A. Skenario
KIPI
3. – Induksi vaksin
- Provokasi vaksin
- Kesalahan pelaksanaan
- konsidensi
4. Tanda-tanda inflamasi yaitu : rubor, kalor dolor, tumor, functio laesa
5. Inflamasi terbagi menjadi dua :
a. Inflamasi akut
b. Inflamasi kronik
6. Karena tekanan dalam KGB normal
d. Demam kontinyu
Varian suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 oC. pada tingkat
demam terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
e. Demam siklik
Suhu badan naik selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
awal.
Demam yang sangat tinggi bisa dikatakan hiperpireksia jika panas suhu
tubuh melebihi 410C. Hiperpireksia sangat berbahaya karena dapat merusak
sistem saraf pusat.
3. a. Induksi vaksin, disebabkan oleh faktor intrinsik vaksin terhadap
individu resipien
b. provokasi, gejala klinis yang dapat terjadi kapan saja
c. kesalahan program ; gejala kimia, timbul akibat kesalahan pada Teknik
pembuatan atau pengadaan vaksin
d. kolasidensi ; terjadi bersamaan dengan gejala penyakit lain yang sedang
diderita
4. Rubor
Pada saat inflamasi, arteriol berdilatasi, yang menyebabkan kapiler yang
kosong akan terisi dengan cepat dan menyebabkan respon kemerahan local
Mekanisme terjadinya rubor : Seiring dengan dimulainya reaksi inflamasi,
arteriol yang mengaliri daerah tersebut berdilatasi sehingga pasokan darah
yang mengalir ke area tersebut lebih banyak, sehingga kapiler kapiler yang
semula kosong terisi sangat cepat. Keadaan ini yang membuat adanya
kemerahan atau rubor
Kalor
Daerah peradangan akan terasa lebih hangat kaena banyaknya aliran darah
yang mengalir ke area tersebut
Mekanisme terjadinya kalor : sama seperti rubor, kalor terjadi ketika
vascular berdilatasi dan membuat pasokan darah yang mengalir ke area
cedera menjadi lebih banyak dan membuat daerah yang sedang cedera
terasa hangat
4
Tumor
Tumor lokal terjadi karena cairan dari sel-sel yang berpindah dari aliran
darah ke jaringan interstisial
Mekanisme terjadinya tumor : Tumor atau pembengkakan terjadi karena
cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan interstisial.
Cairan yang terkumulasi di jaringan interstisial akan menyebabkan
terjadinya tumor
Dolor
Mekanisme terjadinya dolor : perubahan pH local ion-ion tertentu
mengakibatkan ujung ujung saraf terangsang yang disertai dengan
pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamin atau zat-zat bioaktif lain
yang dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan daerah yang
cedera menyebabkan peningkatan tekanan local yang dapat menimbulkan
nyeri
Functio Laesa
Perubahan fungsi yang terjadi ada organ yang terkena peradangan
5. Inflamasi terbagi menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronik.
a. Inflamasi Akut : Inflamasi akut terjadi dengan cepat dan memakan
waktu dengan singkat dan berlangsung sampai beberapa menit hingga
beberapa hari. Memiliki ciri neutrofil yang banyak.
Perubahan vascular : vasukalr akan berdilatasi
b. Inflamasi kronik : Inflamasi kronik terjadi bertahap, berlangsung lama,
ditandai dengan penimbunan leukosit dan makrofag
Inflamasi akut timbul dengan cepat dalam hitungan menit atau jam,
infiltrat seluler yang banyak dijumpai pada inflamasi akut neutrofil.
Sedangkan inflamasi kronik timbul lambat, infiltrat yang sering dijumpai
pada peradangan kronik adalah monosit dan limfosit.
Tujuan terjadinya inflamasi yaitu membawa fagosit dan protein plasma
ke tempat peradangan untuk dapat mengsolasi, menghancurkan atau
menginfaktifkan penyerang, kemudian untuk membersihkan debris, dan
mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan.
5
MIND MAP
STEP
5
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
A. Radang Akut
Reaksi vaskular dan seluler yang menandai radang akut tercermin
pada gambaran morfologik akibat reaksi tersebut. Kerasnya respons
radang, penyebabnya yang spesifik, dan jenis jaringan yang terkena,
semuanya dapat mempengaruhi gambaran morfologik dasar pada
radang akut. Pentingnya mengenali gambaran morfologik tersebut
adalah karena sering ada kaitannya dengan etiologi dan keadaan klinis
yang berbeda.1
1. Radang serosum ditandai dengan pembentukan cairan seperti air, yang
miskin protein, yang bergantung dari tempat asal jejas, terbentuk dari
plasma atau sekresi sel mesotel yang melapisi rongga peritoneum,
pleura dan perikardium. Bula pada kulit akibat luka bakar atau infeksi
virus merupakan contoh yang tepat dari akumulasi efusi serosum pada
atau langsung di bawah epidermis kulit. Cairan di rongga serosum
disebut cairan efusi. 1
Gambar 1.1 Radang serosum pembesaran kecil potongan melintang lepuh kulit
leukosit yang kuat dan dilatasi vaskular di tepi daerah defek. Apabila
menjadi kronik, tepi dan dasar ulkus membentuk jaringan parut dengan
akumulasi limfosit, makrofag, dan sel plasma. 1
9
cairan dan protein plasma (edema) dan emigrasi leukosit, yang didominasi
oleh neutrofil (disebut juga dengan leukosit polimorfonuklear). Ketika
inflamasi akit mencapai tujuannya yaitu mengeliminasi penggangu, reaksi
ini berkurang dan sisa kerusakan diperbaiki. Tetapi jika respons awal gagal
mengeliminasi pemicu, reaksi akan berlanjut menjadi jenis inflamasi yang
memanjang yang disebut inflamasi kronis. 2
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut mempunyai tiga komonen utama yaitu : (1) dilatasi
pembuluh darah kecil yang mengakibatkan peningkatan aliran darah.
(2) peningkatan permeabilitas mikrovaskular yang memungkinkan
protein plasma dan leukosit untuk meninggalkan sirkulasi, dan (3)
emigrasi leukosit dari mikrovaskulasi, terakumulasi di lokasi
kerusakan, dan aktivasi leukosit untuk mengeliminasi zat pengganggu.
2
b. Inflamasi kronis
Inflamasi kronis adalah respons dengan durasi memanjang
(minggu atau bulan) ketika inflamasi kerusakan jaringan, dan upaya
perbaikan ada bersamaan, dalam kombinasi yang berbeda. Inflamasi
kronis muncul pada kondisi-kondisi berikut :
1. Infeksi persisten oleh mikroorganisme yang sulit dibasmi seperti
mycobacteria dan beberapa jenis virus, jamur, dan parasit.
Organisme ini sering memicu reaksi imun yang disebut
hipersensitivitas tipe lambat. Respon inflamasi kadang berupa pola
spesifik yang disebut radang granumaltosa.
2. Penyakit hipersensitivitas. Inflamasi kronis memainkan peran
penting dalam kelompok penyakit yang disebabkan oleh aktivasi
sistem imun yang berlebih dan tidak sesuai. Pada penyakit
autoimun, antigen diri (sendiri) memicu reaksi imunitas diri sendiri
yang mengakibatkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan,
contohnya penyakit atritis reumatoid dan sklerosis multiple.
3. Paparan lama terhadap zat yang berpotensi toksik baik eksogen
maupun endogen. Sebuah contoh dari eksogen adalah partikel
silika, sebuah benda mati yang tidak dapat diurai, yang jika
diinhalasi untuk periode yang lama akan berakibat pada penyakit
inflamasi paru yang disebut silikosis.Aterosklerosis adalah proses
inflamasi kronis yang memengaruhi didnding arteri yang dianggap
diinduksi, setidaknya sebagian, oleh produksi berlebihan dan
deposisi jaringan kolesterol endogen dan lipid lain. 2
sistemik. TNF dan IL-1 mempunyai aksi biologis yang mirip. IL-6
menstimulasi sintesa sejumlah protein plasma pada hati1
Gambar Sitokin TNF, IL-1, dan IL-6 merupakan mediator kunci untuk
mengumpulkan leukosit pada respon dalam sistemik radang1
Kedua TNF dan IL-1 menstimulasi ekspresi molekul adhesi pada sel
endotel, menghasilkan peningkatan ikatan dan pengerahan leukosit, dan
meningkatkan produksi sitokin tambahan (yaitu kemokin) dan eicosanoid.
TNF juga meningkatkan daya ikat trombosit pada endotel. IL-1
mengaktifkan fibroblas, yang menyebabkan peningkatan proliferasi dan
produksi ECM. 1
Walaupun TNF dan IL-1 disekresi oleh makrofag dan sel lain di daerah
radang, keduanya dapat masuk sirkulasi dan bekerja dari tempatnya berada
menginduksi reaksi fase akut sistemik yang sering berkaitan dengan
penyakit infeksi dan inflamasi. 1
14
Respons fase akut terdiri dari berbagai kelainan klinis dan patologis :
k. Nitrogen Oksida
NO merupakan radikal bebas gas, yang berumur singkat, larut
air, diproduksi berbagai jenis sel dan mampu melakukan berbagai
fungsi. Di sistem saraf pusat mengatur pengeluran neurotransmitter
dan juga aliran darah. Makrofag menggunakannya sebagai agen
sitotoksik untuk memastikan mikroba dan sel tumor. Apabila
diproduksi oleh sel endotel akan mengakibatkan relaksasi otot
polos dan menyebabkan vasodilatasi.3
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Komar,v. Cotran R.S. Robbins S.L. Buku Ajar Patologi, Edisi ke - 7,
EGC, Jakarta,2018.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke 11. Jakarta
FK UI 2016.
3. Sudayo Aw. Setiyohadi B, Alwi I. Simadribata, M. Setiati, S, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi ke- 6, Jakarta, 2014.