Anda di halaman 1dari 23

RESUME PBL

Skenario 1

Nama : M Ilham Arizal

Npm : 117170041

Kel : 4B

Blok : 6.3

Tutor : dr. Pahmi Budiman Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
SKENARIO 1
Kesulitan Berjalan
Seorang perempuan berusia 88 tahun datang dibawa keluarganya ke Poliklinik RS dengan
keluhan kesulitan berjalan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai lemas, nafsu makan
berkurang dan menjadi jarang minum obat. Menurut keluarganya, pasien memiliki riwayat
Osteoarthritis di lutut kanan sejak 5 tahun dan DM sejak 10 tahun yang lalu. selama ini
berjalan dengan dibantu alat dan sempat terjatuh 1 bulan yang lalu di teras rumah. Selama 1
bulan pasien tidak bisa jalan dan hanya di tempat tidur saja, pasien tidak mau makan, BAB
dan BAK juga jarang. Pasien hanya tinggal bersama cucunya yang juga bekerja setiap
harinya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan otot kaki kanan dan kiri kontraktur
(+). Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium menyeluruh dan dilakukan
penanganan lebih lanjut.

STEP 1
1. Kontraktur : hilangnya atau berkurangnya lingkup gerak sendi secara pasif
maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot dan
kulitnya. Ketidak mampuan otot untuk melkukan kontraksi atau pemendekan otot.
2. Osteoarthritis : merupakan penyakit sendi yg degenerative, biasanya pada sendi
lutut, panggul, vertebra.
STEP 2
1. Mengapa pasien mengeluhkan kesulitan berjalan disertai lemas, nafsu makan
berkurang dan menjadi jarang minum obat tidak bisa jalan dan hanya di tempat
tidur saja, pasien tidak mau makan, BAB dan BAK?
2. Bagaimana hubungan riwayat ostheoartritis, DM dengan keluhan pasien tersebut?
3. Bagaimana hubungan usia pasien dengan keluhan tersebut?
4. Bagaimana pem diagnosis, pem fisik, pem penunjang menyeluruh dan beserta
interpretasinya pada kasus tersebut?
5. Bagaimana penanganan lebih lanjut yang dapat dilakukan pada kasus tersebut?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengeluhkan kesulitan berjalan disertai lemas, nafsu
makan berkurang dan menjadi jarang minum obat tidak bisa jalan dan
hanya di tempat tidur saja, pasien tidak mau makan, BAB dan BAK?
Kesulitan berjalan : merupakan ciri ciri sindrom geriatri, sehingga terjadinya
atrofi otot. Gejala sindrom geriatri itu faktornya instabilitas yaitu gangguan
keseimbangan. Dan ada juga faktor dari inkontenensia urine.
Penurunan nafsu makan : bisa merupakan tanda gejala sindrom geriatri juga
dimana di pasien lansia ada gangguan menelan dan penurunan nafsu makan,
dan penurunan nutrisi.
Imobilisasi : rasa nyeri, lemah, kekakuan otot , ketidakseimbangan, dan
masalah psikologis.
BAB jarang : karena berkurangnya gerakan peristaltik pada usus. Karena
gangguan pada otot ususnya, gangguan syaraf dan gangguan psikologis.
2. Bagaimana hubungan riwayat ostheoartritis, DM dengan keluhan pasien
tersebut?
hubungan riwayat ostheoartritis : Adanya perubahan matriks extraseluler di
peptidoglikan dan Ditandain adanya degenerasi kartilago yang terdapat pada
persendian
Ada penururan produksi ATP sehingga adanya penurunan nafsu makan, dan
bias terjadi dehidrasi, dan lemas. Ketika jatuh bisa terjadi fraktur panggul
sehingga ada imobilisasi.
3. Bagaimana hubungan usia pasien dengan keluhan tersebut?
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar
sendi, penurunan kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawa dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
Tahap usia lanjut adalah tahap terjadinya penurunan fungsi tubuh. Penuaan
(aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur
serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Kemampuan regeneratif pada lansia
terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi dikarenakan terdapat perubahan fungi
tubuh pada pasien tersebut dimana sudah menginjak lanjut usia. Perubahan
tersebut dapat terjadi sebagai proses fisiologis maupun patologis. Terdapat
teori dari adres dan robin, terjadinya penurunan dari fungsi organ itu terjadi
dari 1 sampai 10% setelah usia seseorang lebih dari 30 tahun. Sedangkan
berdasarkan teori dari vanborg, penurunan fungsi yang nyata pada seseorang
yaitu setelah usianya lebih dari 70 tahun.
4. Bagaimana penegakan diagnosis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan beserta interpretasinya pada kasus tersebut?
Penegakan diagnosis :
Anamnesis: Keluhan utama (onset, perubahan, terakhir bebas gejala) Riwayat
penyakit dahulu, riwayat obatobatan, riwayat penyakit keluarga, riwayat social
fungsional (mobilitas dan transfer, lingkungan rumah, aktivitas sehari-hari,
dukungan, interaksi social, pekerjaan, merokok dan alcohol, menyetir)
pernyataan sistematis (gangguan kognitif, mood, nutrisi, kesehatan mulut,
nyeri, kontinensia, gangguan sensorik, jatuh dan keseimbangan).
Pem fisik : pemeriksaan umum (hidrasi dan nutrisi, kulit, nyeri, kontinensia,
penglihatan dan pendengaran), pemeriksaan system (system kardiovaskular,
respirasi, gastrointestinal, saraf, muskuloskeletal)
Pem penunjang : untuk imobilisai : menggunakan status mental, urinalisisis
atau kultur urine.
5. Bagaimana penanganan lebih lanjut yang dapat dilakukan pada kasus
tersebut?
Penanganan imobilitas : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang
berserat.
penaganan istabilitas dan pasien jatuh : mengobati berbagai kondisi yang
mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan
berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal
yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
Memberikan perilaku bersih dan hidup sehat, pem gula darah. Tek darah,
kurangi karbohidrat, tidur yang cukup.
HEALTH PROMOTION

memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada lansia, perilaku


hidup bersih dan sehat serta manfaat olah raga.
PREVENTIF
pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala, menjaga
pola makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi
makanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan
mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.
STEP 4
1. Mengapa pasien mengeluhkan kesulitan berjalan disertai lemas, nafsu
makan berkurang dan menjadi jarang minum obat tidak bisa jalan dan
hanya di tempat tidur saja, pasien tidak mau makan, BAB dan BAK?
Kesulitan berjalan : merupakan ciri ciri sindrom geriatri, sehingga terjadinya
atrofi otot. Gejala sindrom geriatri itu faktornya instabilitas yaitu gangguan
keseimbangan. Dan ada juga faktor dari inkontenensia urine.
Penurunan nafsu makan : bisa merupakan tanda gejala sindrom geriatri juga
dimana di pasien lansia ada gangguan menelan dan penurunan nafsu makan,
dan penurunan nutrisi.
Imobilisasi : rasa nyeri : seperti osteoporosis, osteomalasia,
Lemah : malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakanya otot, anemia,
gangguan neurologis
kekakuan otot : osteoartritis
ketidakseimbangan : stroke, kehilangan refleks tubuh, neuropati karena DM,
malnutrisi
masalah psikologis : demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada
depresi.
BAB dan BAK jarang : karena berkurangnya gerakan peristaltik pada usus.
Karena gangguan pada otot ususnya, gangguan syaraf dan gangguan
psikologis. Adanya inkontenesia urine
Penurunan nafsu maakan : ada gangguan menelan karena adanya perubahan
mukosa degeneratif, sehingga adanya gangguan rasa mengecap dan kurangnya
nafsu makan.
2. Bagaimana hubungan riwayat ostheoartritis, DM dengan keluhan pasien
tersebut?
hubungan riwayat ostheoartritis : Adanya perubahan matriks extraseluler di
peptidoglikan (bantalan pada sendi) dan Ditandain adanya degenerasi kartilago
yang terdapat pada persendian.
Ada penururan produksi ATP sehingga adanya penurunan nafsu makan, dan
bias terjadi dehidrasi, dan lemas. Ketika jatuh bisa terjadi fraktur panggul
sehingga ada imobilisasi.
Hubungan riwayat osteoarthritis
Ditandain adanya degenerasi kartilago yang terdapat pada persendian, selain
itu ada perubahan matriks ekstraseluler di protegoglikan.
Osteoarthritis  tidak pure disebabkan oleh penuaan tapi multi factorial
menciptakan deformitas pada persendian  terjadinya kerusakan kondrosit
 lepasnya enzim proteolitik dan penghancuran matriks proteoglikan (yang
bentuk bantalan pada sendi)  tidak akan menciptakan gesekan bermakna
pada ujung tulang  deformasi kartilago gagalkan pembentukan kolagen
hingga akhirnya muncul perubahan yang menetap dan bertahap(baca table)
stressnya stress mekanik  penurunan jelasin : fungsi kartilago (meratakan)
meratakan distribusigaya yang ada persendian ( mengangkat beban itu bukan
Cuma di distribusikan pada 1 titik disendi kita tetapi didistribusikan secara
merata) pembentukan ostefit
Hubungan riwayat DM
DM: suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya, DM
bersifat toksik yang nantinya menyerang system saraf, pembuluh darah,saluran
cerna, fungsi defekasi dan berkemih.
Sistem saraf:
Hiperglikemia kronik memicu aktivasi metabolisme kelebihan glukosa melalui
jalur poliolsisa metabolit toxic: sorbitol
Pembuluh darah:
Kelebihan glukosa juga dimetabolisme melalui jalur poliol
Kelebihan glukosa juga memicu pelepasan faktor endotel seperti VEGF,
TGFperubahan matriks endotelpenyempitan lumen dan atSaluran cerna:
Degenerasi papil dan jumlah reseptor di lidah
Hipomotilitas
Menurunnya sekresi enzim
Penurunan ketebalan barrier asam dan luas mukosa absorbtif
erosklerosis
Fungsi defekasi dan berkemih:
Degenerasi sistem saraf periferneuropati perifer, terbagi menjadi 2: autonom
dan somatis
Autonom: hilangnya refleks otonom yang mengatur fungsi defekasi maupun
berkemih
Somatis: hilangnya kontrol volunter terhadap fungsi di atas
3. Bagaimana hubungan usia pasien dengan keluhan tersebut?
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar
sendi, penurunan kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawa dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
Tahap usia lanjut adalah tahap terjadinya penurunan fungsi tubuh. Penuaan
(aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur
serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Kemampuan regeneratif pada lansia
terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi dikarenakan terdapat perubahan fungi
tubuh pada pasien tersebut dimana sudah menginjak lanjut usia. Perubahan
tersebut dapat terjadi sebagai proses fisiologis maupun patologis. Terdapat
teori dari adres dan robin, terjadinya penurunan dari fungsi organ itu terjadi
dari 1 sampai 10% setelah usia seseorang lebih dari 30 tahun. Sedangkan
berdasarkan teori dari vanborg, penurunan fungsi yang nyata pada seseorang
yaitu setelah usianya lebih dari 70 tahun.
Pada lansia dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium
tubuh, serta terjadi perlambatan remodeling dari tulang, hal ini dapat menjadi
penyebab terjadinya riwayat OA pada pasien. Massa tulang akan mencapai
puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun).
Penurunan massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause,
karena terjadinya penurunan dari kadar estrogennya. Sama halnya dengan
sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan oleh faktor
usia dan disuse. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan
tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen pada
wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekular
menjadi lebih berongga, mikroarsitekur berubah dan sering mengalami fraktur
baik akibat benturan ringan maupun spontan.
4. Bagaimana penegakan diagnosis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan beserta interpretasinya pada kasus tersebut?
Penegakan diagnosis :
Anamnesis: Keluhan utama (onset, perubahan, terakhir bebas gejala) Riwayat
penyakit dahulu, riwayat obatobatan, riwayat penyakit keluarga, riwayat social
fungsional (mobilitas dan transfer, lingkungan rumah, aktivitas sehari-hari,
dukungan, interaksi social, pekerjaan, merokok dan alcohol, menyetir)
pernyataan sistematis (gangguan kognitif, mood, nutrisi, kesehatan mulut,
nyeri, kontinensia, gangguan sensorik, jatuh dan keseimbangan).
Assessment Geriatri secara komprehensif
Menilai  kesehatan fisik, mental, status fungsional, kegiatan sosial, dan
lingkungan.
Tujuan asesmen : mengetahui kesehatan pasien geriatri secara
holistik/keseluruhan  bertujuan agar geriatri dapat mandiri dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang.
Pem fisik : pemeriksaan umum (hidrasi dan nutrisi, kulit, nyeri, kontinensia,
penglihatan dan pendengaran), pemeriksaan system (system kardiovaskular,
respirasi, gastrointestinal, saraf, muskuloskeletal), tes koordinasi atau
kesimbangan, tes fungsi kognitif
Pem penunjang : untuk imobilisai : menggunakan status mental, urinalisisis
atau kultur urine, darah lengkap, pem feses, MRI, st scan
5. Bagaimana penanganan lebih lanjut yang dapat dilakukan pada kasus
tersebut?
Penanganan imobilitas : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang
berserat.
penaganan istabilitas dan pasien jatuh : mengobati berbagai kondisi yang
mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan
berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal
yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
Memberikan perilaku bersih dan hidup sehat, pem gula darah. Tek darah,
kurangi karbohidrat, tidur yang cukup.
Pengaturan olahraga secara terarur, fungsi kognitif, pencegahan infeksi dengan
pemberian vaksin.
Edukasi :
• Agar rasa nyeri dapat berkurang, maka pasien sedianya mengurangi
aktivitas/pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi lutut
dan lebih banyak beristirahat.
• Pasien juga disarankan untuk control kembali sehingga dapat diketahui
apakah penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat
obat yang diberikan.
• Terapi fisik bertujuan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
Farmakologi :
Untuk membantu mengurangi keluhan nyeri pada pasien, biasanya digunakan
analgetika atau Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS). Untuk nyeri yang
ringan maka asetaminophen tidak lebih dari 4 gram per hari merupakan
pilihan pertama.
• Untuk nyeri sedang sampai berat, atau ada inflamasi, maka OAINS
yang selektif COX-2 merupakan pilihan pertama, kecuali jika pasien
mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi dan penyakit ginjal.
• Injeksi kortikosteroid intraartikuler bisa diberikan terutama pada
pasien yang tidak ada perbaikan setelah pemberian asetaminophen dan
OAINS.
P3G : untuk mencapai derajat dan fungsional yg baik.

MIND MAP

Pendekatan klinis

Tatalaksana Geriatri
Patomekanisme
Sindrom Geriatri

Teori proses
penuaan dan
Factor resiko
fisiologisnya

STEP 5

1. Perubahan fisiologis pada pasien geriatri berdasarkan teori-teori proses penuaan?


2. Pendekatan klinis keluhan-keluhan pasien lansia yg berbeda pada kondisi umum pada
sindrom geriatri?
3. Patomekanisme terjadinya sindrom geriatri dan Penatatalaksanaanya secara
komperehensif pada sindrom geriatri?

REFLEKSI DIRI

Alhamdulillah PBL pertemuan pertama skenario 1 berjalan dengan lancar, semoga ilmu yang
didapat bisa bermanfaat.
STEP 7

1. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel dari tubuh lansia
dibiakkan lalu diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan
membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, system musculoskeletal
dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel
tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak
sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri

Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan
kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring
dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan
permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga
terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal

Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari system limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah
Perubahan pada lanjut usia :
Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan.
Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna
menurun.
Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung menurun
1% setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh darah kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan
darah meninggi, karena meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
(menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi karena beberapa factor yang
mempengaruhi yang sering ditemukan adalah temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi aktifitas otot rendah.
Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat,
mengakibatkan menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman nafas menurun pula. Selain itu, kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan CO2 arteri
tidak berganti.
Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron
Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah
dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

2. Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dari pasien usia lanjut pada umumnya. Karakteristik pasien geriatri
yang pertama adalah multipatologi, yaitu adanya lebih dari satu penyakit kronis
degeneratif. Karakteristik kedua adalah daya cadangan faali menurun karena
menurunnya fungsi organ akibat proses menua. Karakteristik yang ketiga adalah
gejala dan tanda penyakit yang tidak khas. Tampilan gejala yang tidak khas seringkali
mengaburkan penyakit yang diderita pasien. Karakteristik berikutnya adalah
penurunan status fungsional yang merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas seharihari. Penurunan status fungsional menyebabkan pasien geriatri berada
pada kondisi imobilisasi yang berakibat ketergantungan pada orang lain. Karakteristik
khusus pasien geriatri yang sering dijumpai di Indonesia ialah malnutrisi.
Pasien lanjut usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit
kronis/menahun, gejala penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat
kemandirian berkurang, sering disertai masalah nutrisi, karena alasan tersebut
perawatan pasien geriatri berbeda dengan pasien yang lain. Masalah-masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering
disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan
yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I),
yaitu :
 Immobility (kurang bergerak)
 Instability (mudah jatuh)
 Incontinence (beser BAB/BAK)
 Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
 Infection (infeksi)
 Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan
dan penciuman)
 Isolation (Depression)
 Impecunity (kemiskinan)
 Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
 Insomnia (sulit tidur)
 Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
 Impotence (Gangguan seksual)
 Impaction (sulit buang air besar)
 Inanition (malnutrisi)

Immobility (kurang bergerak)

Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih. Penyebab utama
imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia. Komplikasi yang timbul
adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus menerus timbul lecet
bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-
paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain. Penanganan : latihan fisik,
perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti dekubitus, monitor
asupan cairan dan makanan yang berserat.

Instability (Instabilitas dan Jatuh)

Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan


kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan
lain-lain. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan,
gangguan keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan
faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki
tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai
yang membuat terpeleset dll). Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera
kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi. Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai
yang tidak licin.

Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)

Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki


dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan
atau kesehatan. Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan
kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.

Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan
berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik
prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran
kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin. Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab
cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll. Pada
inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering mengurangi
minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan


Delirium)

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang


disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman
yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan
terganggunya aktivitas. Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK
dan obesitas. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang
ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi. Gejalanya:
gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek, gangguan
persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu, tempat,
orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan melompat-
lompat, gangguan siklus tidur.

Infection (infeksi)

Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya


tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri
utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi semakin
tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan
nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku
sering terjadi pada pasien usia lanjut.

Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,


penglihatandan penciuman)

Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan


menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi. Penatalaksanaan untuk
gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu
dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi koklea. Gangguan
penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi dari
penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu
kacamata atan dengan operasi pada katarak.

Isolation (Depression)

Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai
mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup
sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri
akibat depresi yang berkepajangan.

Inanition (malnutrisi)

Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia
dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial
(hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan
makanan.

Impecunity (Tidak punya penghasilan)


Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Selain masalah finansial, pensiun
juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang
memudahkan seorang lansia mengalami depresi.

Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)

Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam
jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan
penyakit. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

Insomnia (Sulit tidur)

Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang


lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan
oleh lansia yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan
mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari,
lesu setelah bangun di pagi hari. Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam
sebelum tidur, santai mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari
minum minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan
malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari
menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca

Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)


Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.

Impotence (Gangguan seksual)

Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut


terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah dan juga depresi

Impaction (sulit buang air besar)

Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang


mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari pasien
pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh
usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan
sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien geriatri sulit dihindari dikarenakan
oleh berbagai hal yaitu penyakit yang diderita banyak dan biasanya kronis, obat
diresepkan oleh beberapa dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala
yang dirasakan pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk
menghilangkan efek samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan
prinsip pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui
riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum waktunya, jangan
menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis
rendah, naikkan perlahan-lahan, obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh
berobat dan hati-hati mengguakan obat baru.
3. Patomekanisme :
 Inkontinensia urin
Inkontinensia urine akut (Transient incontinence): Inkontinensia urin ini
merupakan terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya
berkaitan dengan kondisi sakit akut atau masalah iatrogenik menghilang jika
kondisi akut teratasi. Inkontinensia kronik : menurunnya kapasitas kandung
kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan kandung kemih
akibat lemahnya kontraksi otot detrusor.
Pada usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya perubahan anatomis dan
fisiologis dari sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut akan
berkaitan dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita dan
hormon androgen pada pria. Perubahan yang terjadi ini berupa peningkatan
fibrosis dan kandungan kolagen pada dinding kandung kemih yang dapat
mengakibatkan fungsi kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi. Pada
otot uretra dapat terjadi perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa,
atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. Dengan keadaan ini menyebabkan
tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar panggul juga dapat mengalami
perubahan merupa melemahnya fungsi dan kekuatan otot. Secara keseluruhan
perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian bawah akibat dari proses
menua sebagai faktor kontributor terjadinya Inkontinensia urin
 Impaction (sulit buang air besar)
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan,
kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat
dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

 Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia
dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial
(hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan
makanan.
 Instabilitas dan jatuh
Jatuh terjadi ketika system control pusat tubuh gagal mendeteksi
pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang
pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya keseimbangan. Usia
lanjut dikaitkan dengan proses degenerative pada system vestibuler dan
lemahnya kekuatan otot.
 Insomnia
Saat ada masalah tubuh akan memberi respon terhadap stressor tersebut
dengan melakukan mekanisme hipotalamus-pituitari-aksis yang nantinya
hipotalamus akan menghasilkan corticotropin releasing hormone yang
merangsang ACTH. ACTH yang dilepas ke aliran darah ini akan memicu
pelepasan hormon kortisol. Akibatnya, kortisol yang tinggi menyebabkan
melatonin darah jadi rendah sehingga merangsang system syaraf simpatis dan
menyebabkan kondisi terus terjaga.
 Immunodefisiensi
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari system
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan
protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system
imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan
tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang
menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah
 Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
Adanya penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek
pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensivitas terhadap
warna. Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiopi atau tidak
dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas lensa mata
berkurang. kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat
tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan berakhirnya
pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput didalam
telinga disebut presbikusis. Daya penciuman menjadi kurang tajam seiring
bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti
dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung
Tatalaksana :
 Imobilisasi
Terapi fisik secara perlahan menggunakan alat pendukung untuk berdiri
sehingga lansia terbantu berjalan secara perlahan dan dapat menopang
tubuhnya.
 Jatuh
Olahraga dan fisioterapi yang bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan,
cara berjalan, dan mencegah terjatuh. Konsumsi vitamin D dan kalsium secara
rutin untuk menjaga kekuatan tulang. Hindari merokok dan konsumsi alcohol
karena dapat menurunkan massa tulang dan meningkatkan resiko patah tulang
pada lansia.
 Inkontinensia urin
Kurangi konsumsi minuman berkafein karena dapat meningkatkan produksi
urin. Inkontinensia urin dapat diatasi dengan konsumsi obat, stimulasi syaraf
atau operasi.
 Demensia
Dari pihak keluarga perlu diberikan konseling untuk memonitor kemampuan
pasien dan mempertimbangkan penggunaan alat bantu mengingat.
 Delirium
Dilakukan konseling antara pasien dan keluarga untuk mengurangi tingkat
kebingungan seperti mengingatkan waktu dan tempat suatu kejadian tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 3. Jakarta; FKUI: 2004
2. Goldman HH. Review Of General Psychiatry. 5th ed. New York (NY). Lange Medical Books.
2011
3. Andayani, R. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit FK UI : Jakarta ; 2011. Halm.
4. Bougie. Physical Activity and Eexercise for The Older Adult The Aging Body, McGraw-
Hill : New York .2010.

Anda mungkin juga menyukai