Anda di halaman 1dari 18

1

A. Skenario

Skenario 2

KIPI

Seorang anak laki-laki berusia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas karena demam
dan terdapat luka pada area bekas suntikan setelah mendapatkan imunisasi BCG
beberapa hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120 kali permenit,
suhu 38,5oC. status lokalis didapatkan luka dengan nyeri tekan, hiperemis dan teraba
hangat pada lengan kanan atas tidak didapatkan pembesaran KGB.

STEP I

1. KIPI: kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi setelah imunisasi


2. Hiperemis: kemerahan, pembengkakan pembuluh darah.
3. Deman: peningkatan suhu tubuh

STEP II

1. Mengapa anak tersebut jadi demam setelah imunisasi?


2. Bagaimana mekanisme demam?
3. Apa macam-macam demam?
4. Apa saja KIPI yang sering terjadi?
5. Apa saja tanda-tanda inflamasi?
6. Apa saja jenis-jenis inflamasi?

STEP III

1. Adanya provokasi vaksin yang terjadi kanan saja


2. Terjadi pelepasan interleukin 1di Hipotalamus anterior untuk mengeluarkan
PgE2
3. Macam-macam demam: demam septik, intermiten, renitent, kontinyu, siklik,
tertian, quartana, reccurens,.
4. Induksi vaksin, provokasi vaksin, koinsidensi, kesalahan program
2

5. Inflamasi terdapat 2 komponen yaitu: seluler dan vaskuler


Tanda-tandanya yaitu: rubor (pelepasan histamine dan prostaglandin), dolor
( perubahan pH lokal/konsentrasi), calor (kemerahan atau peradangan akut),
tumor (adanya pembengkakan), fungsio laesae.
6. Akut dan Kronik, untuk inflamasi akut yaitu mempunyai respon segera dari
menit hingga hari, sedangkan inflamasi kroniik inflamasi yang merangsang
dari minggu hingga tahun.

STEP IV

1. Imunisasi akan masuk antigen ke tubuh terus dilawan antibodi yang


menghasilkan komplemen menghasilakn sitokin lalu mengelurkan interleukin
akibatnya adanya imunisasi eksogen pirogen seperti bakteri, virus sehingga
interleukin 1 akan menuju hipotalamus ke hipofisis anterior yang akan
mengeluaran prostaglandin.
2. –
3. a. Demam septik: suhu badan meningkat sekali pada malam hari, suhu
ketingkat normal pada pagi hari
b. demam remiten: suhu badan menurun setiap hari, tetapi tidak pernah
sampai normal
c. febris: demam yang suhunya >38oC
d. demam heptik: bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal.
e. demam intermiten: suhu badan turun ketingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari
f. demam tertian: terjadi setiap 2 hari, lalu 1 hari tidak demam
g. demam quartana: 2 hari demam, 2 hari tidak demam
h. demam siklik: suhu badan mengkat selama beberapa hari, setelah itu bebas
demam
i. demam kontinyu: variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda 1

4. induksi vaksin: terjadi karena factor intrinsic vaksin terhadap pasien


3

Provokasi: gejala klinis yang timbul dapat terjadi kapan saja

Kesalahan program: biasanya dosis, jenis vaksin

Koinsidensi: tejadi bersamaan dengan gejala penyakiit yang lain yang sedang

diderita

5. Rubor: kemerahan yang terlihat di daerah inflamasi, arteriol dilatasi

Calor: terjadi bersamaan pada reaksi akut, panas yang terjadi hanya di
permukaan tubuh

Dolor: nyeri yang terjadinya perubahan pH lokal atau konsentrasi lain-lainnya


seperti zat kimia yang akan merangsang saraf sehingga terjadi pembengkakan

Tumor: dihasilakn oleh cairan dan sel-sel berpindah dari aliran darah ke
jaringan interstisial

Fungsio lease: terjadi perubahan fungsi.

6. Akut: cairan, eksudat, sel darah putih mononuclear

Kronik: terjadi di plasma.


4

MIND MAP

INFLAMASI

JENIS-JENIS TANDA-TANDA DEMAM

AKUT KRONIK RUBOR MEKANISME MACAM-MACAM


DOLOR
CALOR
TUMOR
FUNGSIO LAESE

STEP V

1. Hubungan antara patomekanisme inflamasi dengan munculnya tanda-tanda


kardinal
a. stimulus indflamasi
b. mediatornya
c. respons tubuh terhadap mediator inflamasinya
2. Efek sistemik dari inflamasi (mekanismenya)
3. Mekanisme radang kronik

STEP VI

Belajar Mandiri
5

STEP VII

1. A. Stimulus
Stimulus eksogen dan endogen yang sama menyebabkan jejas sel juga dapat
menimbulkan reaksi kompleks pada jaringan ikat yang vaskularisasi,
dinamakan peradangan
- Depresi oksigen
Hipoksia, atau difisiensi oksigen, menggangu respirasi oksidatif aerobik
merupakan penyebab cedera sel tersering dan terpenting, serta
menyebabkan kematian. Hipoksia harus dibedakan dengan iskemia, yang
merupakan terhentinya suplai darah dalam jaringan akibat gangguan aliran
darah dan arteri atau berkurangnya drainae vena. Iskemia merupakan
penyebab tersering hipoksia, defisiensi oksigen dapat juga disebabkan
oleh oksigenasi darah yang tidak adekuat.
- Agen infeksius
Agen infeksius berupa virus yang berukuran submikroskopik sampai
cacing pita panjangnya beberapa meter ataupun bakteri, fungi, dan
protozoa.
- Agen imunologi
Walaupun sistem imun melindungi tubuh dalam melawan benda asing,
reaksi imun yang disengaja dapat menyebabkan jejas sel jaringan.
Anafilaksis terhadap protein asing atau misalnya obat. Selain itu,
hilangnya toleransi dengan respons terhadap antigen sendiri merupakan
penyebab sejumlah penyakit autoimun.
- Defek genetik
Defek genetik dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang menyolok,
seperti malformasi kongenital yang disebabkan oleh sindrom down.
Beberapa kesalahan metabolisme saat lahir akibat defisiensi enzimatik
kongenital merupakan contoh kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan
oleh perubahan yang sering kali terjadi pada asam deoksiribonuleat
6

- Ketidakseimbangan nutrisi
Gangguan keseimbangan nutrisi yang meliputi kekurangan kalori protein
atau kekurangan vitamin tertentu.
- Agen fisik
Trauma temeperatur yang ekstrem, radiasi, syok elektrik dan perubahan
mendadak pada tekanan atmosfer, semuanya mempunyai efek pada sel.
- Penuaan
Penyembuhan jaringan cidera tidak selalu menghasilkan perbaikan
struktur atau fungsi yang sempurna. Trauma berulang juga dapat
menimbulkan degenarasi jaringan, meskipun tanpa kematian sel sama
sekali. Selain itu, proses penuaan sel menimbulkan perubahan kemampuan
perbaikan dan replikasi sel dan jaringan. Semua perubahan itu
menyebabkan penurunan kemampuan respons terhadap rangsang dan
cedera eksogen dan akhirnya menyebabkan kematian
B. Mediator:
7

1. Histamin diproduksi oleh berbagai jenis sel, terutama sel mast dekat
pembuluh, juga basofil dan trombosit. Histamin siap pakai dilepaskan dari
granula sel mast untuk merespons kepada berbagai stimulus: (1) jejas fisis
seperti trauma atau panas; (2) reaksi imun pada pengikatan antibodi IgE
kepada reseptor Fc di sel mast (Bab 4); (3) fragmen komplemen C3a dan C5a,
disebut anafilatoksin (lihat kemudian); (4) protein asal-leukosit yang
mengeluarkan histamin; (5) neuropeptida (misal substansi P); dan (6)
beberapa sitokin (misal IL-1, IL-8). Pada manusia, histamin menyebabkan
dilatasi arteriol dan segera meningkatkanpermeabilitasvaskular dengan
menginduksi pembentukan celah antar endotel. Segera setelah dikeluarkan,
histamin diinaktifkan oleh histaminase.
2. Serotonin (5-hidroksitriptamin) merupakan mediator vasoaktif siap pakai
yang dijumpai pada granula trombosit yang akan dilepas saat agregrasi
trombosit (Bab 3). Akan menginduksi vasokonstriksi selama terjadinya
pembekuan. Terutama diproduksi di beberapa neuron dan sel enterokromafin,
dan merupakan motilitas usus. kontraksi endotel dan vena dan
neurotransmitter mengatur motilitas usus.
3. Prostaglandin dan siklooksigenase termasuk prostaglandin E (PGE) PGD,
PGF2a PGI2 (prostacyclin), dan thromboxane jalur Produk tromboksan A2
(TXA2), masing-masing dihasilkan dari enzim spesifik pada suatu hasil
antara. Sebagian enzim mempunyai distribusi terbatas pada jaringan. Contoh,
trombosit mengandungi enzim thromboxane synthase, dan TXA2, suatu agen
agregasi trombosit yang poten dan mempunyai daya vasokonstriksi,
merupakan prostaglandin utama yang dihasilkan sel tersebut. Sebaliknya sel
endotel, tidak mengan- dungi thromboksan synthase tetapi mengandungi
prostasiklin sintase, berperan untuk pembentukan PGI, suatu vasodilator dan
inhibitor poten agregasi trombosit. Peran berlawanan TXA2 dan PGI pada
hemostasis dibahas lebih lanjut pada Bab 3. PGD2 merupakan metabolit
utama jalur siklooksigenase pada sel mast; bersama dengan PGE2 dan PGF
(didistribusi lebih luas), akan mengakibatkan vasodilatasi dan berpotensi
untuk pembentukan edema. Prostaglandin juga berperan pada timbul- nya rasa
nyeri dan demam yang menyertai radang PGE2 meningkatkan sensitifitas
nyeri dan stimulus lain serta berinteraksi dengan sitokin untuk menimbulkan
demam.
4. Leukotrin. Leukotrin diproduksi melalui kerja 5-lipoksigenase, enzim utama
untuk metabolisme AA- neutrofil. Sintesa leukotrin terjadi dalam beberapa
langkah (Gambar 2-16). Langkah pertama menghasilkan leukotrin A (LTA),
yang akan berubah menjadi LTB4 atau LTC. LTB dihasilkan oleh neutrofil
dan beberapa makrofag dan merupakan agen kemotaksis poten untuk
neutrofil. LTC dan metabolit berikutnya, LTD4 danLTE, diproduksi terutama
8

di sel mast dan menyebabkan konstriksi bronkus dan peningkatan


permeabilitas vaskular.
5. Lipoksin. Segera setelah leukosit memasuki jaringan, maka secara bertahap
akan mengubah produk AA asal lipoksigenase dari leukotrin menjadi
mediator radang yaitu lipoksin, yang menghalangi kemotaksis neutrofil dan
adhesi ke endotel dan berperan sebagai antogonis endogen leukotrin.
Trombosit yang telah teraktifkan dan melekat pada leukosit juga meru- pakan
sumber penting lipoksin. Trombosit sendiri tidak dapat mensintesa lipoksin A,
dan B4 (LXA, dan LXB4), tetapi dapat membentuk mediator ini dari bentuk
sementara yang berasal neutrofil yang berdekatan, melalui jalur biosintetik
transeluler. Dengan mekanisme ini, produk AA dapat diteruskan dari suatu
jenis sel ke sel lain.
C. respon tubuh terhadap mediator inflamasi
Mediator dari asal sel
a. Histamine, diproduksi oleh berbagai jenis sel, terutama sel mast dekat
pembuluh, juga basophil dan trombosit. Histamine siap pakai dilepaskan
dari granula sel mast untuk merespons kebada berbagai stimulus: (1) jejas
fisis seperti trauma atau panas; (2) reaksi imun pada pengikatan antibody
IgE kepada reseptor Fc di sel mast; (3) fragmen komplemen C3a dan C5a
disebut anafilatoksin; (4) protein asal-leukosit yang mengeluarkan
histamine; (5) neuropeptide; (6) beberapa sitokin. Pada manusia histamine
menyebabkan dilatasi arteriol dan segera meningkatkan permebailitas
vascular dengan menginduksi kontraksi endotel vena dan pembentukan
celah antar endotel.
b. Serotonin (5-hidroksitriptamin) merupakan mediator vasoaktif siap
pakai yang dijumpai pada granula trombosit yang akan dilepas saat
agregrasi trombosit. Akan menginduksi vasokonstriksi selama terjadinya
pembekuan. Terutama diproduki di beberapa neuron dan sel
enterokromafin dan merupakan neurotransmitter dan mengatur motilitas
usus.
c. Leukotrin, diproduksi melalui kerja 5-lipoksigenase, enzim utama untuk
metabolism AA- di neutrophil. Sintesa leukotrin terjadi dalam beberapa
langkah. Langkah pertama menghasilkan leukotrin A4, yang akan berubah
9

menjadi LTB4 atau LTC4. LTB4 dihasilkan oleh neutrophil dan beberapa
makrofag dan merupakan agen kemotaksis poten untuk neutrophil. LTC4
diproduksi terutama di sel mast dan menyebabkan konstrisi bronkus dan
peningkatan permeabilitas vascular.
d. Lipoksin. Segera setelah leukosit memasuki jaringan, maka secara
bertahap akan mengubah produk AA asal lipoksigenase dari leukotrin
menjadi mediator radang yaitu lipoksin, yang menghalangi kemotaksis
neutrophil dan adhesi ke endotel dan berperan sebagai antagonis endogen
leukotrin.
e. Spesies oksigen reaktif
ROS disintesa melalui jalur NADPH oksidase dan dilepaskan dari
neutrophil dan makrofag yang diaktifkan oleh mikroba, kompleks imun,
sitokin, dan berbagai stimulus radang lain. Apabila ROS diproduksi dalam
lisosom, maka fungsinya ialah menghancurkan mikroba yang telah
difagosit dan sel nekrotik. Apabila disekresi dalam kadar rendah, ROS
akan meningkatkan kemokin, sitokin dan ekspresi molekul adhesi,
sehingga memperbedasr kaskade mediator radang.
f. Nitrogen oksida
NO merupakan radikal bebas gas, yang berumur singkat, larut air,
diproduksi berbagai jenis sel dan mampu melakukan berbagai fungsi. Di
sistem saraf pusat mengatur pengeluaran neurotransmitter dan juga aliran
darah. Makrofag menggunakannya sebagai agen sitotoksik untuk
mematikan mikroba dan sel tumor. Apabila diproduksi oleh sel endotel
akan mengakibatkan relaksasi otot polos dan menyebabkan vasodilatasi.

Mediator asal protein plasma

Protein yang beredar dari tiga sistem yang berkaitan – komplemen, kinin dan
sistem koagulasi, terlibat dalam beberapa aspek reaksi radang

a. Komplemen
10

Sistem komplemen terdiri atas protein plasma yang mempunyai peran


penting pada pertahanan tubuh dan radang. Setelah pengaktifan berbagai
komplemen protein akan melapisi (opsonisasi) partikel, misalnya mikroba
untuk fagositosis dan destruksi dan berperan pada respons radang dengan
meningkatkan permeabilitas vascular dan kemotaksis leukosit.
Pengaktifan komplemen akan menimbulkan kompleks penyerangan
membrane mirip pori (MAC) yang akan membuat lubang di simpai
mikroba yang menginvasi.

b. Sistem koagulasi dan kinin


Beberapa molekul yang diaktifkan selama proses pembekuan darah
mampu memicu aspek respons radang yang multiple. Faktor Hageman
merupakan protein yang disintesa oleh hari dan beredar di aliran darah
dalam bentuk inaktif hingga berhadapan dengan kolagen, membrane
basalis, atau trombosit yang teraktifkan. Faktor Hageman yang telah
diaktivasi akan memicu empat sistem yang berperan pada respons
inflamasi:
1. Sistem kinin, menghasilkan kinin vasoaktif
2. Sistem pembekuan, menginduksi aktivitas thrombin, fibrinopeptida,
dan faktor X, semua mempunyai kemampuan inflamasi
3. Sistem fibrinolitik, yang menghasilkan plasmin dan menginaktifkan
thrombin
4. Sistem komplemen, menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a.
2. Efek Sistemik Radang

Tiap orang yang pernah menderita penyakit virus ( misal influenza) mengalami
efek radang sistemik, disebut reaksi fase akut atau sindrom respons sistemik radang.
Respons fase akut terdiri dari berbagai kelainan klinis dan patologis:1

a. Demam, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, merupakan manifestasi


paling menonjol pada respons fase akut. Demam timbul sebagai respons
11

terhadap susbtansi pirogen yang terjadi melalui stimulasi sintesa prostaglandin


di sel vaskular dan perivaskular di hipotalamus. Produk bakteri, misalnya
liposakarida(LPS) ( disebut pirogen eksogen), menstimulasi leukosit untuk
menghasilkan sitokin seperti IL-1 dan TNF (disebut pirogen endogen), yang
akan meningkatkan kadar siklooksigenase yang mengubah AA menjadi
prostaglandin, terutama PGE2 akan menstimulasi produksi neurotransmitor,
yang berfungsi mengatur ulang pada titik suhu pada tingkat lebih tinggi.
NSAID, termasuk aspirin, yang menurunkan demam dengan mencegah
siklooksigenase dan dengan demikian menghentikan sintesa prostaglandin.1

b. Peningkatan kadar protein fase akut plasma. Protein plasma terutama


disentesa di hati, dan pada radang akut konsentrasi akan meningkat sampai
beberapa ratus kali lipat. Tiga jenis protein terpenting di kelompok ini adalah
protein C-reaktif (CRP), fibrinogen, dan protein amiloida serum (SAA).
Sintesa molekul ini oleh sel hati akan menstimulasi sitokin, terutama IL-6.
Banyak protein fase akut lainnya seperti CRP dan SAA, akan melekat pada
12

dinding sel mikroba, dan berfungsi sebagai opsonin dan komplemen tetap,
sehingga meningkatkan eliminasi mikroba. Fibrinogen akan mengikat butir
darah merah sehingga terbentuk tumpukan yang akan mengendap lebih cepat
ke dasar di banding butir darah merah yang terlepas-lepas. Pemeriksaan serial
ESR dan CRP dipakai untuk respons pengobatan pada penderita dengan
gangguan inflamasi misalnya artritis rematoid. 1

c. Leukositosis merupakan reaksi radang yang umum dijumpai. Khususnya


apabila disebabkan oleh infeksi bakter. Jumlah leukosit biasanya meningkat
menjadi 15.000 hingga 20.000 sel/mL, tetapi pada keadaan tertentu dapat
mencapai 40.000 hingga 100.000 sel/Ml. Peningkatan ekstrem ini disebut
reaksi leukomoid karena mirip seperti yang terlihat pada leukemia.
Leukositosis biasanya terjadi karena pengeluaran sel yang dipercepat
( dibawah pengaruh sitokin, termasuk TNF dan IL-1) dari tempat cadangan
pasca mitosis sumsum tulang. Kedua jenis neutrofil ini matur dan imatur
dapat dijumpai di darah. Infeksi yang berkelanjutan juga merangsang faktor
stimulasi koroni(CSF), yang akan meningkatkan output leukosit untuk
mengkompensasi pemakaian sel tersebut pada reaksi radang.1

d. Manifestasi lain dari respons fase akut termasuk meingkatnya denyut jantung
dan tekanan dara, keringat menurun, terutama akibat aliran darah semula dari
daerah permukaan berubah mengalir ke daerah vaskularyang letaknya lebih
dalam, untuk mengurangi panas yang hilang dari kulit dan rigor(gemetar),
menggigil.1

e. Pada infeksi bakteri yang berat (sepsis), terdapatnya jumlah besar produk
bakteri di darahdan jaringan ekstravaskular menstimulasi produksi beberapa
sitokin, yaitu TNF, juga IL-12 dan IL-1. TNF menyebabkan koagulasi
intravaskular diseminta (KID), gangguan metabolit termasuk asidosis, dan
syok hipotensif. 1

f. Serotonin (5-hidroksitriptamin) merupakan mediator vasoaktif siap pakai yang


dijumpai pada granula trombosit yang akan dilepas saat agregasi trombosit.
Akan menginduksi vaskontriksi selama terjadinya pembekuan. Terutama
diproduksi di beberapa neuron dan sel enterokromafin, dan meruapakn
neurotransmitter dan mengatur motilitas usus. 1

g. Nitrogen oksida (NO) merupakan radikal bebas gas, yang berumur


singkat,larut air, diproduksi berbagai jenis sel dan mampu melakukan
berbagai fungsi. Di sistem saraf pusat mengatur pengeluaran neurotransmitter
dan juga aliran darah. Makrofag menggunakannya sebagai agen sitotoksik
13

untuk mematikan mikroba dan sel tumor. Apabila di produksi oleh sel endotel
akan mengakibatkan relaksasi otot polos dan menyebabkan vasodilatasi.1

h. Neuropeptida seperti amine vasoaktif, neuropeptida dapat menginisiasi


respons radang yang merupakan protein kecil, seperti zat P, yang
menyalurkan sinyal nyeri, mengatur tonus dan permeabilitas pembuluh darah.
Serabut saraf yang mengeluarkan neuropeptida terutama ditemuka di paru dan
saluran cerna.1

3. Radang kronik ialah radang yang berlangsung lama (minggu hingga tahun)
dimana radang berkelanjutan, kerusakan jaringan, dan proses pemulihan, sering
melalui fibrosis, terjadi bersamaan. Radang kronik ditandai dengan kelompok
reaksi yang berbeda:
a. Infiltrasi sel mononukleus, termasuk makrofag, limfosit, dan sel plasma.
b. Perusakan jaringan, terutama diinduksi oleh produk sel radang
c. Pemulihan, melibatkan ploriferasi pembuluh darah baru (angiogenesis) dan
fibrosis.

Radang kronik dapat timbul dalam keadaan sebagai berikut:

a. Infeksi persisten, mikroba yang sulit dibasmi. Termasuk Mycobacterium


tuberculosis, Treponema pallidum dan beberapa virus dan jamur, semuanya
cenderung mengakibatkan infeksi persisten dan mengundang respons imun
yang dimediasi oleh Limfosit T di sebut delayed type hypersensitivity .
b. Immune-mediated Inflammatory diseases (penyakit hipersensitif). Penyakit
yang disebabkan pengaktifan berlebihan dan tidak tepat dari sistem imun dan
pada beberapa kondisi, reaksi imun akan timbul menyerang jaringan tubuh
sendiri, menimbulkan penyakit autoimun.
c. Paparan berkepanjangan terhadap agen toxic. Contoh eksogen yang tidak
dapat didegradasi misalnya partikel silika yang diinhalasi, akan
mengakibatkan respons radang kronik diparu.
d. Bentuk ringan radang kronik, penting pada patogenesis berbagai penyakit
yang tadinya tidak dikira termasuk kelainan radang. Misalnya Alzheimer,
aterosklerosis, sindrom metabolit, dan diabetes tipe 2.
14

Sel dan Mediator Radang Kronik

A. Makrofag
Makrofas, sel yang dominan terhadap radang kronik, merupakan sel jaringan
yang berasal dari monosit darah yang beredar dan kemudian keluar dari aliran
darah. Secara bersamaan, sel ini membentuk sistem fagosit mononukleus.
Makrofag jaringan diaktifkan oleh berbagai stimulus untuk melakukan
sekelompok fungsi. Dua jalur utama aktivasi makrofag, klasik dan alternatif,
sebagai berikut:
1) Pengaktifan makrofag klasik, diinduksi oleh produk mikroba seperti
endotoksin, sinyal yang berasal dari sel, yang penting Sitokin-IFN-Gama,
dan substansi asing termasuk kristal dan benda tertentu. Makrofag
teraktifkan secara klasik akan menghasilkan enzim lisosom, NO dan ROS,
semuanya akan meningkatkan kemampuan untuk mematikan organisme
yang telah dicerna dan mensekresi sitokin yang menstimulasi radang.
2) Pengaktifan makrofag alternatif, terjadi karena induksi sitokin selain IFN-
Gama, misalnya IL-4 dan IL-13, yang dihasilkan oleh Limfosit T dan sel
lain termasuk sel mast dan eosinofil. Makrofag yang teraktifkan secara
alternatif tidak bersifat mikrobisidal aktif; sebaliknya sebagai pemulihan
jaringan.

Makrofag mempunyai peran kritis pada pertahanan tubuh dan repons radang, sebagai
berikut:

a. Makrofag seperti fagosit lainnya, neutrofil, akan mencerna dan mengeliminasi


mikroba dan jaringan mati.
b. Makrofag akan menginisiasi proses pemulihan jaringan dan terlibat dalam
pembentukan jaringan parut dan fibrosis.
c. Makrofag, mensekresi mediator radang, seperti sitokin.
15

d. Makrofag akan menunjukan antigen kepada limfosit T dan merespons sinyal


dari sel T. Sehingga terbentuk lingkaran umpan balik yang penting untuk
pertahanan terhadap berbagai mikroba oleh respons imun yang dimediasi oleh
asal sel.

B. Limfosit
Limfosit akan dimobilisasi pada stimulus non spesifik (misal infeksi) dan juga
pada stimulus bukan imun, dan merupakan pemicu utama pada penyakit autoimun
dan penyakit radang kronik lainnya. Limfosit dan makrofag akan berinteraksi dua
arah, dan interaksi ini berperan penting untuk timbulnya radang kronik. Makrofag
akan menyajikan antigen kepada sel T, mengekspresi molekul membran yang
disebut kostimulator dan menghasilkan sitokin yang menstimullasi respons sel T.
Limfosit T yang teraktifasi kemudian menghasilkan sitokin yang mengumpulkan
dan mengaktivasi makrofag dan akan meningkatkkan timbulnya antigen dan
sekresi sitokin.

Akibat sekeresi sitokin, CD4+ limfosit T menimbulkan radang dan mempengaruhi


timbulnya reaksi radang. Ada tida subset dari CD4= helper sel T yang mensekresi
berbagai sitokin dan mengakibatkan berbagai jenis radang:
a. Sel TH1 akan menghasilkan sitokin IFN-y yang mengaktifkan makrofag
melalui jalur klasik.
b. Sel TH2 mensekresi IL-4, IL-5 dan IL-13 yang akan mengumpulkan dan
mengaktifkan eosinofil yang berperan pada jalur alternatif untuk
pengaktifan makrofag.
c. Sel TH17 dan sitokin lain yang menginduksi sekresi kimokin yang
berperan untuk pengumpulan neutrofil dan monosit kedalam reaksi radang.

Kedua sel TH1 dan TH17 terlibat dalam pertahanan melawan berbagai jenis
bakteri dan virus penyakit autoimun. Sel TH2 penting untuk pertahanan melawan
parasit cacing dan pada radang alergi.
16

Limfosit dan makrofag akan berinteraksi dua arah. Dan initeraksi ini akan
berperan penting untuk timbulnya radang kronik. Makrofag akan menyajikan
antigen kepada sel T, mengekspresikan molekul membran yang disebut
kostimulator dan menghasilkan sitokin IL-12 dan lainnya yang menstimulasi
respon sel T. Sel T teraktifkan kemudian akan menghasilkan sitokin yang
mengumpulkan dan mengkativasi makrofag dan akan meningkatkan timbulnya
antigen dan sekresi sitokin. Hasilnya ialah lingkaran reaksi sel yang menyebabkan
dan pertahanan radang kronik. Pada beberapa reaksi radang keras dan
berkepanjangan, akumulasi limfosit, sel penyaji antigen dan sel plasma akan
memberikan gambaran morfologik pada orga limfoid, mirip dengan kelenjar limfe
dapat mengandungi sentrum germinativum. Gambaran organoogenesi limfoid ini
dijumpai pada sinovia pasien dengan penyakit arttritis reumatoid yang berlanjut
dan pada penderita tiroid dengan tiroiditis autoimun.

C. Sel lain
Eosinofil merupakan sel yang khas yang dijumpai sekitar radang akibat infeksi
parasit dan merupakan bagian dari reaksi imun dimediasi oleh IgE, khusus
dikaitkan dengan alergi. Pengumpulan sel dipicu oleh molekul adhesi yang sama
dengan yang dipergunakan oleh neutrofil dan kemokin spesifik misalnya eotaksin
yang berasal dari leukosit dan sel epitel. Granula eosinofil mengandungi protein
dasar utama yaitu protein yang bersifat kateonik dan bersifat toksik terhadap
parasit tetapi juga menyebabkan nekrosis sel epitel.
Sel mast merupakan sel sentinel yang didistribusikan secara luas di jaringan
ikat seluruh tubuh, dan dapat berpartisipasi pada kedua respons radang akut dan
kronik. Pada penderita atopik atau sensitif terhadap reaksi alergi maka sel mast
adalah tentara yang mengandungi IgE sebagai antibodi yang spesifik untuk antigen
lingkungan. Apabila berhadapan dengan antigen ini, maka sel mast yang diliputi
oleh IgE akan dipicu mengeluarkan histamin dan metabolit AA yang akan
memulai perubahan vaskular suatu radang akut. Sel mast sebagai tentara yang
17

dilengkapi IgE merupakan pemeran utama pada reaksi alergi termasuk syok
anafilaktik. Sel mast akan menghasilkan sitokin seperti TNF dan kemokin dan
berperan penting untuk melawan infeksi.
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Kummar abbas A. Robbins. Buku ajar patologi. Eds 9. Elesevier: singapore.


Tahun 2015.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2014.
3.

Anda mungkin juga menyukai