Anda di halaman 1dari 20

TERAPI MODALITAS PADA KLIEN LANSIA

DENGAN RESIKO CEDERA

Juwarti NIM 142310101007


Siti Zainab Fawzyah Azhari NIM 142310101011
Ladyane Cahya Utami NIM 142310101037
Rize Kumala Putri Pratiwi NIM 142310101043
Nifta Rahmawardani NIM 142310101055
Rischa Isrotul Nur Afida NIM 142310101067
Indah Asri Lestari NIM 142310101110
Latar Belakang

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus Bagi individu, pengaruh proses menua ini dapat
kehidupan merupakan tahap menimbulkan berbagai masalah baik fisik-biologik,
perkembangan normal yang dialami oleh mental dan sosial ekonomi (hardywinoto, 2004).
setiap individu yang sudah mencapai usia
lanjut (Stanley, 2006).

Populasi lansia di kawasan Asia Tenggara menurut WHO


adalah sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.

Proyeksi jumlah tersebut yaitu pada tahun 2000 jumlah


IMOBILISASI
lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, pada
tahun 2010 jumlah lansia 24,000,000 (9,77%) dari total
populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia
mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi
(Depkes RI, 2013).
Latar Belakang
Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi
memiliki gaya hidup kurang gerak, akhirnya
sekitar 50% penurunan funsional pada lansia
dihubungkan dengan disease. Berbagai
ancaman dari imobilitas fisik dapat
Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi dikategorikan berhubungan dengan
dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan lingkungan internal dan eksternal atau
mobilitas optimal sangat penting untuk dengan kompetensidan sumber-sumber
kesehatan mental dan fisik semua lansia. internal dan eksternal klien.
Keletihan dan kelemahan batasan karakteristik
intoleransi aktivitas, telah diketahui sebagai
penyebab paling umum kedua yang paling
sering terjadi yang menjadi keluhan pada
lansia.
KEAMANAN
Faktor Yang mempegaruhi Keamanan:
Keamanan adalah keadaan aman dan tenteram 1. usia
(Tarwoto dan Wartonah, 2010). 2. tingkat kesadaran
3. emosi
Karakteristik Keamanan: 4. status mobilitas
a. Pervasiveness (insidensi) 5. gangguan persepsi sensori
b. Perception (persepsi) 6. informasi atau komunikasi
7. penggunaan antiobiotik yang tdk rasional
c. Management (pengaturan)
8. keadaan imunitas
9. ketidakmampuan tubuh dalm
memproduksi sel darah putih
10. status nutrisi
11. tingkat pengetahuan
Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna Hal-Hal yang Harus Dikaji:
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006). 1. Rentang Gerak
Gangguan mobilisasi mengacu pada 2. Gaya Berjalan
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, 3. Latihan dan Toleransi Aktivitas
dan imobilisasi mengacu mengacu pada 4. kesejajaran tubuh
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan 5. berdiri
bebas. 6. duduk
Beberapa klien mengalami kemunduran dan 7. berbaring
selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-
imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi
imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu
tidak terbatas (Potter dan Perry, 1994).
Faktor Pengaruh Mobilisasi
Pengaruh Otot
Pengaruh Skelet
Gaya Hidup
Proses Penyakit/ Cedera
Kebudayaan
Tingkat Energi
Energi
Usia Dan Status Perkembangan
Terdapat Perbedaan Kemampuan Mobilitas Pada Tingkat Usia Yang Berbeda.
Terapi Modalitas
TANDEM STANCE MERUPAKAN LATIHAN YANG MELIBATKAN FAKTOR-FAKTOR
KESEIMBANGAN YANG BERGUNA DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN ATAU
STABILITAS TUBUH (RAHMADANI, 2016).
LATIHAN INI DAPAT MENINGKATKAN KESEIMBANGAN POSTURAL BAGIAN
LATERAL YANG BERPERAN DALAM MENGURANGI RESIKO JATUH PADA LANSIA
(MUNAWWARAH DAN PARAHITHA NINDYA N, 2015).
SOP
SOP
Pengertian: Indikasi:
suatu tes dan juga latihan yang dilakukan dengan cara berjalan Gangguan keseimbangan pada lansia :
menentukan garis lurus dalam posisi tumit kaki menyentuh jari Fraktur extremitas inferior
kaki lainnya sejauh 3-6 meter.. Dislokasi extremitas inferior
HNP
Tujuan: LBP
1. Melatih sikap atau posisi tubuh Stroke
2. Mengontrol keseimbangan vertigo
3. Koordinasi otot dan gerakan tubuh
4. Melatih parametes terkait keseimbangan individu
5. Kontrol mutlak atau mobilitas dan ketepatan mobilitas
6. Membantu diagnosa pada ataksia
7. Menentukan kemampuan individu untuk mengkoordinasikan
gerakan motoriknya
SOP
Kontraindikasi:
1. Tidak ada keluhan pinggang dan tungkai
2. Penyakit jantung
3. Gangguan ataksia celebelar Persiapan Perawat:
4. Gangguan sensorik 1. Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan
medis
Persiapan Klien: 2.Rumuskan diagnosa terkait
1. Pastikan identitas klien 3.Buat perencanaan tindakan (intervensi)
2. Kaji kondisi awal klien 4.Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain
3. Beritahukan keluarga atau pendamping bahwa klien membantu jika perlu
akan dilakukan
4.tindakan terapi atau latihan.
5. Jaga selalu privasi klien
SOP
Cara Kerja: Evaluasi:
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya 1.Lakukan evaluasi tindakan
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien 2.Berikan reinforcement positif pada klien
3. Berikan kesempatan klien utuk bertanya sebelum latihan 3.Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
dimulai 4.Berpamitan dengan klien
Langkah-langkah : 5.Akhiri kegiatan
1.Mulailah dengan kaki bersama sama dengan kedua tangan di 6.Cuci tangan
sisi
2.Langkahkan kaki kanan anda ke depan
3.Pertahankan selama 10-30 detik
4.Selanjutnya lakukan kembali dengan kaki kiri di depan
berpegang pada kursi jika diperlukan
SOP
Dokumentasi;
1. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam
2. pelaksanaan pada catatan keperawatan
3. Catat respon klien dan hasil kegiatan
4. Dokumentasi evaluasi tindakan: SOAP

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)


Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
Aplikasi Teori
Gambaran Kasus
Tn. Z usia 60 tahun saat ini tinggal dengan anak bungsunya di Desa Merapi RT 07 RW 12 Sumbergempol. Saat ini Tn.
Z sedang duduk-duduk di ruang tamu sambil mengoleskan minyak ke seluruh kakinya. Pada saat dilakukan pengkajian
oleh perawat puskesmas Sumbergempol Tn. Z merasakan sakit pada lututnya disebabkan karena sering jatuh. Tn. Z
mengatakan sering jatuh disebabkan oleh lantai rumah yang licin terutama di kamar mandi dan merasa bahwa pada
saat berdiri dia kehilangan keseimbangannya. Pada saat ini Tn. Z merasa takut untuk berdiri lagi akibat trauma
sehingga apabila beliau ingin berpindah tempat atau pergi ke kamar mandi selalu dibantu oleh anaknya yang bungsu.
Pada saat dilakukan pemeriksaan TTV pada klien yaitu Nadi 80x/menit, Suhu 37 derajat Celcius, RR 24x/menit dan TD
120/90 mmHg. Pada saat dilakukan Head to toe hal yang paling menonjol yaitu pada lututnya yang dimana terdapat
beberapa lebam di kedua kakinya. Tn. Z terkadang termenung akan keadaanya saat ini, Tn. Z merasa bosan dan tidak
semangat karena sudah tidak bisa bermain dengan cucunya dan merasa bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi dan
selalu menyusahkan anaknya. Oleh karena itu, anak dari Tn. Z memanggil perawat ke rumahnya.
Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Nama : Tn. Z 3.1.3 Riwayat kesehatan lalu
Umur : 60 Tahun Tn. Z merasakan sakit pada lututnya disebabkan karena
Jenis Kelamin : Laki-laki sering jatuh. Tn. Z mengatakan sering jatuh disebabkan oleh
Pendidikan : tidak terkaji lantai rumah yang licin terutama di kamar mandi dan
Pekerjaan : tidak terkaji merasa bahwa pada saat berdiri dia kehilangan
Status Perkawinan : Duda
keseimbangannya.
Alamat : Desa Merapi RT 7/RW 12, Sumber Gempol
: tinggal bersama dengan anak bungsunya
3.1.4 Riwayat kesehatan saat ini
3.1.2 Riwayat kesehatan Keluarga Pada saat ini Tn. Z merasa takut untuk berdiri lagi akibat
Keluarga Tn. Z tidak mengalami gangguan seperti yang dialami trauma sehingga apabila beliau ingin berpindah tempat
klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung atau pergi ke kamar mandi selalu dibantu oleh anaknya
dengan gangguan fisik yang dialami saat ini. yang bungsu.
Pengkajian
Pengkajian Fisik Pola Gordon Nilai Indeks Katz Tn. Z adalah C, untuk kebutuhan
a. Aktivitas /Istirahat oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan
b. Sirkulasi personal hygine klien tercukupi secara mandiri. Tetapi
c. Eliminasi aktivitas klien mengalami penurunan, karena dalam
d. Makanan/Cairan
melakukan kegiatan seperti mandi, BAB, BAK dan berpindah
e. Neurosensori
klien dibantu oleh keluarga.
f. Nyeri/Kenyamanan
g. Pernafasan
h. Keamanan Status Kognitif/Afektif (SDG) Berdasarkan pengkajian
j. Seksualitas yang dilakukan kepada Tn. Z didapatkan hasil bahwasannya
k. Interaksi Sosial skore untuk kasus Tn. Z adalah 15 yang artinya Tn.Z
mengalami depresi.
Diagnosa dan Intervensi
Kriteria Hasil:
Resiko cedera berhubungan dengan
1. Klien terbebas dari cedera
fisiologis mobilisasi
2. Klien mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah
Definisi NANDA :
Suatu kondisi individu yang berisiko untuk injury/cedera
mengalami cedera atau kerusakan fisik sebagai akibat 3. Klien mampu memodifikasi gaya
dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan
sumber-sumber adaptif dan pertahanan, yang dapat hidup untuk mencegah injuri
membahayakan kesehatan individu
Intervensi
Mandiri : Observasi :
1. Environment Management (Manajemen lingkungan) 1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien. Seperti kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan terdahulu pasien
(seperti pisau , obat-obatan, ruang berantakan, lantai 2. Kaji hipotensi ortostatik saat bangun, ajarkan metode
basah, dan lain) untuk mengurangi pusing, seperti tidak duduk dengan
2.Memasang side rail tempat tidur dan tempat tidur yang segera jika merasa pusing.
nyaman dan bersih 3. Lakukan penilaian keamanan rumah
3. Memberikan penerangan yang cukup dan menempatkan Health Education :
saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
4. Dorong klien untuk melakukan terapi yang telah diajarkan tentang bagaimana mengenali dan melaporkan
untuk meningkatkan keselamatan berjalan dan mencegah kekhawatiran tentang masalah keselamatan yang ada.
jatuh Kolaborasi :
5. Menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien. Ajak klien untuk melakukan terapi fisik yang berguna untuk
menguatkan status kesehatan pasien sesuai kebutuhan.
Evaluasi
S:
Klien mengatakan sedikit bisa mengontrol jalannya
Klien mengatakan sudah sedikit tidak takut untuk
berjalan sendiri
O:
Klien tampak sedikit berani untuk berjalan tanpa
bantuan orang lain
Klien tampak senang bisa menjaga keseimbangannya
A:
Masalah resiko cedera berhubungan dengan fisiologis
mobilisasi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Kesimpulan
Kebutuhan keamanan fisik merupakan
kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang
mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan
ini akan difokuskan pada providing for safety atau
memberikan lingkungan yang aman.
Tandem stance merupakan latihan yang
melibatkan faktor-faktor keseimbangan yang berguna
dalam meningkatkan keseimbangan atau stabilitas
tubuh. Latihan ini dapat meningkatkan keseimbangan
postural bagian lateral yang berperan dalam
mengurangi resiko jatuh pada lansia.
Alhamdulillah
Semoga Bermanfaat .
Semoga kita semua mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan menjadi
seorang perawat profesional.,

Jangan lupa Berusaha dan Berdoa

Man Jadda Wajada

Anda mungkin juga menyukai