Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

“Osteoporosis”

Ns. Nina Selvia Artha, M.Kep

Disusun Oleh :
Era Meizela
18.905

POLTEKKES KEMENKES RIAU


PRODI D III KEPERAWATAN
DILUAR KAMPUS UTAMA
2020/2021
1. Wanita Lebih Rentan Osteoporosis
Perempuan lebih berisiko menderita penyakit osteoporosis
dibandingkan laki-laki, dibuktikan oleh beberapa penelitian, seperti
disebutkan dalam bab sebelumnya. Prevalensi osteoporosis pada
perempuan trendnya meningkat seiring bertambahnya usia. Sedangkan
pada laki-laki, prevalensi osteoporosis trendnya juga meningkat seiring
bertambahnya usia, akan tetapi tidak sebesar pada perempuan.
Prevalensi osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih tinggi dibandingkan
laki-laki.
Perempuan selain memiliki risiko yang sama seperti ketika
dibandingkan dengan penyebab osteoporosis yang setara dengan laki-
laki seperti pada jenis osteoporosis sekunder, juga berisiko mengalami
osteoporosis primer yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit (proses
alamiah). Hal ini berkaitan dengan pasca menopause yang dialami
perempuan (biasanya wanita berusia 50-65 tahun). Selain itu
osteoporosis senil juga memungkinkan dialami wanita saat usia lanjut
(>70 tahun).
Berdasarkan penyebabnya, perempuan dapat berisiko lebih tinggi
mengalami osteoporosis dibanding laki-laki karena perempuan
mengalami masa menopause yang mengakibatkan perubahan-perubahan
di dalam tubuhnya. Perubahan itu di antaranya adalah hilangnya
esterogen saat menopause. Siklus remodelling tulang berubah dan
pengurangan jaringan dimulai ketika tingkat esterogen turun. Salah satu
fungsi esterogen adalah mempertahankan tingkat remodelling tulang
yang normal. Ketika tingkat esterogen turun, tingkat pengikisan tulang
(resorbsi) menjadi lebih tinggi daripada pembentukan tulang (formasi),
yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang
Massa tulang akan berkurang 1-3 persen dalam tahun pertama setelah
menopause, ketika berusia 70 tahun akan berkurang tetapi tidak berhenti
sampai akhirnya total seorang wanita akan kehilangan 35-50 persen dari
tulangnya.
Berdasarkan faktor risiko penyakit osteoporosis, perempuan juga
lebih rentan untuk menderita penyakit ini, yaitu di antaranya:
a. Riwayat keluarga, yang walaupun laki-laki maupun perempuan yang
memiliki keluarga dengan penyakit ini sama-sama akan memiliki risiko
untuk terkena osteoporosis, hal ini menambah faktor risiko terhadap
perempuan setelah ditambah dengan faktor-faktor risiko lainnya.
b. Jenis kelamin perempuan, telah disebutkan di dalam penelitian dan
data-data terkait penyakit ini bahwa perempuan lebih berisiko,
bahkan prevalensi osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.
c. Bertambahnya usia mengakibatkan penurunan fungsi organ. Pada usia
75-85 tahun, perempuan berisiko 2 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan pria dalam mengalami osteoporosis dikarenakan
penurunan penyerapan kalsium dan hormon paratiroid meningkat.
d. Menopause, merupakan faktor paling signifikan sehubungan dengan
risiko terhadap osteoporosis. Hilangnya esterogen saat menopause
merupakan alasan yang paling umum wanita terkena osteoporosis.
Siklus remodelling tulang berubah dan pengurangan jaringan dimulai
ketika tingkat esterogen turun. Salah satu fungsi esterogen adalah
mempertahankan tingkat remodelling tulang yang normal. Ketika
tingkat esterogen turun, tingkat pengikisan tulang (resorbsi) menjadi
lebih tinggi daripada pembentukan tulang (formasi), yang
mengakibatkan berkurangnya massa tulang
e. Pola hidup dan kebiasaan individu yaitu: kurangnya aktivitas fisik
akan menghambat proses pembentukan massa tulang, rendahnya
asupan kalsium mengakibatkan tubuh mengeluarkan hormon yang
akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain (termasuk yang ada di
tulang), kekurangan protein, kekurangan paparan sinar matahari,
kekurangan vitamin D, konsumsi tinggi kafein dan alkohol
menghambat kerja osteoblas, kebiasaan merokok.
f. Hormon estrogen yang rendah
Esterogen merupakan regulator pertumbuhan pada tulang dan
homeostasis tulang yang penting. Esterogen memiliki efek langsung dan
tak langsung pada tulang. Efek tak langsung meliputi esterogen terhadap
tulang berhubungan dengan homeostasis kalsium yang meliputi regulasi
absorbsi kalsium di usus, ekskresi Ca di ginjal dan sekresi hormon
paratiroid (PTH). Terhadap sel-sel tulang, esterogen memiliki beberapa
efek seperti meningkatkan formasi tulang dan juga menghambat resorbsi
tulang oleh osteoklas. Terapi esterogen menyebabkan penurunan sebesar
50% pada angka fraktur tulang paha pada wanita pascamenopause.
g. Konsumsi beberapa jenis obat, misalnya steroid, dengan jumlah tinggi
mengurangi massa tulang karena menghambat kerja osteoblas.

Jenis kelamin berpengaruh terhadap tingginya kasus penderita


osteoporosis, yang mana perempuan berisiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit ini. Hal ini disebabkan oleh masa menopause yang
mengakibatkan perubahan-perubahan di dalam tubuh wanita, salah
satunya adalah hilangnya estrogen. Estrogen berperan penting dalam
mempertahankan fungsi tulang. Selain itu juga terdapat penyebab dan
faktor risiko lain yang berdampak terhadap laki-laki maupun perempuan
berkaitan dengan penyakit osteoporosis. Meskipun begitu, penelitian
dan data-data terkait penyakit ini membuktikan bahwa perempuan
berisiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami osteoporosis. Hal ini
menjelaskan pula bahwa menopause yang dialami perempuan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan perempuan, terutama kesehatan tulang.

2. Kompenen Menjaga Kekuatan Tulang


a . Vitamin D
Vitamin D berperan penting untuk membantu penyerapan kalsium ke dalam
darah dan tulang. Tanpa vitamin D, tubuh tidak bisa menyerap kalsium
secara optimal. Vitamin D bila dikonsumsi bersamaan dengan kalsium akan
memberikan manfaat yang sangat baik, yaitu dapat membantu pertumbuhan
tulang dan mencegah keropos. Selain itu, vitamin D juga berfungsi untuk
menjaga agar kadar kalsium dan fosfor tetap stabil.
Tubuh memerlukan setidaknya 400-800 unit vitamin D setiap harinya. Kamu
dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin D dengan cara berjemur
untuk mendapatkan paparan sinar matahari, mengonsumsi produk susu,
kuning telur dan sayuran hijau, atau dengan meminum suplemen yang
mengandung vitamin D.  
 b. Vitamin C
Vitamin C dapat membantu produksi kolagen di dalam tubuh. Tidak hanya
baik untuk meremajakan kulit, kolagen juga merupakan komponen penting
pada tulang dan sendi. Kolagen membantu agar senyawa lain mudah untuk
saling terikat dan membentuk tulang yang kuat. Kolagen juga berfungsi
membuat jaringan tubuh tetap tahan terhadap peregangan dan deformasi.
Tubuh memerlukan setidaknya 500 miligram vitamin C setiap hari.  Kamu
bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengonsumsi buah-buahan dan
sayur, atau meminum suplemen tambahan.
c. Vitamin K
Vitamin K sangat baik untuk menguatkan dan meningkatkan kepadatan
tulang. Memiliki sejumlah peran penting, yaitu mengantarkan kalsium dari
darah ke tulang, memperkuat  osteocalcin , dan komponen protein pada
tulang, vitamin K mampu mencegah tulang mudah retak dan membantu
penyembuhan patah tulang dengan lebih cepat.
Pria membutuhkan 120 mikrogram vitamin K, sedangkan wanita
membutuhkan 90 mikrogram vitamin K setiap harinya. Kamu bisa memenuhi
kebutuhan vitamin K melalui sayur-sayuran, seperti brokoli dan kembang
kol, ikan, daging dan telur.

d. Vitamin B12
Vitamin lainnya yang juga dapat menjaga kesehatan tulang adalah vitamin
B12. Jika tubuh kekurangan vitamin tersebut, maka dapat memicu
pengeroposan tulang dan membuat tulang menjadi lemah.
Kebutuhan vitamin B12 untuk orang dewasa adalah 2-4 mcg setiap harinya.
Kamu dapat mengonsumsi berbagai makanan laut, seperti ikan haring, ikan
tuna, kepiting, dan ikan sarden yang kaya akan kandungan vitamin B12.
e. Kalium
Selain bertugas menyeimbangkan kadar keasaman dalam tubuh, kalium juga
berfungsi untuk mencegah kalsium terbuang dari tubuh. Sehingga kalium
dapat membantu menguatkan tulang.
Kebutuhan harian kalium untuk orang dewasa adalah 4700 mg. Cobalah
mengonsumsi alpukat, brokoli, bit dan yogurt untuk memenuhi kebutuhan
kalium dalam tubuhmu.
f. Magnesium
Selain vitamin, mineral yang satu ini juga sangat penting untuk membentuk
struktur tulang yang sehat, yaitu magnesium. Tugasnya adalah
memaksimalkan penyerapan kalsium demi menguatkan tulang.

3. ASKEP KASUS OSTEOPOROSIS

Uraian Kasus :

Ny. S umur 58 tahun datang ke RSUD AA Pekanbaru dengan keluhan ngilu pada sendi
yang sering dirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak
beberapa tahun yang lalu, namun Ny. S tidak memperdulikannya. Ketika memeriksakan
diri ke dokter Ny. S dianjurkan untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil
rongent  menunjukkan bahwa Ny. S menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil
BMD T-score -3. Klien mengalami menopause sejak 6 tahun yang lalu.

Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda dan tidak menyukai
makanan laut. Klien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya karena usianya yang
bertambah tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak pernah
mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi dan tidak pernah dirawat di RS. Pola
aktifitas diketahui klien banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya bekerja sebagai staf
administrasi dan tidak suka olahraga karena tidak sempat. Riwayat penggunaan KB
hormonal dengan metode pil. Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg (BB sebelumnya 78 kg).

A. Pengkajian
 Identitas Klien
a.Nama : Ny. S
b. Umur : 58 Tahun
c.Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : IRT

• Riwayat Kesehatan

• Riwayat Kesehatan Sekarang

Ny. S umur 58 tahun datang dengan keluhan ngilu pada sendi yang sering
dirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak beberapa
tahun yang lalu, namun Ny. S tidak memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke
dokter Ny. S dianjurkan untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil
rongent  menunjukkan bahwa Ny. S menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan
hasil BMD T-score -3.

•Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak pernah mengalami


penyakit seperti DM dan hipertensi dan tidak pernah dirawat di RS. Riwayat
penggunaan KB hormonal dengan metode pil.

• Pemeriksaan Fisik

– Inspeksi

Klien terlihat bungkuk (kifosis), penurunan berat badan, perubahan gaya berjalan.

– Palpasi

Klien merasakan nyeri saat dilakukan palpasi pada area punggung.

• Riwayat Psikososial

Klien cemas untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.


B. Analisa Data

NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH

1 Data Subjektif : Penurunan massa tulang Nyeri


 Klien mengatakan ngilu / osteoporosis
dibagian sendi sejak  
beberapa tahun lalu,
namun Ny. S tidak
memperdulikannya.
Sejak kurang lebih tiga
bulan yang lalu, ngilu di
tubuhnya tak kunjung
hilang
 Klien mengatakan
banyak beraktifitas
duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai
staf administrasi.
 Klien mengatakan tidak
suka olahraga karena
tidak sempat.
 Klien mengatakan terasa
sakit pada sendi ketika
berjalan
 Klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
terhambat
Data Objektif :
 Klien mengalami
menopause sejak 6 tahun
yang lalu.
 Riwayat penggunaan KB
hormonal dengan metode
pil.
 Wajah klien terlihat
meringis.
 Sering terlihat
memegang area yang
sakit.

No Data Etiologi Masalah

2 Data Subjektif : Penurunan massa tulang / Hambatan mobilitas fisik


• Klien mengatakan ngilu di osteoporosis
bagian sendi sejak beberapa  
tahun lalu, namun Ny. S
tidak mempedulikannya.
Sejak kurang lebih tiga bulan
yang lalu, ngilu di tubuhnya
tak kunjung hilang.
• Klien mengatakan banyak
beraktifitas duduk karena
dulu dirinya bekerja sebagai
staf administrasi dan tidak
suka olahraga karena tidak
sempat.
• Klien mengatakan terasa
sakit pada sendi ketika
berjalan.
• Klien mengatakan aktivitas
sehari-hari terhambat

Data Objektif :
• Ny. S umur 58 tahun
• Hasil rongent  menunjukkan
bahwa Ny. S menderita
osteoporosis.
• Hasil BMD T-score -3.
• Hasil darah lengkap dalam.
• Pemeriksaan TB 165 cm, BB
76 kg.
No Data Etiologi Masalah

3 Data Subjektif : Postmenopause, usia Defisit pengetahuan


• Klien mengatakan ngilu di lanjut.
bagian sendi sejak beberapa  
tahun lalu, namun Ny. S tidak
mempedulikannya. Sejak
kurang lebih tiga bulan yang
lalu, ngilu di tubuhnya tak
kunjung hilang
• Klien mengatakan dirinya tidak
suka minum susu sejak usia
muda dan tidak menyukai
makanan laut.
• Klien beranggapan bahwa
keluhan yang dirasakannya
karena usianya yang bertambah
tua.
• Klien mengatakan banyak
beraktifitas duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai staf
administrasi dan tidak suka
olahraga karena tidak sempat.
• Data Objektif :
• Ny. S umur 58 tahun
• Riwayat kesehatan sebelumnya
diketahui bahwa klien tidak
pernah mengalami penyakit
seperti DM dan hipertensi dan
tidak pernah dirawat di RS.
• Riwayat penggunaan KB
hormonal dengan metode pil.
• Pendidikan Terakhir Klien
SMA
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas
tulang.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan


skeletal (kifosis).

3. Defisit pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang


berhubungan dengan kurang informasi.

D. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

1 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda


dampak sekunder dari fraktur, keperawatan 1x24 jam tanda vital klien
spasme otot, deformitas tulang. nyeri berkurang. - Kaji skala nyeri
- Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam.
- Posisikan pasien
senyaman
mungkin.

2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat


berhubungan dengan disfungsi keperawatan 3x24 jam kemampuan klien
sekunder akibat perubahan pasien bisa mulai yang masih ada.
skeletal (kifosis). beraktivitas - Rencanakan
tentang pemberian
program latihan :
- Bantu klien jika
diperlukan latihan
- Ajarkan klien
tentang aktivitas
hidup sehari hari
yang dapat
dikerjakan.
3 Defisit pengetahuan Setelah melakukan - Lakukan edukasi
mengenai proses tindakan keperawatan 1x24 kepada klien.
osteoporosis dan program jam klien menunjukan - Berikan informasi
terapi yang berhubungan peningkatan pengetahuan. tentang penyakit
dengan kurang informasi. klien.
- Instruksikan klien
untuk bertanya.

E. Implementasi Dan Evaluasi


No Diagnosa Implentasi Evaluasi

1 Nyeri berhubungan - Mengobservasi S : Ny.S mengatakan Nyeri


dengan dampak sekunder tandatanda vital klien berkurang.
dari fraktur, spasme otot, - Mengkaji skala nyeri O : - skala nyeri 3
deformitas tulang - Mengajarkan teknik - Td :130/80 mmhg
relaksasi nafas dalam - N : 76x/mnt
untuk mengurangi - S : 36,5 C
nyeri - RR : 20x/mnt
- Memposisikan pasien A : Masalah teratasi sebagian
senyaman mungkin P : intervensi dilanjutkan
2 Hambatan mobilitas fisik - Kaji tingkat S : Ny.S Mengatakan sudah
berhubungan dengan kemampuan klien bisa beraktivitas
disfungsi sekunder akibat yang masih ada. O : Ny. S sudah bisa
perubahan skeletal - Rencanakan tentang melakukan aktivitas
(kifosis). pemberian program A : masalah teratasi
latihan : P : Intervensi dihentikan
- Bantu klien jika
diperlukan latihan
- Ajarkan klien tentang
aktivitas hidup sehari
hari yang dapat
dikerjakan.
3 Defisit pengetahuan - Melakukan edukasi S : Ny.S mengatakan sudah
mengenai proses kepada klien. mengerti tentang
osteoporosis dan program - Memberikan penyakitnya.
terapi yang berhubungan informasi tentang O : Pasien sudah bisa
dengan kurang informasi. penyakit klien. menjelaskan tentang
- Menginstruksikan penyakitnya
klien untuk bertanya A : Masalah teratasi
P: Intervensi Dihentikan

Anda mungkin juga menyukai