CEREBRAL
PALSY
Dosen Pengampu
Ibu Oktiani Tejaningsih, M.Kep.,Ners
Keperawatan Anak
KP21C
T 0
LATAR
BELAKANG
Cerebral Palsy (CP) merupakan kelainan kecacatan motorik yang paling banyak terjadi pada
anak dengan prevalensi 2-3 per 1000 kelahiran hidup. 50% kasus tergolong ringan yaitu pasien
dapat mengurus dirinya sendiri, dan 10% tergolong berat yaitu pasien memerlukan pelayanan
khusus. 35% disertai kejang dan 50% mengalami gangguan bicara, dengan rata-rata 70% tipe
spastik, 10-20% tipe atetosis, 5-10% ataksia, dan sisanya tipe campuran. anak pengalaman
pertumbuhan Dan proses tumbuh kembang yang dimulai sejak dalam kandungan, masa bayi,
balita, usia sekolah dan masa remaja, dimana dalam tumbuh kembang anak dapat mengalami
hambatan yang disebabkan oleh banyak faktor.
— CEREBRAL PALSY
T 1
etiologi
• Etiologi prenatal:
malformasi otak kongenital, infeksi intrauteri, stroke intrauteri,
abnormalitas kromosom
• Etiologi perinatal:
cedera hipoksik-iskemik, infeksi sistem saraf seperti tetanus,
stroke, kernikterus
1. Prematuritas
4. Ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar, atau mengonsumsi
obat-obatan seperti kokain
1. Monolpegia pada monolpegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya
hal ini terjadi pada lengan/ ektremitas atas.
2. Dipelgia pada diprematuritas. Hal ini disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus
kortikospinal bilateral atau lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistem sistem lain
normal.
3. Hemiplegia spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang
ekstremitas atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.
4. Tripelgia spastis pada tripelgia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya menyerang lengan
pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah satu sisi tubuh.
5. Quadriplegia spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas
bawah dan juga terjadi keterbatasan pada tungkai.
Manifestasi Klinis
● Tipe Spastik Anak dengan cerebral palsy spastik memperlihatkan tanda
upper motor neuron seperti, kelemahan, hipertonisitas, hiperefleksia,
klonus, refleks patologis, dan kecendrungan mengalami kontraktur.
● Tipe Diskinetik: Gangguan aktivitas yang diinginkan yang bermanifestasi
sebagai gerakan tidak terkontrol atau tidak diinginkan yang menghilang
selama tidur dan berkaitan dengan patologi pada ganglia basalis.
● Tipe Ataksia: Gangguan ini terdiri atas disfungsi koordinasi, gaya jalan,
gerakan ekstremitas distal yang cepat.
T 1
patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan
degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, anoxia merupakan penyebab
yang berarti dengan kerusakan otak. Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh
kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit
dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Secara umum cortical dan antropy
cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan retardasi mental.
T 0
PENGKAJIAN
• Biodata
1. Identitas Klien : (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis).
• Keluhan Utama : Biasanya pada cerebral palsy didapatkan keluhan utama yaitu : Sukar
makan atau menelan , otot kaku, sulit bicara, kejang, badan gemetar, perkembangan yang
terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh abnormal,
refleks bayi persisten, ataxic, kurang tonus otot dan permasalahan pada BAB dan BAK.
• Pengkajian yang harus dilakukan pada anak Cerebral Palsy :
1. Menilai setiap kunjungan ke posyandu mengenai keterlambatan perkembangan.
2. Mencatat masalah defisit pada ortopedi, visual, auditori atau intelektual.
3. Menilai reflek bayi baru lahir, pada anak dengan cerebral palsy dapat bertahan setelah
usia normal.
• Mengidentifikasi bayi yang memiliki gangguan pada otot atau postur tubuh tidak
normal (tulang belakang melengkung, kaku saat bergerak melawan gravitasi, leher atau
ekstremitas resisten terhadap gerakan pasif).
1. Resiko cedera b.d Setelah dilakukan tindakan 1.identifikasi area lingkungan yang berpotensi
hipoksia jaringan. keperawatan selama 2x24 jam menyebabkan cedera
diharapkan tingkat cedera 2.diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik
menurun. Kriteria hasil: yang diperlukan
1.toleransi aktivitas meningkat 3.pastikan bel panggilan atau telepon mudah
2.kejadian cedera menurun dijangkau
3.ekspresi wajah kesakitan 4.anjurkan bergantu posisi secara perlahan
menurun dan duduk selama beberapa menit sebelum
4.gangguan mobilitas menurun berdiri
5.pola istirahat/tidur membaik 5.diskusikan bersama anggota keluarga yang
6.toleransi makanan meningkat dapat mendampingi pasien
7.nafsu makan membaik 6.pastikan barang-barang pribadi mudah di
jangkau
7.pastikan rota tempat tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
INTERVENSI
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1.identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
fisik b.d penurunan keperawatan selama 2x24 jam lainnya
masa otot. diharapkan tingkat cedera 2.identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
menurun. Kriteria hasil: 3.monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
1.pergerakan ekstremitas sebelum ambulasi
meningkat 4.fasilitasi melakukan mobilisasi, jika perlu
2.kekuatan otor meningkat 5.libatkan keluarga untuk membantu pasien
3.nyeri menurun dalam meningkatkan ambulasi
4.kaku sendi menurun 6.anjurkan melakukan ambulasi dini
5.gerak terbatas menurun 7.ajarkan ambulasi sederhana yang harus
6.kelemahan fisik menurun dilakukan
INTERVENSI
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
5. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1.identifikasi perubahan citra tubuh yang
tubuh b.d keperawatan selama 2x24 jam mengakibatkan isolasi sosial
perunahan fungsi diharapkan tingkat cedera 2.monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap
tubuh. menurun. Kriteria hasil: diri sendiri
1.verbalisasi perasaan negatif 3.diskusikan persepsi pasien dan keluarga
menurun tentang perubahan citra tubuh
2.verbalisasi kekhawatiran pola 4.jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
penolakan/reaksi orang lain citra tubuh
menurun 5.anjurkan mengungkapkan gambaran diri
3.hubungan sosial meningkat terhadap citra tubuh
6.latih peningkatan penampilan diri
(berdandan)
7.diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
Intervensi
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
6. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan tindakan 1.identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
kembang b.d efek keperawatan selama 2x24 jam 2.identifikasi perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan
bayi (lapar, tidak nyaman)
ketidakmampuan diharapkan tingkat cedera
3.berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak
fisik menurun. Kriteria hasil: ragu-ragu
1.keterampilan perilaku sesuai 4.minimalkan nyeri
usia meningkat 5.minumalkan kebisingan ruangan
2.kemampuan melakukan 6.sediakan aktivitas yang memotivasi anak
perawatan diri meningkat berinteraksi dengan anak lainnya
7.dukung anak mengekspresikan diri melalui
3.respon sosial meningkat penghargaan positif atau umpan balik atas usahanya
4.kemarahan menurun 8.fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan
5.pola tidur membaik kebutuhan secara mandiri (makan, sikat gigi, memakai
baju)
9.jelaskan orang tua atau oengasuh tentang milestone
perkembangan dan perilaku anak
10.anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
11.ajarkan anak keterampilan berinteraksi
intervensi
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
8. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1.monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan
komunikasi verbal keperawatan selama 2x24 jam diksi bicara
2.monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang
b.d gangguan diharapkan tingkat cedera
berkaitan dengan bicara (mis. memori, pendengaran
neoromuskuker menurun. Kriteria hasil: dan bahasa)
1.kemampuan berbicara 3.monitor frustasi, marah, depresi atau hal lain yang
meningkat mengganggu bicara
2.kesesuaian ekspresi 4.gunakan metode komunikasi alternatif (menulis,
wajah/tubuh meningkat mata berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan
huruf, isyarat tangan dan komputer)
3.kontak mata meningkat 5.sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
4.gagap menurun 6.berikan dukungan psikologis
5.respon perilaku membaik 7.gunakan juru bicara, jika perlu
6.pemahaman komunikasi 8.anjurkan berbicara perlahan
membaik 9.ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif,
anatomis dan fisiologis yang berhubungan dengan
kemampuan bercara
10.rujuk ke ahli patologo bicara atau terapi
implementasi
No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Resiko cedera b.d • mengidentifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
hipoksia jaringan • mendiskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
• imemastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
• menganjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri
• mendiskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi
pasien
• memastikan barang-barang pribadi mudah di jangkau
• memastikan rota tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
implementasi
No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI
2. Gangguan mobilitas fisik • mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b.d penurunan masa otot. • mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
• memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum ambulasi
• memfasilitasi melakukan mobilisasi, jika perlu
• melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
• menganjurkan melakukan ambulasi dini
• mengajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
IMPLEMENTASI
No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI
5. Gangguan citra tubuh b.d • mengidentifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
perubahan fungsi tubuh sosial
• memonitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
• mendiiskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
• menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan citra tubuh
• menganjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
• melatih peningkatan penampilan diri (berdandan)
• mendiskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
IMPLEMENTASI
No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI
8. Gangguan komunikasi • memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan diksi bicara
verbal b.d gangguan • memonitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang berkaitan
neuromuskuker dengan bicara (mis. memori, pendengaran dan bahasa)
• memonitor frustasi, marah, depresi atau hal lain yang mengganggu
bicara
• menggunakan metode komunikasi alternatif (menulis, mata berkedip,
papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan
komputer)
• menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
• memberikan dukungan psikologis
• menggunakan juru bicara, jika perlu
• menganjurkan berbicara perlahan
• mengajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan
fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan bercara
• merujuk ke ahli patologo bicara atau terapis
T 1
EVALUASI
KESIMPULAN
Cerebral palsy merupakan salah satu jenis disabilitas fisik.
Cerebral palsy ini bukan sebuah penyakit, melainkan sebuah
kondisi. Sehingga, kondisi ini bersifat tidak bisa
disembuhkan atau menetap. Maka, orangtua yang memiliki
anak dengan kondisi cerebral palsy harus menghadapi
anaknya dengan kondisi tersebut dalam jangka waktu
panjang, bahkan seumur hidup. Sehingga, keluarga,
khususnya orangtua di sekitar anak dengan cerebral palsy,
perlu memahami informasi terkait dengan cerebral palsy dan
kondisi anaknya, serta bagaimana penanganan yang tepat
untuk anak dengan cerebral palsy.
SARAN
thanks