Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN DI RUANG UROLOGI
RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK
TIMUR-NTB

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase


Keperawatan Dasar profesi

Disusun Oleh :

Nama : Mardiana, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan profesi ners diruang urologi RSUD.Dr. R. Soedjono


Selong Lombok Timur-NTB tanggal 06 s/d 11 November 2023 telah di syahkan
dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Mardiana, S.Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Ns.Supriadi,. M.Kep) (Wiwin Ika Suliyanti,S.Kep.,Ns)

Kepala Ruangan

(Wiwin Ika Suliyanti,S.Kep.,Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Aktivitas dan Latihan

1. Definisi Aktivitas dan Latihan

Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah

satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan

aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja (Heriana, 2014).Aktivitas

adalah usaha-usaha yang dikemukakan untuk melaksanakan semua

rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk

melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan

melaksanakan, ditempat mana pelaksanaannya, kapan waktu dimulai dan

berakhir, dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

Latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga

yang kompleks dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan

organisasional yang sesuai dengan tujuan. Latihan juga merupakan

aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan

secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang

ditentukan.

Latihanmerupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan

untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. (Seffa,

Ikhfan, 2018).

iii
Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga

kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan pleksibilitasotot. Selain itu,

latihan fisik dapat membuat fungsu gastrointeatinal dapat bekerja lebih

optimal dengan meningkatkan selerah makan orang tersebut dan

melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat

melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat

otot abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang

efektif(Yati, 2019).

2. Fisiologis Pergerakan

Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari

sistem skeletal, otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini

berhubungan erat dengan mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat

dianggap sebagai satu unit fungsional. Sistem skeletal berfungsi

menyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang lunak, sebagai

tempat melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber mineral dan berperan

dalam proses hematopoeisis (proses pembentukan dan perkembangan sel-

sel darah). Sedangan otot berperan dalam proses pergerakan,memberi

bentuk pada postur tubuh,dan memproduksi panas melalui aktivitas

kontraksi otot. (Potter dan Perry, 2005).

Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang disadari

atau volunter, dan gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang

disebut dengan refleks. Proses gerak yang disadari mekanismenya melalui

jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf sensorik, kemudian dibawa ke

otak untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respons yang akan dibawa oleh

iv
saraf motorik dan efektor. Sedangkan gerakan refleks atau involunter

berjalan dengan sangat cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. (Tarwoto dan Wartonah,

2007)

3. Nilai-nilai normal dan cara perhitungannya

Rentang Gerak Rentang Nilai Normal Kategori Kemampuan Aktivitas

Fisik menurut (Gunawan, Adi, 2001) yaitu :

a. Nilai – nilai normal Aktivitas

Tingkat aktivitas / Kategori


mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu

dengan sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam

mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban,

maksimal 57 %.

b. Derajat Kekuatan Otot

No Nilai Kekuatan Otot Keterangan


.
1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
sekali
2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa
gravitasi
4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak
untuk menahan berat (gravitasi)
5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
dan melawan tahanan
6. 5 (100%) Kekuatan normal

c. Pengkajian Resio Jatuh

no Pengkajian Skala Skoring Skoring Skoring


1 2 3

1 Riwayat jatuh : apakah Tidak 0


pasien pernah jatuh
dalam 3 bulan terakhir Ya 25

2 Diagnose sekunder : Tidak 0


apakah pasien memiliki
lebih dari satu penyakit Ya 15

3 Alat bantu jalan : 0


-Bed rest /dibantu
perawat

-kruk /tongkat/walker 15

-Berpegangan pada 30
benda-benda disekitar

4 Terapi intravena : Tidak 0


Apakah saat ini pasien
terpasang infus Ya 20

5 Gaya berjalan / cara 0


berpindah :
-Normal/Bed
rest/immobile
(tidak dapat bergeak
sendiri)

-Lemah tidak bertenaga 10

-Gangguan/tidak 20
normal
(pincang/diseret)

6 Status Mental 0
-Pasien meyadari
kondisi dirinya

vi
-Pasien mengalami 15
leterbatasan daya ingat

Total nilai

Paraf & nama petugas perawat

Keterangan

Tingkat risiko Nilai MFS Tindakan


Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatu standar
Risiko tinggi >51 Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh risiko
tinggi

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

a. Tingkat perkembangan tubuh

Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuscular dan

tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan reflex akan

berfungsi

b. Kesehatan fisik

Penyakut, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi

pergerakan tubuh

c. Keadaan nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas

dapat menyebabkan pergerakan menjadikurang bebas

d. Emosi

vii
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh

seseorang keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat

yang kemudian dapat dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas

e. Kelemahan neuromuscular dan skeletal

Adanya abnormal postur seperi scoliosis, lordosis, an kiposis dapat

mempengaruhi terhadap pergerakan

f. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila

dibandingkan dengan petani atau buruh

5. Gangguan Terkait Aktivitas Dan Latihan

Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai

berikut :

a. Kelainan postur

b. Gangguan perkembangan otak

c. Kerusakan sistem syaraf pusat

d. Trauma langsung pada sistem muskuluskeletal dan neuromuscular

e. Kekakuan otot

Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas

a. Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara

normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan

metabolisme dalam tubuh.

b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

viii
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak

dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan

konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu

kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari

intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga

terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya

pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-

zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan

aktivitas metabolisme,

d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,

karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan

dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

e. Perubahan Sistem Pernapasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.

Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,

dan terjadinya lemah otot,

f. Perubahan Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa

hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya

pembentukan trombus.

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

ix
1) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak

imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara

langsung.

2) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan

gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi

dan osteoporosis.

h. Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas

kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.

i. Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.

j. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya

rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

6. Pathway

Kerusakan otot
(trauma, atrofi otot) Gangguan skeletal Gangguan sistem
(fraktur, radang sendi dan persarafan
kekakuan sendi)
Penurunan
kekuatan otot Gangguan penyampaian
Nyeri akibat adanya impuls
peradangan
Hambatan dalam
bergerak Terjadi
Persepsi takut nyeri kekakuan/pergerakan
bertambah saat bergerak yang tidak terkontrol

Penurunan
aktifitas Kesulitan mencapai
pergerakan sesuai dengan
yang ingin dicapai
Gangguan
pemenuhan ADL
Hambatan Mobilitas Fisik
Kehilangan keseimbangan/
Intoleransi Aktifitas kesulitan mempertahankan
keseimbangan tubuh
Resiko Jatuh

B. Pengkajian Teori Askep Kebutuhan Dasar

1. Pengkajian

Tanggal Masuk :

Jam :

No.RM :

Tanggal Pengkajian :

Diagnosa Medis :

a. Biodata

Identitas Pasien

- Nama :

- TTL :

- Umur :

- Jenis Kelamin :

- Agama :

- Pendidikan :

- Pekerjaan :

- Suku/bangsa :

xi
- Status :

- Alamat :

Identitas Penanggung Jawab

- Nama :

- Alamat :

- Hubungan :

- No. HP :

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan

imobilitas.

2) Riwayat Keperawatan Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas.

3) Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau

tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.

4) Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti

bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak

normal yang berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi,

fleksi, ekstensi, hiperekstensi)

xii
5) Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan

perubahan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.

6) Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara

bilateral atau tidak.

7) Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya

gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,

peningkatan emosi, dan sebagainya.

8) Pola Kesehatan

a) Aktivitas / Istirahat

Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian

yang terkena.

b) Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).

c) Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan

kesemutan (parestesis).

Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan,

rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat

kelemahan / hilang fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan

dengan nyeri / ansietas atau trauma lain).

xiii
d) Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat

berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan

saraf. Spasme / kram otot (setelah imobilitasi).

e) Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan

perubahan warm. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara

bertahap atau tiba-tiba).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses terjadinya nyeri

b. Risiko Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak cukupan

energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari

c. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Keterbatasan dalam

gerakan fisik

xiv
3. Intervensi

No Diagnosa RENCANA KEPERAWATAN


Keperawatan SLKI(StandarLuaranKeperawa SIKI (Standar Intervensi
tanIndonesia) Keperawatan Indonesia)
1 Gangguan pola Pola tidur Dukungan Tidur
tidur Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi:
D : 0055 keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi pola aktivitas
Gangguan kualitas masalah Gangguan pola tidur dan tidur
dan kuantitas waktu dapat teratasi dengan kriteria  Identifikasi faktor
tidur akibat factor hasil : pengganggu tidur (fisik
eksternal 1. Keluhan sulit tidur dan/atau psikologis)
2. Keluhan sering terjaga  Identifikasi makanan dan
3. Keluhan tidak puas minuman yang mengganggu
tidur tidur (mis. kopi, teh,
4. Keluhan pola tidur alkohol, makanan mendekati
berubah waktu tidur, minum banyak
5. Keluhan istirahat tidak air sebelum tidur)
cukup  Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik:
 Modifikasi lingkungan (mis.
pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat
tidur)
 Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus

xv
tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
psikologis:gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

2 Risiko Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi


aktivitas Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
D.0060 tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi gangguan fungsi
Berisiko diharapkan toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
mengalami ketidak meningkat. kelelahan
cukupan energy 6. Kemudahan dalam  Monitor pola dan jam tidur
untuk melakukan melakukan aktivitas  Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas sehari-hari sehari-hari emosional
7. Kekuatan tubuh bagian Edukasi
atas dan bawah  Anjurkan tirah baring
8. Keluhan lelah  Anjurkan melakukan aktivitas
9. Dispnea saat aktivitas secara bertahap
Terapeutik:
 Sediakan lingkungan
 nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

xvi
3 Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi:
D.0054 keperawatan 3x24 jam diharapkan  Identifikasi adanya nyeri atau
Keterbatasan dalam mobilitas fisik meningkat keluhan fisik lainnya
gerakan fisik dari 1. Pergerakan ekstremitas  Identifikasi toleransi fisik
suatu atau lebih 2. Kekuatan otot melakukan pergerakan
ekstremitas secara 3. Nyeri  Monitor frekuensi jantung dan
mandiri 4. kaku sendi tekanan darah sebelum memulai
5. Gerakan terbatas mobilisasi
6. Kelemahan fisik  Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik:
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur)

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.Tangerang Selatan

: BinarupaAaksara.

Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrafatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan

Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.

Rosidawati. Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :

Salemba Medika.

Tania, Yati. 2019. Laporan Pendahuluan Klien Dengan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan STIKes Yasri Sumatera Barat.

Gunawan, Adi. 2001. MekanismedanMekanikaPergerakanOtot.INTEGRAL, vol.

6, no. 2. Jakarta

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta :

EGC

Towarto, Wartonah. 2007. KebutuhanDasar& Prose Keperawatan Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika.

xviii

Anda mungkin juga menyukai