah secara tepat
memburuk membaik  Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung
4 Kemampuan beribadah selama masa ketidakberdayaan
 Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas
1 2 3 4 5
spiritual
 Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan
hidup, jika perlu
 Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
 Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman,
dan/atau orang lain
 Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
 Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi
terbimbing
Kolaborasi
 Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis. ustadz,
pendeta, romo, biksu)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Jatuh termoregulasi Pencegahan Cidera
D.0143 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 8 jam, Observasi:
keparahan dan cedera yang diamati atau dilaporkan menurun.  Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis
pada ekstremitas bawah
Risiko mengalami Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik:
kerusakan fisik dan Meningkat Menurun  Sediakan pencahayaan yang memadai
gangguan kesehatan  Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
akibat terjatuh 1 Kejadian Cedera rawat inap
1 2 3 4 5  Sediakan alas kaki antislip
2 Luka/Lecet  Sediakan urinal atau urinal untk eliminasi di dekat
1 2 3 4 5 tempat tidur, Jika perlu
3 pendarahan  Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
 Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
1 2 3 4 5
pasien, sesuai kebutuhan
4 fraktur Edukasi
1 2 3 4 5  Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
beberapa menit sebelum berdiri
Manajemen Keselamatan Lingkungan
Observasi:
 Identifikasi kebutuhan keselamatan
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik:
 Hilangkan bahaya keselamatan, Jika memungkinkan
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko
 Sediakan alat bantu kemanan linkungan (mis.
Pegangan tangan)
 Gunakan perangkat pelindung (mis. Rel samping,
pintu terkunci, pagar)
Edukasi
 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko
tinggi bahaya lingkungan
5) Implementasi

No Hari/ Implementasi Evaluasi (SOAP)


Dx Tanggal
Jumat  Mengidentifikasi adanya nyeri atau S = Pasien mengatakan
08/12/20 keluhan fisik lainnya O=
23  Memonitor frekuensi jantung dan tekanan - 12 Pasien mengeluh
darah sebelum memulai mobilisasi
nyeri pada kaki dan
 Mengajarkan latihan ROM
tangan
- 8 pasien tampak
mampu melakukan
latihan pergerakan
ROM
- 4 Pasien tampak
tidak mampu
melakukan ROM
karena kaki dan
tangannya sakit
- Tekanan darah =
- Nadi =
- RR =
A = masalah gangguan
mobilitas belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
- Latih ROM 2x/hari

Sabtu  Mengidentifikasi perasaan S = Pasien mengatakan kadang


09/12/20 khawatir, kesepian dan malas untuk melakukan ibadah
23 ketidakberdayaan O=
 Mengidentifikasi pandangan - Pasien tampak jarang
tentang hubungan antara spiritiual ke Mushola untuk
dan kesehatan beribadah
 Mengidentifikasi harapan dan A = Masalah distress spiritual
kekuatan pasien tidak teratasi
 Mengidentifikasi ketaatan dalam P = Lanjutkan intervensi
beragama - Memotivasi untuk
 Memberikan kesempatan melakukan ibadah
mengekspresikan perasaan tentang
penyakit dan kematian

Senin
11/12/20
23

Anda mungkin juga menyukai