Oleh :
Agustus 2020
I. Rangkuman Materi Osteoporosis
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang dan massa tulang mengalami penurunan
sehingga komponen matrix didalamnya seperti mineral dan protein berkurang. Pada
osteoporosis reabsorbsi pada tulang terjadi lebih cepat daripada formasi (pembentukkan)
tulang sehingga tulang menjadi tipis.
1. Nutrisi
2. Fisik
3. Hormonal
4. Genetik
Faktor utama yang mengakibatkan terjadinya osteoporosis yaitu
1. Defisiensi kalsium. Dalam defisiensi kalsium ini biasanya terjadi intake kalsiun, Vit A
dan C kurang dari kebutuhan, bertambahnya usia kalsium mengalami absorbsi,
penggunaan obat-obatan tertentu dalam waktu lama misalnya seperti kortikosteroid.
2. Kurangnya latihan yang teratur. Sengan kurangnya latihan yang teratur, terjadi
immobilisasi yang mengakibatkan massa tulang mengalami proses penurunan.
Dengan Olahraga, daptat mencegah osteoporosis karena dalam teknik mekanisme
latihan dapat menyebabkan otot-otot berkontraksi sehingga merangsang formasi
tulang.
3. Jenis kelamin. Biasanya terjadi pada wanita post menopouse karena hormon estrogen
dan timbunan kalsium tulang tidak ada, wanita lebih rentan mengalami osteoporosis
daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki terjadi pada usia
Faktor-faktor resiko bagi klien yang mengalami osteoporosis biasanya kurangnya sinar
matahari, terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol, nikotin dan kafein, kurangnya
aktifitas fisik, dan juga bisa riwayat keluarga.
1. Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan esterogen (hormone utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul
pada wanita yang berusia 51-75tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun
lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, warna kulit putih dan daerah timur lebih mudah
menderita penyakit ini daripada warna kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis
Kemungkinan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang
yamg baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit
ini biasamya terjadi pada usia 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan postmenapausal.
3. Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis
lainnya atau oleh obat-obatan (misalnya kortikosteroid,barbiturate, anti kejang dan
hormone tiroid yang berlebihan). Penyakit ini juga bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal)
1. Pengkajian
Didalam pengkajian berisi tentang riwayat keperawatan dimana mencakup data klien
seperti perasaan nyeri pada tulang, punggung dan leher, penurunan BB, Umur dan
jenis Kelamin, aktivitas klien (immobilisasi), keadaan nutrisi (defisiensi Ca, Vit C dan
D), kebiasaan minum alkohol dan kafein, adanya penyakit endokrin. Pemeriksaan
fisik juga termasuk dalam pengkajian yaitu meliputi nyeri tekan dan nyeri gerak,
mobilitas klien, dan posisi klien seperti membungkuk. Riwayat psikososial meliputi
cemas atau takut beraktifitas, gangguan konsep diri (terjadi pada lansia dan wanita),
dan masalah psikologis sampai dengan proses penuaan dan penyrmbuhan yang
menyertai.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa utama osteoporosis yakni kerusakan mobilitas fisik, gangguan konsep diri,
dan kurangnya pengetahuan.
3. Intervensi
A.kerusakan mobilitas fisik
- gunakan walker atau tongkat (bila perlu)
- bantu dan ajarkan ROM
- ajarkan klien cara cegah kontraktur
- jelaskan tujuan dan ajarkan cara gunakan korset
- berikan diet tinggi kalsium, vit C dan D
- berika obat-obatan sesuai terapi
B. Gangguan konsep diri
- bantu klien mengekspresikan perasaannya
- bantu klien identifikasi pengalaman masa lalu
- identifikasi bersama klien tentang alternatof pemecahan masalah yang positif
- bantu klien untum meningkatkan komunikasi dengan keluarga
C. Kurang pengetahuan
- jelaskan tentang pengaturan diet yang tepat
- jelaskan pentingnya aktivitas dan istirahat
- jelaskan penggunaan obat yang benar
- jelaskan pwngaturan, lingkungan yang aman bagi klien
- jelaskan untuk mengurangi alkohol, kafein dan rokok
- motivasi follow up
4. Evaluasi
- Tidak terjadi komplikasi
- Aktifitas fisik terpenuhi
- Perilaku dan adaptasi
- Memahami cara pengobatan dan perawatan dirumah
Keluhan saat masuk RS : pada punggung terasa nyeri saat beraktivitas, ini
menyebabkan klien sulit berjalan secara normal.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 110x/mnt
- RR : 20x/mnt
- Suhu : 36,9 0C
b. Sistem Persyarafan
- GCS (Glassgow Coma Scale) : Eye/Verbal/Motorik = 4/5/6
c. Sistem Muskuloskeletal
- Pergerakan terbatas
- Cara berjalan tidak tegap
- Kekuatan otot 5 5
5 5
Riwayat Psikososial
- Klien tidak berani melakukan aktivitas yang berat karena rasa sakit di
punggungnya
- Klien tidak mengetahui penyebab dan cara pengobatan sakit
dipunggungnya.
Hasil pemeriksaan laboratorium
- BMD T-score -3
Hasil lab Elektrolit tanggal 21 April 2017 (ca: 9,98 mg/dL, na: 142 mmol/L, K:
47 mmol/L, Cl: 108 mmol/L )
Hasil Lab Darah lengkap tanggal 21 April 2017
Hb: 13,5 gr/dl
Leuko : 6.000 /ul
Trombosit: 250.000 /ul
Hematokrit: 42%
SGOT/SGPT: 7/6,6 u/l
Albumin: 4 mg%
B. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Kepadatan/massa tulang menurun Nyeri Kronis
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan deformitas vertebra d.d skala nyeri 7, tampak
mringis, Sering memegang area yang sakit, TD : 130/90 mmHg, N : 110x/mnt
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal d.d
BMD T-score -3, lab Elektrolit (ca: 9,98 mg/dL, na: 142 mmol/L, K: 47 mmol/L,
Cl: 108 mmol/L , TB 165 cm, BB 76 kg, Cara berjalan klien tidak tegap (kifosis)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi d.d klien
banyak bertanya tentang penyakit dan tindakan yang dilakukan, menunjukkan
persepsi yang keliru terhadap masalah, perilaku tidak tepat
4. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan mobilitas.
DIAGNOSA
TANGG NO
KEPERAWA TUJUAN KRITERIA STANDART INTERVENSI
AL DX
TAN
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
(L.08066) klien membaik dengan kriteria frekuensi, kualitas, inte
dengan
hasil: 2. Identifikasi skala ny
deformitas • Keluhan nyeri menurun (skala 0-1) 3. Identifikasi faktor y
vertebra d.d • Wajah tidak tampak meringis kesakitan memperingan nyeri
• Kemampuan menuntaskan aktivitas 4. Berikan teknik no
skala nyeri 7,
meningkat mengurangi rasa nyeri
tampak 5. Fasilitasi istirahat da
mringis, Sering 6. Kolaborasi den
pemberian analgetik, ji
memegang
area yang
sakit, TD :
130/90 mmHg,
N : 110x/mnt