Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

TENTANG ASKEP OSTEOPOROSIS

DISUSUN OLEH :

DEVY RAMADIANTI

NIM : 18902

DOSEN PENGAJAR :

Ns. NINA SELVIA ARTHA, M.Kep

POLTEKKES KEMENKES RIAU

PRODI D III KEPERAWATAN DI LUAR KAMPUS UTAMA

2020/2021
ASKEP OSTEOPOROSIS

1. Kenapa wanita lebih rentan mengalami osteoporosis?


Jawab:
Ini terjadi pada wanita karena mereka mulai kehilangan massa tulang
dengan cepat saat menua dan kepadatan tulangnya yang lebih rendah.
Menurut International Osteoporosis Foundation, diperkirakan osteoporosis
mempengaruhi sekitar 200 juta wanita di seluruh dunia. Rata-rata wanita
berusia antara 20 dan 80 tahun kehilangan sepertiga dari kepadatan tulang
pinggulnya dibandingkan pria dan ada beberapa alasan mengapa wanita
menderita osteoporosis, yaitu wanita memiliki tulang yang lebih kecil dan
lebih tipis daripada pria; serta estrogen, hormon yang melindungi tulang,
menurun saat wanita mencapai masa menopause, yang dapat menyebabkan
keropos tulang. Alasan wanita rentan terkena osteoporosis, yaitu :
a. Penurunan tingkat hormon estrogen
b. Gangguan makan
c. Pra-menopause
d. Kehamilan

2. Apa saja komponen yang berperan dalam menjaga kekuatan tulang?


Jawab :
 Kalsium : mineral tulang yang sangat penting

Kalsium berperan penting unutk menjaga kesehatan tulang.


Kalsium ini merupakan komponen pembangun dan penjaga kekuatan
tulang dan sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan
tulang. Cadangan kasium tersimpan di tulang.
Beberapa sumber makanan yang banyak mengandung kalsium diantarnya
produk olahan susu, sayuran hijau dan biji wijen. Bila jumlah kalsium
dalam tubuh kita rendah karena kurangnya asupan dari makanan, tubuh
akan mengambil cadangan kalsium dari dalam tulang. Jumlah kalsium
harian yang direkomendasikan adalah 1000 – 1300 mg per hari untuk pria
dan wanita dewasa.
 Vitamin D
Vitamin D3 adalah vitamin yang diproduksi tubuh setelah paparan
sinar UV B dari matahari. Fungsi utama vitamin D ini adalah sebagai
pengatur dalam regulasi kalsium dan fosfor melalui penyerapannya di
usus, ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang ke darah. Bila tubuh
kekurangan vitamin D, penyerapan kalsium di usus akan berkurang hingga
setengahnya.
Jumlah asupan vitamin D yang dianggap cukup adalah 5-15
mikrogram. Seperti halnya kebutuhan kita untuk terus bergerak dan
berolahraga demi menjaga kesehatan otot, aktivitas fisik juga sangat
penting untuk kesehatan tulang. Tulang kita berisi struktur seperti sarang
lebah. Tulang ini dilingkupi oleh sel-sel yang terus melakukan
perbaharuan melalui proses remodeling. Proses ini menjamin sel-sel
tulang yang sehat selalu tersedia untuk menggantikan sel yang sudah tua
dan rusak.
Remodeling tulang memungkinkan tubuh untuk tetap menjaga kesehatan
tulang dengan menyesuaikan beban yang dipikul oleh tulang. Jadi
bagaimana cara kita meningkatkan kekuatan tulang dan menjaga
kesehatannya? Sederhana, kesehatan tulang dapat dijaga dengan terus
bergerak dan melatih otot dengan olahraga seperti berjalan, jogging,
menari, latihan beban dan tenis.
 Minyak ikan
Konsumsi asam lemak omega 3 dari minyak ikan secara teratur dapat
memberikan manfaat untuk kesehatan tulang. Sebuah penelitian yang
dipublikasi di American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan
hubungan antara jumlah asam lemak di dalam tulang dan kepadatan tulang
pada 78 pria dewasa.
Ini cara pencegahan osteoporosis :
 Mencegah osteoporosis dimulai dari kanak-kanak dan remaja dengan
pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik selama hidup
untuk memperkuat tulang.
 Seplemen vitamin D dan kalsium melalui makanan mengurangi
perkembangan osteoporosis pada lansia dan merupakan komponen
esensial dalam pencegahan.
 Kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik selama hidup untuk
memperkuat tulang. Suplemen mencegah osteoporosis dimulai dari kanak
– kanak dan remaja dengan pembentukan vitamin D dan kalsium melalui
makanan mengurangi perkembangan osteoporosis pada lansia dan
merupakan komponen esensial dalam pencegahan

3. Buatlah askep keperawatan dari klien osteoporosis


Jawab :
URAIAN KASUS
Ny. S umur 58 tahun datang ke RSUD Awal Bross Pekanbaru dengan keluhan
ngilu pada sendi yang sering dirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu
itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. S tidak
memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke docter Ny.S dianjurkan
untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil rongent menunjukkan bahwa Ny.S
menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD T-score -3. Klien
mengalami monopause sejak 6 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak
suka minum susu sejak usia muda dan tidak menyukai makanan laut.
Klien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya karena usianya yang
bertambah tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak
pernah mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi dan tidak pernah
dirawat di RS. Pola aktifitas diketahui klien banyak beraktifitas duduk karena
dulu dirinya bekerja sebagai staf administrasi dan tidak suka olahraga karena
tidak sempat. Riwayat penggunaan KB hormonal dengan metode pil.
Pemeriksaan TB : 165 cm, BB: 76 Kg (BB sebelumnya 78 Kg).

1. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. S umur 58 tahun datang dengan keluhan ngilu pada
sendi yang sering dirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu
itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny.S
tidak mempedulikannya. Ketika memeriksakan diri ke dokter Ny.S
dianjurkan untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil rongent
menunjukkan bahwa Ny.S menderita osteoporosis diperkuat lagi
dengan hasil BMD T-score -3.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak
pernah mengalami penyakit DM dan hipertensi dan tidak pernah
dirawat di RS. Riwayat penggunaan KB hormonal dengan metode
pil.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Klien terlihat bungkuk (kifosis), penurunan berat badan, perubahan
gaya berjalan.
b. Palpasi
Klien merasakan nyeri saat dilakukkan palpasi pada area
punggung.
4. Riwayat Psikososial
Klien cemas untuk melakukkan aktifitas-aktifitas yang berat.
5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BMD T-score -3

2. ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data Subjektif : Penurunan masa Nyeri


 Klien mengatakan ngilu dibagian tulang/osteoporosis
sendi sejak beberapa tahun lalu, Fraktur vertebra
namun Ny.S tidak Deformitas
memperdulikannya. Sejak kurang vertebra
lebih tiga bulan yang lalu, ngilu Teregangnya
di tubuhnya tak kunjung hilang ligamentum dan
 Klien mengatakan banyak otot/plasma otot
beraktifitas duduk karena dulu Nyeri
dirinya berkerja sebagai staf
administrasi
 Klien mengatakan tidak suka
olahraga karena tidak sempat
 Klien mengatakan terasa sakit
pada sendi ketika berjalan
 Klien mengatakan aktifitas
sehari-hari terhambat
 Skala nyeri 7

Data Objektif :

 Klien mengalami enopause


sejak 6 tahun lalu
 Riwayat penggunaan KB
hormonal denga metode pil
 Wajah klien terlihat meringis
 Sering terlihat memegang area
yang sakit
 Skala nyeri 7

2. Data Subjektif : Penurunan massa Hambatan


 Klien mengatakan ngilu dibagian tulang/osteoporosis mobilitas fisik
sendi sejak beberapa tahun lalu Fraktur vertebra
,namun Ny.S tidak Deformitas
memperdulikannya. Sejak kurang Verterbra
lebih tiga bulan yang lalu, ngilu Bungkuk
ditubuhnya tak kunjung hilang Hambatan
 Klien mengatakan banyak Mobilitas Fisik
beraktifitas duduk karena dulu
dirinya berkerja sebagai staf
administrasi
 Klien mengatakan tidak suka
olahraga karena tidak sempat
 Klien mengatakan terasa sakit
pada sendi ketika berjalan
 Klien mengatakan aktifitas
sehari-hari terhambat

Data Objektif :
 Ny. S umur 58 tahun
 Hasil rongent menunjukkan
bahwa Ny. S menderita
osteoporosis
 Hasil BMD T-score -3
 Hasil darah lengkap dalam
 Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76
Kg
 Kifosis

3. Data Subjektif : Penurunan masa Resiko cidera


 Klien mengatakan merasakan tulang/osteoporosis
ngilu saat beraktifitas yang berat

Data Objektif :
 Klien terlihat sangat hati-hati
berjalan
 Klien terlihat kifosis (bungkuk)
 Hasil rongent menunjukkan
bahwa Ny.S menderita
osteoporosis
 Hasil BMD T-score -3

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang
2. Hambatan mobilitas fisik b.d disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal
(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru
3. Resiko cedera b.d dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DX KEPERAWATAN NOC NIC

1. Nyeri akut b.d tulang dan  Mengukur Manajemen nyeri


spasma otot skala nyeri
 Lakukan pengkajian
 Mengontrol skala
nyeri secara
nyeri
komprehensif
 Tingkat
termasuk lokasi,
kenyamanan
karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas
dan faktor
 Mampu mengontrol
presipitasi
nyeri
 Observasi reaksi
 Melaporkan bahwa
nonverbal dari
nyeri berkurang
dengan ketidaknyamanan
menggunakan  Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi
 Mampu mengenali terapeutik untuk me
nyeri (skala nyeri mengetahui
pengalaman nyeri
pasien.

2. Hambatan mobilitas fisik  Ikuti gerakan : aktif Latihan terapi :


b.d disfungsi sekunder  Tingkat mobilisasi Ambulasi
skeletal  Transfer kinerja
 Pemantauan tanda

Kriteria Hasil : vital


sebelum/sesudah
 Klien meningkat
latihan dan lihat
dalam aktifitas fisik
respon pasien saat
 Mengerti tujuan dari
latihan
peningkatan
 Konsultasikan
mobilitas
dengan terapi fisik
 Memverbalisasikan
tentang rencana
perasaan dalam
ambulasi sesuai
meningkatkan
dengan kebutuhan
kekuatan dan
 Bantu klien untuk
kemampuan
menggunakan
berpindah
tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera
 Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan
lain tentang teknik
ambulasi
 Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi.

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO. IMPLEMENTASI EVALUASI

1.  Melakukan pengkajian nyeri S : pasien mengatakan nyeri berkurang


secara komprehensif termasuk
O:
lokasi, durasi frekuensi, kualitas
dan faktor prespitasi  ps tampak tidak meringis
 Mengobservasi reaksi nonverbal  Tingkat nyeri pada ps berkurang
dari ketidaknyamanan (skala nyeri 4)
 Menggunakan teknik komunikasi  Ps tampak rileks
terapeutik untuk mengetahui
A : masalah teratasi
pengalaman nyeri pasien
P : intervensi dihentikan

2.  Memantau TTV sebelum/sesudah S : Pasien mengatakan ngilu pada kaki


latihan dan lihat respon pasien berkurang
setelah latihan O : pasien tampak rileks
 Mengkonsultasikan dengan terapi A : masalah teratasi
fisik tentang rencana ambulasi P : Intervensi dihentikan
sesuai dengan kebutuhan
 Membantu klien untuk
menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap
cedera
 Mengajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
 Mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi.

Anda mungkin juga menyukai