Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN RESIKO JATUH DI INAKAKA PSTW

INAKAKA AMBON

Di susun oleh:
Nama : Vensca L. Seipattiseun
Nim : P07120119044
Tingkat: 3-A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON
2022
LEMBARAN PENGESAHAN

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING INSTITUSI

NIP NIP

MAHASISWA

VENSCA L. SEIPATTISEUN
NIM : P07120119044
Laporan pendahuluan pada pasien resiko jatuh

A.Pengertian

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi

berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras,

kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang

spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar

mengalami jatuh

Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak sengaja yang mengakibatkan seseorang

terbaring atau terduduk dilantai yang lebih rendah tanpa kehilangan kesadaran

B.Etiologi

Lansia dapat dengan mudah terjatuh di tangga, kamar mandi, ruangan yang remang,

karpet yang tidak digelar dengan rapi di atas lantai, hingga saat mencoba untuk meraih

barang di lemari dan sebagainya. Apa saja penyebab lansia jatuh

1. Gangguan keseimbangan tubuh

Risiko jatuh pada lansia akan meningkat akibat adanya gangguan keseimbangan

tubuh. Hal ini biasanya dialami oleh lansia yang menderita penyakit seperti parkinson  dan

stroke.Sejumlah kondisi lainnya seperti hipertensi, dehidrasi, dan gangguan pendengaran

yang menyebabkan kepala pusing juga bisa berimbas pada terganggunya keseimbangan

sehingga lansia mudah jatuh.


2. Otot tubuh melemah

Penyebab lansia jatuh selanjutnya adalah otot tubuh yang melemah. Ya, tidak bisa

dipungkiri, seiring bertambahnya usia, otot-otot tubuh akan berkurang kekuatannya.

Padahal, otot memiliki peran penting dalam menopang dan menunjang pergerakan

tubuh.Tak ayal, melemahnya otot tersebut membuat lansia kesulitan untuk bergerak,

seperti saat berjalan, hingga akhirnya membuatnya sering terjatuh. Oleh sebab itu,

sebaiknya anggota keluarga maupun caregiver yang merawat perlu untuk

mendampinginya setiap beraktivitas. 

3. Gangguan penglihatan

Adanya gangguan penglihatan pada lansia seperti katarak dan glaukoma juga dapat

meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Penglihatan yang buruk akan membuat lansia

kesulitan untuk melihat benda-benda di sekitarnya. Alhasil, lansia berpotensi menabrak

atau menyenggol barang-barang tersebut hingga akhirnya terjatuh.

4. Hilang kesadaran

Lansia jatuh bisa karena ia tiba-tiba saja kehilangan kesadaran alias pingsan.

Umumnya, kasus ini dialami oleh lansia yang mengalami masalah pada jantung, seperti:

 Detak jantung cepat (takikardia)

 Detak jantung lambat (bradikardia)

 Detak jantung tidak teratur (fibrilasi atrium)


C.Tanda dan gejalah

 Intrinsik: 

    -  kondisi medis dan neuropsikiatrik

    -  gangguan penglihatan dan pendengaran

    - perubahan terkait usia pada postur tubuh, fungsi saraf otot, cara Berjalan

dan refleks postural

 Ekstrinsik: 

    - obat-obatan yang dikonsumsi

    - penggunaan alat bantu jalan yang tidak sesuai

    - bahaya lingkungan sekitar: karpet yang terlipat, mainan/kabel yang

berserakan, lantai licin, undakan, penerangan yang kurang, tidak ada pegangan,

kondisi toilet, tinggi furniture atau tempat tidur yang tidak tepat     

D.Patofisiologi

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis.

Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul.

Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan,

lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah

walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi

dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,

penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh (Stanley, 2006).
E .Pemeriksaan Diagnostik

Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk

mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan

dalam program gait training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan.

Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangatmembantu

penderita dengan stroke, fraktur kolum femoris, arthritis, Parkinsonisme.

Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang

mendasari, menghentikan obat – obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta

bloker, diuretik, anti depresan, dll.

Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah / tempat

kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh.

F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi faktor risiko,

penyebab jatuh dan menangani komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus terpadu dan

membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi,

rehabilitasi medik, psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.

Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena

perbedaan factor – factor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan

penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhanma, dan langsung bisa

menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi

kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat rehabilitasi,


perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain intervensi

diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian /

aktifitas fisik, penggunaan alat bantu gerak.

Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan

fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga

memperbaiki nfungsionalnya. Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya

diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus –

menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fumgsional. Penelitian yang

dilakukan dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari

75 tahun, didapatkanpeningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah

menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia melakukan latihan semakin baik

kekuatannya.

G. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status

perkawinan, alamat, tgl MRS, No.Reg, Dx medis.

2. Riwayat Penyakit

a. Keluahan Utama

Pasien mengatakan sering merasakan sakit pada ekstremitas kanan bawah dan

terasa nyeri setelah berjalan

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan klien susah tidur pada malam hari


3. Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji dan tanyakan pada klien apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit

yang sama seperti saat ini ?

4. Riwayat Penyakit / Kesehatan Keluarga

a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan

klien ?

b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius yang lain seperti

(HT, DM, TB, Pneumonia, dll.)

5. Riwayat Psikologis Spiritual

a) Psikologi : Tanyakan kepada klien apakah bisa menerima penyakit yang

Deritanya?

b) Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan di Rumah Sakit

dan apakah klien bisa beradaptasi dengan klien yang lain ?

c) Spiritual : Apakah klien tetap beribadah dan melaksanakan ibadahnya

6. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

a. Pola Nutrisi

Makan : Pada umumnya pasien gout artritis diberikan diit rendah putin pantangan

makanan kaya protan.

Minum: Kaji jenis dan frekuensi minum sesuai dengan indikasi

b. Pola Eliminasi

BAK : Kaji frekwensi, jumlah, warna dan bau.

BAB : Kaji frekwensi, konsistensi dan warna


c. Pola Aktivitas

Biasanya pasien gout artritis pada saat melakukan aktivitas mengalami

keterbatasan tentang gerak, kontrktur / kelainan pada sendi.

d. Istirahat tidur

Kaji pola kebiasaan pasien pada saat istirahta tidur dirumah maupun di rumah

panti

e. Personal Hygiene

Kaji kebiasaan pasien dalam kebiasaan diri. (Mandi, gosok gigi, cuci tangan,

kebersihan rambut, dll.)

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : baik

b. TTV : 120 / 70 mmHg

c. Kesadaran : baik

d. Pernapasan : teratur

e. Nadi : 110 x/ m

f. BB/TB : 27 kg , 140 cm

8. Pemeriksaan Persistem

a. Otot tulang, integumen otot tulang.

1. Mengalami atrofi pada otot.

2. Kontraktur/kelainan pada sendi integument

3. Kaji tumor kulit

4. Kulit tampak merah, keunguan, kencang, licin, teraba t pada waktu pingul teraa

nyeri
b. Pulmonaile

1. Kaji bentuk dada, frekwensi pernafasan. Apakah ada nyeri tekan.

2. Dan apakah ada kelainan pada bunyi nafas.

c. Cardiovaskuler

1. Inspeksi : terjadi distensi vena

2. Palpasi : Takhikardi

3. Auskultasi : Apakah ada suara jantung normal S1 dan S2 tunggal

  H.Diagnosa Keperawatan

1. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh atau proses menuai

I.Intervensi Keperawatan

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan,

naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali ( 5% ), jatuh terjadi pada saat

lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh

juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan

oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia

yang imobil ( jarang bergerak ) ketika tiba – tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil

sesuatu tanpa pertolongan.

Intervensi:

1) . identifikasi kebiasaan dan faktor yang mempegaruhi resiko jatuh

2) . ajarkan klien untuk meminta bantuan dalam hal berpindahan

Tindakan

1. Adopsi (adoption)
Mempraktikan atau melaksanakan suatu tindakan dan sudah berkembang dengan baik, artinya

tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Tingkatan ini

perawat melakukan praktik pencegahan risiko jatuh diulang beberapa kali, padahal seharusnya

cukup melakukan sesuai standar prosedur yang ada. Tindakan mengulang memang tidak

mempengaruhi dari segi tujuan dan fungsi justru bisa meningkatkan kualitas dalam praktik

pencegan risiko jatuh.

Rasional

Untuk menjegah resiko jatuh

DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R.S. 2010. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Maryam, R., Mia, F., & Rosdawati. 2008. Mengenal Lanjut Usia dan
Stanley, M., & Beare, P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
artikel/kecelakaan-karena-jatuh-pada-lansia

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC


Nugroho, Wahjudi.1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai