A dengan
GANGGUAN AKTIVITAS (kelompok 4)
Disusun oleh:
Dwi kirnawati
Juliansyah
Fauzi herawan
AKADEMI KEPERAWATAN
SAMPIT
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan
untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi
terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot
d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur
g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi
h. Pemeriksaan diagnostic
pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)
i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan
secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh
mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
j. Therapy (tindakan penanganan)
- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri
c. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Untuk mengoptimalkan pergerakan
Rasional:
o Mencegah iritasi dan komplikasi
o Mempertahankan keamanan pasien
o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
o Meningkatkan fungsi paru
o Memaksimalkan mobilisasi
Rasional:
o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari
o Memberikan keamanan
o Meningkatkan sirkulasi darah
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi
berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
LAPORAN KASUS
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
: rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkuk
: kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten
kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki : Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal serumah
: Garis hubungan : Meninggal
2. Riwayat keluarga
Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang
lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya.
Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua
orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba
kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah
bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri
sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi
klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi,
klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat
kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat ini pendapatan
klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien
terpenuhi.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank
lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran.
F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan
rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan
sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi.
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.
H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap
sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah
berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok
bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang
dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.
J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai
semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa
dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang
tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme
pertahanan diri minimal.
atus mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara
klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu
berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100
mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB: 43kg.
PENGKAJIAN PERSISTEM
REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan,
siklus haid 7hari.
ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.
PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak
tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan
menggunakan minyak urut.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: saya sering merasa Kelemahan Gangguan mobilitas
nyeri punggung dan nyeri fisik
sendi
DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos mentis
-P: nyeri sendi dan punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4C
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
S: saya masih merasa
1. 1 1. mempertahanan body aligment dan lemah saat terlalu lama
posisi yang nyaman berdiri
DAFTAR PUSTAKA
Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika
Add a comment
Beranda
1.
Mar
31
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA Ny. R DENGAN
MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2
(kelompok 5)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. R
KELOMPOK 5:
ADITYA TAGAF
DESI NOVIANTY
SUMIANTI
WANTO ANDREANTO
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian oksigenasi
B. Tujuan pemberian oksigenasi
E. PENATALAKSANAAN
F. MASALAH KEPERAWATAN
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
H. RENCANA KEPERAWATAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
PENGKAJIAN 15
ANALISA DATA 18
RENCANA KEPERAWATAN 19
3.1 KESIMPULAN 22
3.2 SARAN 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi
ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Bagi mahasiswa
D. Rumusan Masalah
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh
darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-
sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1
: 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah
1:2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi
yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas
seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta
di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besar
Kemungkinan penyebab :
Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 2 menit
- Vibrasi 4 5 kali dalam satu periode
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada
dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif
dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny R
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Kab.Kotamadya
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
2. Riwayat Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mnderita penyakit menurun seperti
DM,hipertensi, asma, dll. Tidak ada pula yang mnderita penyakit menular seperti
TBC.
C.RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :saat ini klien bekerja sebagai petani
Alamat pekerjaan :-
Penerangan : cukup
E.RIWAYAT REKREASI
Hobby atau Minat : berkebun, bertani, menjahit, memasak
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : perawat
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk
leluhur
Yang lainnya :-
H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien
minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.
Obat-obatan :
2. dexametason 3x1
3. Vit. C 3X1
Cairan dan Elektrolit : klien minum air putih 1500ml per hari,di
dampingi teh dan kopi
Istirahat dan Tidur : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam
Emosi : stabil
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Vertigo : ya
APGAR =
K.TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Baik
TB :160 cm BB: 44 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Batuk : ya
3.Pola nafas
Irguler
Hiper Ventilasi
4.Bunyi nafas
a.Normal
vesikuler di.........................................
Bronchial di..............................................
b.Abnormal
Stridor lokasi............................
Streror lokasi...............................
Wheezing lokasi..........................
Rales lokasi...............
Ronchi lokasi....................
Krepitasi lokasi.................................
c. Resonen Lokal
Pectoreloguy
Bronchofoni
Egofoni
5.Pergerakan dada
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi 88 x/menit
Reguler Kuat
2.Bunyi Jantung
Normal
3.Letak Jantung
4.Pembesaran Jantung
tidak
5.Nyeri Dada
Ya
7.Clubbing Finger
Tidak
Tingkat Kesadaran :
Compos Mentis
1.GCS :
2.Refleks
Normal
3.Koordinasi Gerak : Ya
4.Kejang Tidak
5.Lain-lain..........................................
1. Mata ( Penglihatan )
a. Bentuk
Normal
b. Visus.....................
Pupil :
Isokor
Normal
d. Medan Penglihatan :
Normal
e. Buta Warna
Tidak
Meningkat
2. Hidung (Penciuman )
a. Bentuk : Normal
3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani
Terang
c. Otorrhoea :
Ya,jenis....................... Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa
Normal
5. Peraba
Normal
a. Mulut
Selaput Lendir Mulut
Lembab
b. Lidah
bersih
d. Tenggorokan :
e. Abdomen
Kenyal
h. Asites tidak
i. Lain lain.............................
BAB 1 X/hari
Terbatas
Kemampuan kekuatan otot
Fraktur
Tidak
Dislokasi
Tidak
Haemotom
Tidak
2. Integumen
REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
Bentuk Simetris
Benjolan tidak
Kelamin
Bentuk normal
Keputihan tidak
ENDOKRIN
1. Faktor Alergi
Tidak
PENGETAHUAN :
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai
penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat
terasa nyeri
.........................................
NIM.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. kerusakan Gangguan pertukaran gas
DS-:Klien mengatakan saya sesak membrane alveoli O2 dan CO2
nafas bila cuaca dingin dan ada
debu
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1. Kaji dan monitor 1. Sebagai indicator
1 Gangguan pertukaran frekuensi nafas adanya gangguan nafas
O2 dan CO2 dan indicator dalam
teratasi dengan tindakan selanjutnya
criteria:
- Kilen
mengatakan sesak 2. Berkurangnya tekanan
nafas berkurang diafragma keatas
atau hilang sehingga ekspresi paru
- Klien tidak batuk maksimal sehingga
lagi 2. Beri posisi yang klien dapat bernafas
- Frekuensi nafas menyenangkan sesuai dengan leluasa
dalam batas dengan keinginan
normal (16 18 klien.(posisi semi
x/mnt) fowler) 3. Batuk yang efektif
merupakan salah satu
cara yang baik dan
efektif untuk
mengeluarkan secret.
3. Ajarkan klien untuk
batuk efektif
4. Menurunkan jumlah
konsumsi atau
kebutuhan selama
periode penurunan
pernafasan sehingga
dapat menurunkan
gejala gangguan
4. klkien untuk pertukaran gas O2 dan
membatasi aktifitas CO2.
5. Untuk
mempertahankan
sirkulasi O2 dan CO2
5. Pertahankan sirkulasi
O2 dalam ruangan
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. Mengkaji dan monitor frekuensi nafas
1. 1 S : Klien mengatakan saya
masih sering sesak nafas
2. memberi posisi yang menyenangkan
sesuai dengan keinginan klien.(posisi
semi fowler)
O : Klien Nampak sesak nafas
3. mengajarkan klien untuk batuk efektif
disertai batuk kering
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak
jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya
mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui
system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu
akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh.
Akhir akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota kota besar dalam masalah
kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan
karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.
3.2 SARAN
Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2
sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system
hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup
selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang
kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.
Add a comment
2.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
(kelompok6)
OLEH :
HENDRYANTO
IDA KUSUMADINATA
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari
masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Psikologi Lansia
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang
lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental
yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :
- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.
2.Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya
menjadi morat-marit.
5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS
merupakan bagian dari gerontic nursing.
A. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.
B. Pendekatan psikis
C. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
D. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOIAL PADA LANSIA :
Berduka disfungsional,
Ketidakberdayaan,
Perubahan nutrisi,
Ansietas.
Tindakan :
Lingkungan aman,
Beri pujian,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan
kecerdasan mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
I. PENGKAJIAN
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny.R
Golongan Darah :-
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Alamat : Baamang, RT 2, RW 1
A. Riwayat Keluarga
Genogram :
B. Riwayat Pekerjaan
Alamat pekerjaan :-
Alat Transportasi :-
Tidak ada x
Tidak ada
x Ada : x aman (posisi duduk, ada pegangan), tidak aman (lantai licin, tidak ada
pegangan)
Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan
tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.)
D. Riwayat Rekreasi
Hobbi/Minat : Memasak
Keanggotaan dalam organisasi :PKK
Liburan/perjalanan :-
E. System Pendukung
Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan
Jarak dari rumah :2 KM
Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya 15 KM
Klinik :
Pelayanan kesehatan di rumah :Tidak ada
Makanan yang dihantarkan :Nasi, Sayur, dan Lauk.
Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga :Menyediakan Makanan.
Lain-lain :-
F. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual :Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua.
Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus
diopname dirumah sakit, namun klien sering
merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.
Obat-obatan :
Alergi :
- Obat-obatan :Tidak Ada
- Makanan :Tidak Ada
- Faktor Lingkungan :Tidak Ada
- Penyakit yang diderita : Reumatik
J. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik :
Keadaan umum : Baik,
Tingkat Kesadaran :CM
GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36
Kg.
Temperatur :36 cNadi : 80x/menit.
Tekanan Darah :120/90mmHg
4. Persarafan Sensori
Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih
Reaksi terhadap cahaya
Kiri : ya, tidak
Kanan : ya tidak
Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................
5. Muskuloskeletal
Range of motion : penuh, tidak.sebutkan..............
Keseimbangan : Stabil, tidak stabil.sebutkan..............
Menggenggam
Kanan : Kuat, Lemah
Kiri : Kuat, Lemah
Kekuatan otot kaki :
Kanan : Kuat, lemah
Kiri : Kuat, lemah
K. Pengetahuan
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:
Klien mengatakan jarang sakit. Hanya sewaktu-waktu nyeri di kaki dan pusing
ANALISA DATA
Ditandai dengan:
DS : saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1. Kaji tingkat cemas
1 Selama dilakukan klien 1.respon ndividu dapat
tindakan 2. Catat pembatasan bervariasi tergantung
keperawatan focus pikiran pada pola kultural yang
diharapkan cemas3. Observasi pola dipelajari.Persepsi yang
klien teratasi bicara klien apakah menyimpang dari situasi
dengan kriteria cepat atau lambat mungkin dapat
hasil: 4. Diskusikan dengan memperbesar perasaan.
- Menunjukan klien tentang apa
ekspresi tenang yang dicemaskan 2.Penyempitan focus
- Waktu tidur oleh klien umumnya
trpenuhi 5. Tanyakan merefleksikan rasa takut
- Nafsu makan mekanisme koping
yang digunakan 3.Menyediakan petunjuk
meningkat
oleh klien jika lengenai factor-faktor
sedang cemas seperti tingkat
6. Pertahankan kontak ansietas,kemampuan
sering dengan klien untuk memahami
untuk tingkat kerusakan otak
mendengarkan klien ataupun perbedaan
bercerita bahasa
6.Untuk memantapkan
hubungan &
meningkatkan ekspresi
perasaan
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1.
1. 1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : Makasih sudah mau
mendengarkan cerita saya
2. Mencatat pembatasan focus pikiran
5. Tanyakan mekanisme
koping yang digunakan oleh
klien jika sedang cemas
Add a comment
3.
Mar
31
MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK PERSONAL HYGIENE
PADA LANSIA (kelompok 10)
MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIK
Eny Novianti
Harianto
Melinda Lestari
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Pengertian
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi
kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
Klasifikasi
1. Kebersihan rambut
3. Kebersihan mata
4. Kebersihan telinga
5. Kebersihan kuku
6. Kebersihan kulit
Tujuan
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Meningkatkan rasa percaya diri
6. Menciptakan keindahan
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene.
3. Status sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari hari
yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan
(Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari
hari dapat terenuhi.
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau lumpuh.
Bagi mereka yang masih aktif, hal hal yang perlu di perhatikan antara lain:
1. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar kulit yang
mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi
baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk menyikat
gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan
dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit, setelah itu bilas sampai
bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di
bawah air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang kadang mengalami kesulitan dalam mencuci rambut
sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut
orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan terlalu pendek
dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.
5. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak, harus
mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para
lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada jarak
normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang tidur atau
ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba tiba
harus dihindarkan.
Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap diperhatikan,
yaitu:
2. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan menghindarkan
pegal pegal serta atrofi otot
Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan bokong
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:
1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan
yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain).
Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan
dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998).
3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan keluarga akan
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang dari latar
belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry,
2005).
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter
dan Ferry, 2005).
1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan motorik,
keleamahan otot
Intervensi :
Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak disukai klien.
Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan
untuk makan sendiri
Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan fisiknya
(terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)
- Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu memmbedakan artikel
(misal baki merah, piring putih )
- Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan sesuai
dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang menyerupai jam);
catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang
jam 9, sayur - sayur jam 12)
- Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti, daging,
buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian
Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif yang
diperlukan
- Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan
Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat
pemotong daging, roti, mentega
- Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak mudah
mengalihkan perhatian dari tugas
- Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan untuk
makan
- Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara fisik klien
dapat makan
- Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap kelemahan,
frustasi, atau agitasi
Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan seluruh
intervensi
2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan
motorik, kelemahan otot
Intervensi :
Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien
Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)
Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran, tergantung
pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam persiapan pulang ke rumah)
Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan
- Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi atau
pancuran
- Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas bawah
- Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi
- Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau pancuran
- Alat pencukur
- Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program struktur
untuk membantu menurukan ansietas
- Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien
memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan umpan
balik positif terhadap keberhasilan
- Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman melaksanakan tugas
yang tidak dibantu
- Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat
meningkatkan ansietas
Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada berbagai
kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk membantu dalam
mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan
3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan kemampuan
visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus dan tidak
dibantu
Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta bukan
bagian depan
Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian, sejak
tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan
Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari aktivitas
sebelum berkembang lebih lanjut
Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa bantuan
yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing, sendok sepatu yang
panjang, pengikat sepatu yang elastis
Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada pakaian
malam
- Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk
memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas
- Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering, hindari
pengalihan
Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan rasional
diatas
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
2. Riwayat Keluarga
Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
Klien seorang janda dan mempunyai 6 orang anak
Klien tinggal bersama 1 orang anaknya
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : -
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Sumber sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Klien mendapat uang
bulanan dari anak - anaknya
E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan / Perjalanan : Keluar kota (mengunjungi anak)
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat)
Jarak dari rumah : 1 km
Rumah Sakit : RSUD DR. MURJANI / 3 km
Klinik : PKM BMG I / 1,5 km
Pelayanan kesehatan di rumah : -
Makanan yang dihantarkan : -
Perawatan sehari hari yang dilakukan keluarga : -
Lain lain : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu.
Yang lainnya : -
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat lelah
jika
beraktifitas banyak.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita penyakit berat.
Paling hanya
sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.
Keluhan Utama
1. Provocative / Paliative : -
2. Quality / Quantity : -
3. Region : -
4. Severity Scale : -
5. Timing : -
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa membeli obat
di warung
Obat obatan
-
Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik)
Obat obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Penyakit yang diderita
-
APGAR : 6 (Sedang)
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital : TD 130 / 80 mmHg TB 151 kg
N 72 x/m BB 51 kg
RR 20 x/m
S 36,4
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada
3. Pola Nafas
a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur
4. Bunyi Nafas
b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : Simetris
6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -
7. Alat Bantu Pernafasan : -
REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause
ENDOKRIN
Klien tidak memiliki kelainan endokrin
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia, merasa lemah dan
sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan diri.
ANALISA DATA
1. DS : Saya merasa lemah dan sering cepat KelemahAn otot Kurang perawatan diri
lelah bila beraktivitas jadi untuk perawatan
diri ya seadanya saja
DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
I. PRIORITAS MASALAH
1. Kurang perawatan diri
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien mandi 2x1. Menjaga kebersihan dan
1 tindakan keperawatan sehari dan ajarkan klien kelembaban kulit
selama 1 x 24 jam, memakai baby oil setiap 2. Menjaga kebersihan dan
klien mampu habis mandi kesegaran mulut
melakukan perawatan 2. Anjurkan klien menyikat 3. Menjaga kebersihan
diri dengan kriteria gigi minimal setiap rambut dan kelembaban
hasil : mandi kulit kepala
1. Klien tampak bersih, 3. Anjurkan klien mencuci 4. Menjaga kerapianrambut
rapi, dan terawat rambut rutin 3x 5. Menjaga kebersihan kuku,
2. Klien tampak sehat seminggu, memakai menghindari terjadi luka
conditioner dan anjurkan karena akan sulit sembuh
untuk minta bantuan 6. Menjaga kenyamanan dan
orang terdekat / anak menjaga agar selalu rapi
4. Anjurkan klien menyisir dan tidak terjadi iritasi
rambutnya tiap hari dan 7. Meningkatkan
ditata rapi pengetahuan dan
5. Anjurkan klien minta kesadaran klien akan
bantuan pada orang pentingnya tetap
terdekat / anak untuk melakukan perawatan diri
memotong kuku bila / menjaga kebersihan diri
panjang, bila bisa mandiri meskipun sudah lansia
ingatkan untuk hati hati
dan jangan terlalu pendek
atau sampai
menimbulkan luka
6. Anjurkan klien untuk
memakai pakaian yang
tidak berbahan kasar,
tidak tebal, mudah dan
nyaman dipakai
7. Berikan penkes tentang
pentingnya melakukan
perawatan diri / menjaga
kebersihan diri bagi
lansia
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan
1. 1 mengajarkan klien memakai baby oil setiap Tanggal 28 Maret 2012
habis mandi
2. Menganjurkan klien menyikat gigi minimal Jam 17.00 WIB
setiap mandi
3. Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin 3x
seminggu, memakai conditioner dan
menganjurkan untuk minta bantuan orang S : Saya sudah mulai mencoba
terdekat / anak menjalankan anjuran anjuran
4. Mengnjurkan klien menyisir rambutnya tiap untuk perawatan diri saya dan
hari dan ditata rapi saya meminta bimbingan dari
5. Menganjurkan klien minta bantuan pada anak saya karena saya sudah tua
orang terdekat / anak untuk memotong kuku begini tidak bisa melakukannya
bila panjang, bila bisa mandiri ingatkan sendiri
untuk hati hati dan jangan terlalu pendek
atau sampai menimbulkan luka
6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian
yang tidak berbahan kasar, tidak tebal,
mudah dan nyaman dipakai O:
7. Memberikan penkes tentang pentingnya - Klien tampak bersih, rapi, dan
melakukan perawatan diri / menjaga terawat
kebersihan diri bagi lansia - Klien tampak sehat
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari
hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan
perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.
3.2 SARAN
Perawat mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan
diri, yaitu sebagai family advocacy. Perawat berperan sebagai pendamping bagi keluarga baik bagi
lansia maupun keluarganya ketika dihadapkan pada suatu masalah termasuk dalam hal kebersihan
diri. Perawat sebagai conselor perawat di mana perawat dapat memberikan ide atau pendapat kepada
lansia dan kepada keluarga sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan
dengan kebutuhan perawat sebagai pendidikan memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Add a comment
4.
Mar
31
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Bayi premature 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1-2 tahun 59
11-16 tahun 58
Dewasa 58-60
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit
dan non elektrolit.
Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
o Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na +), sedangkankation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).Suatusistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.
o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) danbikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat (PO43-
).Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
intinyasama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan
ekstraselulertetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
a) Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan
didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-
145mEq/liter. Kadarnatrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
-Sekresi ADH
-Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi
oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
consciousness*
seconds, cool
limbs
Mucous
hyperpnea
orthostasis
Ringan 4% 4%-5%
Sedang 6% 5 % - 10 %
Berat 8% 10 % - 15 %
asi Dewasa
cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.
Cararehidrasi:
1) Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang
diberikan (D) =derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2) Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40
cc/kgBB/24 jamatau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3) Pemberian cairan :
o 6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + M (menurut Guillot)
o 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M (menurut Guillot)
Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan
NaClataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan
air) ataupundapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR),
sirosis, ataupun gagaljantung kongestif.Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi
jika terjadi kelebihancairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
2. Perubahan konsentrasi
- Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi,iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
makaakan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan
oleheuvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli
ginjal,diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis).
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau
NaCl3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahanlahan,sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk
menghitung Naserum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:
Na= Na1 Na0 x TBW
keterangan :
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang actual
TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
- Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahanmental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan
olehkehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus,
keringatberlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi
keadaan iniadalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak
{(X-140) xBB x 0,6}: 140.
- Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kaliumdari
cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar
totalkalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik
jantung,perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural,kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia
dapatberupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan),
infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L)
atauinfus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG
(untukhipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot
yanghebat).Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 K0 x 0,25 x BB
Keterangan :
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
- Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal
atauobat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,
siklosporin,diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf
pusat(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahanEKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium
klorida 10%dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit,
atau diuretik,hemodialisis.
1) Perubahan komposisi
- Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk
menurunkanventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan
akibat dariventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas,
atelektasis,pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi
abdomen danpenggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan
koreksi yangadekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi
mekanis bilaperlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat
post operatif adalah sangat penting.
- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yangdibantu.Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan
alkalosisterjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan
untukmengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai,
analgesia,penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit
potasium yangterjadi.
- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau
kehilanganbikarbonat.Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare,
fistula ususkecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.Kompensasi awal
yang terjadiadalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2.Penyebab paling
umum adalahsyok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan
keracunanmetanol.Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang
mendasari.
Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan
hanyasetelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonatdan diperburuk oleh hipokalemia.Masalah yang umum terjadi pada
pasien bedahadalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular.Terapiyang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan
penggantian kekuranganpotasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama
perode 24 jam denganpengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang sering.
2.7 PENATALAKSANAAN
ANALISA DATA
Data subjektif :
1. Kelemahan
2. Haus
3. Penurunan turgor kulit /
penurunan intensitas tidur
4. Membrane mukosa / kulit
kering
5. Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume / tekanan
nadi
6. Pengisian vena menurun
7. Perubahan status mental
8. Konsentrasi urine meningkat
9. Temperature tubuh meningkat
10. Hemtokrit tinggi
11. Kehilangan berat badan
seketika
xxxx
: klien
2. Riwayat Keluarga
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat pekerjaan : -
Alat transportasi : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : klien shalat 5 waktu dan menjalankan puasa
ramadhan
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan
sering mengeluh pusing dan kurang nafsu makan
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan
pernah mengalami diare.
Keluhan utama : diare
1. Provocative :
2. Quality/quantity:
3. Region :
4. Severity scale :
5. Timing :
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :
Obat obatan :
No. Nama obat Dosis Keterangan
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : baik
Tingkat kesadaran : compos mentis
Tanda- tanda vital : TD : 110/80 mmHg NADI : 88
x/m
RR : 20 x/m SUHU : 36,5
0C
TB : 153 cm BB : 42 kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. bentuk dada
sputum: ya tidak
warna :
nyeri waktu bernafas : tidak
3. pola nafas
a. frekwensi nafas : 20 x/ menit : regular
4. bunyi nafas
a. normal
vasikuer disemua lapangan dada
frekuensi : 88 x/menit
regular kuat
irregular lemah
2. Bunyi jantung
Normal
Tambahan Ada Tidak,jelaskan
3.Letak jantung
Ya Tidak
5.Nyeri Dada
Ya Tidak
6.Edema
Palpebra anasarka ekstremitasatas
Ya Tidak
PERSARAFAN (B3: Brain)
Tingkat Kesadaran:
compos mentis apatis samnolen sopor
koma
1. GCS:
Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Total GCS: 15
2. Refleks
a. Bentuk
Normal enoftalmus
eksoptalmus lain
b. visus
c. pupil
iskor unisokor refleks cahaya
miosis midriasis positif negative
d. Gerak bola mata :
normal menyempit
e. Medan penglihatan:
f. Buta warna :
Ya,jenis tidak
g. Tekanan Intra Okuler :
meningkat tidak
2. Hidung (Penciuman)
a. bentuk : normal denasi
b. gangguanpenciuman : ya tidak
3. Telinga (Pendengaran)
b. membrane tympani
terang keruh kemerahan
intake perforasi
c. otorrhoea
ya,jenis
e. tinnitus : ya tidak
4. perasa
5. peraba
normal kelainan,sebutkan
benjolan, lokasi
f. pembasaran hepar : ya tidak
g. pembesaran lien : ya tidak
h. asites : ya tidak
i. lain-lain
lavamen : ya tidak
OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)
1. otot dan tulang
kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)
bebas terbatas
kemampuan kekuatan otot
tidak ya lokasi
dislokasi
tidak ya lokasi
haematom
tidak ya lokasi
2. integument
warna kulit : akral:
ikterik hangat
seasonik panas
pucat dingin kering
kemerahan dingin basah
hyperpigmentasi
turgor : elastic tidak elastic
tulang belakang
lordosi: kiposis: scoliosis: lain-lain ,sebutkan
REPRODUKSI
laki-laki :
kelamin bentuk : normal tidak normal,keterangan
kebersihan alat kelamin : bersih kotor keterangan
perempuan
payudara
bentuk : simetris asimetris
benjolan : ya tidak
kelamin
bentuk : normal tidak
keputihan : ada tidak keterangan
siklus haid 28 hari
ENDOKRIN
1. factor alergi
ya tidak
manifestasi :
cara mengatasi :
2.kelainan endokrin
tidak ada kelainan pada endokrin
PENGETAHUAN
pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Pewawancara :
+ -
21 - 5 = 16
No.Reg :
Ruang :
MINI MENTAL SKORE
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
JUMLAH KESALAHAN
No. Reg :
Ruang :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Toilet,
4. Berpindah
5. Kontinen BAK/BAB
6. Makan
No. Reg :
Ruang :
No.Reg :
Ruang :
SKORE NORTON
NO KEADAAN PASIEN SKOR
2. KESADARAN
Komposmentis
4
Apatis
3
Konfus/spoor
2
Stupor/koma
1
3. AKTIVITAS
Ambualan
4
Ambualan dengan bantuan
3
Hanya bisa duduk
2
Tiduran
1
4. MOBILITAS
Bergerak bebas
4
Sedikit terbatas
3
Sangat terbatas
2
Tiduran
1
5. INKONTINENSIA
Tida ada
4
Kadang-kadang
3
Sering inkontinensia urine
2
Inkontinensia alvi dan urine
1
KATEORI SKOR
No. Reg :
Ruang :
APGAR
NO URAIAN FUNGSI SKORE
>3 = tinggi
7-10= rendah
ANALISA DATA
DS :
1. k/u lemah
2. Klien nampak haus
3. Membrane mukosa kering
4. TTV :
TD = 110/80 mmHg RR = 20
x/m
S = 36,5 oC N = 88
x/m
5. BB sebelum sakit = 45 kg
6. BB sesudah sakit = 42 kg
7. TB = 153 cm
8. Minum = 1800 ml/hari
9. BAB = 5x/hari
I. PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.
1 Setelah dilakukan Mandiri : 1. Dengan
tindakan 1. Pantau masukan pemantauan
keperawatan dan haluaran tersebut dapat
selama 1 x 24 jam dievaluasi keaktifan
diharapkan cairan terapi.
dalam tubuh klien
terpenuhi dengan
criteria hasil :
1. Mempertahankan
urine output
sesuai dengan
usia dan berat
badan, berat jenis 2. Perubahan tekanan
urine normal, darah dan nadi
hematokrit dapat digunakan
normal. perkiraan kasar
2. Tanda tanda darah atau
vital dalam batas menunjukkan
normal perubahan pada
3. Tidak ada tanda 2. Pantau tanda vital klien.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik,
membrane
mukosa lembab,
tidak ada rasa
haus yang 3. Untuk mengetahui
berlebihan. sedini mungkin
seandainya terjadi
dehidrasi.
4. Menyeimbangkan
output yang
berlebihan.
3. Monitor adanya
tanda tanda 5. Agar klien menjadi
dehidrasi. lebih nyaman
dengan adanya
keluarga yang
memperhatikan
4. Anjurkan untuk nutrisinya.
minum 1500
2500 ml / hari. 6. Agar klien merasa
tertarik dan
memakannya
5. Dorong keluarga maupun
untuk membantu meminumnya
klien makan. dengan harapan
dapat membantu
kebutuhan
nutrisinya.
6. Tawarkan snack
(jus / buah 7. Mengetahui apakah
buahan segar) cairan tersebut
atau makanan masuk ke dalam
kesukaannya. tubuh secara
periodic agar tidak
terjadi diare
misalnya.
Kolaborasi :
7. Pertahankan
cairan parenteral
dan elektrolit.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1.
1. 1 1. Memantau masukan dan S = Klien mengatakan,
haluaran Saya berak cair terus
Hasil : menerus kurang lebih 5x
Intake : hari ini.
- Minum = 1800 ml/hari
Output :
- BAB = 800 ml/hari O=
- IWL 1.
= k/u lemah
630 ml/hari + 2. Klien nampak haus
= 1430 ml/hr 3. Membrane mukosa kering
BC : I O = 1800 1430 4. TTV :
= + 270 ml/hari TD = 110/80 mmHg
RR = 20 x/m
2. Memantau tanda vital S = 36,5 oC
Hasil : N = 88 x/m
TTV : 5. BB sebelum sakit = 45 kg
TD = 110/80 mmHg 6. BB sesudah sakit = 42 kg
RR = 20 x/m 7. TB = 153 cm
S = 36,5 oC 8. Minum = 1800 ml/hari
N = 88 x/m 9. BAB = 5x/hari
10. IWL = 630 ml/hari
3. Monitor adanya tanda tanda
dehidrasi. A = Masalah keperawatan
Hasil : klien nampak haus, ketidakseimbangan
membrane mukosa kering. volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh belum
4. Menganjurkan untuk minum teratasi.
1500 2500 ml / hari.
Hasil : minum = 1800 ml/hari
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan
pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan
berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.
2003;47(5):380-387.
4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on
recovery
5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed.
Missouri:
Elsevier-mosby; 2005.p3-227
8. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2 nd ed.
Pennsylvania:
Springhouse; 2002:3-189.
9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New
york:
McGraw-Hill; 1999:53-70.
http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm
12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi
intensif FK
13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th
ed.
15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar
[dikutip 6
17. Grsaber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia;
2003: 17-40.
Add a comment
5.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR PADA LANSIA (kelompok9)
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA
DI SUSUN OLEH :
RISTI WULANDARI
SITI ROHANA
MOHAMAD ARIFIN
AKADEMI KEPERAWATAN
Tahun 2012
SAMPIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima
kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
......... i
DAFTAR ISI
..............................................................................................
....................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...................................................................................
...... 1
1.3 Rumusan
Masalah....................................................................................
1
1.4 Metode
Penulisan..................................................................................
... 2
1.5 Sistematika
Penulisan...............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Mekanisme
Tidur..........................................................................
............ 3
2.4 Kegunaan
Tidur..........................................................................
.............. 4
2.8 askep
pengkajian....................................................................
............. 8
3.1 KESIMPULAN
.............................................................................
......... 11
3.2 SARAN
.............................................................................
...................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas
tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan
istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa
melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam
hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang
nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
Instink/Naluri
Pernapasan melambat
Otot2 rileks
Tahap I :
Tahap II :
Tahap III :
o Berlangsung 10 menit
Tahap IV :
o TD turun
Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang
terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka.
TD menngkat.
Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas
dengan tidurnya.
Memperbaiki ingatan.
Relaksasi
Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit
Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM
dan tidur sepanjang malam
Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur
sepanjang malam + tidur siang
Dewasa menengah : 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur
Dewasa tua : 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur
1.Umur
2.Penyakit
Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea.
Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus
tertentu dengan klien gangguan hipertiroid.
3.Motivasi
4.Emosi
5.Lingkungan
6.Obat obatan
8.Aktivitas.
- Delirium/Mengigau.
Tanggal
Pengkajian : 25 Maret 2012
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. M
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Hubungan : istri
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
: Perempuan ....... :
Tinggal Serumah
: Garis Hubungan :
Meninggal
2. Riwayat Keluarga
..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain
lain.
C.RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat pekerjaan : -
Alat transportasi : -
Penerangan : cukup
WC
E.RIWAYAT REKREASI
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada
Lain-lain
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah
menderita demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering
kambuh yaitu maag.
3.Region : Epigastrium
Obat-obatan :
Indeks KATZ : A
Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 13.00 dan
malam dari jam 20.00 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap
jam klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi.
Emosi : terkontrol
Status mental :
Afasia :-
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Vertigo : tidak
APGAR =
K.TINJAUAN SISTEM
RR 20 X/menit Suhu : 36 0c
TB : 165 cm BB: 60 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
3.Pola nafas
5.Pergerakan dada
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain
Masker Respirator
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi.........80.........................x/menit
Reguler Kuat
Irreguler Lemah
2.Bunyi Jantung
Normal
3.Letak Jantung
6.Edema :
Lainnya.........................
1.GCS :
Total GCS : 15
2.Refleks : normal
4.Kejang :Tidak
5.Lain-lain..........................................
1. Mata ( Penglihatan )
a. Bentuk : Normal
b. Visus.....................
Pupil : isokor
2. Hidung (Penciuman )
a. Bentuk : Normal
b. Gangguan Penciuman : Ya
3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : normal
5. Peraba : normal
a. Mulut
b. Lidah : bersih
BAB 1 X/hari
2. Integumen
Turgor :Elastik
Akral : hangat
REPRODUKSI
Laki laki :
ENDOKRIN
PENGETAHUAN :
Mahasiswa yang
mengkaji,
...............................
..........
NIM.
ANALISA DATA
O : - ku baik
- konjungtiva anemis
-klien menguap
- TD 140/90 mmHg
N 80 x/ menit
RR 20x/ menit
S 36 C
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
11. Meningkatkan
pola tidur.
8. Berikan
pengobatan seperti
analgetik dan
sedative,setengah
jam sebelum tidur.
9. Lakukan masase
pada daerah
belakang, tutup
jendela/pintu jika
perlu.
10. Tingkatkan
aktivitas sehari
hari dan kurangi
aktivitas sebellum
tidur.
11. Pengetahuan
kesehatan : jadwal
tidur mengurangi
stress , cemas , dan
latihan relaksasi.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Add a comment
6.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA Ny. S DENGAN
MASALAH GANGGUAN SEKSUAL
(kelompok7)
LAPORAN PENDAHULUAN
KELOMPOK 7:
ENDAH MURNI
TRI NURWAHYUNI
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
F. ............................................................................................................
G. PENATALAKSANAAN...........................................................................
H. MASALAH KEPERAWATAN..................................................................
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................
J. RENCANA KEPERAWATAN..................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN
PENGKAJIAN............................................................................................
15
ANALISA DATA.........................................................................................
18
RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah
seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah,
termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah
masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan
usia tua atau merasa tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48
pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil
sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066
sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and
Allison,1995).
Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan
pasangan.
Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan
dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria,
seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan
pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas
45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan
hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia
umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan
tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama,
komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar.
Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena
perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka
setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu
diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis
disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai
penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi mahasiswa
D. Rumusan Masalah
2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual?
3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan judul makalah dan masalah yang dibahas
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang
terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Wanita
Vagina
Uterus
Ovarium
2. Pria
Prostat
Testis
B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron;
elevasi testis ke perineum lebih lambat.
3. Lase orgasmik
Penyebab iatrogenik
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang
mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap
fungsi seksual.
C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien
segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Pasca stroke
3. Kanker
4. Diabetes mellitus
5. Arthritis
8. Obat-obatan
Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini
memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien
dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang
penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa
masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual
adalah masalah yang tabu.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan
paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan
status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan
khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence
testing. (Hadi-Martono, 1996)
Konseling Psikoseksual
Therapi Hormon
Peralatan Mekanis
Bedah Pembuluh
3. Bimbingan Psikososial
4. Penyembuhan Hormon
Oral phentholamin
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
3. Makanan bergizi
3. Motivasi klien untuk dianjurkan untuk
mengkonsumsi menjaga daya tahan
makanan yang rendah tubuh karena biasanya
lemak, rendah pada lansia daya tahan
kolestrol, dan berupa tubuhnya menurun
diet vegetarian
4. Untuk mengurangi
4. Anjurkan klien untuk kekeringan dan rasa
menggunakan krim gatal pada vagina,
vagina dan gel serta untuk megurangi
rasa sakit pada saat
berhubungan seksual
Mengidentifikasi
Imobilisasi
modifikasi kegiatan
seksual yang pantas Kerusakan inervasi
dalam respon saraf
terhadap
keterbatasannya Perubahan hormone
Depresi
Kurangnya informasi
yang tepat
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi
menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang
terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa
pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan
lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah
lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan
hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak
pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan
tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan
sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal
sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut
dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual
pada usia lanjut.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya
kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian
dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks,
baik secara langsung maupun tidak.
B. SARAN
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia
sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia
sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-
hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang
sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan
kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun
wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta :
FKUI
Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.
Fitramaya
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S
Pendidikan : SD
Agama : islam
TB / BB : 150 cm/45 kg
Hubungan : anak
Alamat / telepon :-
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit
menular seperti TB paru
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri
dirumah
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari
menantu klien
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Penerangan : cukup
WC : jamban
E. RIWAYAT REKREASI
F. SISTEM PENDUKUNG
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita
maag dan asam urat
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah
menderita penyakit yang parah, hsnya
penyakit biasa seperti pilek, demam
Keluhan utama
3. Region : di uluhati
5. Timing : kadang-kadang
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus
ke puskesmas untuk berobat. .
Obat obatan :
Penyakit yang pernah di derita : klien menderita maag dan asam urat
IndeksKATZ: A
Istirahat & tidur : klien tidur cukup, tidur malam 7 jam dan tidur
siang 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun
Status mental
Afasia :-
Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam
kehidupan sehari-hari
K. TINJAUAN SISTEM
RR : 18x/menit suhu : 36 C
TB : 150 cm BB : 50 kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
3. Polanafas
4. Bunyinafas
a. Normal
1. Nadi
Total GCS : 15
2. Reflex : normal
3. Koordinasi gerak : ya
4. Kejang : tidak
PENGINDERAAN (persepsisensori)
1. Mata (penglihatan)
a. Bentuk : normal
b. Visus :-
c. Pupil : isokor
2. Hidung (penciuman)
a. Bentuk : normal
3. Telinga (pendengaran)
d. Gangguan pendengaran : ya
e. Tinnitus : tidak
4. Perasa : menurun
5. Peraba : menurun
Warna : kuning
e) Abdomen : kenyal
2. Integument
Akral : hangat
Perempuan :
Payudara
Bentuk : normal
Benjolan : tidakada
Kelamin
Bentuk : normal
ENDOKRIN
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah
kesehatan
ANALISA DATA
- TD : 130 / 90 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36C
- RR : 18 x/menit
- Klien sudah menoupose
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
3. Menambah
pemahaman klien
tentang semua
perubahan yang di
alami nya agar
4. Motivasi klien untuk
penurunan fungsi
mengkonsumsi
seksual tidak menjadi
makanan yang rendah
beban pikiran
lemak, rendah
kolestrol, dan berupa
4. Makanan bergizi
diet vegetarian
dianjurkan untuk
menjaga daya tahan
tubuh karena biasanya
pada lansia daya tahan
tubuhnya menurun
IMPLEMENTASI
Alamat : islam
SKOR
NO PERYANYAAN JAWABAN
10 15 - 6 9
Keterangan :
10 15 6
JUMLAH KESALAHAN :
Add a comment
7.
Mar
31
Disusun oleh:
Dwi kirnawati
Juliansyah
Fauzi herawan
SAMPIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PEMBAHASAN
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA
NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN ...................................................................
2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
PENGKAJIAN ......................................................................................
ANALISA DATA ...................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN...............................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.
c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot
d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur
g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi
h. Pemeriksaan diagnostic
pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)
i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami.
Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat
dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
c. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Untuk mengoptimalkan pergerakan
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan
o Menambah pengetahuan pasien
Rasional:
o Mencegah iritasi dan komplikasi
o Mempertahankan keamanan pasien
o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
o Meningkatkan fungsi paru
o Memaksimalkan mobilisasi
Rasional:
o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan
o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari
o Memberikan keamanan
o Meningkatkan sirkulasi darah
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
LAPORAN KASUS
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
Ciri-ciri : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat,
agak bungkuk
Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT
04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki :
Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal
serumah
: Garis hubungan :
Meninggal
2. Riwayat keluarga
Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien
meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat
penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda
klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang
kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga
menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa
membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan
menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering
mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai
bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa
memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun
mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri
lama.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak
tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki.
Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap
bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan
apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang
kampong tiap lebaran.
F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit
dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan
dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya
berjalan dan mandi.
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.
H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan
pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama
berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal
tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya
menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah
memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri
ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor
lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.
J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun,
klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai
akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,
orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien
mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien
tidak memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD:
140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB:
43kg.
PENGKAJIAN PERSISTEM
REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.
ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.
PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: saya sering merasa Kelemahan Gangguan
nyeri punggung dan nyeri mobilitas fisik
sendi
DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos
mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4C
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Pertahanan body
1. Mencegah iritasi dan
1 tindakan aligment dan posisi komplikasi
keperawatan, yang nyaman
diharapkan
gangguan mobilitas 2. Cegah pasien jatuh
fisik berkurang atau
teratasi, dengan 2. Mempertahankan
criteria hasil: 3. Lakukan latihan keamanan pasien
- klien dapat aktif maupun pasif
melakukan aktivitas 3. Meningkatkan
secara adekuat sirkulasi dan
- k/u baik 4. Lakukan mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera fisiotheraphy dada
- klien dan postural
meningkatkan 4. Meningkatkan fungsi
aktivitas sesuai
5. Tingkatkan paru
batas toleransi aktivitas sesuai
batas toleransi
5. Memaksimalkan
mobilisasi
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
S: saya masih merasa
1. 1 1. mempertahanan body aligment dan lemah saat terlalu lama
posisi yang nyaman berdiri
Hasil: klien mempertahankan body O:
aligment. -k/u lemah
-aktivitas klien meningkat
-tidak terjadi cidera
DAFTAR PUSTAKA
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika
Add a comment
8.
Mar
31
IRWANSYAH
ALFIANEDI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah
Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan
proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini
merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat
diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem.
Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam
parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai
bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman
panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi
merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka
masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
V. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan
pustaka. Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Eliminasi Urine
Komposisi Urine
3. Gaya hidup
4. Stress psikologi
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus spingter internal dan eksternal.
6. Tingkat perkembangan
7. Kondisi patologis
Proses Eliminasi
1. Gerontologi
2. Geriatri
Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek
dari geriatri adalah manusia lanjut usia.
Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan
penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
3. Geriatric Nursing :
4. Proses Menua
a. Secara individual
b. Teori-teori biologi
d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
g. Teori program
Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
a. Hereditas : Keturunan/genetik
b. Nutrisi : Makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress
Perubahan-perubahan fisik
Sel
Sistem persyarafan
Sistem pendengaran
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
Sistem gastrointestinal
3. Esofagus melebar.
Sistem reproduksi
2. Atrofi payudara.
Sistem genitourinaria
1. Ginjal
4. Atrofi vulva
5. Vagina
Sistem endokrin
2. Kifosis
1. Pengkajian
a. Eliminasi urine
b. Eliminasi bowel
1. Status gizi
2. Pemasukan diit
9. Keadaan diare.
2. Intervensi
a. Eliminasi Urine
b. Eliminasi Bowel
4. Cukup cairan
BAB III
I. Data Biografi
Nama : Ny. S
Umur : 74 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
TB/BB : 149 cm / 37 kg
Alamat : Sda
1. GENOGRAM
Keterangan:
: perempuan : garis
perkawinan
2. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari
keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah
meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut
anaknya.
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak
pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.
Alamat pekerjaan :-
Transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : Pedagang sayur yang digendong di bahu
Penerangan : cukup
V. RIWAYAT REKREASI
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan
kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita
sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :-
Penyakit yang diderita : Hipertensi dan rematik
Cairan/elektrolit :
Emosi : stabil
Status mental :
Dimensia : ada
Orientasi : baik
Bicara : normal dan lancar
Vertigo : ada
PENGKAJIAN PERSISTEM
B1/pernapasan
B3/ persarafan
Reflek : normal
1. Mata
Bentuk : normal
Visus :-
Pupil : isokor
2. Hidung
Bentuk : normal
Gagguan penciuman : tidak ada
3. Telinga
Aurikel : normal
Tinitus : ada
4. Perasa : normal
5. Peraba : normal
B4/perkemihan
Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada
distensi suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi
terjadi inkontinensia urine.
Warna : kuning
Bau :amoniak
B5/eliminasi alvi
Lidah : normal
Abdomen : dintensi
Obat pencahar :
Lavamen :
B6/Otot/tulang/integumen
1. Otot-tulang
2. Integumen
REPRODUKSI
Payudara
Bentuk : simetris
Kelamin
Bentuk : normal
ENDOKRIN
Cara mengatasi :-
Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap
sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.
ANALISA DATA
DO :
RENCANA KEPERAWATAN
4. Anjurkan klien
untuk makan 4. Untuk
makanan yang mengurasi
tidak bergas. kembung/
distensi.
5. Lakukan
auskultasi bising
usus.
5. Untuk
mengetahui
keefektifan
rencana
sebelumnya.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. Mengkaji pengetahuan klien
1. 1 mengenai pemahaman tentang S: Saya sudah dapat BAB
nutrisi. Hasil: yang saya tahu saya dengan lancar, minum
harus makan makanan yang sedikit sebanyak 5 gelas / hari, mau
garam agar tensi saya tidak naik. mencoba mengkonsumsi
sayuran dan buah- buahan.
2. Menganjurkan klien makan sayur
dan buah. Hasil: saya akan
mencoba makan sayur
O:
Bising usus 10x / menit.
3. Menganjurkan klien untuk Makan dengan lauk pauk
meningkatkan intake cairan 1500 dan sayuran.
cc yang dipenuhi secara bertahap. Perkusi abdomen tympani.
Hasil: nanti saya akan mencoba
minum yang banyak.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
Add a comment
9.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA PASIEN LANSIA
DENGAN MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN (kelompok 2)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
2. Edi Taufikurahman
3. Kiki Apriliyanti
4. Novia Yesiana
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
KATA PENGANTAR
................................................................................................................. i
DAFTAR ISI
............................................................................................................................... ii
BAB
I............................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG...............................................................................................
1
B. TUJUAN PENULISAN
............................................................................................ 2
C. RUMUSAN
MASALAH........................................................................................... 2
D. METODE
PENULISAN............................................................................................ 2
E. SISTEMATIKA
PENULISAN.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
B. KESELAMATAN DAN
KEAMANAN................................................................... 4
BAB III.............................................................................................................................
PENUTUP
A. KESIMPULAN
......................................................................................................... 39
B. SARAN
......................................................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari
satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala
yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan
kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya
adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-
lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia
yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan
yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan
masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall &
Hassett, 2002).
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
D. METODE PENULISAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab
III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
KONSEP DASAR
a. Usia
Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang
dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan
tulang.
b. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi,
dan kurang tidur.
c. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
d. Status mobilisasi
f. Informasi/komunikasi
h. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
j. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.
k. Tingkat pengetahuan
a. Di rumah
Tersedak.
Jatuh.
Terpotong.
Luka bakar.
Tenggelam.
Keracunan.
b. Di rumah sakit
Mikroorganisme.
Cahaya.
Kebisingan.
Temperatur.
Kelembapan.
Kesalahan prosedur.
Peralatan medik.
Radiasi.
Syok elektrik.
e. Menghindari kecelakaan:
Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.
h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
A. DEFINISI
Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih
rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi
atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik
sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan
kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan
kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral
tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah.
Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh
adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan
meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi
punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan
harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola
gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat
meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan
risiko jatuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh
American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy
of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi
untuk orang tua(AGS et al.2001) .
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
1. Faktor Intrinsik
2. Faktor Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak
di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua
:
1. Latihan fisik
2. Managemen obat-obatan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing
akibat suhu diantara:
Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
5. Alas kaki
Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat
ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien
dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan,
ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-
wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.
Berhenti merokok
Latihan fisik
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Halusinasi;
d. Ilusi;
f. Perasaan terasing;
g.Kurangnya konsentrasi;
a. Kesadaran menurun;
b.Kelemahan fisik;
c. Imobilisasi;
Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal).
a. Resiko Jatuh
b. Riwayat kecelakaan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya
keracunan dan upaya pencegahannya.
d. Kebakaran
e. Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang
keadaan rumah yang terstuktur.
Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh
Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.
1. Risiko injuri
b. Kelemahan;
c. Gangguan kesadaran;
d. Kurangnya koordinasi otot;
e. Epilepsi;
f. Episode kejang;
g. Vertigo;
h. Gangguan persepsi.
a. AIDS;
b. Demensia;
d. Epilepsi;
e. Penyakit perdarahan.
Y Intervensi:
a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya
Y Rasional:
a. Pencegahan primer
e. Mempertahankan keamanan
f. Mencegah aspirasi
g. Mencegah jatuh
i. Mencegah kecelakaan
k. Mencegah injuri
2. Perubahan proteksi
a. Defisit imunologi;
b. Malnutrisi;
b. Nutrisi kurang;
c. Gangguan darah;
d. Pembedahan;
f. Penyakit imunitas;
g. AIDS.
Y Intervensi:
d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari
bekas suntikan
Pemberian pengobatan
Mempertahankan keamanan
Teknik isolasi
Y Rasional:
e. Menghindari pendarahan
Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya
virus penyakit.
b. Kerusakan jaringan;
d. Prosedur invasif;
e. Malnutrisi;
f. Penyakit kronis.
a. Kondisi kulit;
b. Nilai laboratorium;
a. AIDS;
Y Intervensi:
Hidup sehat
Y Rasional:
e. Mencegah komplikasi
Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila
kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan
cedera.
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).
Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk
yang terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko
terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang
direncanakan atau tidak dapat dihindari.
2. Perencanaan
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh)
tidak terjadi
3. Intervensi
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas
bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi
diri dari cidera.
Nama : Ny. M
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan: : Laki-laki : Garis Keturunan
2. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan
petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu
klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang
pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia,
awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya
kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya
sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah.
Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien
meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di
rumah.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat Pekerjaan : -
Alat Transportasi : -
Pekerjaan Sebelumnya : -
Alat Transportasi : -
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.
Tangga rumah : -
Penerangan : Cukup
Derajat privasi :
E. RIWAYAT REKREASI
Perawat : Ny.N
Klinik : - Jarak
Makanan yg dihantarkan : -
Lain-lain : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
H. STATUS KESEHATAN
Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki
klien.
Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu
berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis.
2. Quality/Quantity : ngilu-ngilu
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang
yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga
tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam
(termasuk klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa
sebenarnya asam urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.
Obat-obatan:
Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel
sudah tidak ada)
Obat-obatan : -
Makanan : -
Faktor Lingkungan : -
Indeks KATZ : A
Cairan & Elektrolit : Klien minum 4-6 gelas/hari, klien suka minum
kopi
Status mental
Afasia : -
Demensia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Vertigo : Tidak
APGAR : 6 (Sedang)
K. TINJAUAN SISTEM
L. PENGKAJIAN PERSISTEM
3. Pola Nafas
4. Bunyi Nafas
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : -
1. Nadi
6. Edema : Tidak
1. GCS
Total GCS: 14
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi gerak : Ya
4. Kejang : Tidak
5. Lain-lain : -
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Visus : -
c. Pupil : Isokor
2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
c. Otorrhae : Tidak
d. Gangguan Pendengaran : Ya
e. Tinitus : Ya
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal
Frekuensi : 2-6x/hari
Bau : Amoniak
b. Lidah : Hiperemik
h. Asites : Tidak
Lavemen : Tidak
2. Integumen
Akral : Hangat
M. REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolan
N. ENDOKRIN
O. PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia
dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit.
Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.
ANALISA DATA
DO:
Q : ngilu, cenat-cenut
S : 6 (dari 0-10)
T : di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang
Penurunan
DO:
sensori,
- Fokus penglihatan mulai berkurang lingkungan
2 kurang kondusif, Resiko injuri
- Lapang pandang menyempit fleksibelitas
ekstremitas
- Aktivitas terbatas karena sakit pada menurun
ekstrimitas dan punggung, gerak agak
pelan dan hati-hati
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
5. Anjurkan klien
untuk tidak
meminum minuman
seperti alkohol,
kafein atau
mengonsumsi obat-
obatan diuretik, tapi
perbanyak minum air
putih
2. 2 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor-
1. Mengidentifikasi
tindakan perawatan faktor resiko injuri adanya faktor-faktor
selama 2x24 jam pada klien. resiko yang mungkin
diharapkan cidera akan timbul
tidak terjadi dengan
kriteria hasil:
2. Lakukan
1. Mengidentifikasi modifikasi 2. Mengurangi risiko
bahaya apa saja lingkungan agar injuri akibat
yang dapat lebih aman sesuai lingkungan yang tidak
meningkatkan hasil pengkajian aman
kemungkinan terhadap resiko injuri
cidera terutama
bahaya lingkungan
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
6. -
Hasil: masih terdapat faktor resiko Kaji adanya faktor-faktor
injuri di sekitar klien resiko injuri pada klien
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-
jatuh-pada-lansia/
http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-
pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/
Posted 31st March by Inka Februaria
Add a comment
10.
Mar
31
BAMBANG SURYADINOR
NITA RAHMADANI
SUMIRLAN TRISNO
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN........................................................................................ 3
2.7. ASKEP.................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 13
B. SARAN ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada
Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi,
dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada
kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya
sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya
tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada berbagai
tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12,
vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan
mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada wanita
lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai salah
satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk
wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat
kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi
secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan
untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk
yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami
hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal,
peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai
penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total.
2.7 ASKEP
a.PENGKAJIAN
o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks
massa tubuh) atau catatan yang tepat
o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau
pertambahan berat badan saat ini
o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah
mereka memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau
rusak?
o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal
asupan nutrisi
o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan
makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik
o Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan
(termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat
buruk terhadap nutrisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka
beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak
malnutrisi. Salah satu indikator yang sangat penting pada status
nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam
pemenuhan nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus
makan. Makanan merupakan bagian yang paling pentingdalam
kehidupan sebagian lansia dan saat-saat bersantap menjadi bagian
pentingyang dialami manula setiap harinya. Makanan juga harus
menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-orang yang
berusia lanjut ini.
3.2 SARAN
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun,
jadi jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada
baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena
akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang
berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes
Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok
MANULA.
DAFTAR PUSTAKA
Tanggal Pengkajian : 25
Maret 2012
A. DATA BIOGRAFI
Nama :Tn S
TTL :Sampit, 20 Oktober 1945
Jenis Kelamin :laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan :Duda
TB / BB : 162 cm, 50 Kg
Penampilan :Rapih danbersih Ciri ciri tubuh :Kurus
Alamat : Jl. Merdeka, Kel. Ketapang RT 3 RW V
Kec.Mentawa Baru Hilir Telp/ Hp : -
Kabupaten. Kotawaringin Timur
Orang Yang Dekat :Ny E
Hubungan :Anak
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.45
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Klien
2. RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama
anak laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Berkebun
Alamat pekerjaan : Jl. MajuMundur
Jarak dari rumah : 1km
Alat transportasi : Jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Jarak darirumah : 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Memancing
KeanggotaanOrganisasi : Pengajian
Liburan / Perjalanan : Jalan jalan, berkunjung ketempat Anak
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : 1 Km
RumahSakit : Ada Jarak 5 Km
Klinik : Ada Jarak 4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah : Tidakada
Makanan Yang dihantarkan : Tidakada
Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga : Check Up kePuskesmas
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat
tahajud.
Yang Lainnya : Tidakada
H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu : klien pernah
menderita Anemia
Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu : Tidak ada masalah
KeluhanUtama :
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Alergi :
Obat-Obatan :Tidakada
Makanan :Tidakada
FaktorLingkungan : Tidakada
K. TINJAUAN SISTEM
KeadaanUmum :Baik
TB 168 cm BB 50kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
1) PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. SekresidanBatuk : Tidakada
Nyeriwaktubernapas : Tidakada
3. PolaNapas : RR 16 x/m, Reguler
4. BunyiNapas : Normal (tidakadaRonchi)
5. Pergerakan Dada : Intercostal
6. TractilFremitis/Fremitus Vokal :Tidakada
7. Alat Bantu Pernapasan : Tidakada
4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal
9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada
10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering
cek up untuk kesehatannya
ANALISA DATA
DO :
- Gigi tidak lengkap
- Lidah ada sariawan
- PolaMakan : 2x/hr,
hanyamampumenghabiskan porsimakanan
- Konjugtiva anemis
- BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg Ketidak
- Klien kurang makan sayur dan jarang makan seimbangan
Intake yang nutrisi : nutrisi
buah-buahan
tidakadekuat kurang dari
- klienhidupsendiri
kebutuhan tubuh
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. Setelah dilakukan 1. Timbang berat 1. R/mengetahui
1 tindakan keperawatan badan setiap hari perubahan keadaan
selama 1x24 jam umum nutrisi pada
diharapkan klien
ketidakseimbangan
2.
nutrisi : nutrisi kurang Anjurkan makan 2. R/Dilatasi gaster
dari kebutuhan tubuh sedikit tapi sering dapat terjadi bila
teratasi dengan pemberian makan
Kriteria hasil : terlalu cepat setelah
1. Nafsu makan periode puasa
meningkat
2. Berat badan 3. Anjurkan makan- 3. R/membantu
meningkat makanan yang meningkatkan intake
lunak dan mudah
3. Adanya perubahan dicerna. makanan
pola makan
4. Konjungtiva normal
5. Klien tampak tidak 4. Membantu
lemah meningkatkan nafsu
4. Anjurkan keluarga makan
untuk menyediakan
makanan kesukaan
klien.
5. R/ Mencegah
terjadinya mual dan
5. Anjurkan makan membantu
makanan yang meningkatkan nafsu
disajikan dalam makan
kondisi hangat
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
1. 1 DS : Saya sudah
1. Menimbang berat badan setiap menghabiskan setengah
hari porsi makanan
Hasil : BB = 50 kg
DO :
- K/u baik
2. Menganjurkan makan sedikit -
tapi sering Nafsumakanklienmeningkat
Hasil : - Konjungtiva normal
Anjuran telah di berikan , klien- TD : 100 / 70 mmhg
akan melakukan anjuran. - N : 80 x/m
- RR : 20 x/m
3. Menganjurkan makan - S : 36,6 oC
makanan yang lunak dan - BB 50 kg
mudah dicerna
Hasil :
Klien setuju untuk makan
makanan yang lunak dan
mudah dicerna A : Masalah nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
4. Menganjurkan keluarga untuk teratasi sebagian
menyediakan makanan 1. Nafsu makan meningkat
kesukaan klien 2. Adanya perubahan pola
Hasil : makan
Anjuran telah diberikan, 3. Konjungtiva normal
keluarga mengungkapkan 4. Klien tampak tidak lemah
akan melakukan apa yang di
anjurkan.