Anda di halaman 1dari 308

Asuhan keperawatan pada Ny.

A dengan
GANGGUAN AKTIVITAS (kelompok 4)

Tugas keperawatan gerontik


Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN
AKTIVITAS

Disusun oleh:

Dwi kirnawati

Juliansyah

Fauzi herawan

Sari dwi ratman

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940

SAMPIT

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit

a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan
untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi
terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.

c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot

d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur

e. Patofisiologi terjadinya penyakit


- Kaki tidak mampu menopang berat badan
- Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
- Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
- Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
f. Gejala klinis
tidak mampu bergerak secara mandiri

g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi

h. Pemeriksaan diagnostic
pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)

i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan
secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh
mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
j. Therapy (tindakan penanganan)
- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri

2. Konsep dasar keperawatan


a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
1. Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan psikologis
untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelemahan umum
b. Bedres yang lama (imobilisasi)
c. Motivasi yang kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara terus-
menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
3. Gangguan mobilitas fisik
Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuro muskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi
4. Deficit perawatan diri
Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh aktivitas sehari-
hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuskuler
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya control otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik

c. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat

Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Untuk mengoptimalkan pergerakan

2. Untuk diagnose keperawatan keletihan


Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
o Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
o Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
o Berikan pendidikan kesehatan
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan
o Menambah pengetahuan pasien

3. Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik


Intervensi:
o Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman
o Cegah pasien jatuh
o Lakukan latihan aktif maupun pasif
o Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
o Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

Rasional:
o Mencegah iritasi dan komplikasi
o Mempertahankan keamanan pasien
o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
o Meningkatkan fungsi paru
o Memaksimalkan mobilisasi

4. Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri


Intervensi:
o Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL
o Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
o Jaga privasi dan keamanan pasien
o Lakukan latihan aktif dan pasif
o Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL

Rasional:
o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari
o Memberikan keamanan
o Meningkatkan sirkulasi darah
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi
berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
: rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkuk
: kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten
kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki : Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal serumah
: Garis hubungan : Meninggal

2. Riwayat keluarga
Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang
lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya.
Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua
orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba
kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah
bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri
sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi
klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi,
klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat
kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat ini pendapatan
klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien
terpenuhi.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi lantainya
kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup, tempat tidur klien
aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata rapi. Terdapat sebuah
WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin. Lingkungan disekutar klien
bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu
orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya
dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank
lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran.
F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan
rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan
sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.

H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap
sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah
berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok
bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang
dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu keluarga.
Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine klien tercukupi.
Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak kematian suaminya pun
kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga jarang melakukan rekreasi karena
agak susah berjalan.

J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai
semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa
dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang
tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme
pertahanan diri minimal.
atus mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara
klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu
berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100
mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB: 43kg.

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas regular
dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran jantung,
tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien mempunyai
koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan menyempit,
klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.
Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.
Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada otorrhoea,
tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.
Indera perasa dan peraba klien normal.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-6x/hari,
warna kuning terang, bau khas amoniak.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau, tidak ada
kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan, tidak ada
pemesaran hepar, lien, dan asites.
BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan
lavemen.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi,
dan tidak ada hematom.
Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.

REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan,
siklus haid 7hari.
ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.

PENGETAHUAN

Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak
tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan
menggunakan minyak urut.

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: saya sering merasa Kelemahan Gangguan mobilitas
nyeri punggung dan nyeri fisik
sendi

DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos mentis
-P: nyeri sendi dan punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4C

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN

No. Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Pertahanan body
1. Mencegah iritasi dan
1 tindakan aligment dan posisi komplikasi
keperawatan, yang nyaman
diharapkan
gangguan mobilitas 2. Cegah pasien jatuh
fisik berkurang atau
teratasi, dengan 2. Mempertahankan
criteria hasil: 3. Lakukan latihan keamanan pasien
- klien dapat aktif maupun pasif
melakukan aktivitas 3. Meningkatkan
secara adekuat sirkulasi dan
- k/u baik 4. Lakukan mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera fisiotheraphy dada
- klien dan postural
meningkatkan 4. Meningkatkan fungsi
aktivitas sesuai
5. Tingkatkan paru
batas toleransi aktivitas sesuai
batas toleransi
5. Memaksimalkan
mobilisasi

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
S: saya masih merasa
1. 1 1. mempertahanan body aligment dan lemah saat terlalu lama
posisi yang nyaman berdiri

Hasil: klien mempertahankan body O:


aligment. -k/u lemah
-aktivitas klien meningkat
-tidak terjadi cidera
2. mencegah pasien jatuh
A: masalah belum teratasi
Hasil: klien dibantu saat berpindah
dan mandi sehingga mencegah P: lanjutkan intervensi
terjadinya jatuh

3. melakukan latihan aktif maupun


pasif

Hasil: klien melakukan latihan aktif


dengan berjalan ditempat selama 1
menit

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas


toleransi

Hasil: klien mencoba mandi sendiri


tetapi masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA

Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC


Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment

My World and My Life

Tempat berbagi,mengadu,dan "pamer"

Beranda

1.

Mar

31
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA Ny. R DENGAN
MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2
(kelompok 5)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. R

DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2

KELOMPOK 5:

ADITYA TAGAF

DESI NOVIANTY

RYAN NOOR PRATAMA

SUMIANTI

WANTO ANDREANTO
AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Sampit, Maret 2012


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN PENULISAN 1

1.3 RUMUSAN MASALAH 2

1.4 METODE PENULISAN 2

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY


R DENGAN GANGGUAN O2 DAN CO2

A. Pengertian oksigenasi
B. Tujuan pemberian oksigenasi

C. Anatomi fisiologi sistem pernafasan

D. Factor yang mempengaruhi sistem pernafasan

E. PENATALAKSANAAN

F. MASALAH KEPERAWATAN

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

H. RENCANA KEPERAWATAN

DAFTAR KEPUSTAKAAN

2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN


GANGGUAN o2 dan co2

PENGKAJIAN 15

ANALISA DATA 18

RENCANA KEPERAWATAN 19

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN 22

3.2 SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi
ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B. Tujuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah menyelesaikan bab ini, peserta didik akan mampu untuk :
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
3. Menguraikan stuktur anatomi sistem pernapasan serta fungsinya
4. Menguraikan fisiologi sistem pernapasan ( ventilasi, difusi dan transportasi )
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan
6. Menjelaskan masalah-masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan pertukaran O2 dan CO2 :
a. Pengaturan posisi
b. Latihan nafas dalam
c. Batuk efektif
d. Hidrasi
e. Inhalasi
f. Pemberian O2
g. Fisioterapi dada (vibrasi dan perkusi)
h. Postural drainage
i. Massage punggung
j. Pengumpulan dahak
8. Menjelaskan pengkajian fungsi pernapasan
9. Menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
10. Menjelaskan perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara umum
11. Menjelaskan intervensi keperawatan serta evaluasi
C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan


oksigenasi pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada saat praktik lapangan.

2. Bagi institusi dan civitas akademika

Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah


dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan
tambahan di perpustakaan

D. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian oksigenasi?

2. Apa tujuan pemberian oksigenasi?

3. Apa saja anatomi sistem pernafasan?

4. Apa fisiologi sistem pernafasan ?

5. Apa saja factor factor yang mempengaruhi pernafasan?

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI


1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


A. Saluran Nafas Atas

1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia

2. Faring

Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan


hidung

dan rongga mulut ke laring

Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring

(laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif

3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan

faring dan trakea


Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk

jakun (Adams apple)

- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)

- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu

4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

B. Saluran Nafas Bawah


1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar


Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
Dan kemudian menjadi alveoli

6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan

PARU
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya

PLEURA
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan

sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.


Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan
sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh
darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-
sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas
atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah
satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal
volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.
Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat,
denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali
pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).

VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)


Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

7. Riwayat spiritual

8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.

d. Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1
: 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah
1:2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi
yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas
seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta
di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besar

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
Bunyi napas yang abnormal
Batuk produktif atau non produktif
Cianosis
Dispnea
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
Immobilisasi
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
Dispnea
Peningkatan kecepatan pernapasan
Napas dangkal atau lambat
Retraksi dada
Pembesaran jari (clubbing finger)
Pernapasan melalui mulut
Penambahan diameter antero-posterior
Cianosis, flail chest, ortopnea
Vomitus
Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :


Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.

4. Penurunan kardiak output


Tanda-tandanya :
Kardiak aritmia
Tekanan darah bervariasi
Takikhardia atau bradikhardia
Cianosis atau pucat
Kelemahan, vatigue
Distensi vena jugularis
Output urine berkurang
Oedema
Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)

Kemungkinan penyebab :
Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke
dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
Orotrakheal : mulut dan trakhea
Nasotrakheal : hidung dan trakhea
Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan
pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
Intubasi endotrakheal

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif


Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
Pasien dalam posisi duduk atau baring
Letakkan tangan di atas dada
Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
Tahan napas untuk beberapa detik
Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan
secara cepat disertai batuk yang bersuara
Ulangi sesuai kemampuan pasien
Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari
terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik
Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma
Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan

D. Pengisapan lendir (suctioning)


Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction
dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

E. Pemberian obat bronkhodilator


Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus
dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

2. Mobilisasi sekresi paru


A. Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien 2 2,5 liter perhari, tetapi
dalammengkonsumsi cairan yang banyak batas kemampuan/cadangan jantung.

B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 2 menit
- Vibrasi 4 5 kali dalam satu periode
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas

Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui


peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
Pernapasan diafragma
Pursed lips breathing
Pernapasan sisi iga bawah
Pernapasan iga dan lower back
Pernapasan segmental

B. Pemasangan ventilasi mekanik

Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan


udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara
otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage

Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada
dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.

Tujuannya :
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif
dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water

4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia


Dengan pemberian O2 dapat melalui :
Nasal canule
Bronkhopharingeal khateter
Simple mask
Aerosol mask / trakheostomy collars
ETT (endo trakheal tube)

5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output


Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan

Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :


a. Health promotion
Ventilasi yang memadai
Hindari rokok
Pelindung / masker saat bekerja
Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
Pakaian yang nyaman

b. Health restoration and maintenance


Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
Teknik batuk dan postural drainage
Suctioning
Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant
other
Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang
mudah dikunyah dan dicerna
Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal
asepsis
Terapi O2
Terapi ventilasi
Drainage dada

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan
dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret


2012

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny R

TTL : 26 November 1939

Jenis Kelamin : perempuan Gol.Darah : O

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan :Janda


TB/BB : 160 cm, 44 kg

Penampilan : Rapi, berjilbab Ciri-ciri tubuh : Kurus, kulit sawo matang

Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05

Kec.Kota Besi Telp/HP 08125086514

Kab.Kotamadya

Orang Yang Dekat : Anak

Hubungan : Ibu dan anak

Alamat/ Telpon : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Genogram

Keterangan : : Laki laki : Garis Keturunan


: Perempuan ....... : Tinggal Serumah

: Garis Hubungan : Meninggal

2. Riwayat Keluarga

Dalam keluarga klien tidak ada yang mnderita penyakit menurun seperti
DM,hipertensi, asma, dll. Tidak ada pula yang mnderita penyakit menular seperti
TBC.

C.RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :saat ini klien bekerja sebagai petani

Alamat pekerjaan :-

Jarak dari rumah : 1km

Alat transportasi : jalan kaki

Pekerjaan sebelumnya : sebelumnya klien bekerja sebagai petani juga

Jarak dari rumah : 1km

Alat transportasi : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: pendapatan klien di


dapat dari hasil panen, dan juga biasanya didapat dari anak-anaknya yang sudah
bekerja.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Jenis lantai rumah : Kayu

Kondisi lantai : Kering

Tangga rumah : Ada : aman (ada pegangan)

Penerangan : cukup

Tempat tidur : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)


Alat dapur : tertata rapi

WC : Ada : aman (posisi duduk ,ada pegangan)

Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang membahayakan)

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang

Tetangga Terdekat : Ada

E.RIWAYAT REKREASI
Hobby atau Minat : berkebun, bertani, menjahit, memasak

Keanggotaan organisasi : ketua arisan kampong, anggota arisan keluarga

Liburan atau Perjalanan : pernah memunaikan ibadah Haji

F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : perawat

Jarak dari rumah : 500 meter

Rumah Sakit : tidak ada

Klinik : ada, jarak 1 km

Pelayanan Kesehatan Di rumah : tidak ada

Makanan yang dihantarkan : tidak ada

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk
leluhur

Yang lainnya :-

H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk

Keluhan Utama: asma

1.Provocative / Paliative : sesak nafas

2.Quality/ Quantity : seperti tertusuk - tusuk

3.Region : ulu hati

4.Severity Scale : 5 (skala sedang)

5.Timing : hilang timbul

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien
minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.

Obat-obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN

1. Salbutamol 2mg 3x1

2. dexametason 3x1

3. Vit. C 3X1

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) :

Obat-obatan : tidak ada

Makanan : tidak ada

Faktor Lingkungan : cuaca dingin, debu, polusi

Penyakit yang diderita : asma, rematik, vertigo

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks KATZ : A
Oksigenasi :

Cairan dan Elektrolit : klien minum air putih 1500ml per hari,di
dampingi teh dan kopi

Nutrisi : klien makan nasi, lauk, dan sayur 3kali sehari

Eliminasi : BAK 3kali perhari , BAB 1 kali perhari

Aktivitas : tiap hari klien pergi ke sawah untuk bertani

Istirahat dan Tidur : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam

Personal Hygiene : klien mampu mandi, BAB,BAK sendiri tanpa bantuan

Seksual : kebutuhan seksual tidak terpenuhi karena suami klien


sudah lama meninggal

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep Diri : klien mampu menerima bahwa dirinya seorang
lansia

Emosi : stabil

Adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar

Status mental : baik

Tingkat Kesadaran : compos mentis

Dimensia : tidak

Orientasi : normal

Bicara : normal

Bahasa yang digunakan : jawa, indonesia

Kemampuan membaca : bisa

Kemampuan interaksi : sesuai

Vertigo : ya

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) =


Mini Mental State Exam (MMSE)=

Geriatrik Depresion Scale =

APGAR =

K.TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Baik

Tingkat Kesadaran :Composmentis

Tanda tanda Vital : TD 130 /90 mmHg Nadi: 88 x/menit

RR 26 X/menit Suhu :36,2 0c

TB :160 cm BB: 44 Kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1.Bentuk dada : Simetris

2.Sekresi dan Batuk

Batuk : ya

Sputum : tidak ada

Nyeri waktu bernafas : ya

3.Pola nafas

a.Frekwensi Nafas : 28 x/menit

Irguler

Hiper Ventilasi

4.Bunyi nafas

a.Normal
vesikuler di.........................................

Bronchial di..............................................

Broncho vesikuler di.....................................

b.Abnormal

Stridor lokasi............................

Streror lokasi...............................

Wheezing lokasi..........................

Rales lokasi...............

Ronchi lokasi....................

Krepitasi lokasi.................................

Friction Rap lokasi.......................

c. Resonen Lokal

Pectoreloguy

Bronchofoni

Egofoni

5.Pergerakan dada

Intercostal Supra Clavicula Tracheal Tag


Lain lain

Substernal Suprasternal Flail Chest

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal

Meningkat lokasi

Menurun lokasi

Lain-lain

7.Alat Bantu Pernafasan

Nasal Bag and Mask Tracheostomi


Masker Respirator

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )

1.Nadi

Frekuensi 88 x/menit

Reguler Kuat

2.Bunyi Jantung

Normal

3.Letak Jantung

Ictus cordis teraba pada.................

4.Pembesaran Jantung

tidak

5.Nyeri Dada

Ya

6.Edema : Tidak Ada

7.Clubbing Finger

Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )

Tingkat Kesadaran :

Compos Mentis

1.GCS :

Eye :4 Verbal :5 Motorik :6

Total GCS :15

2.Refleks

Normal

3.Koordinasi Gerak : Ya
4.Kejang Tidak

5.Lain-lain..........................................

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )

1. Mata ( Penglihatan )

a. Bentuk

Normal

b. Visus.....................

Pupil :

Isokor

c. Gerak bola Mata :

Normal

d. Medan Penglihatan :

Normal

e. Buta Warna

Tidak

f. Tekanan intra okuler

Meningkat

2. Hidung (Penciuman )

a. Bentuk : Normal

b. Gangguan Penciuman : Tidak

3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal

b. Membran tympani

Terang

c. Otorrhoea :

Ya,jenis....................... Tidak

d. Gangguan Pendengaran : Tidak

e. Tinitus : Tidak

4. Perasa

Normal

5. Peraba

Normal

PERKEMIHAN ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER )

Masalah Kandung Kemih

Tidak ada masalah

Produksi Urine 250 ml/hari Frekuensi 5.x/hari

Warna kuning pekat, Bau amoniakLain-lain....................................

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1. Mulut dan Tenggorokan

a. Mulut
Selaput Lendir Mulut

Lembab

b. Lidah

bersih

c. Kebersihan Rongga Mulut

Tidak Berbau Gigi Bersih

d. Tenggorokan :

tidak ada sakit menelan

e. Abdomen

Kenyal

Nyeri tekan, tidak ada

Benjolan, tidak ada

f. Pembesaran hepar tidak

g. Pembesaran Lien tidak

h. Asites tidak

i. Lain lain.............................

2. Masalah usus besar dan rektum/anus

BAB 1 X/hari

Tidak ada masalah

OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )

1. Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )

Terbatas
Kemampuan kekuatan otot

Fraktur

Tidak

Dislokasi

Tidak

Haemotom

Tidak

2. Integumen

Warna Kulit :sawo matang Akral : hangat

Turgor : Tidak Elastic

REPRODUKSI

Perempuan :

Payudara

Bentuk Simetris

Benjolan tidak

Kelamin

Bentuk normal

Keputihan tidak

ENDOKRIN
1. Faktor Alergi

Tidak

Manifestasi : tidak ada

Cara Mengatasi : tidak ada

2. Kelainan endokrin: tidak ada

PENGETAHUAN :

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai
penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat
terasa nyeri

Sampit, 25 Maret 2012

Mahasiswa yang mengkaji,

.........................................

NIM.

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. kerusakan Gangguan pertukaran gas
DS-:Klien mengatakan saya sesak membrane alveoli O2 dan CO2
nafas bila cuaca dingin dan ada
debu

DO:-Klien Nampak sesak nafas


disertai batuk kering

-tidak ada sputum

-frekuensi nafas 28x/mnt

-type pernafasan kusmaul

- terdengar bunyi ronchi pada


apex paru kiri/kanan

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1. Kaji dan monitor 1. Sebagai indicator
1 Gangguan pertukaran frekuensi nafas adanya gangguan nafas
O2 dan CO2 dan indicator dalam
teratasi dengan tindakan selanjutnya
criteria:
- Kilen
mengatakan sesak 2. Berkurangnya tekanan
nafas berkurang diafragma keatas
atau hilang sehingga ekspresi paru
- Klien tidak batuk maksimal sehingga
lagi 2. Beri posisi yang klien dapat bernafas
- Frekuensi nafas menyenangkan sesuai dengan leluasa
dalam batas dengan keinginan
normal (16 18 klien.(posisi semi
x/mnt) fowler) 3. Batuk yang efektif
merupakan salah satu
cara yang baik dan
efektif untuk
mengeluarkan secret.
3. Ajarkan klien untuk
batuk efektif
4. Menurunkan jumlah
konsumsi atau
kebutuhan selama
periode penurunan
pernafasan sehingga
dapat menurunkan
gejala gangguan
4. klkien untuk pertukaran gas O2 dan
membatasi aktifitas CO2.

5. Untuk
mempertahankan
sirkulasi O2 dan CO2

5. Pertahankan sirkulasi
O2 dalam ruangan
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. Mengkaji dan monitor frekuensi nafas
1. 1 S : Klien mengatakan saya
masih sering sesak nafas
2. memberi posisi yang menyenangkan
sesuai dengan keinginan klien.(posisi
semi fowler)
O : Klien Nampak sesak nafas
3. mengajarkan klien untuk batuk efektif
disertai batuk kering

4.menganjurkan klien untuk


membatasi aktifitas -tidak ada sputum

5.mempertahankan sirkulasi O2 -frekuensi nafas 28x/mnt


dalam ruangan

-type pernafasan kusmaul


- terdengar bunyi ronchi
pada apex paru kiri/kanan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak
jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya
mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui
system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu
akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh.
Akhir akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota kota besar dalam masalah
kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan
karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.

3.2 SARAN

Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2
sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system
hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup
selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang
kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.

Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
2.

Mar

31
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
(kelompok6)

OLEH :

HENDRYANTO

IDA KUSUMADINATA

SYARIFAH NUR HASANAH. A

KATA PENGANTAR

PujisyukurkehadiratTuhan Yang MAhaEsa, atasberkat, rahmaddanhidayah-Nya,


sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahdenganjudul Psikologi Pada Lansia

Dalampenyusunanmakalahini kami banyakmengalamiberbagaimasalah,


atasbantuandandukungandariberbagaipihak, makalahinidapatselesai.

Dalamkesempatanini kami banyakmengucapkanterimakasihkepadarekan-


rekanmahasiswasertadosenAkper yang banyakmembantudalampenyelesaianmakalahini.

Kami menyadaridalampenulisanmakalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu


saran dankritik yang sifatnyamembangunsangat kami
harapkanuntukpenyempurnaanmakalahinidansemogabermanfaatbagikitasemua.
Sampit, maret 2012

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN PENULISAN 1

1.3 METODE PENULISAN 1

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

2.2 ETIOLOGI

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN


BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses


penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya
proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi.
Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang
normal dan tidak normal serta mengetahui konsep gangguan psikologi pada lansia.

1.2. TUJUAN PENULISAN


Penulisan makalah bertujuan agar pembaca mengetahui dan memahami konsep
psikologi pada lansia.Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat kedalam praktek lapangan.

1.3. METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yaitu : BAB I PENDAHULUAN, BAB II


PEMBAHASAN, BAB III PENUTUP.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari
masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Psikologi Lansia

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :

1.Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.

2.Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif

3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.

4.Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga


membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.

ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS PADA PENUAAN

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang
lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental
yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :

A. Kepribadian, intelegensi dan sikap

Tes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada


lansia.Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil
dan sedikit sulit untuk diubah.

B. Teori aktivitas dan pelepasan

- Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan bersama


menarik diri dari masyarakat.

- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.

PERUBAHAN ASPEK PSIKOSOSIAL


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami


perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:

1.Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak


banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2.Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya
menjadi morat-marit.

5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

PERUBAHAN DALAM PERAN SOSIAL DI MASYARAKAT

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan


sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan
terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang
terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang


memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan.Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena
hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

KEPERAWATAN GERONTIK - GERIATRI NURSING

- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS
merupakan bagian dari gerontic nursing.

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA

A. Pendekatan fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.

- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.

B. Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif


pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.

C. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

D. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOIAL PADA LANSIA :

Berduka disfungsional,

Ketidakberdayaan,

Gangguan pola tidur,

Resiko terhadap cedera,

Perubahan nutrisi,

Defisit perawatan diri,

Ansietas.

TUJUAN & TINDAKAN

Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif.

Tindakan :

Lingkungan aman,

Cegah terjadinya kecelakaan,

Hubungan saling percaya perawat klien,

Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi


intensitas masalah,

Ubah pikiran negatif dan identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan),

Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif menjadi positif,

Beri pujian,

Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial ,

Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan
kecerdasan mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.

Leeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.

Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

CONTOH ASKEP PSIKOSOSIAL PADA LANSIA

I. PENGKAJIAN

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Ny.R

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah :-

Tempat Tanggal Lahir : Pembuang,

Pendidikan Terakhir : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda


TB/BB : 130 cm

Penampilan : Rapi, berjalan agak lambat sudah ada tanda kifosis

Alamat : Baamang, RT 2, RW 1

Orang yang mudah Dihub. : Juai

Alamat & telepon : 085752752487

A. Riwayat Keluarga

Genogram :

B. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini : Tidak ada

Alamat pekerjaan :-

Berapa Jarak Dari Rumah : -

Alat Transportasi :-

Pekerjaan Sebelumnya : Memantat

Berapa jarak dari rumah : 100 meter

Alat Transportasi : Tidak ada (jalan kaki)

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:cukup untuk


kebutuhan sehari-hari.

C. Riwayat Lingkungan Hidup

Type tempat tinggal : Permanen


Jenis Lantai : tanah, x tegel, porselin, lainya. Sebutkan !papan
Kondisi lantai : licin, x lembab, kering, lainnya. Sebutkan !.............................
Tangga Rumah :

Tidak ada x

Ada : aman (ada pegangan), tidak aman


Penerangan : x cukup, kurang
Tempat Tidur : x aman, (pagar pembatas, tidak terlalu tinggi), tidak aman
Alat dapur : x berserakan, tertata rapi,
WC :

Tidak ada

x Ada : x aman (posisi duduk, ada pegangan), tidak aman (lantai licin, tidak ada
pegangan)
Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan
tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.)

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :5 orang


Derajat Privasi :Baik
Tetangga Terdekat :Suriansyah
Alamat dan Telpon :-

D. Riwayat Rekreasi
Hobbi/Minat : Memasak
Keanggotaan dalam organisasi :PKK
Liburan/perjalanan :-

E. System Pendukung
Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan
Jarak dari rumah :2 KM
Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya 15 KM
Klinik :
Pelayanan kesehatan di rumah :Tidak ada
Makanan yang dihantarkan :Nasi, Sayur, dan Lauk.
Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga :Menyediakan Makanan.
Lain-lain :-

F. Diskripsi Kekhususan

Kebiasaan ritual :Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua.

Yang lainnya : Sering memberi sesajen di air.


G. Status Kesehatan

Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus
diopname dirumah sakit, namun klien sering
merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.

Keluhan Utama :P : Destruksi sendi, Q : menusuk-nusuk, R ; Kaki, S :


3 (Sedang) T : kadang-kadang.

Obat-obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KET

Alergi :
- Obat-obatan :Tidak Ada
- Makanan :Tidak Ada
- Faktor Lingkungan :Tidak Ada
- Penyakit yang diderita : Reumatik

H. Aktifitas Hidup Sehari-hari


Indeks Katz :A
Oksigenasi, Cairan dan elektrolit :RR = 18x/menit, dada simetris, tidak ada sianosis,
minum air kopi dan air putih 600 cc/hari.
Nutrisi:Klien makan 3x/hari, sekali makan 1 sendok nasi.
Eliminasi:BAK 2x/hari, BAB 1x/hari
Aktifitas:klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan, namun secara postur
klien semestinya memakai tongkat karena sudah ada tanda kifosis.
Istirahat dan Tidur: Klien tidur malam selama 7 jam, tidur siang selama 1 jam.
Personal hygiene: Klien mandi 2x/hari.
Seksual: merasa sudah tidak ada lagi kepikiran masalah seksual karena merasa
dirinya sudah tua dan sudah tidak memilliki pasangan lagi.

I. Psikologis, Kognitif dan perceptual


Konsep Diri : Klien merasa kurang percaya diri apabila tidak ada keluarganya
disampingnya.
Emosi : Klien Tidak pernah menunjukan emosi yang berlebihan.
Adaptasi : Klien sangat akrab dengan penghuni rumah dan
tetangganya, namun agak
malu-malu dengan penulis.
Mekanisme pertahanan diri : Bila ada masalah klien selalu mengutarakan
masalahnya kepada
anak dan cucunya.
Status Mental:
Tingkat Kesadaran:kompos mentis
Afasia: Tidak ada, klien dapat dengan jelas berbicara
Dimentia :xya, tidak
Orientasi : x normal, bingung, tidak ada respon
Bicara : x normal, gagap, afasia, Blocking
Bahasa yang digunakan : Banjar
Kemampuan membaca : x bisa, tidak
Kemampuan interaksi : x sesuai, tidak. Sebutkan!
Pendengaran : x normal, terganggu kanan/kiri, alat bantu
pendengaran

Penglihatan : xnormal, kacamata, lensa kontak, terganggu


kanan/kiri, buta kanan/kiri, kabur kanan/kiri, lainnya. Sebutkan!
Vertigo : ya, tidak
Short Portable Mental Status Quenstionare :
Mini-Mental State Exam (MMSE) :Gangguan Intelektual
Ringgan
Inventaris Depresi Beck :Kemungkinan Defresi

J. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik :
Keadaan umum : Baik,
Tingkat Kesadaran :CM
GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36
Kg.
Temperatur :36 cNadi : 80x/menit.
Tekanan Darah :120/90mmHg

2. Pernapasan dan sirkulasi :


Frekuensi napas :18x/menit
Kualitas : : normal, dangkal, cepat
Batuk : ya, tidak, Jelaskan, kadang-kadang
Auskultasi :
Lobus kanan atas : normal, pucat, menurun, tidak ada,
suara tidak normal
Lobus kiri atas : normal, pucat, menurun, tidak ada,
suara tidak normal
Lobus kanan bawah : normal, pucat, menurun, tidak
ada, suara tidak normal
Lobus kiri bawah : normal, pucat, menurun, tidak ada,
suara tidak normal
3. Metabolik Integumen
Kulit :
Warna : normal, pucat, cianosis, kunin, lainnya! Bintik-
bintik hitam
Turgor : norma, menurun
Lecet: tidak, ya !sebutkan.................
Bengkak: tidak, ya !sebutkan.............
Bercak: tidak, ya !sebutkan................
Mulut
Gusi : normal, putih, lecet, lainnya................
Gigi : normal, lainya! Sebutkan beberapa ada.
Skore Norton : jelas, 19 (kecil sekali/tidak terjadi)

4. Persarafan Sensori
Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih
Reaksi terhadap cahaya
Kiri : ya, tidak
Kanan : ya tidak
Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................

5. Muskuloskeletal
Range of motion : penuh, tidak.sebutkan..............
Keseimbangan : Stabil, tidak stabil.sebutkan..............
Menggenggam
Kanan : Kuat, Lemah
Kiri : Kuat, Lemah
Kekuatan otot kaki :
Kanan : Kuat, lemah
Kiri : Kuat, lemah
K. Pengetahuan
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:
Klien mengatakan jarang sakit. Hanya sewaktu-waktu nyeri di kaki dan pusing
ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : saya cemas dg anak- Social ekonomi ansietas
anak saya yang masih
belum kerja dan
berkeluarga

DO : - anak ke- 3 dan ke-4


belum bekerja dan
berkeluarga
- Klien sering termenung
- Susah tidur krg lbih sehari
Cuma 5 jam
- Nafsu makan menurun
- Kebutuhan sehari-hari
terpenuhi dg cukup
Diagnosa keperawatan:

Ansietas berhubungan dengan social ekonomi

Ditandai dengan:

DS : saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum bekerja dan berkeluarga


- Klien sering termenung
- Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5 jam
- Nafsu makan menurun

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dg cukup

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1. Kaji tingkat cemas
1 Selama dilakukan klien 1.respon ndividu dapat
tindakan 2. Catat pembatasan bervariasi tergantung
keperawatan focus pikiran pada pola kultural yang
diharapkan cemas3. Observasi pola dipelajari.Persepsi yang
klien teratasi bicara klien apakah menyimpang dari situasi
dengan kriteria cepat atau lambat mungkin dapat
hasil: 4. Diskusikan dengan memperbesar perasaan.
- Menunjukan klien tentang apa
ekspresi tenang yang dicemaskan 2.Penyempitan focus
- Waktu tidur oleh klien umumnya
trpenuhi 5. Tanyakan merefleksikan rasa takut
- Nafsu makan mekanisme koping
yang digunakan 3.Menyediakan petunjuk
meningkat
oleh klien jika lengenai factor-faktor
sedang cemas seperti tingkat
6. Pertahankan kontak ansietas,kemampuan
sering dengan klien untuk memahami
untuk tingkat kerusakan otak
mendengarkan klien ataupun perbedaan
bercerita bahasa

4.pasien mungkin perlu


menolak realitas sampai
siap untuk
menghadapinya
5.Mungkin dapat
menghadapi situasi dg
baik pada waktu itu

6.Untuk memantapkan
hubungan &
meningkatkan ekspresi
perasaan

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1.
1. 1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : Makasih sudah mau
mendengarkan cerita saya
2. Mencatat pembatasan focus pikiran

3. Mengobservasi pola bicara klien


apakah cepat atau lambat O: - klien tampak senang
bercerita masalahnya
4. Mendiskusikan dengan klien tentang- Klien tersenyum
apa yang dicemaskan oleh klien - Klien mempunyai teman
cerita yaitu Cucunya
5. Menanyakan mekanisme koping yang
digunakan oleh klien jika sedang
cemas
A: masalah teratasi sebagian
6. Mempertahankan kontak sering
dengan klien untuk mendengarkan
klien bercerita
P: lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat cemas klien

2. Catat pembatasan focus


pikiran

3. Observasi pola bicara klien


apakah cepat atau lambat

4. Diskusikan dengan klien


tentang apa yang
dicemaskan oleh klien

5. Tanyakan mekanisme
koping yang digunakan oleh
klien jika sedang cemas

6. Pertahankan kontak sering


dengan klien untuk
mendengarkan klien
bercerita

Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
3.

Mar

31

MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK PERSONAL HYGIENE
PADA LANSIA (kelompok 10)
MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA


KELOMPOK 10:

Eny Novianti

Harianto

Melinda Lestari

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960

2012

BAB II

PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.

Pengertian

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).

Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi
kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).

Klasifikasi

Menurut Tarwoto (2004), macam-macam personal hygiene antara lain:


1. Perawatan kulit kepala dan rambut
2. Perawatan mata
3. Perawatan hidung
4. Perawatan telinga
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
6. Perawatan genetalia
7. Perawatan kulit seruruh tubuh
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan
Menurut Effendy (1997), jenis kebersihan diri antara lain:

1. Kebersihan rambut

2. Kebersihan gigi dan mulut

3. Kebersihan mata

4. Kebersihan telinga

5. Kebersihan kuku

6. Kebersihan kulit

Tujuan
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Meningkatkan rasa percaya diri
6. Menciptakan keindahan

Faktor factor yang dapat mempengaruhi


1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene.

3. Status sosioekonomi

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

Dampank yang sering timbul


1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

B. PERSONAL HYGIENE Pada lansia

Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari hari
yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan
(Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).

Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:

1. Mereka yang masih aktif

Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari
hari dapat terenuhi.

2. Mereka yang pasif

Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau lumpuh.

Bagi mereka yang masih aktif, hal hal yang perlu di perhatikan antara lain:

1. Mandi

Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar kulit yang
mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi
baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.

2. Kebersihan mulut

Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk menyikat
gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan
dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit, setelah itu bilas sampai
bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di
bawah air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.

3. Perawatan rambut

Lanjut usia terutama wanita kadang kadang mengalami kesulitan dalam mencuci rambut
sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut
orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.
4. Perawatan kuku

Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan terlalu pendek
dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.

5. Pakaian

Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak, harus
mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para
lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.

6. Mata

Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada jarak
normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:

Penglihatan menjadi ganda

Bintik hitam atau ada daerah yang gelap

Sakit pada mata

Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung ujung objek

Mata yang kemerahan

Tiba tiba kehilangan melihat dengan jelas

7. Lingkungan

Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang tidur atau
ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba tiba
harus dihindarkan.

Bagi mereka yang pasif

Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap diperhatikan,
yaitu:

1. Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek

2. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan menghindarkan
pegal pegal serta atrofi otot

3. Letak tidur diatur antara lain:

Letak guling dibawah lutut

Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan bokong

Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri


Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi sandaran atau
papah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:

1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan
yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain).
Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan
dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998).

2. Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia


Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat
meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa disebabkan karena Demensia
di mana lansia mengalami kemunduran daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL (Activity
of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun
tidur, mandi berpakaian dan seterusnya.

3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan keluarga akan
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.

4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang dari latar
belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry,
2005).

5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter
dan Ferry, 2005).

6. Faktor Citra Tubuh


Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene
yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999
dalam Setiadi 2005).

7. Faktor Peran Keluarga


Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap anggotanya begitu juga status kesehatan
dari setiap individu mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk
mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya melalui fungsi yang adekuat,
anggota keluarga tersebut cenderung untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan
keluarga mereka (Potter dan Ferry, 2005).
C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan motorik,
keleamahan otot

Intervensi :

Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak disukai klien.

Ciptakan lingkungan nyaman untuk makan yang tidak memgganggu

Pertahankan suhu makanan yang konstan ( makanan panas, dingin)

Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan
untuk makan sendiri

Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan

Dorong klien untuk menggunakan gigi palsu dan kacamata

Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan fisiknya
(terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)

Berikan kontak sosial selama makan

Untuk kekurang-kurangan yang nampak

- Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu memmbedakan artikel
(misal baki merah, piring putih )

- Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan sesuai
dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang menyerupai jam);
catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang
jam 9, sayur - sayur jam 12)

- Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti, daging,
buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian

Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif yang
diperlukan

- Perlindungan piringu ntuk menghindari terdorongnya makanan keluar dari piring

- Alat bantu hisap dibawah piring atau mangkok untuk menstabilkan

- Ganggang bantalan pada alat makanan untuk meamanan memegang

- Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan

- Cangkir minuman khusus


- Pisau atau alat pemotong

Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat
pemotong daging, roti, mentega

Untuk klien dengan kekurangan kognitif

- Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak mudah
mengalihkan perhatian dari tugas

- Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan untuk
makan

- Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara fisik klien
dapat makan

- Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap kelemahan,
frustasi, atau agitasi

Untuk individu atau klien yang sangat ketakutan akan keracunan

- Biarkan klien untuk membuka makanan kaleng

- Makan satu potong roti dulu

- Pastikan mendapatkan gaya makanan keluarga

Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan seluruh
intervensi

2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan
motorik, kelemahan otot

Intervensi :

Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran

Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien

Berikan privasi selama mandi rutin

Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai

Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)

Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran, tergantung
pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam persiapan pulang ke rumah)
Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan

- Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi atau
pancuran

- Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas bawah

- Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi

- Papan mandi untuk pindah kekursi

- Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau pancuran

- Sarung tangan pencuci dengan kantong untuk sabun

- Sikat gigi yang sudah teradaptasi

- Alat pencukur

- Pemegang semprotan pancuran

Untuk individu dengan kemunduran kognitif:

- Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program struktur
untuk membantu menurukan ansietas

- Pertahankan intruksi sederhana dan hindari pengalihan, orientasi tujuan adanya


perlengkapan mandi

- Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien
memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan umpan
balik positif terhadap keberhasilan

- Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman melaksanakan tugas
yang tidak dibantu

- Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat
meningkatkan ansietas

Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada berbagai
kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk membantu dalam
mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan

3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan kemampuan
visual dan motorik, kelemahan otot

Intervensi :

Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus dan tidak
dibantu

Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta bukan
bagian depan

Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian, sejak
tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan

Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari aktivitas
sebelum berkembang lebih lanjut

Susun pakaian dalam urutan dimana mereka menggunakannya

Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa bantuan
yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing, sendok sepatu yang
panjang, pengikat sepatu yang elastis

Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada pakaian
malam

Berikan privasi selama menggunakan pakaian rutin

Untuk individual dengan kemunduran kognitif

- Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk
memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas

- Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering, hindari
pengalihan

- Perkenalkan satu aksesoris pakaian pada suatu waktu

- Dorong perhatian terhadap tugas, waspada terhadp kelelahan dimana dapat


meningkatkan ansietas

Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan rasional
diatas

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal pengkajian : 28 Maret 2012


Jam 08.00 WIB
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. H
TTL : Sampit, 10 November 1942
Jenis kelamin : Perempuan
Golongan darah : O
Pendidikan : -
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin / Janda
TB / BB : 151 cm / 51 kg
Penampilan : Tampak tidak rapi dan tidak terawat
Ciri ciri tubuh : Rambut beruban, kulit keriput, badan agak bungkuk.
Alamat : Kel. Baamang RT / RW : 07 / 03
Kec. Baamang Tengah Telp / Hp : -
Kabupaten / Kotamadya : Kotawaringin Timur
Orang yang dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telpon : Baamang Tengah

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram

Keterangan : Laki laki Garis keturunan


Pasien
Perempuan Tinggal serumah
Garis hubungan Meninggal

2. Riwayat Keluarga
Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
Klien seorang janda dan mempunyai 6 orang anak
Klien tinggal bersama 1 orang anaknya

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : -
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Sumber sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Klien mendapat uang
bulanan dari anak - anaknya

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : Permanen (rumah pribadi)
Jenis lantai rumah : Papan
Kondisi lantai : Kering
Tangga rumah : Tidak ada
Penerangan : Cukup
Tempat tidur : Aman, tidak tinggi
Alat dapur : Rapi
WC : Aman, lantai tidak licin
Kebersihan lingkungan : Cukup baik
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 2 orang
Derajat privasi : Cukup terjaga
Tetangga terdekat : Ny. M
Alamat / Telpon : Baamang Tengah

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan / Perjalanan : Keluar kota (mengunjungi anak)

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat)
Jarak dari rumah : 1 km
Rumah Sakit : RSUD DR. MURJANI / 3 km
Klinik : PKM BMG I / 1,5 km
Pelayanan kesehatan di rumah : -
Makanan yang dihantarkan : -
Perawatan sehari hari yang dilakukan keluarga : -
Lain lain : -

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu.
Yang lainnya : -

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat lelah
jika
beraktifitas banyak.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita penyakit berat.
Paling hanya
sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.
Keluhan Utama
1. Provocative / Paliative : -
2. Quality / Quantity : -
3. Region : -
4. Severity Scale : -
5. Timing : -
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa membeli obat
di warung
Obat obatan
-
Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik)
Obat obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Penyakit yang diderita
-

I. AKTIVTAS HIDUP SEHARI HARI (ADL)


Indeks KATZ : A
Oksigenasi : Baik, tidak ada alat bantu
Cairan & Elektrolit : Minum 6 gelas / hari, 250 ml / gelas
Nutrisi : Nafsu makan baik, makan 3x/hari
Eliminasi : Lancar, tidak ada gangguan
Aktivitas : Mandiri namun terbatas karena klien merasa lemah dan cepat lelah
Istirahat & Tidur : Tidur siang 1 jam, tidur malam 7 jam
Personal Hygiene : Kurang baik, tampak tidak rapi, dan tidak terawat
Seksual : Tidak ada keinginan untuk berhubungan lagi karena merasa sudah tua
Rekreasi : Mengunjungi anak di luar kota

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL


Konsep diri : Baik
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Mekanisme pertahanan diri : Baik
Status mental : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Afasia : Tidak ada
Dimensia : Tidak ada
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Bahasa yang digunakan : Banjar
Kemampuan membaca : Kurang / terbatas
Kemampuan interaksi : Baik
Vertigo : Tidak ada

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)

Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan Intelektual Sedang)

Geriatrik Depression Scale : Skor 4

APGAR : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital : TD 130 / 80 mmHg TB 151 kg
N 72 x/m BB 51 kg
RR 20 x/m
S 36,4

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada
3. Pola Nafas
a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur
4. Bunyi Nafas
b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : Simetris
6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -
7. Alat Bantu Pernafasan : -

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1. Nadi
Frekuensi : 72x/m dan reguler
2. Bunyi jantung : Normal
3. Letak jantung : Normal
4. Pembesaran jantung : Tidak
5. Nyeri dada : Tidak
6. Edema : Tidak
7. Clubbing finger : Tidak

PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat Kesadaran: Composmentis
1. GCS
Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Total GCS: 14
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi gerak : Ya
4. Kejang : Tidak
5. Lain-lain : -

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Visus : -
c. Pupil : Isokor
d. Gerak bola mata : Normal
e. Medan penglihatan : Menyempit
f. Buta warna : Tidak
g. Tekanan Intra Okuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
b. Gangguan Penciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani : Keruh
c. Otorrhae : Tidak
d. Gangguan Pendengaran : Ya
e. Tinitus : Ya
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Masalah kandung kemih : Sering
Produksi urine : 1000 ml/hari
Frekuensi : 4 5 x/hari
Warna : Kuning Jernih
Bau : Amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1. Mulut dan Tenggorokan
a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab
b. Lidah : Hiperemik
c. Kebersihan Rongga Mulut : Berbau
d. Tenggorokan : Tidak ada sakit menelan
e. Abdomen : Kenyal
f. Pembesaran Hepar : Tidak
g. Pembesaran Lien : Tidak
h. Asites : Tidak
2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus
BAB : 1 x/hari, Tidak ada masalah
Obat pencahar : Tidak
Lavemen : Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


1. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas
Kemampuan kekuatan otot:
- Tidak ada fraktur
- Tidak ada dislokasi
- Tidak ada haematom
2. Integumen
Warna kulit : Hiperpigmentasi
Akral : Hangat
Turgor : Tidak Elastik
Tulang belakang : Kiposis

REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

ENDOKRIN
Klien tidak memiliki kelainan endokrin

PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia, merasa lemah dan
sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan diri.

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem

1. DS : Saya merasa lemah dan sering cepat KelemahAn otot Kurang perawatan diri
lelah bila beraktivitas jadi untuk perawatan
diri ya seadanya saja

DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
I. PRIORITAS MASALAH
1. Kurang perawatan diri

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kurang perawatan diri b/d penurunan kelemahan otot

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien mandi 2x1. Menjaga kebersihan dan
1 tindakan keperawatan sehari dan ajarkan klien kelembaban kulit
selama 1 x 24 jam, memakai baby oil setiap 2. Menjaga kebersihan dan
klien mampu habis mandi kesegaran mulut
melakukan perawatan 2. Anjurkan klien menyikat 3. Menjaga kebersihan
diri dengan kriteria gigi minimal setiap rambut dan kelembaban
hasil : mandi kulit kepala
1. Klien tampak bersih, 3. Anjurkan klien mencuci 4. Menjaga kerapianrambut
rapi, dan terawat rambut rutin 3x 5. Menjaga kebersihan kuku,
2. Klien tampak sehat seminggu, memakai menghindari terjadi luka
conditioner dan anjurkan karena akan sulit sembuh
untuk minta bantuan 6. Menjaga kenyamanan dan
orang terdekat / anak menjaga agar selalu rapi
4. Anjurkan klien menyisir dan tidak terjadi iritasi
rambutnya tiap hari dan 7. Meningkatkan
ditata rapi pengetahuan dan
5. Anjurkan klien minta kesadaran klien akan
bantuan pada orang pentingnya tetap
terdekat / anak untuk melakukan perawatan diri
memotong kuku bila / menjaga kebersihan diri
panjang, bila bisa mandiri meskipun sudah lansia
ingatkan untuk hati hati
dan jangan terlalu pendek
atau sampai
menimbulkan luka
6. Anjurkan klien untuk
memakai pakaian yang
tidak berbahan kasar,
tidak tebal, mudah dan
nyaman dipakai
7. Berikan penkes tentang
pentingnya melakukan
perawatan diri / menjaga
kebersihan diri bagi
lansia

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan
1. 1 mengajarkan klien memakai baby oil setiap Tanggal 28 Maret 2012
habis mandi
2. Menganjurkan klien menyikat gigi minimal Jam 17.00 WIB
setiap mandi
3. Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin 3x
seminggu, memakai conditioner dan
menganjurkan untuk minta bantuan orang S : Saya sudah mulai mencoba
terdekat / anak menjalankan anjuran anjuran
4. Mengnjurkan klien menyisir rambutnya tiap untuk perawatan diri saya dan
hari dan ditata rapi saya meminta bimbingan dari
5. Menganjurkan klien minta bantuan pada anak saya karena saya sudah tua
orang terdekat / anak untuk memotong kuku begini tidak bisa melakukannya
bila panjang, bila bisa mandiri ingatkan sendiri
untuk hati hati dan jangan terlalu pendek
atau sampai menimbulkan luka
6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian
yang tidak berbahan kasar, tidak tebal,
mudah dan nyaman dipakai O:
7. Memberikan penkes tentang pentingnya - Klien tampak bersih, rapi, dan
melakukan perawatan diri / menjaga terawat
kebersihan diri bagi lansia - Klien tampak sehat
A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari
hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan
perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.

3.2 SARAN
Perawat mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan
diri, yaitu sebagai family advocacy. Perawat berperan sebagai pendamping bagi keluarga baik bagi
lansia maupun keluarganya ketika dihadapkan pada suatu masalah termasuk dalam hal kebersihan
diri. Perawat sebagai conselor perawat di mana perawat dapat memberikan ide atau pendapat kepada
lansia dan kepada keluarga sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan
dengan kebutuhan perawat sebagai pendidikan memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J, 2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC


Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Kedokteran
Setiabudhi, T & Hardiwinoto, 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
4.

Mar

31

Asuhan Keperawatan GErontik dengan


Masalah Cairan dan Elektrolit
(kelompok9)
KELOMPOK 8 :
GILANG RAMADAN
ISTIQOMAH
NOVITA SARI
RETNO WULANDARI RIPHA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air (H 0) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri
dari air. Namun bergantung kepadakandungan lemak & otot yang terdapat di
dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasiantara 50-70% dari total
beratbadan orang dewasa.Oleh karenaitu maka tubuh yang terlatih &terbiasa
berolahraga sepertitubuh seorang atlet biasanyaakan mengandung lebih
banyakair jika dibandingkan tubuh nonatlet.
Di dalam tubuh, sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi
antara lain adalahsel-sel otot dan organ-organ padarongga badan, seperti paru-
paruatau jantung, sedangkan sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling
rendah adalah sel-seljaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal
untuk memenuhi kebutuhan harian bagitubuh manusiaadalahmengkonsumsi1 ml
air untuksetiap 1 kkalkonsumsi energy tubuhataudapat juga diketahui
berdasarkan estimasi totaljumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara
rataratatubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 Lcairan per harinya. Sekitar 1.5
L cairan tubuh keluarmelalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400ml
keluar dalam bentuk uap air melalui prosesrespirasi (pernafasan) dan 100
mlkeluar bersama dengan feces(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,
konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas 240 ml) biasanyadijadikan sebagai
pedomandalam pemenuhan kebutuhancairan per- harinya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana anatomi cairan tubuh?
2. Apa pengertian dari cairan tubuh
3. Apapenyebab terjadinya ketidakseimbangan volume cairan?
4. Bagaimana patofisiologinya?
5. Apasaja tanda dan gejalanya?
6. Sebutkan klasifikasinya?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic?
8. Bagaimana penatalaksanaanna?
9. Apa saja diagnosa keperawatannya?
10. Bagaiamana asuhan keperawatannya?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang
cairan dan elektrolit. Selain itu, makalah ini juga untuk memenuhi salah satu
tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini berupa
tinjauan pustaka dari berbagai macam sumber data yang memiliki kaitan dengan
asuhan keperawatan gerontik baik melalui buku kepustakaan ataupun melalui
kepustakaan dari media elektronik/dunia maya (internet).

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar,
Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab
II Pembahasan, Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Daftar Pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI CAIRAN TUBUH

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat


berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
seseorang. Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-
75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan
terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki
dewasa50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat
badan.Hal ini terlihatpada tabel berikut :

Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia

Usia Kilogram Berat (%)

Bayi premature 80

3 bulan 70

6 bulan 60

1-2 tahun 59

11-16 tahun 58

Dewasa 58-60

Dewasa dengan obesitas 40-50

Dewasa kurus 70-75

Dikutip dari : Garner MW: Physiology and pathophysiology of the


body fluid, St.Louis,1981, Mosby.

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi


padaperdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa
preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis
yang berat.Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat
sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resikopenderita menjadi
lebih besar.Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen
intraselular dankompartemen ekstraselular.Lebih jauh kompartemen
ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.
a. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakancairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengahdari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlahcairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
Inisebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata
70kg.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi:


Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar
11-12 liter pada orang dewasa.Cairan limfe termasuk dalam
volumeinterstitial.Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah
sekitar 2 kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
(contohnyavolume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa
sekitar 5-6Ldimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari
sel darah merah,sel darah putih dan platelet.
Cairan Transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
sepertiserebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresisaluran pencernaan.Pada keadaan sewaktu, volume cairan
transeluleradalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak
dapat masuk dankeluar dari ruang transeluler.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit
dan non elektrolit.
Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
o Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na +), sedangkankation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).Suatusistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.

o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) danbikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat (PO43-
).Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
intinyasama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan
ekstraselulertetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
a) Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan
didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-
145mEq/liter. Kadarnatrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
-Sekresi ADH
-Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau


40,5mEq/kgBB dapatberubah-ubah.Ekresi natrium dalam urine 100-
180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dankeringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari
= 100mEq (6-15 gram NaCl).
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupunke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare)sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan
dehidrasi disertai kekurangannatrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma
akan diganti dengan air dan natriumdari cairan interstitial. Apabila kehilangan
cairan terus berlangsung, air akan ditarik daridalam sel dan apabila volume
plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilahkegagalan sirkulasi.
b) Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperanpenting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Jumlah kalium dalamtubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-
ubah sedangkan yang tidak dapatberpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel.Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari
1-3 mEq/kgBB.Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi
H+ ekstraseluler. Ekskresikalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter
dan keringat 10 mEq/liter.
c) Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkanlewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake,besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme
kalsium sangat dipengaruhi olehkelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis,
ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar (99%)ditemukan didalam gigi dan + 1%
dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalamsel.
d) Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan.Kebutuhan unruk pertumbuhan
+10 mg/hari.Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
e) Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu
hasilakhir daripada metabolisme.Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit
sekalibikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh
paru-paru dansangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.

Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat

lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

2.1 PENGERTIAN CAIRAN TUBUH

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi
oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi


tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
pada yang lainnya.
2.2 PENYEBAB TERJADINYA CAIRAN TUBUH

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan


tubuh yangpaling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling
umum adalah kehilangan cairandi gastrointestinal akibat muntah,
penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula.

Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera


jaringan lunak, infeksi,inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan
luka bakar. Keadaan akut, kehilangancairan yang cepat akan
menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat danjantung.
Pada kehilangan cairan yang lambat lebih sdapat ditoleransi sampai defisi
volumecairan ekstraselular yang berat terjadi.

2.3 PATOFISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Proses Pergerakan Cairan Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh


melibatkan

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak


membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan
energi.Difusi dan osmosis adalahmekanisme transpor pasif.Sedangkan
mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung


secara:
a) Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutanberkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama.Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidakdapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekananosmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,
Ringer laktat).Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkanlebih tinggi disebut hipertonik.
b) Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
darikonsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluhdarah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori
tersebut.Jadi difusitergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.
c) Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ionnatrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dariluar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaanhiperosmolar di dalam sel.

2.4 TANDA DAN GEJALA KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

Perubahan cairan tubuh

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :


1. Perubahan volume

Tabel.3 Tanda-tanda klinis dehidrasi

Symptom/Sign Dehydration Moderate Dehydration


Mild Severe
Dehydration

Level of Alert Lethargic Obtunded

consciousness*

Capillary refill* 2 Seconds 2-4 Seconds Greater than 4

seconds, cool
limbs

Mucous

Membranes* Normal Dry Parched, cracked


Tears* Normal Decreased Absent

Heart rate Slight increase Increased Very increased

Respiratory rate Normal Increased Increased and

hyperpnea

Blood pressure Normal Normal, but Decreased

orthostasis

Pulse Normal Thready Faint or


impalpable

Skin turgor Normal Slow Tenting

Fontanel Normal Depressed Sunken

Eyes Normal Sunken Very sunken

Urine output Decreased Oliguria Oliguria/anuria

* Best indicators of hydration statuss

Tabel. 4 Derajat dehidrasis

Dehidrasi Dewasa Anak

Ringan 4% 4%-5%

Sedang 6% 5 % - 10 %

Berat 8% 10 % - 15 %

Shock 15-20% 15 % - 20%

asi Dewasa

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan


kebutuhan

cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.

Beberapa pendekatan terangkum dalam tabel 5.


Tabel.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit

Tabel.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar

Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit


cairan, cairan rumatanyang diperlukan dan kehilangan cairan yang
sedang berlangsung disesuaikan.

Cararehidrasi:
1) Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang
diberikan (D) =derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2) Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40
cc/kgBB/24 jamatau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3) Pemberian cairan :
o 6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + M (menurut Guillot)
o 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M (menurut Guillot)

Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan
NaClataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan
air) ataupundapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR),
sirosis, ataupun gagaljantung kongestif.Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi
jika terjadi kelebihancairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.

2. Perubahan konsentrasi
- Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi,iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
makaakan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan
oleheuvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli
ginjal,diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis).
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau
NaCl3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahanlahan,sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk
menghitung Naserum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:
Na= Na1 Na0 x TBW
keterangan :
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang actual
TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
- Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahanmental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan
olehkehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus,
keringatberlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi
keadaan iniadalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak
{(X-140) xBB x 0,6}: 140.
- Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kaliumdari
cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar
totalkalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik
jantung,perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural,kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia
dapatberupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan),
infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L)
atauinfus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG
(untukhipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot
yanghebat).Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 K0 x 0,25 x BB
Keterangan :
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
- Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal
atauobat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,
siklosporin,diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf
pusat(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahanEKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium
klorida 10%dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit,
atau diuretik,hemodialisis.

1) Perubahan komposisi
- Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk
menurunkanventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan
akibat dariventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas,
atelektasis,pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi
abdomen danpenggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan
koreksi yangadekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi
mekanis bilaperlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat
post operatif adalah sangat penting.
- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yangdibantu.Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan
alkalosisterjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan
untukmengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai,
analgesia,penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit
potasium yangterjadi.
- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau
kehilanganbikarbonat.Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare,
fistula ususkecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.Kompensasi awal
yang terjadiadalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2.Penyebab paling
umum adalahsyok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan
keracunanmetanol.Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang
mendasari.
Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan
hanyasetelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonatdan diperburuk oleh hipokalemia.Masalah yang umum terjadi pada
pasien bedahadalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular.Terapiyang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan
penggantian kekuranganpotasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama
perode 24 jam denganpengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang sering.

2.5 KLASIFIKASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum
darinatrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139
mEq/L) atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik
merupakan yang paling seringterjadi (80%), sedangkan dehidrasi
hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% darikasus.
1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
hampir samadengan konsentrasi natrium terhadap darah.
Kehilangan cairan dan natrium besarnyarelatif sama dalam
kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.
2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan
cairan hipertonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan natrium
yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karenakadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah
kekompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular.
3) Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan
cairan hipotonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan air yang
lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karenakadar
natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke
kompartemenintravaskular, sehingga meminimalkan penurunan
volume intravaskular.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah


dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan gas darah menurut ASTRUP (bila
memungkinkan)

2. Pemeriksaan eletrolit terutama kadar Natrium, Kalium, dan Fofor dalam


serum.

2.7 PENATALAKSANAAN

Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal

Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat


berubah olehstres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau
pun oleh adanya cedera padaparu-paru, kulit atau traktus gastrointestinal.

Pada keadaan normal, seseorang mengkonsumsi air rata-rata


sebanyak 2000-2500ml per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan
padat dengan kehilangan cairan rata-rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml
dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yangtidak disadari
(insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.

Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari


metabolisme oksidatifdari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-
300 ml per hari, cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap
hari, cairan dari makanan padat sekitar800-1000 ml tiap hari, sedangkan
kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata1500 ml tiap hari, 40-
80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),kulit
(insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang
dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam
yaitu 100-150 ml tiapkenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu
tubuh di atas 37 derajat celcius dansensible loss yang banyaknya
tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-paru
(sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus gastrointestinal (100-
200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika terdapat
penyakitdi traktus gastrointestinal), third-space loses.

Tabel.2 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang


dewasaID GAINS FLUID LOSES

FLUID GAINS FLUID LOSES

Oxidative 300 ml Kidneys 1200-1500 ml

Metabolism Skin 500-600 ml

Oral fluids 1100-1400 ml Lungs 400 ml

Solid foods 800-1000 ml GI tract 100-200 ml

TOTAL 2200-2700 ml TOTAL 2200-2700 ml

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANALISA DATA

No. Keluhan / Data Etiologi Problem

Data objektif : Diare; kehilangan Ketidakseimbangan


1. Klien merasa lemah cairan lambung; volume cairan
2. Klien merasa haus secara diaphoresis; kurang dari
berlebihan polyuria. kebutuhan tubuh

Data subjektif :
1. Kelemahan
2. Haus
3. Penurunan turgor kulit /
penurunan intensitas tidur
4. Membrane mukosa / kulit
kering
5. Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume / tekanan
nadi
6. Pengisian vena menurun
7. Perubahan status mental
8. Konsentrasi urine meningkat
9. Temperature tubuh meningkat
10. Hemtokrit tinggi
11. Kehilangan berat badan
seketika

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


A. DATA BIOGRAPI
Nama : Ny. R
TTL : 6 agustus -1942
Jenis Kelamin : perempuan GOL.darah: O
Pendidikan : SD
Agama : islam
TB/BB : 153 Cm, 42 kg
Penampilan : rapi,bersih ciri-ciri tubuh: rambut
beruban
Alamat : kel: basirih hulu RT/RW: 5 / 3
kec: mentaya hilir selatan
kabupaten: kotawaringin timur
Orang Terdekat : anak
Hubungan : keluarga
Alamat/telp : JL. Mujahidin / 085752xxxx
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram

xxxx

keterangan : : laki-laki : garis keturunan


: perempuan ------ : garis serumah
: garis hubungan x : meninggal

: klien

2. Riwayat Keluarga

Aklien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara.klien berasal dari


keluarga yang tidak berada.orang tua klien sudah meninggal,dan
suami klien sudah meninggal 5 tahun yang lalu.klien tinggal
bersama ke-2 anaknya. orang tua laki-laki klien meninggal karena
hipertensi dan ibu klien meniggal karena sakit.

C. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : -

Alamat pekerjaan : -

Jarak dari rumah : -

Alat transportasi : -

Jarak dari rumah : 4000 km

Alat transportasi : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan


: untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh anak klien
dan klien tinggal bersama anaknya.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Type tempat tinggal : kayu
Jenis lantai rumah : kayu
Kondisi lantai : kering
Tangga rumah : tidak ada
Penerangan : cukup
Tempat tidur : tidak aman
Alat dapur : tertata rapi
WC : ada (tidak aman, lantai licin tidak ada
pegangan)
Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang yang
membahayakan)
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 7 orang
Derajat privasi : klien merasa cukup dihargai dirumah
Tetangga terdekat : ny S hubungan : keluarga
Alamat/tlfn : jl. Mujahidin / 085349xxxx
E.RIWAYAT REKREASI
Hobby/minat : klien suka memasak dan membuat kue
Keanggotaan Organisasi : Tidak Ada
Liburan/perjalanan : klien lebih sering berdiam diri dirumah
dan jarang melakukan refresing
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat : disekitar rumah klien tnggal salah seorang tenaga kesehatan
puskesmas
Jarak dari rumah : 1000 km
Klinik : 5000 km
Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada
Makanan yang dihantarkan : tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : tidak ada
Lainnya : klien masih mampu melakukan aktivitas sehari hari secara
mandiri

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : klien shalat 5 waktu dan menjalankan puasa
ramadhan

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan
sering mengeluh pusing dan kurang nafsu makan
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan
pernah mengalami diare.
Keluhan utama : diare
1. Provocative :
2. Quality/quantity:
3. Region :
4. Severity scale :
5. Timing :
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :
Obat obatan :
No. Nama obat Dosis Keterangan

1. NEO ENTROSTOP 2X1 Obat anti diare

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : tidak ada
Makanan : tidak ada
Factor lingkungan : tidak ada
Penyakit yang diderita
Hipetensi, lainnya : batuk,pilek,demam ,panas sakit kepala

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks KATZ : A / B / C / D / E / F / G
Oksigenasi : klien tidak menggunakan O2
Cairan & elektrolit : air putih 1800 ml
Nutrisi : klien makan 3x sehari
Eliminasi : klien BAB 5x/ hari, BAK 3X
Aktivitas : klien dapat beraktivitas dengan baik
Istirahat & tidur : klien tidur 6 7 jam
Seksual : klien tidak berkeinginan lagi untuk melakukan
hubungan suamiIstri
Rekreasi : klien jarang rekreasi dan sering dirumah

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL


Konsep diri : baik
Emosi : stabil
Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan keluarga dan
tetangga
Mekanisme pertahanan diri: klien dapat mempertahankan diri dengan
baik
Status mental
Tingkat kesadaran : compos mentis
Afasia : tidak
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Bahasa yang digunakan:bahasa banjar
Kemampuan membaca : bisa
Kemampuan interaksi : sesuai
Vertigo : tidak
Short portable mental status quetionaire (SPMSQ) : 0 2
fungsi menta utuh
Mini mental state exam (MMSQ) :0 2 kesalahan :
baik
Geriatrik depresion scale :skor 5 9
=kemungkinan depresi
Apgar : rendah

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : baik
Tingkat kesadaran : compos mentis
Tanda- tanda vital : TD : 110/80 mmHg NADI : 88
x/m
RR : 20 x/m SUHU : 36,5
0C

TB : 153 cm BB : 42 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. bentuk dada

Simetris funne chestl


asimetris pigeons chest
barrel chest

2. sekresi dan batuk


batuk: ya tidak

sputum: ya tidak

warna :
nyeri waktu bernafas : tidak

3. pola nafas
a. frekwensi nafas : 20 x/ menit : regular
4. bunyi nafas
a. normal
vasikuer disemua lapangan dada

bronchial di manubrium sternum


broncho vesikuler di intracosta 2 dipercabanga bronchus
5. pergerakan dada : intercostal
6. tractil fremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun
7. alat bantu pernafasan : tidak ada
CARDIOVASCULAR (B2 : BLEEDING)
1. Nadi

frekuensi : 88 x/menit
regular kuat

irregular lemah

2. Bunyi jantung

Normal
Tambahan Ada Tidak,jelaskan
3.Letak jantung

ictus cordis teraba pada


4. Pembesaran jantung

Ya Tidak
5.Nyeri Dada

Ya Tidak
6.Edema
Palpebra anasarka ekstremitasatas

asites tidak ada ekstremitas bawah


7. Clubbing Finger

Ya Tidak
PERSARAFAN (B3: Brain)

Tingkat Kesadaran:
compos mentis apatis samnolen sopor
koma
1. GCS:
Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Total GCS: 15
2. Refleks

Normal parese hemi parese


Babinsky paraplegi tetraplegia

3.koodinasi gerak : ya tidak


4. kejang : ya tidak
5.lain-lain :
PENGINDERAAN (persepsi sensori)
1. Mata (penglihatan)

a. Bentuk
Normal enoftalmus
eksoptalmus lain
b. visus
c. pupil
iskor unisokor refleks cahaya
miosis midriasis positif negative
d. Gerak bola mata :

normal menyempit
e. Medan penglihatan:
f. Buta warna :

Ya,jenis tidak
g. Tekanan Intra Okuler :

meningkat tidak

2. Hidung (Penciuman)
a. bentuk : normal denasi

b. gangguanpenciuman : ya tidak
3. Telinga (Pendengaran)

a. aurikel : normal anomaly keterangan

b. membrane tympani
terang keruh kemerahan
intake perforasi
c. otorrhoea
ya,jenis

d. gang guan pendengaran : ya tidak

e. tinnitus : ya tidak
4. perasa

normal tremor parese lain-lain,sebutkan

5. peraba

normal kelainan,sebutkan

PERKEMIHAN ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)


masalah kandung kemih

tidak ada masalah menetes incosntinensia


oliguria nyeri retensi
polyuria panas hematuria
dysuria sering nokturia
pasang kateter sistostomi nokturia
produksi urine: 1800 ml/hari frekuensi : 5x/hari
warna : kuning bau : amoniak
PENCERNAAN ELIMINASI ALVI( B5: BOWEL)
1. Mulut dan tengorokan
a.mulut
selaput lendir mulut

lembab merah stomatitis


b. lidah
hiperemik kotor lain lain
c. kebersihan rongga mulut
tidak berbau berbau gigi bersih gigi kotor
d. tenggorokan
sakit menelan/ nyeri menelan
sulit menelan lain-lain
e. abdomen
kenyal tegang kembung
nyeri tekan, lokasi

benjolan, lokasi
f. pembasaran hepar : ya tidak
g. pembesaran lien : ya tidak

h. asites : ya tidak
i. lain-lain

2.masalah usus besar dan rectum / anus


BAB :5X/hari

tidak ada masalah diare menelan

konstipasi faeses berdarah colostomy


inkontinensia feses berlendir wasir lain-lain

obat pencahar : ya tidak

lavamen : ya tidak
OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)
1. otot dan tulang
kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)

bebas terbatas
kemampuan kekuatan otot

tidak ya lokasi
dislokasi

tidak ya lokasi
haematom

tidak ya lokasi

2. integument
warna kulit : akral:

ikterik hangat
seasonik panas
pucat dingin kering
kemerahan dingin basah

hyperpigmentasi
turgor : elastic tidak elastic
tulang belakang
lordosi: kiposis: scoliosis: lain-lain ,sebutkan

REPRODUKSI
laki-laki :
kelamin bentuk : normal tidak normal,keterangan
kebersihan alat kelamin : bersih kotor keterangan
perempuan
payudara
bentuk : simetris asimetris
benjolan : ya tidak
kelamin
bentuk : normal tidak
keputihan : ada tidak keterangan
siklus haid 28 hari

ENDOKRIN

1. factor alergi
ya tidak
manifestasi :
cara mengatasi :
2.kelainan endokrin
tidak ada kelainan pada endokrin

PENGETAHUAN
pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny.R Tanggal : 29 maret - 2012

Jenis Kelamin : perempuan Umur : 70 tahun

Agama : islam Suku : banjar

Alamat : kel: basirih hulu

Pewawancara :

SKOR NO Pertanyaan Jawaban

+ -

1. Tanggal berapa hari ini ? 29 maret 2012

2. Hari apa sekarang ini? Kamis

3. Apa nama tempat ini? Rumah

4. Dimana alamat anda? Jl. sarigading


5. Berapa umur anda? 72 tahun

6. Kapan anda lahir? ?

7. Siapa nama presiden Indonesia SBY


sekarang?

8. Siapa presiden sebelumnya? Mega wati

9. Siapa nama kecil ibu anda? Siti halimah

10. Kurang 3 dari 20 dan tetap 15 5= 10


pengurangan 3 dari setiap angka
baru,semua secara menurun! 25 - 5 =10

21 - 5 = 16

Nama klien : Ny.R

No.Reg :

Ruang :
MINI MENTAL SKORE
NO PERTANYAAN BENAR SALAH

1. Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh)

2. Hari apa hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

4. Berapa no.telp,bila tidak ada,no. rumah


/jalan

5. Berapakah usia anda?

6. Kapan anda lahir? (tanggal/bulan/tahun) -

7. Siapa nama presiden Indonesia sekarang?

8. Siapa nama presiden sebelumnya? -

9. Siapa nama ibumu sebelum menikah?

10. 20 dikurang 3 dan seterunya?

JUMLAH KESALAHAN

0-2 Kesalahan : Baik

3-4 kesalahan :Gangguan Intelektual Ringan

5-7 kesalahan : Gangguan Intelektual Sedang

8-10 kesalahan : Gangguan Intelektual Berat

HASIL :0 2 kesalahan : baik


Nama klien :Ny.R

No. Reg :

Ruang :

INDEKS KATZ ( AKS)


Katz A Mandiri dalam :

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Toilet,

4. Berpindah

5. Kontinen BAK/BAB

6. Makan

Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas

Katz C Mandiri,kecuali mandi

Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas

Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1


fungsi diatas

Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet,


Berpindah& 1 fungsi diatas

Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas


Nama Klien : Ny.R

No. Reg :

Ruang :

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA


DEPRESI)
NO PERTANYAAN JAWABAN

1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS TIDAK


DENGAN KEHIDUPAN ANDA?

2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN YA


BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?

3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA YA


KOSONG?

4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? YA

5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT TIDAK


YANG BAIK SETIAP SAAT?

6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU YA


YANG BURUK AKAN TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK TIDAK
SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?

8. APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK YA


BERDAYA?

9. APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH YA


DARI PADA PERGI KELUAR DAN
MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG BARU?

10. APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI YA


BANYAK MASALAH DENGAN DAYA INGAT
ANDA DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?

11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP ANDA TIDAK


SEKARANG MENYENANGKAN?

12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK BERHARGA YA


SEPERTI PERASAAN ANDA SAAT INI?

13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK


SEMANGAT?

14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN YA


ANDA TIDAK ADA HARAPAN?

15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN YA


LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI PADA
ANDA?

*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR 1 (


SATU)KETERANGAN :

SKOR 5-9 : KEMUNGKINANA DEPRESI

SKOR 10 ATAU LEBIH : DEPRESI

HASIL : skor 5 9 = kemungkinan depresi

Nama klien :Ny.R

No.Reg :

Ruang :

SKORE NORTON
NO KEADAAN PASIEN SKOR

1. KONDISI FISIK UMUM


Baik
4
Lumayan
3
Buruk
2
Sangat Buruk
1

2. KESADARAN
Komposmentis
4
Apatis
3
Konfus/spoor
2
Stupor/koma
1

3. AKTIVITAS
Ambualan
4
Ambualan dengan bantuan
3
Hanya bisa duduk
2
Tiduran
1

4. MOBILITAS
Bergerak bebas
4
Sedikit terbatas
3
Sangat terbatas
2
Tiduran
1

5. INKONTINENSIA
Tida ada
4
Kadang-kadang
3
Sering inkontinensia urine
2
Inkontinensia alvi dan urine
1
KATEORI SKOR

16-20 : kecil sekali /tidak terjadi

12-15 :kemungkinan terjadi kecil

< 12 :kemungkinan besar terjadi

HASIL : 19, kecil sekali / tidak terjadi

Nama klien :Ny.R

No. Reg :

Ruang :

APGAR
NO URAIAN FUNGSI SKORE

1 Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada Adaptation 2


keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya

2 Saya puas dengan cara keluarga saya (teman- Partnership 1


teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan saya

3. Saya puas bahwa keluarga (temen-temen) saya Growth 2


menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (temen-temen) Affection 1


saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih
atau mencintai

5. Saya puas dengan cara temen-temen saya dan Resolve 2


saya menyediakan waktu bersama-sama
Penilaian Total 8

Peryataan-peryataan yang dijawab :


selalu : skore 2
kadang-kadang :skore 1
hampir tidak pernah :skore 0

>3 = tinggi

4-6= menengah / sedang

7-10= rendah

ANALISA DATA

No. Keluhan / Data Etiologi Problem


1. DO : Klien mengatakan, Saya Diare Ketidakseimbangan
berak cair terus menerus volume cairan
kurang lebih 5x hari ini. kurang dari
kebutuhan tubuh

DS :
1. k/u lemah
2. Klien nampak haus
3. Membrane mukosa kering
4. TTV :
TD = 110/80 mmHg RR = 20
x/m
S = 36,5 oC N = 88
x/m
5. BB sebelum sakit = 45 kg
6. BB sesudah sakit = 42 kg
7. TB = 153 cm
8. Minum = 1800 ml/hari
9. BAB = 5x/hari

I. PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan diare.

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.
1 Setelah dilakukan Mandiri : 1. Dengan
tindakan 1. Pantau masukan pemantauan
keperawatan dan haluaran tersebut dapat
selama 1 x 24 jam dievaluasi keaktifan
diharapkan cairan terapi.
dalam tubuh klien
terpenuhi dengan
criteria hasil :
1. Mempertahankan
urine output
sesuai dengan
usia dan berat
badan, berat jenis 2. Perubahan tekanan
urine normal, darah dan nadi
hematokrit dapat digunakan
normal. perkiraan kasar
2. Tanda tanda darah atau
vital dalam batas menunjukkan
normal perubahan pada
3. Tidak ada tanda 2. Pantau tanda vital klien.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik,
membrane
mukosa lembab,
tidak ada rasa
haus yang 3. Untuk mengetahui
berlebihan. sedini mungkin
seandainya terjadi
dehidrasi.

4. Menyeimbangkan
output yang
berlebihan.
3. Monitor adanya
tanda tanda 5. Agar klien menjadi
dehidrasi. lebih nyaman
dengan adanya
keluarga yang
memperhatikan
4. Anjurkan untuk nutrisinya.
minum 1500
2500 ml / hari. 6. Agar klien merasa
tertarik dan
memakannya
5. Dorong keluarga maupun
untuk membantu meminumnya
klien makan. dengan harapan
dapat membantu
kebutuhan
nutrisinya.
6. Tawarkan snack
(jus / buah 7. Mengetahui apakah
buahan segar) cairan tersebut
atau makanan masuk ke dalam
kesukaannya. tubuh secara
periodic agar tidak
terjadi diare
misalnya.

Kolaborasi :
7. Pertahankan
cairan parenteral
dan elektrolit.

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1.
1. 1 1. Memantau masukan dan S = Klien mengatakan,
haluaran Saya berak cair terus
Hasil : menerus kurang lebih 5x
Intake : hari ini.
- Minum = 1800 ml/hari

Output :
- BAB = 800 ml/hari O=
- IWL 1.
= k/u lemah
630 ml/hari + 2. Klien nampak haus
= 1430 ml/hr 3. Membrane mukosa kering
BC : I O = 1800 1430 4. TTV :
= + 270 ml/hari TD = 110/80 mmHg
RR = 20 x/m
2. Memantau tanda vital S = 36,5 oC
Hasil : N = 88 x/m
TTV : 5. BB sebelum sakit = 45 kg
TD = 110/80 mmHg 6. BB sesudah sakit = 42 kg
RR = 20 x/m 7. TB = 153 cm
S = 36,5 oC 8. Minum = 1800 ml/hari
N = 88 x/m 9. BAB = 5x/hari
10. IWL = 630 ml/hari
3. Monitor adanya tanda tanda
dehidrasi. A = Masalah keperawatan
Hasil : klien nampak haus, ketidakseimbangan
membrane mukosa kering. volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh belum
4. Menganjurkan untuk minum teratasi.
1500 2500 ml / hari.
Hasil : minum = 1800 ml/hari

5. Mendorong keluarga untuk


membantu klien makan.
Hasil : keluarga klien tidak ada
yang membantu klien makan. P = Lanjutkan intervensi :
6. Tawarkan snack (jus / buah Mandiri :
buahan segar) atau makanan 1. Monitor masukan dan
kesukaannya. haluaran
Hasil : klien makan makanan 2. Monitor tanda vital
yang telah disediakan anaknya. 3. Observasi adanya tanda
tanda dehidrasi.
4. Evaluasi jumlah minum
klien antara 1500 2500
ml / hari.
7. Mempertahankan cairan
parenteral dan elektrolit. Kolaborasi :
Hasil : klien sering minum air 5. Evaluasi cairan parenteral
putih atau air teh. dan elektrolit.

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan
pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan
berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.

2003;47(5):380-387.

2. Kaswiyan U. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan


Reanimasi.

Fakultas KEdokteran Unpad/ RS. Hasan Sadikin. 2000.

3. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative


dehydrationdoes

it improve outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93

4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on
recovery

from anaesthesia. 1986; 41: 635-7.

5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed.
Missouri:

Elsevier-mosby; 2005.p3-227

6. Guyton AC, Hall JE.Textbook of medical physiology. 9 th ed. Pennsylvania:


W.B.

saunders company; 1997: 375-393

7. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada


pembedahan. Ed.

Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

8. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2 nd ed.
Pennsylvania:

Springhouse; 2002:3-189.

9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New
york:

McGraw-Hill; 1999:53-70.

10. Silbernagl F, Lang F. Color atlas of pathophysiology. Stuttgart: Thieme;


2000: 122-3.
11. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University -
Center for

Veterinary Health. 2006. (Diakses tanggal 29 September2007). Tersedia dari:

http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm

12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi
intensif FK

Undip: Semarang; 2004: 1-60.

13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th
ed.

Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97.

14. Sunatrio S. Resusitasi cairan. Jakarta: Media aesculapius;2000:1-58.

15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar
[dikutip 6

Okt 2007]. Tersedia dari: URL:


http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

16. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003

17. Grsaber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia;
2003: 17-40.

Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
5.

Mar

31
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR PADA LANSIA (kelompok9)
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

AHMAD RIZKI FAUJI

RISTI WULANDARI

SITI ROHANA

YOGA ADI SAPUTRA

MOHAMAD ARIFIN

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Tahun 2012

SAMPIT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima
kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-


rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


kepada kita semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
......... i

DAFTAR ISI
..............................................................................................
....................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar
Belakang...................................................................................
...... 1

1.2 Tujuan Penulisan


..................................................................................... 1

1.3 Rumusan
Masalah....................................................................................
1

1.4 Metode
Penulisan..................................................................................
... 2

1.5 Sistematika
Penulisan...............................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur


................................................................... 3

2.2 Mekanisme
Tidur..........................................................................
............ 3

2.3 Tahap Tahap


Tidur..........................................................................
....... 3

2.4 Kegunaan
Tidur..........................................................................
.............. 4

2.5 Kebutuhan Tidur Rata Rata


Perhari........................................................ 4
2.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
............................................ 6

2.7 Masalah masalah Yang Terjadi Saat


Tidur.............................................. 6

2.8 askep
pengkajian....................................................................
............. 8

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
.............................................................................
......... 11

3.2 SARAN
.............................................................................
...................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks


tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti
tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit
mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian
merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat
dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana
yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.

Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang


relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi
terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti
dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman).
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya
kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi.
Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang
disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.

Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang Pemenuhan


Kebutuhan Istirahat dan Tidur secara lebih lengkap lagi pada makalah
ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen


mata kuliah Keperawatan Gerontik serta memberikan informasi dan
ilmu pengetahuan tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud istirahat?

2. Apa yang dimaksud tidur ?


3. Bagaimana mekanisme tidur ?

4. Apa saja tahap-tahap dalam tidur ?

5. Apa kegunaan tidur ?

6. Bagaimana kebutuhan rata-rata tidur perhari ?

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ?

8. Apa saja masalah yang terjadi pada saat tidur ?

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar


Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika
Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari
Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

2.1. Pengertian

Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas
tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan
istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa
melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam
hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang
nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.

Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang


dapat beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa
diterima ; Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas
dari perlukaan dan ketidak nyamanan ; Merasa puas telah melakukan
aktifitas-aktifitas yang berguna ; Mengetahui bahwa mereka akan
mendapat pertolongan bila membutuhkannya.

Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif


tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap
stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan
keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman).
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya
kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi.
Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang
disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.

2.2. Mekanisme Tidur

Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.

Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk.

Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.

Para Ahli neurifisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan


rasa ngantuk
Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa
ngantuk

Instink/Naluri

2.3. Tahap Tahap Tidur

Tanda-tanda menjelang tidur :

Suhu badan (SB) menurun

Pernapasan melambat

Otot2 rileks

Menguap.(tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat)

Basic Rest Activity Cycle (BRAC):

NREM (Non Rapid Eye Movement)

Slow wave sleep, yang terdiri dari 4 tahap :

Tahap I :

o Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada


seseorag yang sedang terjaga.

o Muncul gel2 yang tidak sinkron, frekuensi bercampuran dan


voltase rendah.

o Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah


dibangunkan.

o Merupakan tidur paling dangkal, berlangsung selama beberapa


detik beberapa menit.

Tahap II :

o Merupakan tidur yang tidak dalam.

o Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih


tinggi, runcing2 (Gel K)

o Berlangsung 5-10 menit.

Tahap III :

o Merupakan tidur yang dalam.

o Muncul gel Deltha, yang lambat dengan amplitudo besar,


tinggi dan dalam.
o Biasanya sulit dibangunkan.

o Berlangsung 10 menit

Tahap IV :

o Tidur yang paling dalam.

o Pada EEG dipenuhi Gel Deltha.

o Sangat sulit dibangunkan.

o Terjadi mimpi sehubungan dengan kejadian sehari sebelumnya.

o Lamanya 5-15 menit

o Terjadi perubahan fisik :

o Nadi & pernapasan melambat

o TD turun

o Otot-otot sangat rileks

o Basal metabolisme dan SB menurun

REM (Rapid Eye Movement)

Paradoksical sleep- sebagai puncak Tidur :

Sangat sulit dibangunkan.

Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang
terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka.

Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur.

Semakin lelah seseorang makin cepat mengalami tahap ini .

Karakteristik Tahap REM :

Terjadi pada tahap II NREM dan berlangsung selama 5-10 menit.

Kembali ke tahap II NREM lagi.

Saat perpindahan dari NREM ke REM biasanya terjadi hentakan otak


yang tidak disadari.

TD menngkat.

Sekresi getah/asam lambung meningkat

Basal metabolisme dan SB meningkat


Terjadi mimpi yang menyenangkan, bersemangat dan sibuk.

Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas
dengan tidurnya.

Orang biasanya mengalami 4-5x masa REM

2.4. Kegunaan Tidur (Delment & Wolman )

Beradaptasi terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan


kecemasan.

Memperbaiki ingatan.

Mempermudah mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalah-


masalah yang sulit.

Relaksasi

2.5. Kebutuhan Tidur Rata Rata Perhari

Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit

Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM
dan tidur sepanjang malam

Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur
sepanjang malam + tidur siang

Pra sekolah : 11 jam/hari dengan 20% REM

Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM

Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM

Adolescent : 8,5 jam/hari dengan 20% REM

Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM

Dewasa menengah : 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur

Dewasa tua : 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur

2.6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

1.Umur

Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu


kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis
dari sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih
dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu,
sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang
mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur.

2.Penyakit

Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea.
Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus
tertentu dengan klien gangguan hipertiroid.

3.Motivasi

Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti


menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan
penundaan waktu anda untuk tidur.

4.Emosi

Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang


tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur.

5.Lingkungan

Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi


jalan-jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan
kebisingan.

6.Obat obatan

penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu


seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid.

7.Makanan dan minuman

Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang


banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.

8.Aktivitas.

Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru


akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.

2.7. Masalah Masalah Yang Terjadi Pada Saat Tidur

- Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk


memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya.

- Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit


mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering
mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba.

- Somnabulisme atau disebut tidur berjalan.


- Enuresa atau ngompol

- Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun


pada malam hari untuk buang air kecil/BAK.

- Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur.

- Delirium/Mengigau.

- Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan


dispneu.

- Nightmares dan Nightterros (mimpi buruk)

- Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse)

DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN


KOTAWARINGIN TIMUR
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTIM

Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp.(0531)22960/ Fax (0531)22940 Sampit

Kode pos : 74322

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal
Pengkajian : 25 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Tn. M

TTL : Bandung, 14 maret 1925

Jenis Kelamin : Laki laki ,Gol.Darah :O

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

TB/BB : 165 cm,. 60 kg

Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut


pendek, berwarna putih, bentuk tubuh bungkuk,berjanggut

Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT/RW 05 /02

Kec.Kota Besi ....Telp/HP 085753394881

Kabupaten Kotawaringin Timur

Orang Yang Dekat :Ny. T

Hubungan : istri

Alamat/ Telpon : kota besi /082154560570

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram

Keterangan : : Laki laki : Garis


Keturunan

: Perempuan ....... :
Tinggal Serumah

: Garis Hubungan :
Meninggal
2. Riwayat Keluarga

..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain
lain.

C.RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : tidak ada

Alamat pekerjaan : -

Jarak dari rumah : - ......................km/meter*

Alat transportasi : -

Pekerjaan sebelumnya : PERUN TNI AD

Jarak dari rumah : 20 km/meter*

Alat transportasi : Tidak ada

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber


sumber pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tembat tinggal : Rumah

Jenis lantai rumah : Keramik

Kondisi lantai : Kering

Tangga rumah : Tidak ada

Penerangan : cukup

Tempat tidur : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)

Alat dapur : tertata rapi

WC

Ada : aman (posisi duduk ,ada pegangan )

Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang membahayakan)


Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang

Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu.

Tetangga Terdekat : ada

Alamat dan Telepon :.kota besi (0851546505670)

E.RIWAYAT REKREASI

Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga

Keanggotaan organisasi : tidak ada

Liburan atau Perjalanan :jalan jalan ke pantai dan ketempat anak

F.SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada

Jarak dari rumah : 20 km/meter*

Rumah Sakit : Ada ,Jarak 5 km

Klinik : tidak ada jarak -


km

Pelayanan Kesehatan Di rumah : tidak ada

Makanan yang dihantarkan : tidak ada

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada

Lain-lain

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual : sholat 5 waktu

Yang lainnya : Tidak ada

H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah
menderita demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering
kambuh yaitu maag.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita


hernia.

Keluhan Utama: nyeri ulu hati

1.Provocative / Paliative : imflamasi mukosa lambung

2.Quality/ Quantity : tertusuk tusuk jarum

3.Region : Epigastrium

4.Severity Scale : skala nyeri 3(0-10)

5.Timing : kalau telat makan( kadang-kadang)

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh


klien minum obat promaag.

Obat-obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN

1. Paracetamol 500mg Sesudah makan

2. Promaag 250mg Sebelum makan

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) :

Obat-obatan : Tidak ada

Makanan : tidak ada

Faktor Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita :

Hipertensi Rheumatoid Asthma


Dimensia

Lain-lainnya sebutkan: hernia


I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ : A

Oksigenasi : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi

Cairan dan Elektrolit : klien minum air 1500ml/hari

Nutrisi : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi,


sayur, dan lauk pauknya.

Eliminasi : klien BAB 1x sehari dan BAK >3x sehari

Aktivitas : klien hanya dirumah memelihara ayam dan


bunga

Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 13.00 dan
malam dari jam 20.00 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap
jam klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi.

Personal Hygiene : 2x sehari

Seksual : 1bulan sekali

Rekreasi : kepantai dan memancing

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep Diri : Klien puas dengan keadaan dirinya

Emosi : terkontrol

Adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan baik.

Mekanisme Pertahanan diri : Baik

Status mental :

Tingkat Kesadaran : komposmentis

Afasia :-

Dimensia : tidak

Orientasi : normal

Bicara : normal

Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia, banjar dan sunda


Kemampuan membaca : bisa

Kemampuan interaksi : sesuai

Vertigo : tidak

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh

Mini Mental State Exam (MMSE)= baik nilai kesalahan : 1

Geriatrik Depresion Scale = Tidak depresi


nilai: 4

APGAR =

K.TINJAUAN SISTEM

Keadaan Umum : Baik

Tingkat Kesadaran :Composmentis

Tanda tanda Vital : TD 140 / 90 mmHg Nadi: 80


x/menit

RR 20 X/menit Suhu : 36 0c

TB : 165 cm BB: 60 Kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1.Bentuk dada : simetris

2.Sekresi dan Batuk : Tidak ada

3.Pola nafas

Frekwensi Nafas : 20 x/menit

4.Bunyi nafas : Normal

5.Pergerakan dada

Intercostal Supra Clavicula Tracheal


Tag Lain lain

Substernal Suprasternal Flail Chest


6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal

Meningkat lokasi

Menurun lokasi

Lain-lain

7.Alat Bantu Pernafasan

Nasal Bag and Mask Tracheostomi

Masker Respirator

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )

1.Nadi

Frekuensi.........80.........................x/menit

Reguler Kuat

Irreguler Lemah

2.Bunyi Jantung

Normal

Tambahan Ada Tidak,Jenis..............

3.Letak Jantung

Ictus cordis teraba pada.................

4.Pembesaran Jantung : Tidak

5.Nyeri Dada : Tidak

6.Edema :

Palpebra Anasarka Ekstrimitas atas

Asites Tidak Ada Ekstrimitas bawah

Lainnya.........................

7.Clubbing Finger : Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )


Tingkat Kesadaran : Kompos mentis

1.GCS :

Eye :......4........ Verbal :.....6........ Motorik :.5.................

Total GCS : 15

2.Refleks : normal

3.Koordinasi Gerak : Tidak

4.Kejang :Tidak

5.Lain-lain..........................................

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )

1. Mata ( Penglihatan )

a. Bentuk : Normal

b. Visus.....................

Pupil : isokor

c. Gerak bola Mata : normal

d. Medan Penglihatan : normal

e. Buta Warna : tidak

f. Tekanan intra okuler : tidak

2. Hidung (Penciuman )

a. Bentuk : Normal

b. Gangguan Penciuman : Ya

3. Telinga ( Pendengaran )

a. Aurikel : Normal

b. Membran tympani : Terang

c. Otorrhoea : Tidak ada

d. Gangguan Pendengaran : Tidak

e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : normal

5. Peraba : normal

PERKEMIHAN ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER )

Masalah Kandung Kemih : tidak ada masalah

Produksi Urine 700 ml/hari Frekuensi > 3x /hari

Warna kuning kecoklatan ,Bau khas amoniak

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1. Mulut dan Tenggorokan

a. Mulut

Selaput Lendir Mulut : lembab

b. Lidah : bersih

c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau

d. Tenggorokan : tidak ada masalah

e. Abdomen : Nyeri tekan,lokasi epigastrium

f. Pembesaran hepar tidak ada

g. Pembesaran Lien tidak ada

h. Asites tidak ada

i. Lain lain : tidak ada

2. Masalah usus besar dan rektum/anus

BAB 1 X/hari

Tidak ada masalah

OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )

1. Otot dan Tulang


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )

Kemampuan kekuatan otot : Bebas

Fraktur : Tidak ada

Dislokasi : Tidak ada

Haematom : Tidak ada

2. Integumen

Warna Kulit : cokelat

Turgor :Elastik

Tulang Belakang : kiposis

Akral : hangat

REPRODUKSI

Laki laki :

Kelamin bentuk : tidak normal,keterangan terjadi


pembesaran pada alat kelamin.

Kebersihan Alat Kelamin : Bersih

ENDOKRIN

1. Faktor Alergi : tidak ada

Manifestasi : tidak ada

Cara Mengatasi : tidak ada

2. Kelainan endokrin: tidak ada masalah.

PENGETAHUAN :

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:

.klien menganggap bahwa kesehatan dirinya itu sangatlah penting.sehingga


klien rutin melakukan control.
Sampit, Maret 2012

Mahasiswa yang
mengkaji,

...............................
..........

NIM.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. S: saya sering terbangun Ketidak Gangguan rasa


apabila tidur malam normalan status nyaman(istirahat
fisiologi tidur)

O : - ku baik

- konjungtiva anemis

- klien setiap 1 jam


bangun apabila tidur
malam

-klien tampak lelah

-klien menguap
- TD 140/90 mmHg

N 80 x/ menit

RR 20x/ menit

S 36 C

- Kuantitas tidur malam


dari jam 20.00 04.00

- Kuantitas tidur siang dari


jam 12.00 13.00

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.

1 1 Setelah dilakukan1. Lakukan 1. Memberikan


tindakan pengkajian masalah informasi dasar
keperawatan gangguan tidur dalam
diharapkan klien, karakteristik menentukan
gangguan istirahat dan penyebab rencana
tidur tidak kurang tidur. keperawatan.
terjadi,dengan
criteria hasil: 2. Lakukan 2. Mengatur pola
persiapan untuk tidur.
1. Klien tampak tidur malam seperti
rileks dan lebih pada jam 9 malam 3. Meningkatkan
segar sesuaidengan pola tidur.
tidur klien.
2. Ttv dalam 4. Meningkatkan
batas normal 3. Lakukan mandi tidur.
air hangat.
3. Klien dapat 5. Meningkatkan
tidur 6-8 jam 4. Anjurkan makan tidur.
setiap malam. yang cukup satu
jam sebelum tidur.6. Meningkatkan
tidur.
5. Berikan susu
hangat sebelum 7. Mengurangi
tidur. gangguan tidur.

6. Keadaan tempat8. Mengurangi


tidur yang nyaman, gangguan tidur.
bersih dan bantal
yang nyaman. 9. Mengurangi
gangguan tidur.
7. Bunyi telepon
dan alarm hp di 10. Mengurangi
kecilkan. tidur.

11. Meningkatkan
pola tidur.
8. Berikan
pengobatan seperti
analgetik dan
sedative,setengah
jam sebelum tidur.

9. Lakukan masase
pada daerah
belakang, tutup
jendela/pintu jika
perlu.

10. Tingkatkan
aktivitas sehari
hari dan kurangi
aktivitas sebellum
tidur.

11. Pengetahuan
kesehatan : jadwal
tidur mengurangi
stress , cemas , dan
latihan relaksasi.

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.

1. 1 1. melakukan pengkajian S : klien mengatakan


1. masalah gangguan tidur klien, saya masih sering
karakteristik dan penyebab terbangun pada malam
kurang tidur. hari

Hasil : klien sering terbangun O : - : - ku baik


pada malam hari
- konjungtiva anemis
2. menganjurkan klien untuk
tidur malam seperti pada jam 9 - klien setiap 1 jam
malam sesuaidengan pola tidur bangun apabila
klien. tidur malam

Hasil : klien tidur jam 20.00 -klien tampak lelah


04.00 wib
-klien menguap
3. anjurkan keluarga klien untuk
memberikan Keadaan tempat - TD : 140/90 mmHg
tidur yang nyaman, bersih dan
bantal yang nyaman. N : 80 x/ menit

Hasil : keluarga klien menuruti RR : 20x/ menit


anjuran ersebut..
S : 36 C
4. meningkatkan aktivitas sehari
- Kuantitas tidur
hari dan kurangi aktivitas
malam dari jam 20.00
sebellum tidur.
04.00
Hasil : klien tidak melakukan
- Kuantitas tidur siang
kegiatan sebelum tidur
dari jam 12.00 13.00
.
A ; masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada


tress emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti
tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi
empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan
bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak
beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu
pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan
istirahat dengan jalan-jalan

B. SARAN

Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam


menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat bagi klien/pasien.

Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
6.
Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA Ny. S DENGAN
MASALAH GANGGUAN SEKSUAL
(kelompok7)
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S

DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL

KELOMPOK 7:

ENDAH MURNI

REZKY FAHRUDINUR RAMADHAN

TRI NURWAHYUNI
AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Sampit, Maret 2012


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................


1

1.2 TUJUAN PENULISAN ................................................................................


1

1.3 RUMUSAN MASALAH................................................................................


2

1.4 METODE PENULISAN...............................................................................


2

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................


2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA


NY DENGAN GANGGUAN SEKSUAL

A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia.................

B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila


ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut
Kaplan..........................

C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali


menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut
usia........

D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan


sosial

E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia............

F. ............................................................................................................
G. PENATALAKSANAAN...........................................................................

H. MASALAH KEPERAWATAN..................................................................

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................

J. RENCANA KEPERAWATAN..................................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN

2.2.. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY


DENGAN GANGGUAN SEKSUAL

PENGKAJIAN............................................................................................
15

ANALISA DATA.........................................................................................
18

RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................
19

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................


22

3.2 SARAN .....................................................................................................


22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas


kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan
tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan
lansia.

Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah
seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah,
termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah
masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan
usia tua atau merasa tua.

Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48
pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil
sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066
sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and
Allison,1995).

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:

Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan
pasangan.

Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan
dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.

Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria,
seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan
pasangan hidup.

Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas
45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan
hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia
umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan
tentang masalah seksual pada lansia.

Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama,
komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar.
Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena
perubahan fisiologis maupun patologis.

Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka
setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu
diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis
disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai
penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik masa usia lanjut

b. Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut

c. Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

d. Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia

e. Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia

f. Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut


C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual


pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat
praktik lapangan.

2. Bagi institusi dan civitas akademika

Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah


dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan
tambahan di perpustakaan

D. Rumusan Masalah

1. Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia?

2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual?

3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?

4. Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?

5. Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang
terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia

1. Wanita

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan


eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.

Vagina

Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami


pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke
dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan
berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa
tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan


koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan
atau pengecilan genitalia eksterna.

Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan


dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding jaringan.

Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya


menjadi keriput sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi
yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak
oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia
interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti
berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

Payudara (Glandula Mamae)


Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini
disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional,
begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi keras dan mengkibatkan bentuk
tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang
menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak,
pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar
adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan
berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2. Pria

Prostat

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia,


gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius
yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball
Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang
merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot
polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul
mikroskopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria
berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang
menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH
klinik yang menimbulkan problem medik.

Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya


enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini
yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat.
Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya
BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak
akan menderita BPH pada usia lanjut.

Testis

Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat


testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma
berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan
testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex
yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode
refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual
sampai umur lanjut.

B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1. Fase desire

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan


kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin
menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk
meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun
secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
2. Fase arousal

Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,


elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra
dan kandung kemih.

Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron;
elevasi testis ke perineum lebih lambat.

3. Lase orgasmik

Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit


konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.

Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah


konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.

4. Fase pasca orgasmik

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai


timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia
tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab
lainnya seperti:

Penyebab iatrogenik

Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang
mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap
fungsi seksual.

Penyebab biologik dan kasus medis

Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan


langsung atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu
disfungsi seksual psikogenik.

C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :

1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.

3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

4. Pasangan hidup telah meninggal.

5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :

1. Infark miokard

Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien
segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2. Pasca stroke

Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena


pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas,
takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah
dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual
sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang
aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami
kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.

Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi


permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan
penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam
beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk
menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat
menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau
tehnik bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan
sistem non-verbal untuk berkomunikasi.

3. Kanker

Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ


seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat
menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja,
walaupun tidak ada kerusakan saraf.

4. Diabetes mellitus

Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus


menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi
dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi
seksual.

5. Arthritis

Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau


kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri
dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum
aktivitas seksual.

6. Rokok dan alcohol


Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,
khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme
testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.

7. Penyakit paru obstruktif kronik

Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena


adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin
dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.

8. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual,


antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia

Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini
memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien
dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang
penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa
masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual
adalah masalah yang tabu.

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual


pada lansia adalah sebagai berikut :

1. Anamnesa Riwayat Seks

Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan

Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup

Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah

Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya

Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan


yang dikonsumsi oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci,


meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang
ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik,
kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi
head to toe.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan
paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan
status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan
khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence
testing. (Hadi-Martono, 1996)

2. Pengobatan yang diberikan mencakup

Konseling Psikoseksual

Therapi Hormon

Penyembuhan dengan obat-obatan

Peralatan Mekanis

Bedah Pembuluh

3. Bimbingan Psikososial

Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen


gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.

4. Penyembuhan Hormon

Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk


menyembuhkan viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).

Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian


estrogen pada klimakterium.

5. Penyembuhan dengan Obat

Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif

Oral phentholamin

Tablet apomorphine sublingual

Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif

Penempatan intra-uretral prostaglandin

1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual

2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.

1. 1 Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk 1. Agar pasien lebih bisa


menerima perubahan mengekspresikan menerima perubahan
struktur tubuh perubahan fungsi tersebut
terutama pada fungsi tubuh termasuk organ
seksual yang seksual seiring dengan
dialaminya bertambahnya usia.

Kriteria hasil: 2. Berikan pendidikan


kesehatan tentang
2. Menambah
Mengekspresikan penurunan fungsi
pemahaman klien
kenyamanan seksual.
tentang semua
perubahan yang di
Mengekspresikan alami nya agar
kepercayaan diri penurunan fungsi
seksuel tidak menjadi
beban pikiran

3. Makanan bergizi
3. Motivasi klien untuk dianjurkan untuk
mengkonsumsi menjaga daya tahan
makanan yang rendah tubuh karena biasanya
lemak, rendah pada lansia daya tahan
kolestrol, dan berupa tubuhnya menurun
diet vegetarian
4. Untuk mengurangi
4. Anjurkan klien untuk kekeringan dan rasa
menggunakan krim gatal pada vagina,
vagina dan gel serta untuk megurangi
rasa sakit pada saat
berhubungan seksual

2. 2 Pasien dapat 1. Kaji perasaan/persepsi


1. Untuk mengetahui
menerima perubahan pasien tentang seberapa jauh klien
bentuk salah satu perubahan gambaran bisa menerima
angota tubuhnya diri berhubungan keadaan nya
secara positif dengan keadaan
angota tubuhnya yang
Kriteria hasil: kurang berfungsi
secara normal
Pasien mau
berinteraksi dan2. Lakukan pendekatan
beradaptasi dengan dan bina hubungan
lingkungan tanpa rasa saling percaya dengan
malu dan rendah diri pasien 2. Agar klien mau
mengungkapkan
3.
Pasien yakin akan Tunjukkan rasa masalah nya
kemampuan yang empati, perhatian dan
dimiliki penerimaan pada3. Rasa menerima pada
pasien pasien akan membuat
pasien lebih percaya
4. Bantu pasien untuk diri
mengadakan
hubungan 4.
dengan Agar pasien tidak
orang lain terlalu canggung atau
malu dengnan orang
lain karena perubahan
nya
5. Beri kesempatan pada
pasien 5. Untuk mengetahui
untuk
mengekspresikan apakah klien depresi
perasaan kehilangan terhadap perubahan

3. 3 Pasien dapat 1. Kaji factor-faktor


1. Penting untuk
menerima perubahan penyebab dan membantu dalam
pola seksualitas yang penunjang, yang intervensi selanjutnya
disebabkan masalah meliputi
kesehatannya.
Kelelahan
Kriteria Hasil :
Nyeri
Mengidentifikasi
keterbatasannya pada Nafas pendek
aktivitas seksual yang
disebabkan masalah Keterbatasan suplai
kesehatan oksigen

Mengidentifikasi
Imobilisasi
modifikasi kegiatan
seksual yang pantas Kerusakan inervasi
dalam respon saraf
terhadap
keterbatasannya Perubahan hormone

Depresi

Kurangnya informasi
yang tepat

2. Ajarkan pentingnya2. Untuk menghilangkan


mentaati aturan medis atau mengurangi
yang dibuat untuk factor-faktor penyebab
mengontrol gejala
penyakit

3. Berikan informasi yang3. Agar klien lebih


tepat pada pasien dan mengerti dan bisa
pasangannya tentang menerima bahkan tidak
keterbatasan fungsi memaksakan diri
seksual yang karena keterbatasan
disebabkan oleh yang di sebabkan oleh
keadaan sakit penyakit

4. Ajarkan modifikasi4. Meminimalkan rasa


yang mungkin dalam sakit tau rasa tidak
kegiatan seksual untuk nyaman saat
membantu berhubungan karena
penyesuaian dengan penyakit
keterbatasan akibat
sakit (saran khusus)
IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.

1. 1 1. melakukan pendekatan dan bina S:klien mengatakan sedikit


1. hubungan saling percaya dengan pasien mengerti mengapa keinginan
untuk melakukan hubungan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya suami istri berkurang
dan merasa percaya
DO : - umur klien 69 tahun
2. membantu pasien untuk
mengekspresikan perubahan fungsi - TD : 130 / 90 mmHg
tubuh termasuk organ seksual seiring
dengan bertambahnya usia - Nadi : 88 x/menit

hasil : klien mulai mau sedikit demi - Suhu : 36C


sedikit terbuka saat di bombing untuk
mengekspresikan masalah nya - RR : 18 x/menit

3. memberikan pendidikan kesehatan - Klien sudah menoupose


tentang penurunan fungsi seksual.

Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di


jelaskan tentang perubahan yang terjadi
pada nya

4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi


makanan yang rendah lemak, rendah
kolestrol, dan berupa diet vegetarian

hasil : klien setiap hari mengkonsumsi


nasi, ikan, sayur

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi
menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang
terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa
pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan
lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah
lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan
hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak
pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan
tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan
sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal
sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut
dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual
pada usia lanjut.

Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya
kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian
dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks,
baik secara langsung maupun tidak.

Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan


kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya
terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa
tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual pada lansia, dengan
pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi makan seimbang,
dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan terselesaikan.

B. SARAN

Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia
sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia
sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-
hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang
sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan
kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun
wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html

http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html

Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta

Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008

Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta :
FKUI

Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.
Fitramaya

Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


Tanggal pengkajian : 28 maret 2012

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Ny. S

TTL : 7 juli 1943

Jenis kelamin : perempuan Golongan darah : O

Pendidikan : SD

Agama : islam

Status perkawinan : menikah

TB / BB : 150 cm/45 kg

Penampilan : bersih, rapi, ciri-ciri tubuh : kurus,


kecil

Alamat :jl desa camba

Orang yang dekat : klien dekat dengan anak tertua klien

Hubungan : anak

Alamat / telepon :-

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Genogram

Laki-laki Garis keturunan

Perempuan Tinggal serumah

Garis Hubungan Meninggal


2. Riwayat keluarga

Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit
menular seperti TB paru

C. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri
dirumah

Alamat pekerjaaan : tidak ada

Jarak dari rumah : tidak ada

Alat transportasi : jalan kaki

Pekerjaan sebelumnya : klien sebagai ibu rumah tangga

Jarak dari rumah : tidak ada

Alat transportasi : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari
menantu klien
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tempat tinggal : permanen (milik suami)

Jenis lantai rumah : kayu

Keadaan lantai : kering

Tangga rumah : tidak ada

Penerangan : cukup

Tempat tidur : aman ( tidak terlalu tinggi)

Alat dapur : tertata rapi

WC : jamban

Kebersihan lingkungan : bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang

Derajat privasi : kurang di perhatikan oleh menantunya

Tetangga terdekat : klien bertetangga dengan cucu-cucu klien yang


sudah berkeluarga

Alamat dan telepon : jl. Desa camba

E. RIWAYAT REKREASI

Hobby / minat : klien senang memancing

Keanggotaan organsasi : klien tidak mengikuti organiasi apapun

Liburan / perjalanan : klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang


berekreasi

F. SISTEM PENDUKUNG

Klien di dukung oleh seorang perawat

Jarak dari rumah : 1000 km

Rumah sakit : tidak ada rumah sakit

Klinik : di kampung klien hanya terdapat puskesmas


pembantu

Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada

Makanan yang di hantarkan : tidak ada makanan yang di hantarkan


Perawatan sehari-hari yang di lakukan keluarga : keluarga klien tidak melakukan
perawatan khusus kepada klien di rumah

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual : semenjak klien tua, klien jarang melakukan


sholat lima waktu

H. STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita
maag dan asam urat

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah
menderita penyakit yang parah, hsnya
penyakit biasa seperti pilek, demam

Keluhan utama

1. Provocative / palliative : maag

2. Quality / quantity : seperti di tusuk-tusuk

3. Region : di uluhati

4. Severity scale : 4 (0-10)

5. Timing : kadang-kadang

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus
ke puskesmas untuk berobat. .

Obat obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN

1 ANTASIDA 2 X sehari Sebelum makan

2 Cimetidine 3 x sehari Sesudah makan

3 Paracetamol 1 x sehari Bila nyeri

4 Vit B.komplek 2 x sehari Sesudah makan

5 Allopurinol 3 x sehari Sesudah makan

6 Piroxicam 3 x sehari Sesudah makan

7 Vit B.1 2 x sehari Sesudah makan


Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)

Obat obatan : klien tidak ada alergi pada obat-obatan

Makanan : klien tidak ada alergi pada makanan

Factor lingkungan : klien tidak ada alergi pada lingkungan

Penyakit yang pernah di derita : klien menderita maag dan asam urat

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

IndeksKATZ: A

Oksigenasi : frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak


menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas
melalui hidung

Cairan & elektrolit : klien minum air putih 1000ml/hari, klien


minum kopi setiap pagi

Nutrisi : klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur


dan kadang di tambah dengan buah

Eliminasi : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari

Aktivitas : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah

Istirahat & tidur : klien tidur cukup, tidur malam 7 jam dan tidur
siang 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun

Personal hygiene : untuk kebersihan klien mengerti dan


membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene
maupun vulva hygiene

Seksual : saat ditanya klien mengatakan bahwa klien


masih berhubungan seksual dengan suaminya tapi
sekarang sudah mulai jarang karena keinginan untuk
berhubungan itu mulai menurun sementara suami
klien masih mempunyai keinginan yang kuat.

Rekreasi : klien jarang berekreasi ketempat yang jauh


mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah
tetangga yang berada di dekat rumah

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep diri : klien menyadari bahwa klien sudah lansia


Emos : emosi klien labil

Adaptasi : klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap


lingkungan maupun orang baru

Mekanisme pertahanan diri : tidak terkaji

Status mental

Tingkat kesadaran : kompos mentis

Afasia :-

Dimensia : klien mengalami dimensia sejak beberapa tahun yang


lalu

Orientasi : klien kadang bingung terhadap orang, waktu dan


tempat terutama yang baru dilihat oleh klien

Bicara : klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan

Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam
kehidupan sehari-hari

Kemampuan membaca : klien tidak bias membaca

Kemampuan interaksi : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan

Vertigo : klien tidak mengalami vertigo

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) = 2 (fungsi mental utuh)

Mini Mental State Exam (MMSE) = 2 (baik)

Geriatric Depresion Scale = 5 (kemungkinan depresi)

APGAR = score 5 (menengah / sedang)

K. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum : baik

Tingkat kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg nadi : 88x/menit

RR : 18x/menit suhu : 36 C

TB : 150 cm BB : 50 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)

1. Bentuk dada : simetris

2. Sekresi dan batuk : batuk dan sekresi tidak ada

Nyeriwaktubernafas : tidak nyeri saat bernafas

3. Polanafas

a. Frekuensi nafas : 18x/menit

4. Bunyinafas

a. Normal

Vasikuler di : semua lapang paru

Bronchial di : atas manubrium sternum

Bronchovesikuler di : ICS 2 percabangan bronkus

5. Pergerakan dada : intercostal

6. Tractilfremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun

7. Alat bantu pernafasan : tidak memakai alat bantu pernafasan

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING)

1. Nadi

Frekuensi : 88 x/menit ,kuat

2. Bunyi jantung : normal

3. Letak jantung : ictus cordis teraba pada ICS 5

4. Pembesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung

5. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada

6. Edema : tidak ada edema

7. Clubbing finger : tidak ada

PERSARAFAN (B3 : BRAIN)

Tingkat kesadaran : kompos mentis


1. GCS : E4 M6 V5

Total GCS : 15

2. Reflex : normal

3. Koordinasi gerak : ya

4. Kejang : tidak

PENGINDERAAN (persepsisensori)

1. Mata (penglihatan)

a. Bentuk : normal

b. Visus :-

c. Pupil : isokor

d. Gerak bola mata : normal, tidak menyempit

e. Medan penglihatan : normal

f. Butawarna : klien tidak mengalami buta warna

g. Tekanan intra okuler : tidak

2. Hidung (penciuman)

a. Bentuk : normal

b. Gangguan penciuman : tidak ada

3. Telinga (pendengaran)

a. Aurikel : normal dan simetris

b. Membrab tympani : agak keruh

c. Otorrhoea : tidak ada

d. Gangguan pendengaran : ya

e. Tinnitus : tidak

4. Perasa : menurun

5. Peraba : menurun

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)

Masalah kandung kemih : tidak ada masalah

Produksi urine : 500 ml/hari


Frekuensi : >3 x/hari

Warna : kuning

Bau : khas amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1. Mulut dan tenggorokan

a) Selaput lendir mulut : lembab, tidak ada stomatitis

b) Lidah : agak kotor

c) Kebersihan rongga mulut : tidak berbau dan gigi bersih

d) Tenggorokan : tidak sakit saat menelan

e) Abdomen : kenyal

f) Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran hepar

g) Pembesaran lien : tidak ada pembesaran lien

h) Asites : tidak ada asites

2. Masalah usus besar dan rectum / anus

Bab : 1 x/hari tidak ada masalah

Obat pencahar : tidak mengkonsumsi obat pencahar

OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE)

1. Otot dan tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas

Kemampuan kekuatan otot

Fraktur : tidak ada fraktur

Dislokasi : tidak ada dislokasi

Hematom : tidak ada hematom

2. Integument

Warna kulit : kuning langsat

Akral : hangat

Turgor : tidak elastis

Tulang belakang : kiposis


REPRODUKSI

Perempuan :

Payudara

Bentuk : normal

Benjolan : tidakada

Kelamin

Bentuk : normal

Keputihan : tidak ada keputihan

Siklus haid : sudah menoupose

ENDOKRIN

1. Factor alergi : tidak ada alergi

2. Kelainan endokrin : tidak ada kelainan endokrin

PENGETAHUAN

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah
kesehatan

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : klien mengatakan Perubahan struktur Disfungsi seksual


keinginan untuk melakukan tubuh / fungsi
hubungan suami istri sudah
mulai berkurang sejak klien
merasa memasuki usia senja
dan klien mengatakan dalam 1
minggu klien dan suaminya
sangat jarang melakukan
hubungan suami istri.

DO : - umur klien 69 tahun

- TD : 130 / 90 mmHg

- Nadi : 88 x/menit

- Suhu : 36C

- RR : 18 x/menit
- Klien sudah menoupose

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.

1 1 Pasien dapat 1. Lakukan pendekatan 1. Agar klien mau


menerima perubahan dan bina hubungan mengungkapkan
struktur tubuh saling percaya dengan masalah nya
terutama pada fungsi pasien
seksual yang
dialaminya 2. Bantu pasien untuk
mengekspresikan
Kriteria hasil: perubahan fungsi tubuh
termasuk organ
2. Agar pasien lebih bisa
Mengekspresikan seksual seiring dengan
menerima perubahan
kenyamanan bertambahnya usia.
tersebut
3.
Mengekspresikan Berikan pendidikan
kepercayaan diri kesehatan tentang
penurunan fungsi
seksual.

3. Menambah
pemahaman klien
tentang semua
perubahan yang di
alami nya agar
4. Motivasi klien untuk
penurunan fungsi
mengkonsumsi
seksual tidak menjadi
makanan yang rendah
beban pikiran
lemak, rendah
kolestrol, dan berupa
4. Makanan bergizi
diet vegetarian
dianjurkan untuk
menjaga daya tahan
tubuh karena biasanya
pada lansia daya tahan
tubuhnya menurun

IMPLEMENTASI

No. Dx. Implementasi Evaluasi


Kep.

1 1 1. melakukan pendekatan dan bina S:klien mengatakan sedikit


hubungan saling percaya dengan pasien mengerti mengapa keinginan
untuk melakukan hubungan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya suami istri berkurang
dan merasa percaya
DO : - umur klien 69 tahun
2. membantu pasien untuk
mengekspresikan perubahan fungsi - TD : 130 / 90 mmHg
tubuh termasuk organ seksual seiring
dengan bertambahnya usia - Nadi : 88 x/menit

hasil : klien mulai mau sedikit demi - Suhu : 36C


sedikit terbuka saat di bombing untuk
mengekspresikan masalah nya - RR : 18 x/menit

3. memberikan pendidikan kesehatan - Klien sudah menoupose


tentang penurunan fungsi seksual.

Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di


jelaskan tentang perubahan yang terjadi
pada nya

4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi


makanan yang rendah lemak, rendah
kolestrol, dan berupa diet vegetarian

hasil : klien setiap hari mengkonsumsi


nasi, ikan, sayur

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny. S tanggal : 28 maret 2012

Jenis kelamin : perempuan umur : 69 tahun

Agama : islam suku : dayak

Alamat : islam

Pewwancara : mahasiswa akper pemkab kotim

SKOR
NO PERYANYAAN JAWABAN

1 Tanggal berapa hari ini ? 28

2 Hari apa sekarang ini ? Rabu

3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya

4 Dimana alamat anda ? camba

5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an

6 Berapa umur anda ? lupa

7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY

8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati

9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu

10 15 - 6 9

Jumlah kesalahan total 2

Keterangan :

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh

Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan

Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang

Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat

MINI MENTAL SKORE


NO PERTANYAAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh)

2 Hari apakah hari ini ?

3 Apakah nama tempat ini ?

4 Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / jalan ?

5 Berapakah usia anda ?

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa nama presiden sekarang ?

8 Siapa nama presiden sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu mu sebelum menikah ?

10 15 6

JUMLAH KESALAHAN :

0-2 Kesalahan : Baik

3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan

5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang

8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

HASIL : 2 kesalahan, baik


Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
7.

Mar

31

Asuhan keperawatan pada Ny. A


dengan GANGGUAN AKTIVITAS
(kelompok 4)

Tugas keperawatan gerontik


Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan
GANGGUAN AKTIVITAS

Disusun oleh:

Dwi kirnawati

Juliansyah

Fauzi herawan

Sari dwi ratman


AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940

SAMPIT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas


kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH
GANGGUAN AKTIVITAS. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PEMBAHASAN
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA
NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN ...................................................................
2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
PENGKAJIAN ......................................................................................
ANALISA DATA ...................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN...............................................................

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit

a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.
c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot

d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur

e. Patofisiologi terjadinya penyakit


- Kaki tidak mampu menopang berat badan
- Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
- Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
- Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
f. Gejala klinis
tidak mampu bergerak secara mandiri

g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi

h. Pemeriksaan diagnostic
pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)

i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami.
Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat
dibandingkan dengan klien yang lebih muda.

j. Therapy (tindakan penanganan)


- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri

2. Konsep dasar keperawatan

a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik

2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas

3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan

4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy
fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelemahan umum
b. Bedres yang lama (imobilisasi)
c. Motivasi yang kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri

2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

3. Gangguan mobilitas fisik


Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuro muskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi

4. Deficit perawatan diri


Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan
lain-lain.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuskuler
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya control otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik

c. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat

Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Untuk mengoptimalkan pergerakan

2. Untuk diagnose keperawatan keletihan


Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
o Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
o Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
o Berikan pendidikan kesehatan

Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan
o Menambah pengetahuan pasien

3. Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik


Intervensi:
o Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman
o Cegah pasien jatuh
o Lakukan latihan aktif maupun pasif
o Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
o Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

Rasional:
o Mencegah iritasi dan komplikasi
o Mempertahankan keamanan pasien
o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
o Meningkatkan fungsi paru
o Memaksimalkan mobilisasi

4. Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri


Intervensi:
o Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama
ADL
o Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
o Jaga privasi dan keamanan pasien
o Lakukan latihan aktif dan pasif
o Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL

Rasional:
o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan
o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari
o Memberikan keamanan
o Meningkatkan sirkulasi darah
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
Ciri-ciri : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat,
agak bungkuk
Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT
04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki :
Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal
serumah
: Garis hubungan :
Meninggal

2. Riwayat keluarga
Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien
meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat
penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda
klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang
kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga
menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa
membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan
menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering
mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai
bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa
memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun
mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri
lama.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak
tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki.
Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap
bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi
lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia
cukup, tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat
dapur tertata rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan
lantainya licin. Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang
membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua
cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut.
Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan
apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang
kampong tiap lebaran.

F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit
dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan
dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya
berjalan dan mandi.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.

H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan
pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama
berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal
tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya
menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah
memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri
ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor
lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu
keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal
hygine klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun
semenjak kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi.
Klien juga jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.

J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun,
klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai
akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,
orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien
mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien
tidak memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD:
140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB:
43kg.

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola
nafas regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada
pembersaran jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien
mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan
menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.
Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.
Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada
otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.
Indera perasa dan peraba klien normal.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-
6x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau,
tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada
benjolan, tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites.
BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar
dan lavemen.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak
ada dislokasi, dan tidak ada hematom.
Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.

REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.

ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.

PENGETAHUAN

Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: saya sering merasa Kelemahan Gangguan
nyeri punggung dan nyeri mobilitas fisik
sendi

DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos
mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4C

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Pertahanan body
1. Mencegah iritasi dan
1 tindakan aligment dan posisi komplikasi
keperawatan, yang nyaman
diharapkan
gangguan mobilitas 2. Cegah pasien jatuh
fisik berkurang atau
teratasi, dengan 2. Mempertahankan
criteria hasil: 3. Lakukan latihan keamanan pasien
- klien dapat aktif maupun pasif
melakukan aktivitas 3. Meningkatkan
secara adekuat sirkulasi dan
- k/u baik 4. Lakukan mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera fisiotheraphy dada
- klien dan postural
meningkatkan 4. Meningkatkan fungsi
aktivitas sesuai
5. Tingkatkan paru
batas toleransi aktivitas sesuai
batas toleransi
5. Memaksimalkan
mobilisasi

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
S: saya masih merasa
1. 1 1. mempertahanan body aligment dan lemah saat terlalu lama
posisi yang nyaman berdiri
Hasil: klien mempertahankan body O:
aligment. -k/u lemah
-aktivitas klien meningkat
-tidak terjadi cidera

2. mencegah pasien jatuh A: masalah belum teratasi


Hasil: klien dibantu saat berpindah P: lanjutkan intervensi
dan mandi sehingga mencegah
terjadinya jatuh

3. melakukan latihan aktif maupun


pasif

Hasil: klien melakukan latihan aktif


dengan berjalan ditempat selama 1
menit

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas


toleransi

Hasil: klien mencoba mandi sendiri


tetapi masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA

Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC


Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
8.

Mar

31

AKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


PADA LANSIA DENGAN
GANGGUAN ELIMINASI (kelompok
3)
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI


DI SUSUN OLEH:

INKA FEBRYRIA PERTIWI

KARTA ADI WIBOWO

IRWANSYAH

ALFIANEDI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN


KOTAWARINGIN TIMUR

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah
Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain


itu diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam
memahami konsep eliminasi pada lansia khususnya.

Harapan kami mudah-mudahan makalah kami ini bermanfaat. Kami


menyadari sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu saran
dan kritik pembaca sangat kami harapkan sebagai masukan perbaikan makalah
kami berikutnya.

Sampit, Maret 2012

Penulis,

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan
proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup.

Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini
merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat
diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem.
Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam
parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya


daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar
tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem
pencernaan.

Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai
bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman
panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi
merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka
masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.

II. TUJUAN PENULISAN

Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan:

1. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia.

2. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia


dengan ganguan eliminasi.

3. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang


penanganan pada lansia dengan gangguan eliminasi.

III. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia)
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi.
IV. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

V. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan
pustaka. Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar
pustaka.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KOSEP DASAR ELIMINASI

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh


baik yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010).

Eliminasi Urine

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil


filtrasi dari plasma darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk
keginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian
besar hasil filtrasi akan diserap kembali ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan
tubuh.

Karakteristik urine normal:

a. Volume berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali


berkemih.

b. Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna


kuning gelap atau kuning coklat, sedangkan karena obat urine dapat
berwarna merah atau orange gelap.

c. Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic


yang menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung
amonik.
d. pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun
demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada
vegetarian menjadi sedikit basa.

e. Berat jenis 1.003-1.030.

f. Komposiss air 93-97%.

g. Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter

h. Bakteri tidak ada.

Komposisi Urine

a. Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam


urat serta urobilin.

b. Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak,


dan asam amino.

c. Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine

1. Diet dan intake

Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti


protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.

2. Respon keinginan awal untuk berkemih

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan


respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan
berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan dalam
kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung
kemih yang lebih dari normal.

3. Gaya hidup

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal


eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkah laku.

4. Stress psikologi

Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi


keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk
keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.

5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus spingter internal dan eksternal.

6. Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi


pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya
menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya

7. Kondisi patologis

Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini


disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.

Masalah-masalah eliminasi urine:

1. Retensio urine. Merupakan penumpukan urine dalam kandung


kemih dan ketidakmampuan pada kandung kemih untuk
mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih
adalah urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml
normalnya 250-400 ml.

2. Inkontinensia urine. Ketidakmampuan otot sfingter eksternal


sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua
jenis inkontinensia urina, yaitu, Inkontinensia stres adalah strea
yang terjadi pada saat tekanan intraabdomen meningkat.
Inkontinensia urgensi adalah inkontinensia yang terjadi saat klien
terdesak ingin berkemih, terjadi akibat ISK bagian bawah atau
spasme kandung kemih.

3. Enuresis. Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang


diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna
.

Perubahan pola berkemih:

1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan


yang meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil

2. Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi


pada anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.

3. Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK.

4. Poliuri (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa


peningkatan intake cairan, misal pada pasien DM.

5. Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine


secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan
oliguria (urine berkisar 100-500ml/24jam).
Eliminasi fekal

Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan.


Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari
mulut sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla
usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi
cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus
yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas
bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.

Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat


refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul
karena adanya feses dalam rectum.

Proses Eliminasi

1. Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan


sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan
kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.

2. Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang


tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi
dapat juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang
memadai/kurang melakukan latihan fisik.

3. Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari


penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan
haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk
mengunyah.

4. Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan untuk


mengunyah/menelan.

5. Kadang lupa dalam konsumsi makanan.

6. Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan


vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K).

7. Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak


biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :

a) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.

b) Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.

8. Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya


nafsu makan akibat gigi sudah lepas.

Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal

1. Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya feses


yang keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh po\la defekasi
yang tidak teratur, penggunaan laksatif dalam jangka waku yang lama,
stress fsikologis, obat-obatan, kuang aktifitas dan usia.

2. Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang


diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan.
Biasanya disebabkan oleh konstipasi.

3. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar


akibat cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare disebabkan oleh
stress fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain.

4. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol


pengeluaaran feses dan gas yang melalui spingter anus akibat
kerusakan fungsi spingter / persarafan didaerah anus. Penyebabnya
karena penyakit neoromuskular, atau tumor spingter anus eksternal.

5. Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga


menyebabkan distensi intestinal, dapat disebakan karena konstipasi,
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek
anestesi.

6. Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan


tekanan darah tersebut. Penyebabnya adalah, konstipasi kronis,
peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

1. Gerontologi

Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu


gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata
Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut
usia. Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987)
Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin
terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).

2. Geriatri

Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :


kesehatan/medikal.

Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada


lanjut usia

Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis,


preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia.

Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek
dari geriatri adalah manusia lanjut usia.
Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan
penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.

Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah


kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black &
Matassari Jacob, 1997).

3. Geriatric Nursing :

a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses


menua (Kozier, 1987).

b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya


pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal
lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia
yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit
merupakan bagian dari Gerontic nursing.

4. Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes,
1994). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup. Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak
sama cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih
muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi).

Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok


kesehatan pasdal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat,
kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia
dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi
berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu
masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan
lanjut usia.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses


berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses
menua, mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya
cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan bahwa
proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu : teori
adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan
dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk
diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat
kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.

5. Teori-Teori Proses Menua

a. Secara individual

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

3. Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses


menua.

b. Teori-teori biologi

1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk


spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).

2. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan


sel-sel tubuh lelah (terpakai).

3. Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori


akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu
sendiri.

4. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

5. Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan


gizi.

6. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses


metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh
ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan
semenjak itu terjadilah kelainan autoimun. (Menurut Goldteris &
Brocklehurst, 1989).

c. Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory)

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya


virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.

e. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal


bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel
tidak dapat regenerasi.

f. Teori rantai silang

Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,


khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.

g. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapakan jumlah sel yang membelah


setelah sel-sel tersebut mati.

6. Teori Kejiwaan Sosial

a) Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory)

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan


secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari


lanjut usia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu


agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran


individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan
oleh Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni:
1. Kerhilangan peran (Loss of Role)

2. Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation


Ships)

3. Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores


and Values).

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

a. Hereditas : Keturunan/genetik

b. Nutrisi : Makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan

f. Stress

8. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara


memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai
batasan umur.

Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :

a) Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

b) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun

c) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.

d) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)

Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.


Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a) Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun

b) Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun

c) Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun

d) Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.


9. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan-perubahan fisik

Sel

1. Lebih sedikit jumlahnya

2. Lebih besar ukurannya.

3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan


intraseluler.

4. Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati.

5. Jumlah sel otak menurun.

6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7. Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.

Sistem persyarafan

1. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf


otaknya dalam setiap harinya).

2. Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan


stress.

4. Mengecilnya saraf panca indera.

5. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf


pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.

6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

Sistem pendengaran

1. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan


(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

2. Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3. Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena


meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut
usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
Sistem penglihatan

1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas


menyebabkan gangguan penglihatan.

4. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

5. Hilangnya daya akomodasi.

6. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.

7. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

Sistem kardiovaskuler

1. Elastisitas, dinding aorta menurun.

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3. Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun


sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas


pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari


pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg. Diastolis normal
90 mmHg.

Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu


termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :

1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35C ini


akibat metabolisme yang menurun.

2. Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas


yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi
1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2. Menurunnya aktivitas dari silia.

3. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik


nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman bernafas menurun.

4. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

6. CO2 pada arteri tidak berganti

7. Kemampuan untuk batuk berkurang.

8. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan


menurun seiring dengan pertambahan usia.

Sistem gastrointestinal

1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang


biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput


lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas
dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.

3. Esofagus melebar.

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam


lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)

7. Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,


berkurangnya aliran darah.

Sistem reproduksi

1. Menciutnya ovari dan uterus.

2. Atrofi payudara.

3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun


adanya penurunan secara berangsur-angsur.

4. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi


kesehatan baik), yaitu :
1. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

2. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan


kemampuan seksual.

3. Tidak perlucemas karena merupakan perubahan alami.

4. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi


berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan-
perubahan warna.

Sistem genitourinaria

1. Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin


darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari
ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil
dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya +
1); BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.

2. Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah,


kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria
lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3. Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.

4. Atrofi vulva

5. Vagina

Orang-orang yang makin menua, sexual intercourse masih juga


membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual
seseorang berhenti. Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun
secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmati berjalan terus sampai tua.

Sistem endokrin

1. Produksi dari hampir semua hormon menurun

2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3. Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di


dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.

4. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate)


dan menurunnya daya pertukaran zat.
5. Menurunnya produksi aldosteron.

6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen


dan testeron.

Sistem kulit (integumentary system)

1. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses


keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).

3. Menurunnya respon terhadap trauma.

4. Mekanisme proteksi kulit menurun :

a. Produksi serum menurun

b. Penurunan produksi VTD.

c. Gangguan pigmentasi kulit

5. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

7. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan


vaskularisasi.

8. Pertumbuhan kuku lebih lambar

9. Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh.

10. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

11. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

12. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)

1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

2. Kifosis

3. Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.

4. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya


berkurang).

5. Persendian membesar dan menjadi kaku.

6. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.


7. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram
dan menjadi tremor.

8. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

III. ASUHAN KEPERAWATAN\

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang


mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan
langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa
data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada
keperawatan sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang
dapat menentukan intervensi dan implementasi keperawatan.

1. Pengkajian

a. Eliminasi urine

1. Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik


amonia. Pada overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi
orange-kecoklatan.

2. Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400


ml.

3. Distensi kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan BAK)

4. Frekuensi BAK, tekanan dan desakan.

5. Kondisi-kondisi tertentu misalnya :

a) Disuria, keadaan nyeri waktu BAK.

b) Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.

c) Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anakanak).

d) Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume.

e) Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya.

f) Anuri, produksi urine <100 /hari.

g) Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya :


karena obstruksi saluran urethra.

b. Eliminasi bowel

1. Status gizi
2. Pemasukan diit

3. Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah.

4. Mengunyah dan menelan.

5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut

6. Auskultasi bising usus.

7. Palpasi apakah perut kembung, fecal.

8. Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB.

9. Keadaan diare.

2. Intervensi

a. Eliminasi Urine

1. Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari.

2. Cegah terjadinya inkontinensia :

a) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.

b) Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh.

c) Observasi jumlah urin

d) Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.

b. Eliminasi Bowel

1. Berikan sikap fowler waktu makan

2. Pertahankan keasaman lambung.

3. Berikan makanan yang tidak membentuk gas

4. Cukup cairan

3. Untuk mencegah sembelit/konstipasi.

a. Awasi kecukupan cairan dalam diit.

b. Dorong untuk melakukan aktivitas

c. Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.

d. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal

e. Berikan kecukupan konsumsi serat.


f. Ajarkan latihan kegel.

g. Ajarkan latihan perut.

h. Atur waktu makan dan minum.

i. Atur jumlah makan dan minum.

j. Berikan laxatif jika perlu.

BAB III

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

I. Data Biografi

Nama : Ny. S

Umur : 74 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status perkawinan : Janda

TB/BB : 149 cm / 37 kg

Penampilan : Rapi,bersih,wangi,berpakaian sesuai,


rambut beruban, menggunakan jilbab, sedikit
bungkuk.

Alamat : Jl. SukaBumi Barat No. 007

Orang yang dekat : Ny. Ati

Hubungan : Anak klien

Alamat : Sda

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. GENOGRAM
Keterangan:

: perempuan : garis
perkawinan

: laki-laki ------ : tinggal dalam


satu rumah

: garis keturunan X : meninggal dunia

2. Riwayat Keluarga

Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari
keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah
meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut
anaknya.

Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak
pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.

III. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : tidak bekerja

Alamat pekerjaan :-

Jarak dari rumah :-

Transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : Pedagang sayur yang digendong di bahu

Jarak dari rumah : 10 km

Transportasi : Jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :


kebutuhan klien dipenuhi oleh anak-anaknya.

IV. RIWAYAT LINGKUNGAN

Jenis lantai rumah : porselen

Kondisi lantai : kering

Tangga rumah : tidak ada

Penerangan : cukup

Tempat tidur : tanpa ranjang

Alat dapur : tertata rapi

WC : ada dikamar, 3 meter dari tempat tidur

Kebersihan lingkungan : lingkungan bersih, tidak ada barang yang


dapat mebahayakan klien

Jumlah yang tinggal dalam satu rumah : 5 (lima) orang

Derajat privasi : baik

Tetangga terdekat :Mbah Saras

Alamat : Jl. Suka- Bumi Barat No. 008

V. RIWAYAT REKREASI

Hobi/minat : Klien hobby menyulam, bernyanyi

Keanggotaan organisasi : anggota posyandu lansia Kamboja

Liburan/perjalanan : Klien sering diajak anaknya jalan-jalan ke


taman kota.

VI. SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter : Mantri Sri


Jarak dari rumah : 1 km

RS : RSU DR. Murjani Sampit, 4 km dari


rumah klien

Klinik : Puskesmas Baamang 1, 1 km dari


rumah klien

Makanan yang dihantarkan :-

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada karena klien


masihdapat melakukan aktivitas madiri.

VII. DESKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual : Klien selalu melaksanakan sholat lima


waktu berjamaah di mushola Al-Anshor dekat
rumah klien, dan sering mendengarkan
ceraham dari TV.

VIII. STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan
kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi

Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita
sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu

Keluhan utama : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa


penuh

P :-

Q :-

R :-

S :-

T :-

Obat-obatan : Ottopan (paracetamol) 500 mg 3x1

Alergi : klien tidak ada alergi

Obat-obatan :-

Makanan :-

Faktor lingkungan :-
Penyakit yang diderita : Hipertensi dan rematik

IX. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks katz : Katz A

Oksigenasi : Klien bernapas dengan hidung, RR :


20x/m

Cairan/elektrolit :

Nutrisi : Klien makan 2x sehari, klien makan nasi


dan lauk, klien tidak suka makan sayur, klien
minum air putih 3 gelas sehari ( 750 ml),

Eliminasi : 3 hari sekali baru BAB, perut dintesi,


bising usus 3x/m, BAK

Aktivitas : semua aktivitas klien sehari-hari dapat


dikerjakan secara mandiri

Istirahat&tidur : Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika


malam hari klien mulai tidur pukul 22.00
sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering
terbangun.

Personal hygiene : Klien mandi 2x sehari, keramas 2 hari


sekali, berganti pakaian setiap hari

Seksual : Klien sudah menopause sejak berumum


51 tahun, dan sudah tidak memiliki pasangan, sejak menopause klien sudah
tidak ada keinginan untuk berhubungan dengan dengan lawan jenis.

X. PSIKOLOGI KOGNITIF PERSEPTUAL

Konsep diri : baik

Emosi : stabil

Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik

Status mental :

Tingkat kesadaran : compos mentis

Afasia : tidak ada

Dimensia : ada

Orientasi : baik
Bicara : normal dan lancar

Bahasa yang digunakan : bahasa banjar dan bahasa indonesia

Kemampuan membaca : klien bisa membaca

Kemampuan interaksi : klien mampu berinteraksi dengan baik dan


sesuai

Vertigo : ada

SPSMQ : skor 2 = fungsi mental utuh

MMSE : skor 2 = baik

GDS : skor 4 = tidak ada depresi

APGAR : skor 10 = rendah

XI. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum : baik

Tingkat kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital : TD: 190/100 mmHg, Nadi: 74x/m, RR:


20x/m,

Suhu : 36,5 C, TB : 149 cm, BB, 37 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

B1/pernapasan

Bentuk dada : simetris

Sekeresi dan batuk : tidak ada batuk

Pola napas : RR: 20x/m, reguler

Bunyi napas : vesikuler

Pergerakan dada : normal

Tractil fremitis : tidak ada

Alat bantu pernapasan : klien tidak menggunakan alat bantu


pernapasan
B2/Kardiovaskuler

Nadi : 74x/m, reguler dan kuat

Bunyi janting : normal

Letak jantung : ictus cordis teraba pada interkosta ke-


lima kira-kira

satu jari medial dari garis midclviucla

Pembesaran jantung : ada

Nyeri dada : tidak ada

Oedeme : tidak ada

Clubbing finger : tidak ada

B3/ persarafan

Tingkat kesadaran : compos mentis

GCS : 15, eye: 4, verbal:5, motorik: 6

Reflek : normal

Koordinasi gerak : Klien mampu mengkoordinasikan gerak

Kejang : tidak ada

Penginderaan (persepsi sensori)

1. Mata

Bentuk : normal

Visus :-

Pupil : isokor

Gerak bola mata : menyempit

Medan penglihatan : menyempit

Buta warna : tidak ada

Tekanan Intra Okuler : tidak

2. Hidung

Bentuk : normal
Gagguan penciuman : tidak ada

3. Telinga

Aurikel : normal

Membaran timpani : keruh

Ottorhochea : tidak ada

Gangguan pendengaran: ada

Tinitus : ada

4. Perasa : normal

5. Peraba : normal

B4/perkemihan

Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada
distensi suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi
terjadi inkontinensia urine.

Produksi urin : volume BAK 400 ml / hari

Frekuensi BAK : 3 4 x/hari

Warna : kuning

Bau :amoniak

B5/eliminasi alvi

1. Mulut dan tenggorokan

Mulut : mukosa lembab

Lidah : normal

Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong,

Tengorokan : tidak ada keluhan

Abdomen : dintensi

Pembesaran hepar : tidak ada

Pembesaran lien : tidak ada

Asites : tidak ada

2. Masalah usus dan rektum


BAB : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa
penuh

Obat pencahar :

Lavamen :

B6/Otot/tulang/integumen

1. Otot-tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai : bebas

Kemampuan kekuatan otot :

Fraktur : tidak ada

Dislokasi : tidak ada

Hematoma : tidak ada

2. Integumen

Warna kulit : sawo matang

Turgor : tidak elastis

Tulang belakang : kiposis

REPRODUKSI

Payudara

Bentuk : simetris

Benjolan : tidak ada

Kelamin

Bentuk : normal

Keputihan : tidak ada

Siklus haid : klien sudah menopause

ENDOKRIN

Faktor alergi : tidak ada


Manifestasi :-

Cara mengatasi :-

Kelainan endokrin : tidak ada

PENGETAHUAN KLIEN TENTANG KESEHATAN DIRINYA

Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap
sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1. DS : Pemenuhan Gangguan Bowel
kebutuhan gizi Eliminasi ( BAB )
1. Klien mengatakan 2 hari ini tidak tidak seimbang.
bias BAB.

2. Klien mengatakan tidak suka


makan sayur dan hanya minum air
putih sebanyak 3 gelas.

DO :

1. Klien hanya makan nasi dan


sedikit sayur mayur.

2. Bising usus 3 x /menit

3. Perkusi abdomen hypertimpani.

RENCANA KEPERAWATAN

No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan1. Untuk


Bowel Intervensi klien mengenai mengetahui
Eliminasi ( keperawatan pemahaman tingkat
BAB ) b.d dalam waktu 2 X tentang nutrisi. pengetahuan klien
Pemenuhan 24 jam tentang
kebutuhan nutrisinya.
gizi tidak klien dapat BAB
seimbang. secara normal. 2. Anjurkan klien
makan sayur dan
Kriteria hasil : buah. 2. Sayur dan buah
merupakan
1. Klien makanan yang
mendapatkan yang tinggi serat
nutrisi yang
cukup dengan sehingga dapat
gizi yang membantu
seimbang. melancarnak n
pencernaan.
2. Klien dapat BAB
dengan lancer
maksimal dalam
waktu 2 X 24 jam 3. Untuk
. membantu
melunakan feses.
3. klien untuk
meningkatkan
intake cairan
1500 cc yang
dipenuhi secara
bertahap.

4. Anjurkan klien
untuk makan 4. Untuk
makanan yang mengurasi
tidak bergas. kembung/
distensi.

5. Lakukan
auskultasi bising
usus.
5. Untuk
mengetahui
keefektifan
rencana
sebelumnya.

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. Mengkaji pengetahuan klien
1. 1 mengenai pemahaman tentang S: Saya sudah dapat BAB
nutrisi. Hasil: yang saya tahu saya dengan lancar, minum
harus makan makanan yang sedikit sebanyak 5 gelas / hari, mau
garam agar tensi saya tidak naik. mencoba mengkonsumsi
sayuran dan buah- buahan.
2. Menganjurkan klien makan sayur
dan buah. Hasil: saya akan
mencoba makan sayur
O:
Bising usus 10x / menit.
3. Menganjurkan klien untuk Makan dengan lauk pauk
meningkatkan intake cairan 1500 dan sayuran.
cc yang dipenuhi secara bertahap. Perkusi abdomen tympani.
Hasil: nanti saya akan mencoba
minum yang banyak.

4. Menganjurkan klien untuk makan A:Masalah teratasi


makanan yang tidak bergas. Hasil:
saya akan mengurangi makan
singkong
P: Hentikan intervensi

5. Melakukan auskultasi bising usus.


Hasil: bising usus 5x/m

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami perubahan seperti


kehilangan gigi, indra pengecap yang mengalami penurunan fungsi, rasa lapar
yang menurun, peristaltic yang menurun dan lain-lain. Sehingga pada lansia
pola eliminasi urine dan fekal mengalami perubahan dimana perawat harus
mampu membantu lansia dalam menghadapi perubahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa

Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2.


Jakarta: EGC

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika

Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
9.
Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA PASIEN LANSIA
DENGAN MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN (kelompok 2)

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN LANSIA DENGAN

MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN

KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Dedi Darma Putra

2. Edi Taufikurahman

3. Kiki Apriliyanti
4. Novia Yesiana

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jl. Batu Berlian No.11 Telp (0531) 22960

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang


telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Sampit, Maret 2012


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
................................................................................................................. i

DAFTAR ISI
............................................................................................................................... ii

BAB
I............................................................................................................................
PENDAHULUAN

A. LATAR
BELAKANG...............................................................................................
1

B. TUJUAN PENULISAN
............................................................................................ 2

C. RUMUSAN
MASALAH........................................................................................... 2

D. METODE
PENULISAN............................................................................................ 2

E. SISTEMATIKA
PENULISAN.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


KEAMANAN.... 3

B. KESELAMATAN DAN
KEAMANAN................................................................... 4

BAB III.............................................................................................................................
PENUTUP

A. KESIMPULAN
......................................................................................................... 39
B. SARAN
......................................................................................................................
39

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju


dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara
tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia
(lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang
dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun
(Kane, 1994).

Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari
satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala
yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan
kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya
adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994).

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-
lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia
yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan
yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan
masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall &
Hassett, 2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan


paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
B. TUJUAN PENULISAN

Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan


keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab
III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan


secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait
dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam
pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut:

1. Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan


secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan
kebutuhan keamanan.
2. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan
keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung
jawab terhadap masalah keamanan keluarga.

3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau


kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.

4. Konsultan, perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi


masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program


maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga
untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.

6. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap


pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam
ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.

7. Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan


secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.

8. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan


baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan
yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

KONSEP DASAR

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanan

a. Usia

Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang
dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan
tulang.

b. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi,
dan kurang tidur.

c. Emosi

Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.

d. Status mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun


memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit.

e. Gangguan persepsi sensori

Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang


berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.

f. Informasi/komunikasi

Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan


kecelakaan.

g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik

h. Keadaan imunitas

Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.

i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih

Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.

j. Status nutrisi

Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.

k. Tingkat pengetahuan

Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi


sebelumnya.

2. Macam-macam bahaya atau kecelakaan

a. Di rumah

Tersedak.
Jatuh.

Tertelan alat-alat rumah tangga.

Tersiram air panas.

Jatuh dari jendela atau tangga.

Terpotong.

Luka tusuk atau luka gores.

Luka bakar.

Tenggelam.

Terkena pecahan kaca.

Jatuh dari sepeda.

Keracunan.

b. Di rumah sakit

Mikroorganisme.

Cahaya.

Kebisingan.

Temperatur.

Kelembapan.

Cedera atau jatuh.

Kesalahan prosedur.

Peralatan medik.

Radiasi.

Keracunan inhalasi, injeksi.

Syok elektrik.

Asfiksia dan kebakaran.

3. Pencegahan kecelakaan di rumah sakit


a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari
kecelakaan.

b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.

c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik


aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.

d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.

e. Menghindari kecelakaan:

Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.

Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.

Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.

Meja yang mudah dijangkau.

Kereta dorong ada penghalangnya.

f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik


misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.

g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah


meledak seperti tabung oksigen dan termos.

h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.

i. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti


penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.

j. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.

k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu


penerangan.

l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.

m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan


mampu menggunakannya.

n. Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIA

PENYEBAB KECELAKAAN PADA LANSIA:

1. Fleksibilitas ekstremitas yang berkurang


2. Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun

3. Pencahayaan yang kurang

4. Lantai licin dan tidak rata

5. Tangga tidak ada pengaman

6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak

7. Kehilangan kesadaran tiba-tiba (syncope)

TINDAKAN PENGAMANAN PADA LANSIA:

1. Berikan alat bantu yang sesuai

2. Latih lansia untuk mobilisasi

3. Usahakan ada yang menemani jika bepergian

4. Letakkan peralatan terjangkau lansia

5. Gunakan tempat tidur tidak terlalu tinggi

6. Penataan ruangan harus bebas lalu lalang

7. Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah

8. Hindari lampu redup/menyilaukan

PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

A. DEFINISI

Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih
rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi
atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik
sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan
kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan
kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral
tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah.

Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh
adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan
meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi
punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan
harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola
gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat
meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan
risiko jatuh.

Mengurangi Risiko Jatuh

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh
American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy
of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi
untuk orang tua(AGS et al.2001) .

Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada


lansia

Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:

1. Faktor Intrinsik

Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai


penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi,
Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang
menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.

Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko


jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan
syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat
juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam,
asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.

2. Faktor Ekstrinsik

Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak
di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.

B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua
:

1. Latihan fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan


tungkai dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi
terhadap bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan
sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu
berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

2. Managemen obat-obatan

Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:

Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat

Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan

Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama


sedatif dan tranquilisers

Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas


indikasi klinis kuat

Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

3. Modifikasi lingkungan

Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing
akibat suhu diantara:

Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam


jangkauan tanpa harus berjalan dulu

Gunakan karpet antislip di kamar mandi.

Perhatikan kualitas penerangan di rumah.

Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.

Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.

Gunakan lantai yang tidak licin.

Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari


tersandung.

Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di


kamar mandi.

4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :

Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.

Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.

Mengambil barang dengan cara yang benar dari Lantai.

Hindari olahraga berlebihan.

5. Alas kaki

Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:

Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar

Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan

Pakai sepatu yang antislip

6. Alat bantu jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.

Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan


keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.

Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat
ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien
dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan,
ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-
wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.

7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran

8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9. Memelihara kekuatan tulang

Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan


densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang
tua

Berhenti merokok

Hindari konsumsi alkohol

Latihan fisik

Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen

Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti


adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:

a. Halusinasi;

b.Gangguan proses pikir;


c. Kelesuan;

d. Ilusi;

e. Kebosanan dan tidak bergairah;

f. Perasaan terasing;

g.Kurangnya konsentrasi;

h.Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:

a. Kesadaran menurun;

b.Kelemahan fisik;

c. Imobilisasi;

d. Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:

Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal).

a. Resiko Jatuh

Usia klien lebih dari 65 tahun

Riwayat jatuh di rumah atau RS

Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas

Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)

Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics,


diuretics, or laxatives)

b. Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh


karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan
kecelakaan itu terulang kembali
c. Keracunan

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya
keracunan dan upaya pencegahannya.

d. Kebakaran

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana


klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan
keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

e. Pengkajian Bahaya

Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.

f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang
keadaan rumah yang terstuktur.

Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh
Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah)

1. Risiko injuri

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya


dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

Y Kemungkinan berhubungan dengan:

a. Kurangnya informasi tentang keamanan;

b. Kelemahan;

c. Gangguan kesadaran;
d. Kurangnya koordinasi otot;

e. Epilepsi;

f. Episode kejang;

g. Vertigo;

h. Gangguan persepsi.

Y Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Perlukaan dan injuri.

Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. AIDS;

b. Demensia;

c. Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;

d. Epilepsi;

e. Penyakit perdarahan.

Y Tujuan yang diharapkan:

a. Injuri tidak terjadi.

Y Intervensi:

a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya

b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan

c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya

d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada


tempatnya

e. Kunci roda tempat tidur

f. Posisi kepala lebih ditinggikan

g. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari

h. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan


persepsi pasien

i. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet


j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur
khusus untuk mencegah dekubitus

k. Berikan pendidikan kesehatan tentang:

Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol

Pencegahan injuri di rumah

Y Rasional:

a. Pencegahan primer

b. Monitor faktor risiko

c. Mencegah terjadinya kecelakaan

d. Dibutuhkan pada saat emergensi

e. Mempertahankan keamanan

f. Mencegah aspirasi

g. Mencegah jatuh

h. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori

i. Mencegah kecelakaan

j. Mencegah komplikasi akibat injuri

k. Mencegah injuri

2. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk


melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

Y Kemungkinan berhubungan dengan:

a. Defisit imunologi;

b. Malnutrisi;

c. Kemoterapi atau efek pengobatan;

d. Penglihatan yang kurang;

e. Kurang informasi tentang keselamatan.

Y Kemungkinan data yang ditemukan:


a. Riwayat kecelakaan;

b. Lingkungan yang beresiko.

Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Usia: kematangan, sangat tua;

b. Nutrisi kurang;

c. Gangguan darah;

d. Pembedahan;

e. Radiasi atau kemoterapi;

f. Penyakit imunitas;

g. AIDS.

Y Tujuan yang diharapkan:

Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial

Y Intervensi:

a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi

b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan

c. Jaga pasien dari injuri dan infeksi

d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari
bekas suntikan

e. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik

f. Berikan diet adekuat

g. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

Pemberian pengobatan

Mempertahankan keamanan

Teknik isolasi

Penggunaan alat-alat proteksi

Y Rasional:

a. Mengurangi risiko penularan penyakit


b. Mengatasi faktor penyebab

c. Mengurangi risiko infeksi

d. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi

e. Menghindari pendarahan

f. Meningkatkan daya tahan tubuh

g. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

3. Risiko tinggi infeksi

Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya
virus penyakit.

Y Kemungkinan berhubungan dengan:

a. Tidak adekuatnya pertahanan primer;

b. Kerusakan jaringan;

c. Terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit;

d. Prosedur invasif;

e. Malnutrisi;

f. Penyakit kronis.

Y Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Kondisi kulit;

b. Nilai laboratorium;

c. Pemakaian alat-alat invasif.

Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. AIDS;

b. Infeksi bakteri dan virus;

c. Kondisi setelah operasi.

Y Tujuan yang diharapkan:

a. Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.


b. Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Y Intervensi:

a. Monitor tanda vital setiap 4 jam

b. Gunakan metode pengontrol adanya infeksi

c. Pertahankan diet adekuat, vitamin C, dan tablet Fe

d. Catat hasil laboratorium

e. Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya

f. Informasikan tentang efek pengobatan

g. Lakukan teknik steril

h. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

Pencegahan dan penularan penyakit

Tanda dan gejala infeksi

Hidup sehat

Y Rasional:

a. Data dasar untuk mengetahui keadaan normal

b. Melindungi pasien dari infeksi

c. Meningkatkan daya tahan tubuh

d. Mengidentifikasi adanya infeksi

e. Mencegah komplikasi

f. Mencegah infeksi silang

g. Mencegah terjadinya infeksi

h. Memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)


1. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah :

Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury).

Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila
kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan
cedera.

Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.

Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak


adekuatnya udara untuk proses bernafas.

Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).

Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.

Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk
yang terbuat dari lateks.

Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal,


sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.

Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko
terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang
direncanakan atau tidak dapat dihindari.

2. Perencanaan

Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:

Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan


agar lebih aman.

1. Contoh rencana asuhan keperawatan:

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan


sensori (tidak mampu melihat)

Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh)
tidak terjadi

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi


lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien
mampu:
a. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera

b. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,

c. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari


cidera.

3. Intervensi

a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.

b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko

c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran


tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1

d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah

e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan


pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)

f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan


gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara
berkala.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas
bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi
diri dari cidera.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2012


A. DATA BIOGRAFI

Nama : Ny. M

TTL : Kuala Kapuas, 15 September 1939

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda

TB/BB : 151 cm/45 kg

Penampilan : Bersih, kurang rapi, gigi ompong

Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis

Alamat : Jl.Batu Manyar No.21

Orang Yang Dekat : Ny. S

Hubungan : Anak kandung

Alamat/Telepon : Jl.Batu Manyar No.21

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Genogram
Keterangan: : Laki-laki : Garis Keturunan

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Garis Hubungan : Meninggal

2. Riwayat Keluarga

Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan
petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu
klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang
pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia,
awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya
kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya
sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah.
Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien
meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di
rumah.

C. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : -

Alamat Pekerjaan : -

Jarak Dari Rumah : -

Alat Transportasi : -
Pekerjaan Sebelumnya : -

Jarak Dari Rumah : -

Alat Transportasi : -

Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :

Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tipe tempat tinggal

Jenis lantai rumah : Kayu Ulin

Kondisi lantai : Kering

Tangga rumah : -

Penerangan : Cukup

Tempat tidur : Aman

Alat dapur : Berserakan

WC : Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin

Kebersihan lingkungan : Kurang bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang

Derajat privasi :

Tetangga terdekat : Ny.K

Alamat dan telepon : Jl. Batu berlian No.11

E. RIWAYAT REKREASI

Hobbi/Minat : Berkebun dan Menyulam

Keanggotaan Organisasi ; Organisasi Wanita Wredatama

Liburan/Perjalanan : Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi


mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin
F. SISTEM PENDUKUNG

Perawat : Ny.N

Jarak dari rumah : 2 Km

Rumah Sakit : RSUD Dr. Murjani Jarak 3,5 km

Klinik : - Jarak

Pelayanan Kes. Dirumah : -

Makanan yg dihantarkan : -

Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: -

Lain-lain : -

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat

Yang Lainnya : mengaji setiap shalat magrib berakhir

H. STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu :

Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki
klien.

Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang lalu :

Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu
berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis.

Keluhan Utama : lutut terasa ngilu

1. Provocative/Paliative : penumpukan Kristal asam urat

2. Quality/Quantity : ngilu-ngilu

3. Region : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga


terasa sakit di punggung sampai daerah
pinggang

4. Severity Scale : 6 (dari skala 0-10)


5. Timing : sangat terasa saat malam hari. Sifatnya hilang-
timbul dan terkadang terasa sakit berkisar antara
10-15 menit

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :

klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang
yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga
tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam
(termasuk klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa
sebenarnya asam urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.

Obat-obatan:

Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel
sudah tidak ada)

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)

Obat-obatan : -

Makanan : -

Faktor Lingkungan : -

Penyakit Yang Diderita

Arthritis Gout (Asam Urat)

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ : A

Oksigenisasi : Baik, tanpa alat bantu

Cairan & Elektrolit : Klien minum 4-6 gelas/hari, klien suka minum
kopi

Nutrisi : Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayur-


sayuran terutama kangkung, dan ikan

Eliminasi : BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam


sehari 3-5 kali
Aktivitas : Terbatas, klien sering merasa lelah terutama
menahan rasa cenat-cenut di lututnya. Klien
jarang melakukan aktivitas yang berlebihan dan
berat.

Istirahat & Tidur : Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari


pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00
WIB

Personal Hygiene : Dapat dilakukan secara mandiri

Seksual : Sudah tidak memiliki keinginan untuk


melakukan hubungan seksual lagi

Rekreasi : Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi


anak tertuanya di Banjarmasin tahun 2011 lalu

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep Diri : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah


lansia

Emosi : Labil, klien mudah tersinggung

Adaptasi : Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat


sekitarnya

Mekanisme pertahanan diri : Baik

Status mental

Tingkat kesadaran : Composmentis

Afasia : -

Demensia : Tidak

Orientasi : Normal

Bicara : Normal

Bahasa yang digunakan : Dayak

Kemampuan membaca : Bisa

Kemampuan interaksi : Sesuai

Vertigo : Tidak

Short Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan


Intelektual Sedang)
Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan Intelektual
Sedang)

Geriatrik Depression Scale : Skor 4

APGAR : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum : Baik

Tingkat kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : TD: 130/70 mmHg N: 68x/m

RR: 20x/m T: 36,3oC

TB: 152 cm BB: 48 Kg

L. PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1. Bentuk Dada : Simetris

2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada

3. Pola Nafas

a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur

4. Bunyi Nafas

b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru

c. Abnormal : -

d. Resonen lokal : -

5. Pergerakan dada : -

6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -

7. Alat Bantu Pernafasan : -


CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

1. Nadi

Frekuensi : 68x/m dan reguler

2. Bunyi jantung : Normal

3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-


kira satu jari medial dari garis
midclavicula

4. Pembesaran jantung : Tidak

5. Nyeri dada : Tidak

6. Edema : Tidak

7. Clubbing finger : Tidak

PERSARAFAN (B3: BRAIN)

Tingkat Kesadaran: Composmentis

1. GCS

Total GCS: 14

2. Refleks : Normal

3. Koordinasi gerak : Ya

4. Kejang : Tidak

5. Lain-lain : -

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)

1. Mata (Penglihatan)

a. Bentuk : Normal

b. Visus : -

c. Pupil : Isokor

d. Gerak bola mata : Normal


e. Medan penglihatan : Menyempit

f. Buta warna : Tidak

g. Tekanan Intra Okuler : Tidak

2. Hidung (Penciuman)

a. Bentuk : Normal

b. Gangguan Penciuman : Tidak

3. Telinga (Pendengaran)

a. Aurikel : Normal

b. Membran tympani : Keruh

c. Otorrhae : Tidak

d. Gangguan Pendengaran : Ya

e. Tinitus : Ya

4. Perasa : Normal

5. Peraba : Normal

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Masalah kandung kemih : Sering

Produksi urine : 250ml/hari

Frekuensi : 2-6x/hari

Warna : Kuning Jernih

Bau : Amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)

1. Mulut dan Tenggorokan

a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab

b. Lidah : Hiperemik

c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau

d. Tenggorokan : Sakit Menelan


e. Abdomen : Kenyal

f. Pembesaran Hepar : Tidak

g. Pembesaran Lien : Tidak

h. Asites : Tidak

2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus

BAB : 2X/hari, Tidak ada masalah

Obat pencahar : Tidak

Lavemen : Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)

1. Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas

Kemampuan kekuatan otot:

- Tidak ada fraktur

- Tidak ada dislokasi

- Tidak ada haematom

2. Integumen

Warna kulit : Hiperpigmentasi

Akral : Hangat

Turgor : Tidak Elastik

Tulang belakang : Kiposis

M. REPRODUKSI

Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolan

Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

N. ENDOKRIN

Klien tidak memiliki kelainan endokrin

O. PENGETAHUAN

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia
dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit.
Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

DS: Aduh, kaki saya ini ngilu.


Rasanya cenat-cenut kalau jalan

DO:

- klien tampak memijat kedua kakinya

- klien tampak hati-hati saat merubah


Penumpukan
1. posisi dari duduk jadi berdiri Nyeri akut
Kristal asam urat
- klien kifosis

P : penumpukan Kristal asam urat

Q : ngilu, cenat-cenut

R ; di daerah lutut paling terasa sakit,


selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang

S : 6 (dari 0-10)
T : di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang

DS: Aduh, kaki saya ini ngilu.


Rasanya cenat-cenut kalau jalan

DS: mata saya kadang terasa kabur


kadang tidak

Penurunan
DO:
sensori,
- Fokus penglihatan mulai berkurang lingkungan
2 kurang kondusif, Resiko injuri
- Lapang pandang menyempit fleksibelitas
ekstremitas
- Aktivitas terbatas karena sakit pada menurun
ekstrimitas dan punggung, gerak agak
pelan dan hati-hati

- Lingkungan kurang aman. WC agak


licin. Di halaman belakang terdapat
beberapa pecahan kaca, duri salak (di
halaman belakang rumah klien tumbuh
2 pohon salak), dan tanah agak licin
karena ditumbuhi lumut

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.

1. 1 Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Nyeri merupakan


tindakan nyeri respon subjektif yang
keperawatan selama dapat dikaji dengan
2x24 jam menggunakan skala
diharapkan nyeri nyeri.
hilang atau
terkontrol dengan
kriteria hasil:
2. Nyeri mungkin
dipengaruhi oleh
1. Klien tidak kecemasan atau
mengungkapkan peradangan pada
perasaan nyeri 2. Bantu klien dalam sendi
mengidentifikasi
2. Gerak tidak faktor pencetus
terbatas
3. Akan melancarkan
3. Aktivitas bisa peredaran darah
sedikit meningkat sehingga kebutuhan
oksigen pada jaringan
4. Skala nyeri 0 terpenuhi dan
(dari 0-10) mengurangi nyeri
3. Ajarkan relaksasi:
5. Menunjukkan teknik terkait
ekspresi rileks ketegangan otot
rangka yang dapat 4. Pengetahuan
mengurangi tersebut membantu
intensitas nyeri mengurangi nyeri dan
dapat membantu
meningkatkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
4. Tingkatkan terapeutik
pengetahuan tentang
penyebab nyeri dan
hubungan dengan 5. Pemakaian alkohol,
berapa lama nyeri kafein, dan oba-
akan berlangsung obatan diuretik akan
menambah
peningkatan kadar
asam urat dalam
serum.

5. Anjurkan klien
untuk tidak
meminum minuman
seperti alkohol,
kafein atau
mengonsumsi obat-
obatan diuretik, tapi
perbanyak minum air
putih
2. 2 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor-
1. Mengidentifikasi
tindakan perawatan faktor resiko injuri adanya faktor-faktor
selama 2x24 jam pada klien. resiko yang mungkin
diharapkan cidera akan timbul
tidak terjadi dengan
kriteria hasil:
2. Lakukan
1. Mengidentifikasi modifikasi 2. Mengurangi risiko
bahaya apa saja lingkungan agar injuri akibat
yang dapat lebih aman sesuai lingkungan yang tidak
meningkatkan hasil pengkajian aman
kemungkinan terhadap resiko injuri
cidera terutama
bahaya lingkungan

2. Mengidentifikasi3. Monitor klien


tindakan preventif secara berkala
atas bahaya tertentu terutama 2 hari
pertama kunjungan 3. Mencegah
3. Melaporkan rumah kecelakaan akibat
penggunaan cara faktor-faktor resiko
yang tepat dalam yang mungkin terjadi
melindungi diri dari dan dialami oleh klien
cidera.
4. Ajarkan klien dan
keluarga 4.
tentang Mencegah
upaya pencegahan komplikasi akibat
cidera injuri dan
mempertahankan
keamanan

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.

1. 1 1. Mengkaji karakteristik nyeri S: kaki saya masih terasa


1. (22/3/2012) ngilu

Hasil: nyeri dirasakan dominan


dilutut, selain itu nyeri juga
dirasakan pada punggung sampai O:
kedaerah pinggang dengan skala
nyeri 6 (dari 0-10) - klien menunjukkan bagian
kakinya yang sakit, tepatnya
2. Membantu klien dalam dilutut.
mengidentifikasi factor pencetus
(22/3/2012) - Klien kifosis

Hasil: nyeri karena terjadinya- Tampak hati-hati dan pelan


penumpukan kristal asam urat pada saat berjalan
sendi
- Ekspresi wajah sedikit
3. Mengajarkan relaksasi: anjurkan meringis
klien untuk menggunakan air hangat
untuk mandi (22/3/2012) - Saat merubah posisi dari
duduk jadi berdiri, tampak
Hasil: klien memahami anjuran yang hati-hati
diberikan dan akan mulai melakukan
apa yang dianjurkan

4. Meningkatkan pengetahuan A: Masalah belum teratasi


tentang penyebab nyeri dan
hubungan dengan berapa lama nyeri
akan berlangsung (22/3/2012)
P: Lanjutkan Intervensi
Hasil: klien masih belum
- Kaji karakteristik nyeri
sepenuhnya memahami HE yang
diberikan. Klien hanya tahu kalau - Bantu klien dalam
dirinya mengalami asam urat begitu mengidentifikasi faktor
saja. pencetus
5. Menganjurkan klien untuk tidak - Ajarkan relaksasi: teknik
meminum minuman seperti alkohol, terkait ketegangan otot
kafein atau mengonsumsi obat- rangka yang dapat
obatan diuretik, tapi perbanyak mengurangi intensitas nyeri
minum air putih (22/3/12)
- Tingkatkan pengetahuan
Hasil: Karena klien suka kopi, klien tentang penyebab nyeri dan
mengatakan kalau klien akan hubungan dengan berapa
mencoba mengurangi minum kopi lama nyeri akan berlangsung
secara bertahap setelah mendengar
anjuran yang diberikan dan akan Anjurkan klien untuk tidak
minum air putih lebih sering meminum minuman seperti
dibandingkan dengan kopi. alcohol, kafein atau obat-
obatan diuretik, tapi
perbanyak minum air putih

2. 2 1. Mengkaji adanya faktor-faktor S: -


2. resiko injuri pada klien (22/3/2012)

2. Hasil: faktor resiko yang ditemukan


yaitu: O:

a. adanya nyeri pada ekstremitas yang- Fokus penglihatan mulai


akan mengurangi fleksibelitas dalam berkurang
bergerak, klien rentan terjatuh
b. Penurunan sensori penglihatan - Lapang pandang menyempit

c. Lingkungan yang kurang kondusif/- Aktivitas terbatas karena


tidak adekuat sakit pada ekstrimitas dan
punggung, gerak agak pelan
3. Melakukan modifikasi lingkungan dan hati-hati
agar lebih aman sesuai hasil
pengkajian (22/3/2012) - Lingkungan sudah
dibersihkan dari faktor-
4. Hasil: bersama keluarga klien faktor resiko
membersihkan lingkungan rumah
klien, termasuk halaman belakang- WC masih berpotensi
yang beresiko tinggi menyebabkan menimbulkan injuri bagi
injuri atau trauma dengan klien karena lantainya yang
membuang pecahan-pecahan kaca, agak licin
duri ataupun lumut yang bisa
menyebabkan klien jatuh

A: Masalah teratasi sebagian

5. Memonitor klien secara berkala


terutama 2 hari pertama kunjungan
rumah (22/3/2012) P: Lanjutkan Intervensi

6. -
Hasil: masih terdapat faktor resiko Kaji adanya faktor-faktor
injuri di sekitar klien resiko injuri pada klien

7. Mengajarkan klien dan keluarga - Lakukan modifikasi


tentang upaya pencegahan cidera lingkungan agar lebih aman
(22/3/2012) sesuai hasil pengkajian
terhadap resiko injuri
Hasil: klien dan keluarga memahami
-
apa yang diajarkan seperti mengatur Monitor klien secara
pencahayaan di rumah (karena klien berkala terutama 2 hari
mengalami penurunan sensori), pertama kunjungan rumah
menjaga lingkungan agar tetap
-
bersih dan tidak menimbulkan resiko Ajarkan klien dan keluarga
cidera dan komplikasi cidera bagi tentang upaya pencegahan
klien cidera

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi


lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan
secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan
Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan
Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram.

B. SARAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan


paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-
jatuh-pada-lansia/

http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-
pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/
Posted 31st March by Inka Februaria

Add a comment
10.

Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


LANSIA DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI (kelompok 1)
KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI SUSUN OLEH :

BAMBANG SURYADINOR

NITA RAHMADANI

NOVA ZAHROTUL HAYYA

SUMIRLAN TRISNO

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jl. Batu Berlian No.11 Sampit

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Sampit, Maret 2012


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

1.2 TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 2

1.3 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 2

1.4 METODE PENULISAN......................................................................... 2

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN........................................................................................ 3

2.2 PROSES MENUA................................................................................... 4

2.3 KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA........................................... 7

2.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA


LANSIA 8

2.5. GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA............................................ 9

2.6. STATUS GIZI PADA LANSIA............................................................. 11

2.7. ASKEP.................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ....................................................................................... 13

B. SARAN ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN KASUS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok
rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan
badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi
jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak
bahkan copot, sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah
makanan. Maka makanan harus diolah sehingga makanan tidak perlu
digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong kecil-kecil,
lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA
dalam mengkonsumsi makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah
menurun, sehingga makanan harus yang mudah dicerna dan tidak
memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.makanan yang tidak banyak
mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah dicerna, tetapi
harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang
tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk
melancarkan peristalsis dan dengan demikian melancarkan pula
defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun,
jadi jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada
baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena
akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang
berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes
Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok
MANULA. Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat
untuk mendapat penyakit kanker.

1.2. Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada
Lansia

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian nutrisi
2. Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia
4. Apa saja gangguan nutrisi pada lansia
5. Factor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia

1.4. Metode Penelitian


Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata
Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan,
dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III Penutup yang
terdiri dari Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi,
dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada
kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya
sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya
tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada berbagai
tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12,
vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan
mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada wanita
lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai salah
satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk
wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat
kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi
secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan
untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk
yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami
hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal,
peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai
penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total.

2.2 Proses Menua


Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang
terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh
serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat
mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah,
mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga
kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul
garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat
kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam
folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan
dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan
menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan
gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada
kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu
makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi
lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat
mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang
menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya
proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-
benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan
(apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan
kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut
dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan
kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari
dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi
paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air
dalam jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi
pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang
menimbulkan rasa lelah.
Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran
merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering
diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan
untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang
dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang
mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.
Penyakit Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan
penurunan metabolism di sel lainnya.Proses ini menyebabkan
penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Perubahan
pada system pencernaan :
Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir.atropi indera pengecap (80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap di lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu
sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga
mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan
cita rasa.
Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar
bagian bawah sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan
mengakibatkan usofagus melebar (presbyusofagus).Keadaan ini
memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang berlanjut
sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada
daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya
tersembunyi dalam system saraf sentral atau akibat gangguan
neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara
lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda
perlambatan pengosongan usofagus.
Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan
lambung menipis diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin
berkurang,asam lambung menurun,waktu pengosongan lambung
menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.
Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus
halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi
pada umumnya masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60
tahun)dan zat besi.
Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan
reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat
kurang efisien.
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses
perubahan kompleks krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah
sebagai pelican makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi
sukar.
Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut
dan sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang
dicernaakibat berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat
disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap makanan
terutama yang mengandung lemak.
Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang
disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan
bisa disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan
proses menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa
juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke
esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 70 tahun.

2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


o Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme
basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%,
disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi)
diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal
per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25%
berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat.
Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang
dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan
berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan,
sehingga tubuh akan menjadi kurus.
o Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang
dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia,
masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan
protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang
dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen
(protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan
kacang-kacangan.
o Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari
total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu
tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan
penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah
asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid).
Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang
baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak
jenuh.

o Karbohidrat dan serat makanan


Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah
sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-
benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat
menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh.
Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang
dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya
terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari
kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber
energi dan sumber serat.
o Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C,
D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan
dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia
adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan
vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya
dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan
serat.
o Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat
diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk
keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan
membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


a. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak
memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan makanan
b. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu
merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
c. .Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah
memasak untuk mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami
nilai suatu makananyang gizinya seimbang..
d. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau
bersusah payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
e. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli
makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian
makanan yang bergizi.
f. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan
ulkus.Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat
kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran Rasa lapar menurun, asam lambung
menurun,Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan
penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.,
Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi,Penyerapan makanan di usus menurun
g. penyalahgunaan alcohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi
asupan kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit
factor nutrisi lain.
h. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan
kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap
nutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran
nutrisi yang semakin jauh.

2.5 Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena
tidak cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan
status kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada
Lansia.Jakarta:EGC).
2. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak
yang berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20%
dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola
konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung lemak,
protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Pencetus berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung
koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
3. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium
dalam jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35
tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil
yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di
seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan
protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat,
kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk,
HB <8 gr/dL.
5. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di
tambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya
nafsu makn berkurang, penglihatan menurun, kulit kering,
penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu
menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga
konsumsi yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai
penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke,
katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti
kulit menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin
lambat, makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air
besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
o Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama
pada orangtua
o Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk,
meningkatkan kolesterol dan gula darah
o Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.6 Status Gizi Pada Usia Lanjut


Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi
lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas
Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit,
akibatnya cenderung kegemukan/obesitas
Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan,
akibatnya cenderung kegemukan/obesitas
Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi
tidak enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia
menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis
Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang
berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang
lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung
kegemukan/obesitas
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal
ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia
menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar,
sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan
perdarahan dan memicu terjadinya anemia
Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat
menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan
hepatitis atau kanker hati
Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk
menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya
nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi
Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi
menurun akibatnya menjadi kurang gizi
Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa
makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang
gizi.

2.7 ASKEP
a.PENGKAJIAN
o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks
massa tubuh) atau catatan yang tepat
o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau
pertambahan berat badan saat ini
o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah
mereka memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau
rusak?
o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal
asupan nutrisi
o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan
makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik
o Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan
(termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat
buruk terhadap nutrisi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka
beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak
malnutrisi. Salah satu indikator yang sangat penting pada status
nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam
pemenuhan nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus
makan. Makanan merupakan bagian yang paling pentingdalam
kehidupan sebagian lansia dan saat-saat bersantap menjadi bagian
pentingyang dialami manula setiap harinya. Makanan juga harus
menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-orang yang
berusia lanjut ini.

3.2 SARAN
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun,
jadi jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada
baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena
akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang
berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes
Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok
MANULA.

DAFTAR PUSTAKA

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC


Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien
Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25
Maret 2012
A. DATA BIOGRAFI
Nama :Tn S
TTL :Sampit, 20 Oktober 1945
Jenis Kelamin :laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan :Duda
TB / BB : 162 cm, 50 Kg
Penampilan :Rapih danbersih Ciri ciri tubuh :Kurus
Alamat : Jl. Merdeka, Kel. Ketapang RT 3 RW V
Kec.Mentawa Baru Hilir Telp/ Hp : -
Kabupaten. Kotawaringin Timur
Orang Yang Dekat :Ny E
Hubungan :Anak
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.45

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: Tinggal serumah

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Klien

2. RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama
anak laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Berkebun
Alamat pekerjaan : Jl. MajuMundur
Jarak dari rumah : 1km
Alat transportasi : Jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Jarak darirumah : 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Type tempa tinggal :Rumah
Jenis lantai rumah :Kayu
Kondisi lantai :Kering
Tangga rumah :Tidakada
Penerangan :Cukup
Tempat tidur :Aman
Alatd apur :Rapi
WC :Aman
Kebersihan lingkungan :bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :Sendiri
Derajat privasi :Terjaga
Tetangga terdekat : Ada
Alamat dan telepon : Jl. Merdeka No. 46

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Memancing
KeanggotaanOrganisasi : Pengajian
Liburan / Perjalanan : Jalan jalan, berkunjung ketempat Anak

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : 1 Km
RumahSakit : Ada Jarak 5 Km
Klinik : Ada Jarak 4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah : Tidakada
Makanan Yang dihantarkan : Tidakada
Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga : Check Up kePuskesmas

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat
tahajud.
Yang Lainnya : Tidakada

H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu : klien pernah
menderita Anemia
Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu : Tidak ada masalah
KeluhanUtama :
Klien mengatakan tidak nafsu makan

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Klien sering berobat


ke puskesmas

Alergi :

Obat-Obatan :Tidakada

Makanan :Tidakada

FaktorLingkungan : Tidakada

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


IndeksKATZ :B
Oksigenisasi : Baik, RR 16 x/m
Cairan&Elektrolit : Cukup, KlienMinum6gelas /hr

Nutrisi : Nafsu makan kurang, PolaMakan : 2x/hr, hanya


mampu menghabiskan porsi makanan,
konjugtiva anemis, BB sebelumnya= 51 kg, BB
saatini 50 kg, klien kurang makan sayur dan
jarang makan buah-buahan, klien hidup sendiri.

Eliminasi : Baik, BAK 2x/hr BAB 1x/hr

Aktivitas : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak


ada kegiatan

Istirahat & Tidur : Baik, klien tidur 8 jam/hr

Personal Hygiene : Baik, Klien Mandi 2x/hr

Seksual : Klien tidak ada niat lagi untuk berhubungan,


klien tidak ada keinginan untuk menikah lagi

Rekreasi :klien 6 bulan sekali melakukan perjalanan


(berkunjung ke rumaha naknya).

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukupt erpenuhi
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Mekanisme Pertahanan Diri : Baik
Status Mental : Stabil
Tingkat Keasadaran : Compos Mentis
Afasia : Tidak
Dimensia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Bahasa Yang Digunakan :BahasaBanjar
Kemampuan Membaca :Bisa
Kemampuan Interaksi :Sesuai
Vertigo :
Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 2 Fungsi Mental
Utuh
Mini Mental State Exam (MMSE) : 2 Baik
Geriatrik Depresion Scale : 4 Baik
APGAR : 6 Menengah

K. TINJAUAN SISTEM

KeadaanUmum :Baik

Tingkat Kesadaran : Compos mentis

Tanda-Tanda Vital : TD 130/90 mmhg Nadi 80 x/m


RR 16 x/m Suhu 36,5oC

TB 168 cm BB 50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
1) PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. SekresidanBatuk : Tidakada
Nyeriwaktubernapas : Tidakada
3. PolaNapas : RR 16 x/m, Reguler
4. BunyiNapas : Normal (tidakadaRonchi)
5. Pergerakan Dada : Intercostal
6. TractilFremitis/Fremitus Vokal :Tidakada
7. Alat Bantu Pernapasan : Tidakada

2) CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1. Nadi : Frekuensi 80 x/m nt , Reguler
2. Bunyi Jantung : Normal
3. LetakJantung : Ictus Cordis teraba pada intercostal V,
kira-kira 1 jari medial darigaris midklavikular
4. Pembesaran Jantung : Tidakada
5. NyeriDada : Tidakada
6. Edema : Tidakada
7. Clubbing Finger : Tidak

3) PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran : Compos Mentis
1. GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi Gerak : Ya
4. Kejang : Tidak

4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal

5) PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak sering berkemih, tidak ada
urin yang tertahan saat berkemih
MasalahKandungKemih : Tidakadamasalah
Produksi Urine : 600 ml/hr Frekuensi :
2x/hr
Warna:Kekuningan Bau : Amoniak

6) PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1. MulutdanTenggorokan
a. Mulut : Rongga mulut bersih, tidak ada
bau mulut
b. Gigi : Gigi tidak lengkap, tidak ada
lubang gigi,
Selaput Lendir Mulut : Lembab
c. Lidah : Bersih, ada sariawan
d. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak Berbau
e. Tenggorokan : Tidak terlihat sulit menelan
f. Abdomen : Kenyal
g. Pembesaran Hepar : Tidak
h. Pembesaran Lien : Tidak
i. Asites : Tidak

2. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus


BAB 1 x/hr
Tidak ada masalah
Obat Pencahar : Tidak
Lavemen : Tidak

7) OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE)


1. OtotdanTulang
Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM)
Bebas
Kemampuan kekuatan otot :
4 4
4 4
Fraktur : Tidak
Dislokasi :Tidak
Haemotom : Tidak
2. Integumen
Warna Kulit : Kuning langsat
Akral : Hangat
Turgor : Tidakelastis
Tulang Belakang : Normal
8) REPRODUKSI
Laki-laki :
Kelamin Bentuk : Normal
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih

9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada

10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering
cek up untuk kesehatannya

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO :
- Gigi tidak lengkap
- Lidah ada sariawan
- PolaMakan : 2x/hr,
hanyamampumenghabiskan porsimakanan
- Konjugtiva anemis
- BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg Ketidak
- Klien kurang makan sayur dan jarang makan seimbangan
Intake yang nutrisi : nutrisi
buah-buahan
tidakadekuat kurang dari
- klienhidupsendiri
kebutuhan tubuh

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Timbang berat 1. R/mengetahui
1 tindakan keperawatan badan setiap hari perubahan keadaan
selama 1x24 jam umum nutrisi pada
diharapkan klien
ketidakseimbangan
2.
nutrisi : nutrisi kurang Anjurkan makan 2. R/Dilatasi gaster
dari kebutuhan tubuh sedikit tapi sering dapat terjadi bila
teratasi dengan pemberian makan
Kriteria hasil : terlalu cepat setelah
1. Nafsu makan periode puasa
meningkat
2. Berat badan 3. Anjurkan makan- 3. R/membantu
meningkat makanan yang meningkatkan intake
lunak dan mudah
3. Adanya perubahan dicerna. makanan
pola makan
4. Konjungtiva normal
5. Klien tampak tidak 4. Membantu
lemah meningkatkan nafsu
4. Anjurkan keluarga makan
untuk menyediakan
makanan kesukaan
klien.
5. R/ Mencegah
terjadinya mual dan
5. Anjurkan makan membantu
makanan yang meningkatkan nafsu
disajikan dalam makan
kondisi hangat

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
1. 1 DS : Saya sudah
1. Menimbang berat badan setiap menghabiskan setengah
hari porsi makanan
Hasil : BB = 50 kg
DO :
- K/u baik
2. Menganjurkan makan sedikit -
tapi sering Nafsumakanklienmeningkat
Hasil : - Konjungtiva normal
Anjuran telah di berikan , klien- TD : 100 / 70 mmhg
akan melakukan anjuran. - N : 80 x/m
- RR : 20 x/m
3. Menganjurkan makan - S : 36,6 oC
makanan yang lunak dan - BB 50 kg
mudah dicerna
Hasil :
Klien setuju untuk makan
makanan yang lunak dan
mudah dicerna A : Masalah nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
4. Menganjurkan keluarga untuk teratasi sebagian
menyediakan makanan 1. Nafsu makan meningkat
kesukaan klien 2. Adanya perubahan pola
Hasil : makan
Anjuran telah diberikan, 3. Konjungtiva normal
keluarga mengungkapkan 4. Klien tampak tidak lemah
akan melakukan apa yang di
anjurkan.

5. Menganjurkan makan P: Lanjutkan intervensi


makanan yang disajikan
dalamkondisi hangat
Hasil :
Klien setuju untuk makan
makanan yang disajikan dalam
kondisi hangat

Anda mungkin juga menyukai