Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Laporan Pendahuluan Pada Pasien dengan Vertigo

Disusun Oleh:
Ayundah Indriawati
4338114901230005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA KARAWANG
2023

Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316


LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

A. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan


Vertigo
B. Konsep Dasar
1. Pengertian
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan istilah dari bahasa latin
vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa
pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya
berputar-putar (Pulungan, 2018). Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan,
biasanya berupa sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan
posisi kepala (Kusumastuti & Sutarni, 2018)

Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat (pallor)


terutama di daerah muka dan peluh dingin (cold sweat). Gejala ini selalu
mendahului munculnya gejala mual/muntah dan diduga akibat sistem
saraf simpatik (Kusumastuti & Sutarni, 2018).

2. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa di
sebabkan oleh kelaianan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang
terjadi secara tiba-tiba. Penyebab umum dari vertigo adalah: (Carpenitto,
Kynda Juall, 2000)
1) Keadaan lingkungan
Motoin sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2) Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
3) Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
kurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler.
4) Kelainan di telinga
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
- Herpes zoster
- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
- Peradangan saraf vestibuler
- Penyakit meniere
5) Kelainan neurologis
- Sklerosis multiple
- Patah tulang tengkorak yang disertai cidera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis

3. Manifestasi klinis
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan
turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis
(Smeltzer & Bare, 2002).

4. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh


reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di
pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak
tubuh dalam keadaan bergerak.

Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap


lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau
sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di
samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price & Wilson, 2006).

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :
1) Terapi kausa
2) Terapi simtomatik
3) Terapi rehabilitatif
b. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :
1) Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
2) Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
3) Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan
ke kanan.
4) Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari
tempat tidur.
5) Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
6) Gerakkan kepala secara hati-hati.

6. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang
belakang.
- Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan
aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
- Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
- Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium,
radiologik.
- Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik,
otologik, pemeriksaan fisik umum (Kang 2004).
7. Pathway
Faktor lingkungan, obat-obatan, gangguan telinga, infeksi peradangan syaraf, kelainan neurologis, tumor

Disfungsi vestibuler

Penurunan isi gaster dan usus hambatan implus/informasi (vestibuar central) terganggu

Peningkatan HCL penurunan CO2 &O2 suplai O2 & nutrisi brakinin, prostaglandin, histamin
terganggu
Medula oblongata dibawah ke otak timbul perasaan pusing & berputar syaraf afferen
Tekanan intrakranial
Refleks intestinal energi yang dihasilkan berkurang gangguan medula spinalis
Aliran darah Keseimbangan tubuh
Mual, muntah nausea ke otak kelelahan merangsang hipotalamus
resiko cidera
Anoreksia gangguan perfusi ketidakmampuan melakukan aktivitas cortek serebri
jaringan serebral
defisit nutrisi gangguan mobilitas fisik efferent
gangguan rasa nyaman: nyeri
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Riwayat kesehatan keluarga
e) Riwayat alergi
d. Aktifitas dasar
a) Aktifitas dasar
Aktifitas dasar 0 1 2 3 4

Makan/minum

Toileting

Personal hygiene

Mobilisasi dari tempat tidur

Berpindah

Ambulasi

b) Aktifitas istirahat
1. Nutrisi : nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah,
penurunan BB
2. Istirahat : tidur tidak bisa karena nyeri, sesak, batuk
3. Aktifitas : badan terasa lemah dan biasanya pasien dianjurkan
untuk tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas
4. Psikologi : pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
3) Pemeriksaan fisik (head to toe)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Defisit nutrisi
2) Nausea
3) Risiko cidera
4) Risiko perfusi serebral
5) Gangguan mobilitas fisik
6) Gangguan rasa nyaman:nyeri

E. INTERVENSI
NO DX KRITERIA & HASIL INTERVENSI
1 Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama - Identifikasi status nutrisi
3x24 jam diharapkan - Identifikasi alergi dan
devisit nutrisi pada intoleransi makanan
pasien dapat teratasi, - Identifikasi makanan
dengan kriteria: yang disukai
Status nutrisi - Identifikasi kebutuhan
 porsi makan yang kalori dan jenis nutrien
dihabiskan dari - Identifikasi perlunya
menurun (1) menggunakan selang
menjadi meningkat nasogastrik
(5) - Monitor asupan makanan
 kekuatan otot - Monitor berat badan
mengunyah dari - Monitor hasil
menurun (1) pemeriksaan
menjadi meningkat laboraturium
(5) Teraupetik
 kekuatan otot - Lakukan oral hygiene
menelan dari sebelum makan, jika
menurun (1) perlu
menjadi meningkat - Fasilitasi menentukan
(5) pedoman diet (mis.
 serum albumin dari Piramida makanan)
menurun (1) - Sajikan makanan secara
menjadi meningkat menarik dan suhu yang
(5) sesuai
 perasaan cepat - Berikan makanan tinggi
kenyang dari serat untuk mencegah
menurun (5) konstipasi
menjadi meningkat - Berikan makanan tinggi
(1) kalori dan tinggi protein
 nyeri abdomen dari - Berikan suplemen
menurun (5) makanan, jika perlu
menjadi meningkat - Hentikan pemberian
(1) makanan melalui selang
 sariawan dari nasogastrik jika asupan
menurun (5) oral dapat ditoleransi
menjadi meningkat Edukasi
(1) - Anjurkan posisi duduk,
 rambut rontok dari jika mampu
menurun (5) - Ajarkan diet yang
menjadi meningkat diprogramkan
(1) Kolaborasi
 diare dari menurun - Kolaborasi pemberian
(5) menjadi medikasi sebelum makan
meningkat (1) (mis. Pereda nyeri,
 Berat badan dari antiemetik), jika perlu
memburuk (1) - Kolaborasi dengan ahli
menjadi membaik gizi untuk menentukan
(5) jumlah kalori dan jenis
 Indeks masa tubuh nutrien yang dibutuhkan,
dari memburuk (1) jika perlu
menjadi membaik
(5)
 Frekuensi makan
dari memburuk (1)
menjadi membaik
(5)
 Nafsu makan dari
memburuk (1)
menjadi membaik
(5)
 Bising usus dari
memburuk (1)
menjadi membaik
(5)
2 Nausea Setelah dilakukan Manajemen mual
tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama - Identifikasi pengalaman
3x24 jam diharapkan mual
nausea pada pasien - Identifikasi isyarat non
teratasi, dengan kriteria verbal ketidaknyamanan
hasil: (mis. Bayi, anak-anak,
Tingkat nausea dan mereka yang tidak
- Perasaan ini dapat berkomunikasi
muntah dari secara efektif)
meningkat (1) - Identifikasi dampak
menjadi cukup mual terhadap kualitas
menurun (4) hidup (mis nafsu makan,
- Perasaan asam di aktifitas, kinerja,
mulut dari tanggung jawab peran,
meningkat (1) dan tidur)
menjadi cukup - Identifikasi faktor
menurun (4) penyebab mual (mis.
- Sensasi panas dari Pengobatan dan
meningkat (1) prosedur)
menjadi cukup - Identifikasi antiemetik
menurun (4) untuk mencegah mual
- Sensasi dingin dari (kecuali mual pada
meningkat (1) kehamilan)
menjadi cukup - Monitor mual (mis.
menurun (4) Frekuensi, durasi dan
- Diaforesis dari tingkat keparahan)
meningkat (1) - Monitor asupan nutrisi
menjadi cukup dan kalori
menurun (4) Teraupetik
- Takikardia dari - Kendalikan faktor
meningkat (1) lingkungan penyebab
menjadi cukup mual (mis. Bau tak
menurun (4) sedap, suara dan
- Pucat dari rangsangan visual yang
memburuk (1) tidak menyenangkan)
menjadi cukup - Kurangi atau hilangkan
membaik (4) keadaan penyebab mual
- Dilatasi pupil dari (mis kecemasan,
memburuk (1) ketakutan, kelelahan)
menjadi cukup - Berikan makanan dalam
membaik (4) jumlah kecil dan
- Nafsu makan dari menarik
memburuk (1) - Berikan makanan dingin,
menjadi cukup cairan bening, tidak
membaik (4) berbau dan tidak
- Jumlah saliva dari berwarna, jika perlu
memburuk (1) Edukasi
menjadi cukup - Anjurkan istirahat dan
membaik (4) tidur yang cukup
- Frekuensi menelan - Anjurkan sering
dari memburuk (1) membersihkan mulut,
menjadi cukup kecuali jika merangsang
membaik (4) mual
- Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
- Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback,
hipnotis, relaksasi, terapi
musik, akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
3 Resiko Setelah di lakukan  Pencegahan Cidera
cidera tindakan asuahan Observasi
keperawatan selama - Identifikasi area
3x24 jam masalah lingkungan yang
resiko cidera pada berpotensi menyebabkan
pasien dapat teratasi, cidera
dengan kriteria dan - Identifikasi obat yang
hasil: berpotensi menyebabkan
 Tingkat Cidera cidera
- Toleransi aktifitas - Identifikasi kesesuaian
dari menurun (1) alas kaki atau stoking
menjadi cukup elastis pada ekstermitas
meningkat (4) bawah
- Kejadian cedera dari Teraupetik
meningkat (1) - Sediakan cahaya yang
menjadi cukup memadai
menurun (4) - Gunakan lampu tidur
- Luka/lecet dari selama jam tidur
meningkat (1) - Sosialisasikan pasien
menjadi cukup dan keluarga dengan
menurun (4) lingkungan ruang rawat
- Ekspresi wajah (mis. Penggunaan
kesakitan dari telepon, tempat tidur,
meningkat (1) penerangan ruangan, dan
menjadi cukup lokasi kamar mandi)
menurun (4) - Gunakan alat lantai jika
beresiko mengalami
cedera serius
- Sediakan alas kaki
antislip
- Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi di
tempat tidur, jika perlu
- Pastikan bel panggilan
atau telephon mudah
terjangkau
- Pastikan barang-barang
pribadi mudah di
jangkau
- Pertahankan posisi
tempat tidur diposisi
terendah saat digunakan
- Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
- Pertimbangkan
penggunaan alarm
elektronik pribadi atau
alarm sensor pada
tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas yang
sesuai (mis. Tongkat
atau alat bantu jalan)
- Diskusikan bersama
anggota keluarga dapat
mendapingi pasien
- Tingkat frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
4 risiko Setelah dilakukan Pemantauan Tekanan
perfusi asuhan keperawatan Intrakranial (I.06198)
serebral selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan Perfusi - Identifikasi penyebab
Serebral meningkat peningkatan TIK (mis.
dengan kriteria hasil : lesi menempati ruang,
- Tingkat kesadaran gangguan metabolisme,
dari menurun (1) edema serebral,
menjadi cukup peningkatan tekanan
meningkat (4) vena, obstruksi, aliran
- Kognitif dari cukup cairan serebrospinal,
menurun (2) menjadi hipertensi, intrakranial
cukup meningkat (4) idiopatik)
- Tekanan intrakranial - Monitor peningkatan TD
dari cukup - Monitor pelebaran
meningkat (2) tekanan nadi (selisih
menjadi sedang (3) TDS dan TDD)
- Sakit kepala dari - Monitor penurunan
meningkat (1) frekuensi jantung
menjadi sedang (3) - Monitor ireguleritas
- Gelisah dari cukup irama napas
meningkat (2) - Monitor penurunan
menjadi sedang (3) tingkat kesadaran
- Kecemasan dari
cukup meningkat (2) - Monitor perlambatan
menjadi sedang (3) atau ketidaksimetrisan
- Demam dari cukup respon pupil
meningkat (2) - Monitor kadar CO2 dan
menjadi cukup pertahankan dalam
menurun (4) rentang yang
- Nilai rata-rata diindikasikan
tekanan darah dari - Monitor tekanan perfusi
memburuk (1) serebral
menjadi sedang (3) - Monitor jumlah,
- Kesadaran dari kecepatan, dan
memburuk (2) karakteristik drainase
menjadi membaik cairan serebrospinal
(5) - Monitor efek stimulus
- Tekanan darah lingkungan terhadap TIK
sistolik dari Terapeutik
memburuk (1) - Ambil sampel drainase
menjadi sedang (3) cairan serebrospinal
- Takanan darah - Kalibrasi transduser
diastolik dari - Pertahankan sterilitas
memburuk (1) sistem pemantauan
menjadi sedang (3) - Pertahankan posisi
- Refkeks saraf dari kepala dan leher netral
cukup memburuk (2) - Bilas sistem pemantauan,
menjadi cukup jika perlu
membaik (4)
5 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
mobilitas asuhan keperawatan (I.05173)
fisik selama 2x 24 jam Observasi
diharapkan Mobilitas - Identifikasi adanya nyeri
Fisik Meningkat dengan atau keluhan fisik lainnya
kriteria hasil : - Identifikasi toleransi fisik
- Pergerakan melakukan pergerakan
ekstremitas dari - Monitor frekuensi
cukup menurun (2) jantung dan tekanan
menjadi cukup darah sebelum memulai
meningkat (4) mobilisasi
- Kekuatan otot dari - Monitor kondisi umum
cukup menurun (2) selama melakukan
menjadi cukup mobilisas
meningkat (4) Terapeutik
- Rentang gerak - Fasilitasi aktivitas
(ROM) dari cukup mobilisasi dengan alat
menurun (2) menjadi bantu (misal. pagar
cukup meningkat (4) tempat tidur)
- Nyeri dari cukup - Fasilitasi melakukan
meningkat (2) pergerakan
menjadi cukup - Libatkan keluarga untuk
menurun (4) membantu pasien dalam
- Kecemasan dari meningkatkan
cukup meningkat (2) pergerakan
menjadi cukup Edukasi
menurun (4) - Jelaskan tujuan dan
- Kaku sendi dari prosedur mobilisasi
cukup meningkat (2) - Anjurkan melakukan
menjadi cukup mobilisasi dini
menurun (4) - Ajarkan mobilisasi
- Gerakan tidak sederhana yang harus
terkoordinasi dari dilakukan (misal. duduk
cukup meningkat (2) di tempat tidur, duduk di
menjadi cukup sisi tempat tidur, pindah
menurun (4) dari tempat tidur ke
- Kelemahan fisik dari kursi)
cukup meningkat (2)
menjadi cukup
menurun (4)
6 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
rasa tindakan asuhan Observasi
nyaman: keperawatan selama - Identifikasi lokasi,
nyeri 3x24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
gangguan rasa nyaman frekuensi, kualitas,
pada pasien teratasi, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: - Identifikasi skala nyeri
Status kenyamanan - Monitor efek samping
- Dukungan sosial penggunaan analgesik
dari keluarga dari Teraupetik
menurun (1) - Berikan teknik
menjadi meningkat nonfarmakologis untuk
(5) mengurangi rasa nyeri
- Perawatan sesuai (mis. TENS, hipnosis
kebutuhan dari akupresur, terapi
menurun (1) musik, biofeedback,
menjadi meningkat kompres air
(5) hangat/dingin, terapi
- Keluhan tidak pijat, aromaterapi dll)
nyaman dari Edukasi
menurun (5) - Jelaskan penyebab,
menjadi meningkat priode, dan pemicu
(1) nyeri
- Gelisah dari - Jelaskan sreategi
menurun (5) meredakan nyeri
menjadi meningkat - Anjurkan memonitor
(1) nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgesik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ahli bahasa:
Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta
Doenges, M. E., 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Kang. L. S., 2004. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, Jakarta.
Labuguen, R.H., 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, Volume 73, Number 2.
Mardjono M. & Sidharta P., 2008. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
Marril KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal
13November 2015. Diunduh dari
Price, S. A. & Wilson, L. M., 2006. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol, EGC, Jakarta
Sherwood, L., 2001. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner & Suddarth, vol:3, EGC, Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai