Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA PASIEN DENGAN STROKE

Nama : SISPANDI

NIM : 17.027

PRODI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG
TAHUN 2018
Laporan Pendahuluan Stroke

A. Pengertian
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak/retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab
yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya
penurunan kesadaran.
Stroke Iskemik (penyumbatan pembuluh darah) adalah stroke yang terjadi apabila salah
satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami penyumbatan, sehingga bagian otak yang
seharusnya mendapat suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut, akan mati karena
tidak mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah sebagaimana seharusnya.

B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh :
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme Serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi Serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak)

C. Tanda dan Gejala


1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam)
Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung
Penglihatan kabur atau kehilangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata
Kehilangan keseimbangan (limbung), lemah
Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh
2. Gejala stroke ringan
Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
Bicara tidak jelas
3. Gejala stroke berat (sembuh/mengalami perbaikan dalam beberapa bulan/tahun, atau
tidak bisa sembuh sama sekali)
Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan
Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
Bicara tidak jelas/hilangnya kemampuan bicara
Sukar menelan
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases
Kahilangan daya ingat dan konsentrasi
Terjadi perubahan perilaku misalnya : bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku
seperti anak kecil, dan lain-lain.

D. Manifestasi Klinik
1. Defisit motorik yang umum
a. Hemiparesis atau hemiplegia
b. Disartria
c. Disfagia
2. Defisit sensori yang umum
a. Defisit fisual
b. Hilang respon terhadap sensasi superfisial
c. Hilang respon terhadap propriresepsi
d. Defisit perseptual
3. Defisit bahasa
4. Defisit Intelektual
5. Defisit Emosional
6. Disfungsi kandung kemih
7. Disfungsi usus

E. Komplikasi
Ada 3 komplikasi utama:
1. Vasospasme
2. Hidrosefalus
3. Disritmia

F. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari
setelah infark serebral
2. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya trimbosis atau
embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
3. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
4. Memberikan obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan darah (misal:
striptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya
stroke, hal ini dapat mencegah dan memulihkan kelumpuhan dan gejala lainnya
5. Monitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan didalam otak
pada penderita stroke akut
6. Respirator diberikan pada penderita stroke yang sangat berat untuk mempertahankan
pernapasan yang adekuat
7. Terapi psikis atau obat-obatan diberikan setelah serangan stroke yang biasanya terjadi
perubahan suasana hati (terutama depresi)

G. Pencegahan
Pencegahan stroke iskemik adalah memungkinkan pendekatan yang paling baik. Langkah-
langkah yang dilakukan untuk mencegah stroke antara lain :
1. Pengendalian hipertensi
2. Mencegah kolesterol tinggi
3. Mengendalikan dan mengatur makan dan minum
4. Jangan mengkonsumsi alkohol
5. Hindari memakai obat-obatan terlarang (kokain)
6. Hidari merokok
7. Hindari kontrasepsi oral
8. Kurangi makan-makanan yang berlemak, kolentrol, dan terlalu manis
9. Hindari kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi, merokok dan kadar estrogen
tinggi)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan
pendarahan.
2. Sken resonasi magnetik (MRI) lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark serebri
dini dan infark batang otak
3. Ekokardiografi untuk mendeteksi adanya sumber emboli dari jantung. Pada
pasien, ekokardiografi transtorakal sudah memadai. Ekokardiografi transesofageal
memberikan hasil yang lebih mendetail, terutama kondisi atrium kiri dan arkus aorta, serta
lebih sensitif untuk mendeteksi trombus mural atau vegetasi katup.
4. Ultrasonografi Doppler Karotis diperlukan untuk menyingkirkan stenosis karotis yang
simtomatis serta lebih dari 70% yang merupakan indikasi untuk enarterektomi karotis.
5. Ultrasonografi Doppler Transkranial dapat dipakai untuk mendiagnosis oklusi atau
stenosis arteri intrakranial besar. Gelombang intrakanial yang abnormal dan pola aliran
kolateral dapat juga dipakai untuk menentukan apakan suatu stenosis pada leher
menimbulkan gangguan hemodinamik yang bermakna.
6. Angiografi resonansi magnetik dapat dipakai untuk mendiagnosis stenosis atau oklusi
arteri ekstrakranial atau intrakranial.
7. Pemantauan Holter dapat dipakai untuk mendeteksi fibrilasi atrium intermiten.

I. Prognosis
Prognosis penyakit tergantung tingkat keparahan lesi pada otak. Semakin parah dan luas
kerusakan, semakin jelek prognosisnya. Pada stroke terdapat fenomena plastisitas otak,
dimana bagian otak yang tidak terkena serangan dapat berperan menggantikan fungsi bagian
otak yang rusak. Namun begitu, fungsi tersebut tidak sesempurna fungsi pada bagian aslinya.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar yang dikaji pada klien dengan gangguan system persy arafan Stroke
Haemorrhagic adalah :
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis ( hemiplegia ).
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat ( nyeri/kejang otot ).
Tanda : Gangguan tonus otot ( flaksid, spastis ), paralitik ( hemiplegia ) dan terjadi
kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.
Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi posturnal.
Tanda : Hipertensi Arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi vaskular.
Nadi : frekuensi dapat bervariasi.
Disritmia, perubahan EKG
Desiran pada waktu karotis, femoralis dan arteri iliaka/aorta yang abnormal.
Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti : inkontinensia urine, anuria.
Distensi abdomen, bising usus negatif.
Makanan/ Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang.
Mual muntah selama fase akut ( peningkatan TIK ).
Kehilangan sensasi ( rasa kecap ) pada lidah, pipi dan tengkorak.
Disfagia.
Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan.
Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing.
Sakit kepala
Kelemahan/kesemutan/kebas.
Penglihatan menurun.
Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas dan kadang-kadang
pada ipsilateral.
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : koma ( haemorrhagic ), tetap sadar ( non
haemorrhagic ) gangguan tingkah laku, gangguan fungsi kognitif (penurunan
memori, pemecahan masalah).
Ekstremitas : kelemahan/ paralisis.
Pada wajah terjadi paralisis atau parese.
Afasia.
Kehilangan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya rangsang visual,
pendengaran, taktil ( agnosia ), seperti gangguan kesadaran terhadap citra tubuh,
kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh yang terkena, gangguan persepsi.
Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin menggerakkannya.
Ukuran/ reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral.
Kekakuan nukal.
Kejang.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
Pernafasan
Gejala : Merokok ( faktor resiko ).
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas. Timbulnya pernafasan
sulit dan tidak teratur.
Suara nafas terdengar/ ronki ( aspirasi sekresi ).
Keamanan
Gejala : Motorik/ Sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan),kesulitan untuk melihat
objek dari sisi kiri.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenalnya dengan
baik.
Gangguan berespon terhadap panas dan dengan dingin/ gangguan regulasi suhu tubuh.
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/ kurang
kesadaran diri ( stroke kanan ).
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke ( faktor risiko ); pemakaian
kontrasepsi oral, kecanduan alkohol ( faktor risiko ).
Pertimbangan Rencana Pemulangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 7,3 hari.
Mungkin memerlukan obat/ penanganan terapeutik. Bantuan dalam hal transportasi,
penyiapan makanan, perawatan diri dan tugas-tugas rumah, mempertahankan kewajiban.
2. Diagnosa Keperawatan
Dx I : Perubahan perfusi jaringan serebral b/d gangguan oklusif, haemorrhagic,
vasospasme serebral, edema serebral, d/d perubahan tingkat kesadaran,
kehilangan memori, perubahan dalam respon motorik/ sensorik, gelisah defisit
sensori, bahasa, intelektual, dan emosi, perubahan tanda-tanda vital.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral kembali normal
K.H. : Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan motorik/sensorik
membaik.
Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Tidak ada kekambuhan defisit ( sensori, bahasa, intelektual dan emosi ).

Intervensi Rasional
- Pantau/ catat status neurologist - Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran
sesering mungkin dan bandingkan dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui
dengan keadaan normalnya lokasi, luas dan kemajuan/ resolusi kerusakan
- Pantau tanda-tanda vital SPP.
- Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan/
trauma serebral pada daerah vasomotor otak.
- Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, - Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial
kesamaan, dan reaksinya terhadap okulomotor (III) dan berguna dalam menentukan
cahaya. apakah batang otak tersebut masih baik.
- Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
- Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, merupakan indikator dari gangguan serebral.
seperti fengsi bicara jika pasien sadar. - Menurunkan tekanan arteri dan peningkatan
- Letakkan kepala dengan posisi agak drainase dan perfusi serebral.
ditinggikan dan dalam posisi anatomis. - Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
- Berikan oksigen sesuai indikasi. vasodilatasi serebral.

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, parestesia, kerusakan perceptual/


kognitif d/d ketidakmampuan bergerak, kerusakan kordinasi, keterbatasan rentang gerak,
penurunan kekuatan/ kontrol otot.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal
K. H. : Dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang terkena.
Klien dapat menunjukkan teknik/ prilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
Dapat mempertahankan integritas kulit.

Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan secara fungsional - Mengedentifikasi kekuatan/ kelemahan dan dapat
melalui skala aktivitas ( 0-4 ) memberikan informasi mengenai pemulihan.
- Ubah posisi minimal setiap 2 jam - Menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia
- Lakukan latihan gerak aktif dan jaringan ( dekubitus ).
pasif pada semua ekstremitas - Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
- Tinggikan tangan dan kepala. membantu mencegah kontraktur.

- Perubahan dalam isi kognitif dan bicara


- Alasi kursi duduk atau tempat tidur merupakan indikator dari gangguan serebral.
dengan busa atau balon air. - Meningkatkan aliran balik vena dan membantu
- Berikan tempat tidur dengan matras mencegah edema.
bulat.
- Mencegah/ menurunkan tekanan koksigeal/
kerusakan kulit.

Dx III : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b/d keterbatasan


kognitif, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-
sumber informasi d/d meminta informasi, pernyataan kesalahan informasi.
Tujuan : Klien memiliki pengetahuan kondisi dan pengobatan.
K. H. : - Klien tidak tampak meminta informasi lagi mengenai kondisi penyakit
danpengobatan.
Tampak dari pernyataan klien bahwa ia memiliki informasi yang benar.

Intervensi Rasional
- Diskusi keadaan patologis yang - Membantu dalam membangun harapan yang
khusus dan kekuatan pad individu. realistis dan mengingatkan pemahaman terhadap
keadaan dan kebutuhan saat ini.
- Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan - Meningkatkan pemahaman, meberikan harapan
diskusikan rencana melakukan pada masa datang dan menimbulkan harapan dari
aktivitas kembali. keterbatasan hidup secara normal.
- Merupakan suatu hal yang penting pada
- Tinjau ulang pengobatan yang kemajuan pemulihan komplikasi.
diberikan. - Berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan
- Diskusikan rencana untuk memenuhi berdasarkan pada kebutuhan secara individual.
kebutuhan perawatan diri. - Memberikan pengetahuan visual dan sumber
- Berikan instruksi dan jadwal rujukan setelah sembuh.
mengenai aktivitas, pengobatan dan
faktor-faktor penting lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy III (revisi). Surakarta: Keluarga Besar Asisten
Anatomi FKUNS.
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. Jakarta: Dian Rakyat.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta:
EGC.
Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Cetakan ke-6. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sidharta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Cetakan ke-6. Jakarta:
Dian Rakyat.
Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed : 5. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai