OLEH
Oleh :
SAMARINDA
2019
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd.Kep ) pada Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
Oleh:
KEPERAWATAN
SAMARINDA
2019
28
A. Data Diri
Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan keapada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai rangkaian ujian akhir program Diploma III
Pasien Halusinasi Pendengaran Di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma
ini,Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak . Bersama
Kaltim
3. Ibu Ns. Andi Lis., S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan
4. Ibu dr. Hj. Padilah Mante Runa. M.Si.,MARS selaku Direktur RSJD Atma
Mahakam Samarinda.
selaku Pembimbing yang telah setia dan memberikan masukan dan arahan
sehingga saya termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi dengan
8. Kepada kedua orang tua saya yaitu, Ayahanda saya Sahuri dan Ibunda saya
Satini, kedua kakak saya yaitu Andri dan Fitriyani serta adik saya Wulan Suci
dukungan kepada saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Serta
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, semoga Proposal Karya tulis Ilmih
Peneliti
ABSTRAK
jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampank pada penambahan
pasien.
SAMARINDA
Background : mental health is one of the most significant health problem in the
disorders continue to grow which affects the addition of state burden and decline
Objective :
Halaman Pernyataan............................................................................................................iii
Halaman Persetujuan...........................................................................................................iv
Halaman Pengesahan...........................................................................................................v
Halaman Abstrak.................................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.4 Manfaat..........................................................................................................................5
2.1.5 Psikopatologi..............................................................................................................9
4.1 Hasil...............................................................................................................................28
4.2 Pembahasan...................................................................................................................39
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................43
5.2 Saran..............................................................................................................................44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
secara fisik, mental, social dan spiritual sehingga individu tersebut menyadari
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 45,7 juta
(Kemenkes, 2016).
bahwa penderita gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 7% per mil pada
Provinsi Bali dengan mencapai angka 11% per mil. Riskesdas (2018) turut
mencatat proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu rumah tangga
Di rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
Berdasarkan data pasien yang diperoleh dari Rekam medik Rumah Sakit Jiwa
Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda pada tahun 2016 mencatat rata-
rata pasien rawat inap di RSJD. Atma Husada Mahakam Samarinda sebanyak
249 orang, jumlah pasien rata-rata di IGD pada tahun 2016 sebanyak 2,57
mengalami harga diri rendah, 15% yang menarik diri, 1% yang mengalami
defisit perawatan diri. Pada bulan Januari sampai Mei tahun 2017 mencatat
rata-rata pasien rawat inap di RSJD Atma Husada Mahakam sebanyak 168
orang, jumlah rata-rata pasien IGD bulan Januari sampai Juni tahun 2017
yang mengalami harga diri rendah, 13% yang mengalami isolasi sosial, 1%
yang mengalami waham, 32% yang mengalami perilaku kekerasan dan 5%
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata, misalkan
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang bicara
suara yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata yang orang lain tidak
Berdasarkan Latar Belakang yang sudah dijelaskan di atas maka peneliti akan
pendengaran.
pendengaran.
halusinasi pendengaran.
pendengaran.
penelitian.
1.4. Manfaat
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
halusinasi pendengaran.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
berbicara kepada pasien atau membicarakan pasien. Mungkin ada satu atau
banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal.
Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh pasien untuk melakukan
Keliat, 2010).
2.1.3 Etiologi Halusinasi
1) Faktor Predisposisi
diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus
pada penyalah gunaan zat adaptif. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan
2) Faktor Presiptasi
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan untuk
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjdi. Isi dari halusinasi dapat berubah
perintah memaksa dan menakutkan. Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi kan
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga
aktivitas ibadah dan jarang berupanya secara spiritual untuk menyucikan diri. Ia
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan
2.1.5 Psikopatologi
Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus-
menerus dan system pendukung yang kurang akan membuat persepsi untuk
membedakan yang dipikirkan dengan perasaan sendiri, pasien sulit tidur sehingga
terbiasa menghayal dan pasien bisa menganggap lamunan itu sebagai pemecahan
halusinasinya dan berupa menjaga jarak dengan obyek yang dipresepsikan. Pada
fase codeming pasien mampu menarik diri dari orang lain. Pada fase controlling
harmonis
Tabel 2.1.6 Rentang Respon Halusinasi
(Direja, 2011)
1) Halusinasi Pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa
yang berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan
Data objektif antara lain: menunjukka kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas. Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk
3) Halusinasi Penciuman
Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung. Data subjektif antara lain: mencium bau-bau seperti bau darah,
4) Halusinasi Pengecapan
Data objektif antara lain: sering meludah, muntah. Data subjektif antara lain:
5) Halusinasi Perabaan
tersengat listrik.
1) Haloperidol (HLP)
(2) Indikasi
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, tampak
menekan susunan saraf pusat pada pusat subkortikal formasi retricular otak,
(4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi susunan saraf dan sumsum
tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3
tahun.
Sedasi, sakit kepala, kejang insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.
2) Clorpromazin
(2) Indikasi
(4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang,
penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, hipertensi, mual muntah
3) Trihexyphenidil (THP)
(2) Indikasi
antiparkison.
dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek
kolinergik berlebihan.
(4) Kontraindikasi
menggunakan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahu secara jelas namun
dapat dikatakan terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan skizofrenia dan
dimobilisasi dengan membalutnya, cara ini dilakukan pada pasien halusinasi yang
mengamuk.
Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi menurut, Keliat (2014), antara lain :
tentang isi, waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan halusinasi setelah itu
tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien, antara lain
pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi: fokus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih
untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga
dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat: (1). Jelaskan kegunaan obat,
(2). Jelaskan akibat jika putus obat, (3). Jelaskan cara mendapatkan obat atau
berobat, (4). Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Menurut Keliat, (2009) tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data
Keliat dan Akemat, (2009), menjelaskan data yang didapatkan pada pengkajian
halusinasi adalah:
Berikut ini adalah jenis halusinasi menurut data objektif dan subjektif. Data
subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data
Penelitian juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi?. Jika mungkin berapa jam?.
terjadinya, apakah jika sedang sendiri, atau selalu terjadi kejadian tertentu?. Hal
direncanakan.
3) Respons Halusinasi
Mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul, perawat
dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau tindakan pasien saat
halusinasi tejadi. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien atau dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
muncul.
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Cara pengkajian lain berfokus pada fisik, emosional, intelektual, social dan
spiritual. Isi pengkajian meliputi : identitas pasien, keluhan utama atau alas an
( Yosep, 2015 )
2.2.3 Diagnosa Halusinasi
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
dengan halusinasi.
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan , bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang akan melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012).
Perencanaan atau intervensi pasien halusinasi antara lain, menurut Keliat dan
Akemat, (2009).
halusinasi muncul.
(2) Latih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mapu
mengontrol halusinasi , anda dapat melatih pasien dengan 4 cara yang sudah
dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien
saat ini.
halusinasi muncul, dan respon pasien saat halusinasi muncul, (Keliat dan Akemat,
2009).
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, anda dapat melatih pasien dengan 4 cara yang sudah
Akemat,2009).
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatan. Penilaian
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang sudah
Evaluasi respon umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir tindakan penelitian.
Pada pasien halusinasi yang membahayakan diri, orang lain dan lingkungan
evaluasi meliputi respon perilaku dan emosi lebih terkendali yang pasien sudah
tidak mengamuk lagi, bicara dan tertawa sendiri, sikap curiga, perasaan cemas
presepsi pasien membaik, pasien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak
METODE PENELITIAN
evaluasi. (DESAIN)
Subjek dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah individu dengan kasus
halusinasi pendengaran yang akan dikelola secara rinci dan mendalam. Adapun
2) Responden kooperatif
3) Dilakukan ECT
3.3 Batasan Istilah (Definisi Operasional)
yaitu suara yang menyuruh pasien untuk melakukan untuk melakukan tindakan,
sering kali membahayakan diri sendiri atau membahayakan orang lain dan
menyajikan hasil pengelolaan data dalam bentuk perbandingan dari dua pasien
( DEFENISI OPERASIONAL)
3.4.1 Lokasi : Studi kasus dilakukan di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Daerah
1) Meminta izin penelitian melalui surat izin penulis kepada pihak Rumah Sakit
akan diteliti.
halusinasi pendengaran.
5) Merumuskan diagnosa pada dua pasien dengan kasus yang sama yaitu
halusinasi pendengaran.
dan membatu klien minum obat secara teratur pada dua pasien dengan kasus yang
8) Melakukan evaluasi tindakan pada dua pasien dengan kasus yang sama yaitu
halusinasi pendengaran.
10) Menyajikan hasil pengelolaan data atau hasil penulisan dalam bentuk table
perbandingan dari dua pasien dengan kasus yang sama setelah diberikan
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada karya tulis ilmiah ini
1) Penulis meminta izin penelitian melalui surat izin penulisan kepada pihak
4) Pemeriksaan Fisik
5) Penulis melakukan pengkajian pada dua pasien dengan kasus yang sama yaitu
halusinasi pendengaran.
6) Penulis merumuskan diagnosa pada dua pasien dengan kasus yang sama yaitu
terjadwal dan membantu klien minum obat secara teratur pada dua pasien dengan
9) Penulis melakukan evaluasi tindakan pada dua pasien dengan kasus yang
lembar evaluasi dan format pengkajian asuhan keperawatan jiwa yang terdiri dari
dua pasien dengan kasus yang sama dengan penerapan strategi pelaksanaan pasien
paradigmanya sendiri”.
tindakan sumber informasi tambahan menggunakan dari dua sumber data umum
yaitu pasien dan perawat yang berkaitan dengan masalah yang akan dikelola
dengan cara perawat melakukan observasi kondisi pasien saat berkomunikasi dan
wawancara pada pasien sehingga terkumpul data subjektif dan objektif dari pasien
Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu
yang di gunakan dengan cara pengumpulan data yang selanjutnya menarik suatu
kesimpulan yang setelah itu akan dibandingkan antara kesimpulan dari kedua
4.1. Hasil
yang terletak di jalan Kakap No. 23 Samarinda Kalimantan Timur. Rumah Sakit
Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam atau yang dulu dikenal dengan
nama Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) ini didirikan pada tahun 1993. Fasilitas
yang tersedia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda ini antara lain Instalasi
Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Inap di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda kurang lebih 285 tempat
tidur. Untuk rawat inap terdapat beberapa bangunan yang terbagi menjadi
beberapa ruangan diantaranya Ruang kelas 1 Pria dan Wanita. Kelas 2 Pria dan
Wanita, Bangsal kelas 3 Pria dan Wanita, Ruang PICU, Ruang Intermediat dan
Studi kasus ini menggunakan Ruang Gelatik yaitu Ruang Kelas 3 perawatan bagi
laki-laki. Adapun Ruang Gelatik yaitu sebagai berikut terdapat meja perawat
dengan 4 kursi, 1 kamar perawat, 1 ruang kepala ruangan, 1 kursi panjang untuk
tamu pasien, 2 meja dan 1 kursi panjang untuk mahasiswa, 1 ruang tindakan, 1
isolasi droplet dan airbone ), 1 kamar perawatan anak dan remaja ( ruang isolasi
airbone), 1 ruang makan pasien, 1 toilet pegawai, 1 gudang dan 1 ruang pantry.
perawatan tanggal 2 April 2019 diantar oleh Dinas Sosial dengan keluhan
minum obat lagi karena kehabisan obat kurang lebih 3 bulan . Tn. N sebelumnya
pernah masuk RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda dengan kasus yang sama
mandiri, pasien dalam keadaan tenang, tidak gelisah, tetapi kontak mata kurang
dan kooperatif serta ADL mandiri. Dari pengkajian yang saya dapatkan pasien
mendengar suara tersebut pada malam hari ketika pasien tidur dan suara itu
terdengar hanya satu kali saja dalam satu hari. Pada saat suara itu muncul pasien
tidak merespon dan pasien langsung menutup telinganya, pasien di Rumah Sakit
mendapatkan terapi medik Resperidone 2mg. Dari data yang sudah didapatkan
hasil analisa data yang sesuai dengan data subjektif dari pasien Tn. N yaitu Pasien
mengatakan mendengar suara itu ketika tidur pada malam hari dan pada saat suara
itu muncul pasien tidak merespon dan langsung menutup telinganya sedangkan
data objektif dari pasien Tn. N yaitu pasien terlihat bingung, pasien terlihat
melamun, pasien menutup telinga. Adapun dari masalah keperawatan pada Tn. N
pelaksanaan pasien. Strategi pelaksanaan pasien yang dilakukan pada pasien Tn.
N yaitu antara lain : SP 1 : Bina hubungan saling percaya, dengan kriteria hasil
Pasien mau menjawab salam, pasien mau berjabat tangan, pasien ada kontak mata,
situasi dan respon pasien terhadap halusinasi), dengan kriteria hasil Pasien mampu
terjadi halusinasi, situasi dan respon pasien terhadap halusinasi yang muncul.
Bantu pasien mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik dengan kriteria hasil
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur serta mengevaluasi
rindakan yang telah diajarkan dengan kriteria hasil Pasien mampu menyebutkan
dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi yang telah diajarkan. Adapun
implementasi yang dilakukan penulis pada studi kasus ini dilakukan sesuai dengan
intervensi yang telah disusun. Implementasi kepada Tn. N pada hari pertama yaitu
hasil evaluasi pasien mau menjawab salam, pasien mampu berjabat tangan dengan
perawat, pasien ada kontak mata saat bicara, dan pasien mau mengutarakan
pasien mengenali halusinasi yang dialami ( isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadi halusinasi, situasi dan respon klien ) dengan hasil evaluasi pasien
terlihat bingung, melamun dan menutup telinga saat mulai mendengar suara
halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi halusinasi, situasi dan respon
dengan cara menghardik dengan hasil evaluasi Pasien mampu menyebutkan ulang
hari kedua yaitu melakukan evaluasi tindakan yang telah diajarkan dengan hasil
yaitu melakukan evaluasi tindakan yang telah diajarkan dengan hasil evaluasi
tindakan yang telah diajarkan dengan hasil evaluasi Pasien mampu menyebutkan
Pasien minum obat secara teratur dengan hasil evaluasi Pasien mampu
minum obat yang benar, SP 4 tercapai dan dilanjutkan hari kelima dan keenam
yaitu melakukan evaluasi yang telah diajarkan dengan hasil evaluasi Pasien
No. Tanggal
Kemampuan 8 9 10 11 12 13
A. Pasien
1. Mengenal jenis halusinasi
Pada hari pertama pasien mampu mengenal jenis, isi, frekuensi halusinasi,
menghardik halusinasi. Pada hari kedua pasien mampu mengulang kembali cara
bercakap-cakap. Pada hari ketiga pasien mampu mengulang cara mengontrol jika
harian terjadwal dan pasien setiap harinya telah minum obat secara teratur. Pada
hari kelima dan keenam pasien mampu menerapkan semua strategi pelaksanaan
sebagai penjaga toko. Masuk ruang perawatan tanggal 19 Maret 2018 diantar oleh
Dinas Sosial dengan alasan pasien gelandangan, susah tidur dan bicara ngelantur
serta putus obat. Tn. A sebelumnya pernah masuk RSJD. Atma Husada Mahakam
pasien berada di ruang perawatan mandiri 2 (dua), pasien dalam keadaan tenang,
tidak gelisah dan kooperatif serta ADL mandiri. Dari pengkajian yang saya
mengikuti pendidikan, pasien mendengar suara tersebut pada pagi hari ketika
pasien beristirahat dan suara itu terdengar hanya satu kali saja dalam satu hari.
Pada saat suara itu muncul pasien merespon dan pasien langsung mengikuti
perintah sebentar saja tetapi tidak melakukan apa-apa, pasien di Rumah Sakit
didapatkan hasil analisa data yang sesuai dengan data subjektif dari pasien Tn. A
pendidikan, pasien mendengar suara tersebut pada pagi hari ketika pasien
beristirahat dan suara itu terdengar hanya satu kali saja dalam satu hari. Pada saat
suara itu muncul pasien merespon dan pasien langsung mengikuti perintah
sebentar saja tetapi tidak melakukan apa-apa sedangkan data objektif dari pasien
Tn. A yaitu pasien terlihat bingung, pasien terlihat melamun, pasien mengikuti
pelaksanaan pasien. Strategi pelaksanaan pasien yang dilakukan pada pasien Tn.
N yaitu antara lain : SP 1 : Bina hubungan saling percaya, dengan kriteria hasil
Pasien mau menjawab salam, pasien mau berjabat tangan, pasien ada kontak mata,
situasi dan respon pasien terhadap halusinasi), dengan kriteria hasil Pasien mampu
terjadi halusinasi, situasi dan respon pasien terhadap halusinasi yang muncul.
Bantu pasien mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik dengan kriteria hasil
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur serta mengevaluasi
rindakan yang telah diajarkan dengan kriteria hasil Pasien mampu menyebutkan
implementasi yang dilakukan penulis pada studi kasus ini dilakukan sesuai dengan
intervensi yang telah disusun. Implementasi kepada Tn. A pada hari pertama yaitu
hasil evaluasi pasien mau menjawab salam, pasien mampu berjabat tangan dengan
perawat, pasien ada kontak mata saat bicara, dan pasien mau mengutarakan
pasien mengenali halusinasi yang dialami (isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadi halusinasi, situasi dan respon klien) dengan hasil evaluasi pasien
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi halusinasi, situasi dan respon klien )
dengan cara menghardik dengan hasil evaluasi Pasien mampu menyebutkan ulang
hari kedua yaitu : melakukan evaluasi tindakan yang telah diajarkan dengan hasil
cakap dengan orang lain dengan hasil evaluasi Pasien mampu menyebutkan ulang
dilanjutkan hari keempat yaitu melakukan evaluasi tindakan yang telah diajarkan
secara teratur dengan hasil evaluasi Pasien mampu menyebutkan ulang serta dapat
tercapai dan dilanjutkan hari kelima dan keenam yaitu melakukan evaluasi yang
telah diajarkan dengan hasil evaluasi Pasien terlihat lebih tenang, pasien mampu
No. Tanggal
Kemampuan 8 9 10 11 12 13
A. Pasien
Pada hari pertama pasien mampu mengenal jenis, isi, frekuensi halusinasi,
menghardik halusinasi. Pada hari kedua pasien belum mampu mengulang kembali
cara menghardik halusinasi dan belum dapat mampu mengikuti cara mengontrol
cara mengontrol jika terjadi halusinasi dengan cara bercakap-cakap dan dapat
mengikuti membuat jadwal kegiatan harian. Pada hari keempat pasien mampu
melakukan kegiatan harian terjadwal dan pasien setiap harinya telah minum obat
secara teratur. Pada hari kelima dan keenam pasien mampu menerapkan semua
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang hasil dari kemajuan strategi
pergi, suara tersebut terdengar ketika pasien tidur pada malam hari dan hanya
sekali saja dalam satu hari, pada saat mulai mendengar suara-suara tersebut pasien
yang sama yaitu halusinasi pendengaran. Pasien kembali masuk rumah sakit
Berdasarkan hasil data di atas hal ini sesuai dengan teori “Dermawan dan Rusdi”
pendengaran serta menurut Teori “Yudi Hartono & Farida Kusumawati” (2010)
Halusinasi merupakan keadaan hilangnya kemampuan individu dalam
Hal ini sesuai dengan yang dialami pasien karena pasien selalu memikirkan
istrinya sehingga pasien selalu mengikuti apa yang pasien dengar dari suara
pelaksanaan cara mengontrol halusinasi yang telah diajarkan oleh perawat yang
berdinas diruangan dan pasien mampu menerapkan apa yang telah diajarkan oleh
yang telah diajarkan oleh perawat sebelumnya hal ini sesuai dengan pasien yang
pendidikan, suara tersebut terdengar ketika pasien beristirahat pada pagi hari dan
hanya sekali saja dalam satu hari, pada saat mulai mendengar suara-suara tersebut
pasien langsung merespon dan mengikuti perintah sebentar saja tetapi tidak
melakukan apa-apa, pasien dengan diagnosa : Halusinasi Pendengaran. Pasien
pendengaran. Pasien kembali masuk rumah sakit dikarenakan putus obat kurang
Berdasarkan dari hasil data diatas hal ini sesuai dengan teori “Dermawan dan
Rusdi” (2013) salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah
pendengaran serta menurut Teori “Yudi Hartono & Farida Kusumawati” (2010)
Hal ini sesuai dengan yang dialami pasien karena pasien selalu memikirkan
istrinya sehingga pasien selalu mengikuti apa yang pasien dengar dari suara
pelaksanaan cara mengontrol halusinasi yang telah diajarkan oleh perawat yang
berdinas diruangan tetapi pasien tidak mampu menerapkan apa yang telah
diajarkan oleh perawat sehingga pasien lupa cara mengontrol halusinasi, setelah
diajarkan kembali cara mengontrol halusinasi pasien lambat menerima yang telah
diajarkan hal ini sesuai dengan pasien yang tidak berpendidikan dan adanya
5.1 Kesimpulan
Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda maka dapat disimpulkan :
mendengar suara itu ketika tidur pada malam hari dan pada saat suara itu muncul
pasien tidak merespon dan langsung menutup telinganya. Data objektif didapatkan
pasien terlihat bingung, melamun dan menutup telinganya ketika mendengar suara
tersebut. Sedangkan hasil pengkajian pada Tn. A didapatkan data subjektif Pasien
mengatakan mendengar suara itu ketika beristirahat pada pagi dan pada saat suara
itu muncul pasien langsung merespon dan mengikuti perintah sebentar saja tetapi
tidak melakukan apa-apa. Data objektif yang didapatkan pasien terlihat bingung,
2. Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian Tn. N dan TN. A
dibuat. Implementasi Tn. N dan Tn. A berlangsung 6 hari dalam kondisi pasien
5. Evaluasi dari kedua pasien tehadap asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
evaluasi yang penulis lakukan selama 6 hari dengan diagnosa keperawatan jiwa
yaitu Halusinasi pendengara, pada strategi pelaksanaan pasien telah teratasi dan
tercapai.
5.2 Saran
sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal dan sesuai dengan
yang diharapkan.
halusinasi yang diajarkan oleh perawat dan pasien mampu dengan cepat
mengenali dan mengontrol halusinasi dan mampu minum obat secara teratur dan
diharapkan membuat rencana kontrol untuk mencegah putus obat yang bisa
Diharapkan hasil karya ilmiah ini sebagai referensi lain serta acuan untuk dapat
World Health Organization (2016) The World Health Organization Report 2016.
Yosep, (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2016.
Purwokerto.
-------- , (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2016.
Purwokerto.
2. Tujuan dari studi kasus ini untuk mendapatkan gambaran secara umum
observasi, yang akan berlangsung lebih kurang 15-20 menit. Cara ini
keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada studi kasus
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
Peneliti
Yuni Fatmawati
P07220116080
Lampiran 5
Pengkajian Pasien
Identitas Pasien 1
Inisial : Tn. N
Umur : 57 Tahun
Alamat : Tenggarong
Pekerjaan : Petani
Keluhan Utama
bisikan, bicara sendiri, tidak minum obat lagi karena kehabisan obat
Faktor Predisposisi
Ya Ya Tidak
🗸
Pengobatan sebelumnya?
YaTidak
Jelaskan:
Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami masalah yang sama dan pengobatan
Persepsi
Halusinasi
Pend
🗸 pendega
Penge pengecap
Jelaskan:
Aspek Medik
Identitas Paien 2
Inisial : Tn. A
Umur : 62 Tahun
Keluhan Utama
Pasien mengatakan dirinya itu gelandangan, susah tidur dan bicara ngelantur serta putu
Faktor Predisposisi
🗸 Ya Tidak
Pengobatan sebelumnya?
🗸 berhasil
BerhasilKurang Tidak berhasil
Ya Tidak
🗸
Jelaskan :
Persepsi
Halusinasi
Jelaskan:
mengikuti pendidikan
pasien istirahat
kali saja
Respon Pasien : Saat suara itu muncul pasien merespon dan mengikuti
perintah sebentar saja tetapi tidak melakukan apa-apa
Aspek Medik
dengan data subjektif danj data objektif yang didapatkan dari klien sebagai
berikut :
Ruang Gelatik
melakukan apa-apa
terlihat bingung
2. Pasien melamun
melamun perintah
3. Pasien menutup
telinga
4.3 Tabel Pohon Masalah Halusinasi Pendengaran
Pasien 1 Pasien 2
Risiko menciderai diri sendiri, Defisit perawatan diri (effect)
orang lain dan lingkungan
(effect)
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran (core problem)
Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran
(core problem)
Isolasi sosial (causa)
Penatalaksanaan regimen
terapetik tidak efektif (causa)
Adapun diagnosa keperawatan pada Tn. N dan Tn. A adalah Halusinasi Pendengaran.
4.1.3.3 Intervensi
Pada masalah keperawatan jiwa halusinasi pendengaran maka dibuat intervensi keperawatan untuk
mengatasi halusinasi tersebut dengan strategi pelaksanaan pasien, diantaranya adalah sebagai berikut :
keperawatan
Membina hubungan Kriteria Hasil : Lakukan SP 1 pasien Halusinasi
menghardik
minum obat secara teratur mendemonstrasikancara mengontrol 1.6 Latih pasien minum obat
diajarkan
4.1.3.4 Implementasi dan Evaluasi
Pada implementasi keperawatan halusinasi untuk mengatasi halusinasi yang muncul maka dilakukan
tindakan untuk mengontrol halusinasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Implementasi dan Evaluasi tindakan Pasien Halusinasi Pendengaran di Ruang Gelatik
Kep
Pasien 1 Pasien 2
Senin, Halusi 1.1 membina hubungan S : “ Selamat pagi, nama saya N “ S : “ Selamat pagi, nama saya A “
08/04/19 nasi saling percaya O : Pasien mau menjawab salam, O : Pasien mau menjawab salam, pasien
Pende dengan prinsip pasien mampu berjabat tangan mampu berjabat tangan dengan
ngaran komunikasi dengan perawat, pasien ada kontak perawat, pasien ada kontak mata
teraupetik mata saat bicara, dan pasien mau saat bicara, dan pasien mau
dihadapinya. dihadapinya.
A : BHSP tercapai A : BHSP tercapai
1.2 Membantu pasien S : Pasien mengatakan mendengar S : Pasien mengatakan mendengar suara
yang dialami ( isi menyuruhnya jangan pergi, suara pendidikan, suara tersebut terdengar
halusinasi, waktu tersebut terdengar pada malam pada pagi hari ketika pasien sedang
terjadi halusinasi, hari ketika pasien tidur, suara itu beristirahat, suara itu hanya
frekuensi terjadi hanya terdengar satu kali saja dan terdengar satu kali saja dan saat suara
halusinasi, situasi saat suara itu muncul pasien tidak itu muncul pasin merespon dan
dan respon klien ) merespon dan menutup telinga. mengikuti perintah sebentar saja
apa
A : Intervensi 1.2 Tercapai
A : Intervensi 1.2 Tercapai
P : Lanjutkan Intervensi :
P : Lanjutkan Intervensi :
Lakukan SP 2 Pasien Halusinasi
Lakukan SP 2 Pasien Halusinasi
Pendengaran
Pendengaran
1.3 Latih Pasien bercakap-
1.3 Latih Pasien bercakap-cakap
cakap dengan orang lain.
dengan orang lain.
Halusinasi Pendengaran: menerapkan cara tersebut untuk cara tersebut untuk mengontrol
mengontrol
1.3 Membantu pasien
halusinasi halusinasi
mengontrol halusinasi
O : Pasien mampu menyebutkan O : Pasien mampu menyebutkan ulang
dengan cara
ulang dan mampu mempraktekkan dan mampu mempraktekkan cara SP
menghardik
cara SP 1 tersebut 1 tersebut
A : SP 1 tercapai A : SP 1 tercapai
Selasa, 1.7 Melakukan evaluasi S : Pasien mengatakan mampu S : Pasien mengatakan lupa cara
09/04/19 tindakan yang telah mengontrol halusinasi dengan mengontrol halusinasi dengan cara
Melakukan SP 2 Pasien S : Pasien mengatakan mampu dan S : Pasien mengatakan mampu dan
1.4Melatih Pasien O : Pasien mampu menyebutkan ulang O : Pasien mampu menyebutkan ulang
Rabu, 1.7 Melakukan evaluasi S : Pasien mengatakan tidak mendengar S : Pasien mengatakan tidak mendengar
10/04/19 tindakan yang
suara-suara dan pasien suara-suara dan pasien mengatakan
telah diajarkan
mengatakan masih menerapkan SP masih menerapkan SP 1 dan SP 2
A : SP 2 tercapai A : SP 2 tercapai
Melakukan SP 3 Pasien S : Pasien mengatakan mengerti yang S : Pasien mengatakan mengerti yang
Halusinasi pendengaran telah dijelaskan dan akan telah dijelaskan dan akan
Kamis, 1.7 Melakukan evaluasi S : Pasien mengatakan mendengarkan S : Pasien mengatakan mendengarkan
11/04/19 tindakan yang telah suara-suara dan pasien suara-suara dan pasien mengatakan
SP 3 tersebut 3 tersebut
A : SP 3 tercapai A : SP 3 tercapai
P : Lanjutkan intervensi SP 4 P : Lanjutkan intervensi SP 4
Melakukan SP 4 Pasien S : Pasien mengatakan mengerti apa S : Pasien mengatakan mengerti apa
Halusinasi Pendengaran yang telah dijelaskan dan mampu yang telah dijelaskan dan mampu
minum obat secara O : Pasien mampu menyebutkan ulang O : Pasien mampu menyebutkan ulang
teratur serta dapat menjelaskan dan serta dapat menjelaskan dan mampu
A : SP 4 tercapai A : SP 4 tercapai
12/04/19 tindakan yang telah mendengar suara-suara lagi dan suara-suara lagi dan klien
O : Pasien terlihat lebih tenang, pasien O : Pasien terlihat lebih tenang, pasien
SP 4 tersebut SP 4 tersebut
A : SP 1 – SP 4 tercapai A : SP 1 – SP 4 tercapai
Sabtu, 1.7 Melakukan evaluasi S : Pasien mengatakan tidak S : Pasien mengatakan tidak mendengar
13/04/19 tindakan yang telah mendengar suara-suara lagi dan suara-suara lagi dan klien
klien
diajarkan mengatakan akan tetap menerapkan
mengatakan akan tetap menerapkan
SP halusinasi jika suara itu muncul
SP halusinasi jika suara itu muncul
kembali
kembali
O : Pasien terlihat lebih tenang, pasien
O : Pasien terlihat lebih tenang, pasien
mampu menyebutkan ulang dan
mampu menyebutkan ulang dan
mampu mempraktekkan cara SP 1
mampu mempraktekkan cara SP 1 –
– SP 4 tersebut
SP 4 tersebut
A : SP 1 – SP 4 tercapai
A : SP 1 – SP 4 tercapai
Lampiran 6
Pasien Tn. N
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya jangan pergi, suara tersebut terdengar pada
malam hari ketika pasien tidur, suara itu hanya terdengar satu kali saja dan saat suara itu muncul pasien tidak merespon
2. Tujuan : Membina hubungan saling percaya, Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami ( isi, waktu, frekuensi,
situasi dan respon terhadap halusinasi ), Pasien dapat menmgontrol halusinasi dengan cara menghardik
PASIEN SP 1 Pasien
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi pak! Perkenalkan nama saya Yuni Fatmawati , saya lebih senang dipanggil Yuni. Saya
mahasiswa dari Poltekkes yang akan merawat bapak selama 6 hari ini. Nama Bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan Bapak N pada hari ini? Apa keluhan Bapak saat ini?”
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Bapak N
dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk, Pak? Di ruang makan? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”
FASE KERJA
“Apakah Bapak N mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan Bapak N paling sering mendengar suara itu? Berapa kali
sehari Bapak N alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu tersendiri?”
“Apa yang Bapak N rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang Bapak N lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?” ”Bapak
N, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat
dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya adalah saat suara-suara itu muncul,
langsung Bapak N bilang, pergi saya tidak mau dengar... Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Bapak N peragakan! Nah begitu... Bagus! Coba lagi! Ya, bagus, Bapak A sudah
bisa.”
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak N setelah memeragakan latihan tadi?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak N sebutkan kembali suara-suara yang Bapak N dengar itu namanya apa?
Suaranya mengatakan apa? Berapa kali muncul dalam sehari? Dalam keadaan apa suara itu terdengar? Apa yang Bapak N
“Nah, sekarang coba Bapak N praktikkan lagi cara menghardik. Iya bagus sekali Pak!”
Rencana tindak lanjut: “Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa Pak latihannya? Mau berapa
kali? (Memasukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien)”
Kontrak yang akan datang: “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-
suara dengan cara yang kedua? Pada jam berapa Pak N? Bagaimana kalau jam 9 pagi? Dimana tempatnya? Baiklah,
sampai jumpa”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan mampu dan mengerti menerapkan cara tersebut dan akan terus berlatih
2. Tujuan : Agar pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
PASIEN SP 2 Pasien
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi Bapak N! Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi. Bapak masih
“Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/mengontrol halusinasi yang kedua”
Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan Bapak N hari ini? Apakah suara-suaranya masih sering terdengar? Apakah Bapak
N sudah berlatih cara menghardik sesuai jadwal yang dibuat dan apakah Bapak N sudah mempraktikkannya? Coba Bapak
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baik sekarang kita akan belajar cara mencegah/mengontrol halusinasi yang kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. Mau berapa lama bincang-bincangnya Bapak A? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana
FASE KERJA
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bapak N
mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Bapak.
Contohnya begini: Tolong, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!”
“Atau kalau ada orang di rumah, misalnya kakaknya Bapak, katakan: “Kak, ayo ngobrol dengan saya. Saya sedang
mendengar suara-suara. Begitu Bapak N. Coba Bapak N lakukan seperti yang saya tadi lakukan. Ya, begitu! Bagus! Coba
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak N setelah kita berlatih cara kedua, yaitu menemui orang lain dan
bercakap-cakap?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak N praktikkan lagi cara yang barusan saya ajarkan. Ya bagus Pak! Jadi sudah
berapa cara yang kita latih Pak? Coba sebutkan lagi? Ya bagus, jadi sudah 2 yaitu menghardik dan bercakap-cakap dengan
orang lain”
Rencana tindak lanjut: “Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bapak N. Mau jam berapa berlatihnya Pak?
Bagaimana 1 kali saja dalam satu hari? Baik jadi jam 8 pagi, dan 12 siang. Jangan lupa dilatih terus ya pak. Jadi kalau
Bapak N mendengar suara-suara itu, Bapak N bisa praktikkan ke 2 cara yang sudah kita latih ya”
Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat): “Besok kita ketemu lagi ya Pak, kita akan berlatih cara mengontrol
halusinasi yang ketiga yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal. Mau jam berapa Pak? Baik jam 9 pagi. Waktunya berapa
lama? Ya, 20 menit. Tempatnya dimana? Baiklah disini saja lagi ya Pak. Sampai jumpa.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan mengerti yang telah dijelaskan dan akan menerapkan SP 3 untuk mengontrol halusinasi
2. Tujuan : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara lakukan aktivitas terjadwal
PASIEN SP 3 Pasien
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi Bapak N! Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang kembali. Bapak N
“Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/mengontrol halusinasi halusinasi yang ketiga”
Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan Bapak N hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Bapak N masih ingat
tidak apa yang sudah kita latih? Ada berapa cara? Ya bagus! Ada dua cara ya Pak, yaitu menghardik dan bercakap-cakap
“Lalu apakah Bapak N sudah berlatih cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain sesuai jadwal yang dibuat?
Bisa saya liat jadwalnya? Dan apakah Bapak N sudah mempraktikkannya? Ya bagus sekali Pak! Apa yang bapak rasakan
“Coba bapak praktikkan kembali 2 cara yang sudah kita latih. Ya bagus sekali Pak!”
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal. Mau berapa lama berlatihnya? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya? Baiklah
disini saja.”
FASE KERJA
“Tujuan melaksanakan aktivitas terjadwal ini adalah untuk mencegah suara-suara itu datang lagi. Apa saja yang biasa
Bapak N lakukan? Coba tulis lembar kegiatan ini ya? Tulis dari pagi bangun tidur sampai malam mau tidur lagi. Setelah itu
apa lagi? (terus disebutkan atau ditulis sampai didapat kegiatannya sampai malam hari)”
“Wah bagus. Banyak sekali kegiatannya ya Pak. Sekarang kita latih satu kegiatan yang sudah Bapak A tulis ya. Bapak A
mau melatih kegiatan yang mana? jadi kegiatannya adalah. ya bagus Pak!”
“Caranya mencuci gelas bagaimana Pak? Ya bagus, caranya mencuci gelas adalah....(sebutkan). Sekarang kita lakukan ya
“Kegiatan ini dapat Bapak N lakukan untk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
ya Pak, supaya dari pagi sampai malam Bapak N selalu ada kegiatan.”
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak N setelah kita berlatih melakukan kegiatan?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak N sebutkan jadwal kegiatan hariannya. Ya bagus! Coba sekarang sebutkan lagi
bagaimana cara mencuci gelasyang barusan saya ajarkan? Ya bagus sekali Pak! Jadi sudah berapa cara yang kita latih Pak?
Coba sebutkan lagi. Ya bagus Pak, jadi sudah ada 3 cara yaitu menghardik, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas
terjadwal.”
Rencana tindak lanjut: “Jangan lupa kegiatan yang terjadwal ini dilakukan ya Pak, juga dilatih cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lainnya sesuai jadwal. Jadi kalau Bapak N mendengar suara-suara itu lagi, Bapak N bisa
datang lagi untuk latihan cara mengontrol halusinasi yang ke 4 yaitu minum obat. Mau jam berapa Pak? Baik jam 9 ya Pak.
Waktunya berapa lama dan tempatnya mau dimana? Baik 20 menit saja dan tempatnya disini lagi ya Pak! Baiklah Pak,
saya permisi dulu ya, jangan lupa Bapak N berlatih ya. Sampai jumpa!”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mampu menyebutkan ulang serta dapat menjelaskan dan mampu mempraktekkan cara minum obat yang
benar
2. Tujuan : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
PASIEN SP 4 Pasien
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi Pak! Sesuai dengan janji saya kemaren. Sekarang saya kembali lagi. Bapak N masih
ingatkan dengan saya? Coba siapa? Wahh bagus. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mengontrol halusinasi
tiga cara yang telah kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Bisa saya liat jadwalnya? Wahh bagus
sekali Pak! Bapak A masih ingat apa yang sudah kita latih? Ya bagus! Coba praktekkan! Ya bagus! Apakah Bapak N pagi
ini sudah minum obat? Nama obatnya apa saja? Oh Bapak belum tau ya nama obatnya?”
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol atau mencegah halusinasi dengan
minum obat. Mau berapa lama berbincang-bincangnya? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya? Disini saja ya
Pak.
FASE KERJA
“Bapak N, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara berkurang atau hilang? Minum obat
sangat penting agar suara-suara yang Bapak N dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat
Bapak N minum? (Perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarn. Obat yang berwarna putih (Resperidone) gunanya
agar Bapak N dapat membantu untuk berpikir jernih dan beraktivitas normal dalam sehari-hari, obat ini diminum 2 kali
sehari, setiap pukul 7 dan 7 malam. Kalau suara-suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, Bapak N akan kambuh dan sulit sembuh seperti keadaan semula. Kalau obat habis,
Bapak N bisa ke Puskesmas ditemani oleh keluarganya untuk mendapatkan obat lagi. Bapak N juga harus teliti saat minum
obat-obat ini. Pastikan obatnya benar, artinya Bapak N harus memastikan bahwa itu oabt yang benar-benar punya Bapak
N. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan
cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak N juga harus memperhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan Bapak N juga harus cukup minum 10 gelas per hari”
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap mengenai obat?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak N sebutkan kembali obat-obat yang Bapak konsumsi? Ya benar sekali! Lalu
Rencana tindak lanjut: “Baiklah Bapak N, bagaimana kalau besok kita mendiskusi lebih dalam lagi tentang apa yang
Kontrak yang akan datang: “Pukul berapa Pak ? Kita bertemu ditempat ini lagi ya? Baik, sampai jumpa”
Pasien Tn. A
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan mendengar suara bisikan disuruh mengikuti pendidikan, suara tersebut terdengar pada pagi hari
ketika pasien sedang beristirahat, suara itu hanya terdengar satu kali saja dan saat suara itu muncul pasin merespon dan
2. Tujuan : Membina hubungan saling percaya, Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami ( isi, waktu, frekuensi,
situasi dan respon terhadap halusinasi ), Pasien dapat menmgontrol halusinasi dengan cara menghardik
PASIEN SP 1 Pasien
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi pak! Perkenalkan nama saya Yuni Fatmawati , saya lebih senang dipanggil Yuni. Saya
mahasiswa dari Poltekkes yang akan merawat bapak selama 7 hari ini. Nama Bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan Bapak A pada hari ini? Apa keluhan Bapak saat ini?”
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Bapak A
dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk, Pak? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”
FASE KERJA
“Apakah Bapak A mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan Bapak A paling sering mendengar suara itu? Berapa kali
sehari Bapak A alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu tersendiri?”
“Apa yang Bapak A rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang Bapak A lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?” ”Bapak
A, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat
dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya adalah saat suara-suara itu muncul,
langsung Bapak A bilang, pergi saya tidak mau dengar... Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Bapak A peragakan! Nah begitu... Bagus! Coba lagi! Ya, bagus, Bapak A sudah
bisa.”
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak A setelah memeragakan latihan tadi?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak A sebutkan kembali suara-suara yang Bapak A dengar itu namanya apa?
Suaranya mengatakan apa? Berapa kali muncul dalam sehari? Dalam keadaan apa suara itu terdengar? Apa yang Bapak A
“Nah, sekarang coba Bapak A praktikkan lagi cara menghardik. Iya bagus sekali Pak!”
Rencana tindak lanjut: “Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa Pak latihannya? Mau berapa
kali? (Memasukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien)”
Kontrak yang akan datang: “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-
suara dengan cara yang kedua? Pada jam berapa Pak A? Bagaimana kalau jam 9 pagi? Dimana tempatnya? Baiklah,
sampai jumpa”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan mampu dan mengerti menerapkan cara tersebut dan akan terus berlatih
DO : Pasien mampu menyebutkan ulang dan mampu mempraktekkan cara SP 1 dan SP 2 tersebut
2. Tujuan : Agar pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
PASIEN SP 2 Pasien
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi Bapak A! Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi. Bapak masih
“Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/mengontrol halusinasi yang kedua”
Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan Bapak A hari ini? Apakah suara-suaranya masih sering terdengar? Apakah Bapak
A sudah berlatih cara menghardik sesuai jadwal yang dibuat dan apakah Bapak A sudah mempraktikkannya? Coba Bapak
bercakap-cakap dengan orang lain. Mau berapa lama bincang-bincangnya Bapak A? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana
FASE KERJA
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bapak A
mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Bapak.
Contohnya begini: Tolong, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!”
“Atau kalau ada orang di rumah, misalnya kakaknya Bapak, katakan: “Kak, ayo ngobrol dengan saya. Saya sedang
mendengar suara-suara. Begitu Bapak A. Coba Bapak A lakukan seperti yang saya tadi lakukan. Ya, begitu! Bagus! Coba
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak A setelah kita berlatih cara kedua, yaitu menemui orang lain dan
bercakap-cakap?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak A praktikkan lagi cara yang barusan saya ajarkan. Ya bagus Pak! Jadi sudah
berapa cara yang kita latih Pak? Coba sebutkan lagi? Ya bagus, jadi sudah 2 yaitu menghardik dan bercakap-cakap dengan
orang lain”
Rencana tindak lanjut: “Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bapak A. Mau jam berapa berlatihnya Pak?
Bagaimana 1 kali saja dalam satu hari? Baik jadi jam 8 pagi, dan 12 siang. Jangan lupa dilatih terus ya pak. Jadi kalau
Bapak A mendengar suara-suara itu, Bapak A bisa praktikkan ke 2 cara yang sudah kita latih ya”
Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat): “Besok kita ketemu lagi ya Pak, kita akan berlatih cara mengontrol
halusinasi yang ketiga yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal. Mau jam berapa Pak? Baik jam 9 pagi. Waktunya berapa
lama? Ya, 20 menit. Tempatnya dimana? Baiklah disini saja lagi ya Pak. Sampai jumpa.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan mengerti yang telah dijelaskan dan akan menerapkan SP 3 untuk mengontrol halusinasi
2. Tujuan : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara lakukan aktivitas terjadwal
PASIEN SP 3 Pasien
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi Bapak A! Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang kembali. Bapak A
“Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/mengontrol halusinasi halusinasi yang ketiga”
Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan Bapak A hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Bapak A masih ingat
tidak apa yang sudah kita latih? Ada berapa cara? Ya bagus! Ada dua cara ya Pak, yaitu menghardik dan bercakap-cakap
“Lalu apakah Bapak A sudah berlatih cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain sesuai jadwal yang dibuat?
Bisa saya liat jadwalnya? Dan apakah Bapak A sudah mempraktikkannya? Ya bagus sekali Pak! Apa yang bapak rasakan
“Coba bapak praktikkan kembali 2 cara yang sudah kita latih. Ya bagus sekali Pak!”
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal. Mau berapa lama berlatihnya? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya? Baiklah
disini saja.”
FASE KERJA
“Tujuan melaksanakan aktivitas terjadwal ini adalah untuk mencegah suara-suara itu datang lagi. Apa saja yang biasa
Bapak A lakukan? Coba tulis lembar kegiatan ini ya? Tulis dari pagi bangun tidur sampai malam mau tidur lagi. Setelah itu
apa lagi? (terus disebutkan atau ditulis sampai didapat kegiatannya sampai malam hari)”
“Wah bagus. Banyak sekali kegiatannya ya Pak. Sekarang kita latih satu kegiatan yang sudah Bapak A tulis ya. Bapak A
mau melatih kegiatan yang mana? jadi kegiatannya adalah.....ya bagus Pak!”
“Caranya merapikan bagaimana Pak? Ya bagus, caranya merapikan tempat tidur adalah... (sebutkan). Sekarang kita
“Kegiatan ini dapat Bapak A lakukan untk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
ya Pak, supaya dari pagi sampai malam Bapak A selalu ada kegiatan.”
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak A setelah kita berlatih melakukan kegiatan?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak A sebutkan jadwal kegiatan hariannya. Ya bagus! Coba sekarang sebutkan lagi
bagaimana cara merapikan tempat tidur yang barusan saya ajarkan? Ya bagus sekali Pak! Jadi sudah berapa cara yang kita
latih Pak? Coba sebutkan lagi. Ya bagus Pak, jadi sudah ada 3 cara yaitu menghardik, bercakap-cakap dan melakukan
aktivitas terjadwal.”
Rencana tindak lanjut: “Jangan lupa kegiatan yang terjadwal ini dilakukan ya Pak, juga dilatih cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lainnya sesuai jadwal. Jadi kalau Bapak A mendengar suara-suara itu lagi, Bapak A bisa
datang lagi untuk latihan cara mengontrol halusinasi yang ke 4 yaitu minum obat. Mau jam berapa Pak? Baik jam 9 ya Pak.
Waktunya berapa lama dan tempatnya mau dimana? Baik 20 menit saja dan tempatnya disini lagi ya Pak! Baiklah Pak,
saya permisi dulu ya, jangan lupa Bapak A berlatih ya. Sampai jumpa!”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mampu menyebutkan ulang serta dapat menjelaskan dan mampu mempraktekkan cara minum obat yang
benar
2. Tujuan : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
PASIEN SP 4 Pasien
FASE ORIENTASI
Salam terapeutik: “Selamat pagi Pak! Sesuai dengan janji saya kemaren. Sekarang saya kembali lagi. Bapak A masih
ingatkan dengan saya? Coba siapa? Wahh bagus. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mengontrol halusinasi
tiga cara yang telah kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Bisa saya liat jadwalnya? Wahh bagus
sekali Pak! Bapak A masih ingat apa yang sudah kita latih? Ya bagus! Coba praktekkan! Ya bagus! Apakah Bapak A pagi
ini sudah minum obat? Nama obatnya apa saja? Oh Bapak belum tau ya nama obatnya?”
Kontrak (topik, waktu, tempat): “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol atau mencegah halusinasi dengan
minum obat. Mau berapa lama berbincang-bincangnya? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana tempatnya? Disini saja ya
Pak.
FASE KERJA
“Bapak A, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara berkurang atau hilang? Minum obat
sangat penting agar suara-suara yang Bapak A dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat
Bapak A minum? (Perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarn. Obat yang berwarna putih (Tpyhexilpendil, THP)
gunanya agar Bapak A merasa rileks dan tidak kaku, obat ini diminum 2 kali sehari, setiap pukul 7 dan 7 malam. Kalau
suara-suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
Bapak A akan kambuh dan sulit sembuh seperti keadaan semula. Kalau obat habis, Bapak A bisa ke Puskesmas ditemani
oleh keluarganya untuk mendapatkan obat lagi. Bapak A juga harus teliti saat minum obat-obat ini. Pastikan obatnya benar,
artinya Bapak A harus memastikan bahwa itu oabt yang benar-benar punya Bapak A. Jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak A juga harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan Bapak A juga
FASE TERMINASI
Evaluasi respon subjektif: “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap mengenai obat?”
Evaluasi respon objektif: “Coba Bapak A sebutkan kembali obat-obat yang Bapak konsumsi? Ya benar sekali! Lalu
Rencana tindak lanjut: “Baiklah Bapak A, bagaimana kalau besok kita mendiskusi lebih dalam lagi tentang apa yang
Kontrak yang akan datang: “Pukul berapa Pak ? Kita bertemu ditempat ini lagi ya? Baik, sampai jumpa”