Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN SISTIM PERNAPASAN

( ASTHMA BRONKHIALE )

Nama : SISPANDI
PUSKESMAS TAMAN KROCOK - BONDOWOSO

PRODI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG
TAHUN 2017
ASTHMA BRONKHIALE

A. PENGERTIAN
Asthma berasal dari bahasa Yunani yang berarti terengah-engah dan berarti serangan
nafas pendek. Asthma adalah penyakit jalan nafas yang terjadi karena spasme bronchus,
disebabkan oleh berbagai penyebab. (Sylvia.A.Price,1995).
Beberapa pengertian lain dari asthma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran
nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa sesak nafas.
Asthma dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
1. Asthma Alergika atau asthma ekstrinsik
Ditemukan pada sebagian kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh alergan yang
diketahui. Astma jenis ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan riwayat
keluarga yang mempunyai penyakit atopik, contoh : demam jerami, eksema , dermatitis,
dan asma sendiri.
2. Astmha Idiopatik atau asthma intrinsic
Asthma jenis ini lebih sering ditemukan pada usia 40 tahun keatas , dengan serangan yang
timbul sesudah infeksi sinus hidung atau percabangan trakheo bronkhial . Makin lama
serangan makin sering dan makin hebat, sehingga keadaan ini akhirnya berkelanjutan
menjadi bronchitis kronikdan kadang-kadang emfisema.
3. Asthma Campuran.
Merupakan bentuk yang paling sering menyerang pasien . Asthma jenis ini terdiri dari
komponen-komponen kedua macam asthma diatas. Kebanyakan pasien dengan asthma
intrinsic akan berlanjut menjadi bentuk campuran.

B. ETIOLOGI
1. Asthma Alergika .
Disebabkan karena hypersensitivitas individu terhadap alergen, biasanya protein, dalam
bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, kain pembalut atau yang lebih
jarang terhadap makanan seperti susu atau cokelat.
2. Asthma Idiopatik
Sering tidak ditemukan penyebab yang jelas baik penyebab utama maupun faktor
pencetus. Faktor-faktor non spesifik seperti flu biasa, latihan fisik,atau emosi dapat
memicu serangan asthma.
3. Asthma Campuran .
Penyebab sering terdiri dari komponen asthma intrinsik dan ekstrinsik.

C. PATOFISIOLOGI
ASTHMA INTRINSIK

Respon saraf

Parasimpatik simpatik

Mengeluarkan asetil kolin Sel Mast

Menstimulus alfa adrenergik di


Bronchus.

Bronkhokontriksi

Bronkhospasme

ASTHMA
1. Asthma Idiopatik ( Intrinsik ).
Faktor-faktor idiopatik ( Nonspesifik ) direspon oleh saraf parasimpatik dan simpatik.
Parasimpatik kemudian merangsang reseptor didaerah trakheo bronkhiale sehingga
mengeluarkan asetil kolin secara berlebihan dan mengakibatkan bronkhokontriksi yang
pada akhirnya akan terjadi bronkho spasme. Saraf simpatik akan merangsang sel mast
kdan seterusnya menstimulus alfa adrenergik di bronchus yang mengakibatkan
bronkhokontriksi dan pada akhirnya akan terjadi bronkho spasme.

Astma ekstrinsik

Reaksi
hipersensitivitas
terhadap alergan

Stimulus B limfosit

Sel plasma memproduksi


antibody bronchiale

Melepas histamin,
prostaglandin dan bradikinin

Kontraksi otot polos


bronchial dan peningkatan
permeabilitas vaskuler

Edema mukus bronkhus

ASTMA
2. Asthma Alergik (Ekstrensik )
Ketika suatu alergen ( debu,rokok,spora,dll ) masuk kedalam reseptor di daerah trakheo
bronkhiale maka akan terjadi reaksi hypersensitivitas terhadap alergen yang kemudian
merangsang limfosit B dan Sel Plasma memproduksi anti bodi Ig E yang meenyerang sel
Mast dan basofil di dinding bronchiale . Yang kemuadian melepas histamin, prostaglandin
dan bradikinin yang berakibat kontraksi otot polos bronkhiale dan peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga menimbulkan edema mukosa dan terjadilah
bronkhospasme .
3. Asthma Campuran
Patofisiologinya bisa seperti asmha alergik atau asmha ekstrinsik. Tergantuk dari factor
pencetus yang lebih dominan. ( Sylvia.A . Price, 1995).

Mekanisme Asthma hingga terjadinya hypoksemia :


Serangan faKtor pemcetus/penyebab menyebabkan pohon bronkhiale hiper aktif sehingga
terjadi bronkhospasme atau penyempitan jalan nafas. Mekanisme pertahanan tubuh kemudian
berupaya meningkatkan kerja pernafasan, terjadi peningkatan kebutuhan akan O 2 dengan
manifestsi takikardi,takhipnea dan gelisah. Akibat lain dari peningkatan kerja alat pernafawsan
adalah peningkatan pengeluaran air ( sebagai penguapan inhalasi ) dan penurunan pemasukan
oral sehingga menimbulkan plak pada mukosa dan alveoli dan akibatnya akan terjadi atelektasi
yang pada akhirnya akan terjadi hypoksemia.
Serangan asthma dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam di ikuti dengan
batuk produktif yang banyak mengandung sputum berwarna keputih-putihan.
Dengan adanya sumbatan/ penyempitan lumen bbronkhus, klien berusaha memaksakan
udara keluar ( ekspirasi ), sehingga akan timbul wheezing/ mengi dan ekspirasi memanjang yang
merupakan cirri khas asthma.

D. TANDA DAN GEJALA.


1. Dyspnea
2. Bunyi nafas wheezing / mengi.
3. Ekspirasi yang memanjang.
4. Batuk batuk disertai sputum kental
5. Tachicardi
6. Gelisah
7. Berkeringat
8. Cyanosis bibir dan kuku
9. Penggunaan otot bantu pernafasan

E. INTERVENSI MEDIS.
1. Faktor pencetus sedapat mungkin dihilangkan.
2. Serangan ringan berikan adrenalin injeksi 1:1000/0,2-0,3 ml subkutan, dapat diulang
beberapa kali dengan interval 10-15 mnt. Dosis pada anak 0,01 mg/kg BB yang dapat di
ulang.
3. Bronkhodilator terpilih adalah teofilin 3 x 100-150 mg pada orang dewasa dan 10 15
/kg BB/ hari untuk anak.
4. Pilihan lain : salbutamol 3 x 2-4 untuk dewasa.
5. Efedrin 3 x 10 15 mg dapat di pakai untuk menambah khasiat teofilin.
6. Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat di atas tidak menolong dan diberikan beberapa
hari saja.
7. Pada serangan asthma berat pemberian oksigen sangat penting dan disesuaikan dengan
kebutuhan .
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN ASTHMA BRONKHIALE

PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
Keletihan , kelelahan , malaise.
Ketidakmampuan untuk melakunan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas
Ketidakmampuan untuk tidur , perlu tidur dalam posisi tinggi.
Dyspnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda : Keletihan , gelisah, insomnia, kelemahan umum, atau kehilangan massa otot.
1. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan TD , peningkatan frekwensi jantung/takhikardia
berat,disritmia.
Distensi Vena leher ( penyakit berat).
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada.)
Warna kulit / membran mukosa normal atau abu-abu/ sianosis, kuku tabuh
sdan sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukkan anemia.
2. Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Perubahan Pola hidup
Tanda : Ansietas , ketakutan, peka rangsang.
3. Makanan / Cairan
Gejala :
Mual / Muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia .
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Penurunan berat badan menetap.
Peningkatan berat badan menunjukan edema.
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen.
Berkeringat.
Penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak sub kutan.
Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali.
5. H y g i e n e
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
Tanda : Kebersihan buruk dan bau badan meningkat.
6. Pernafasan.
Gejala :
Nafas pendek khususnya pada saat kerja/ cuaca.
Episode berulangnya sulit nafas; ketidakmampuan untuk bernafas.
Batuk denganm produksi sputum banyak dan kental.
Faktor keluarga dan keturunan.
Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda :
Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi memanjang.
Penggunaan otot Bantu pernafasan; misal : maninggikan bahu , retraksi fosa
supra klavikula.
Dada dapat terlihat hyper inflasi dengan peningkatan diameter AP ( bentuk
Barrel ) ; gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas: ronkhi, menggi sepanjang area paru pada ekspirasi.
Kesulitan mengucapkan sebuah kalimat atau lebih dari 4-5 kata sekaligus.
7. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan; kemerahan /
berkeringat.
8. Seksualitas
Gejala : Penurunan Libido.
9. Interaksi sosial
Gejala :
Hubungan ketergantungan.
Kurang sistem pendukung.
Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekat.
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda :
ketidakmampuan untuk membuat atau mempertahankan suara karena distress
pernafasan.
keterbaatasan moilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan orang lain.
10. Penyuluhan / pembelajaran :
Gejala :
Penggunaan / penyalahgunaan obat pernafasan.
kesulitan menghentikan merokok.
kegagalan untuk membaik.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
a. Sinar X thorak : Hasil normal selama periode remisi.
b. Tes Fungsi Paru : Untuk menentukan penyebab dyspnea.
Untuk meenentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi
atau retriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkhodilator.
c. Volume Residu : Meningkat pada asthma.
d. G D A : Memperkirtakan progresi proses penyakit kronis, misalnya
paling sering Pa O2 dan Pa CO2 menurun pada asthma.
e. Bronkhogram : Dapat menunjukan dilatasi silindris bronchus pada inspirasi.
f. JDL dan Diff. : Peningkatan eosinofil.
g. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi kearah patogen,
pemeriksaan sitolitik untuk menggetahui kegganasan atau
alergi.
h. EKG : Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P.
i. EKG latihan : Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru,mengevaluasi
keefektifan terapi bronkhodilator.
Perencanaan dan evaluasi program latihan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan dengan :
Bronkhospasme .
Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan,tebal,sekresi kental.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Pernyataan sulit bernafas .
Perubahan kedalaman,kecepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori.
Bunyi nafas tidak normal , mis : mengi, ronkhi, krekels.
Batuk ( menetap ) dengan/ tanpa produksi sputum.
Tujuan jangka panjang : Jalan nafas efektif.
Tujuan jangka pendek : Suara nafas terdengar bersih.
Pasien dengan batuk epektif dapat mengeluarkan
sputum
Respirasi rate 16-24 x/ mnt.
Rencana Tindakan.
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis : mengi, ronchi, krekels.
2. Kaji / Pantau frekwensi pernafasan catat rasio inspirasi/ ekspirasi.
3. Kaji pasien untukposisi yang nyaman, mis : peniggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur.
4. Pertahankan Polusi lingkungan seminimal mungkin, mis : debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
5. Tingkatkan masukan cairan saampai 3000 ml / hari sesuai toleransi jantung, terutama
air hangat, anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makan.
6. Berikan obat sesuai indikasi ( bronkhodilator, steroid, analgesik, anti tusif,
humidifikasi tambahan ).
Rasionalisasi :
1. Beberapa derajat spasme bronchus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/ tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius. Mis : tak adanya bunyi nafas ( pada
asma berat ).
2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stress. Pernafasan dapat melambat dan frekwensi ekspirasi memanjang di
banding inspirasi.
3. Peningian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
mengggunakan gravitasi, serta membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
4. Pencetus tipe reaksi allergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut.
5. Hidrasi mmembantu menurunkan kekkentalan secret dan mempermudah
pengeluarannya. Penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronchus. Cairan
Selama maakan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
6. Bronkhodilator merileksasi otot halus dan menutunkan kongesti local, menurunkan
spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa ; steroid/ kortikosteroid digunakan
untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamin, menurunkan berat
dan frekwensi spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan dan dyspnea . Analgesik
,antiitusif : batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat enrgi dan
memungkinkan pasien istirahat. Humidifikasi tambahan : kelembaban menurunkan
kekentalan secret memppermudahh pengeluaran dan dapat membantu menurunkan /
mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkhus.
Kriteria Evaluasi :
a). Mempertahaankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih dan jelas.
b) Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misalnya : batuk
efektif dan mengeluarkan sekret.

2. Nutrisi , perubahan , intake nutrisi kurang dari kebutuhan


Dapat dihubungkan dengan :
Dispepsia
Kelemahan
Efek samping obat
Produksi sputum
Anoreksia, mual / muntah
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Penurunan berat badan
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan
Tujuan jangka panjang : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tujuan jangka pendek : Klien menujunkan peningkatan berat badan 0,5 kg
perminggu
Klien menunjukan perubahan pola makan untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat badan.
Klien dapat menghabiskan porsi makanan yang disajikan.
Rencana Tindakan.
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini catat derajat kesulitan makan, evaluasi
BB dan ukuran tubuh.
2. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
3. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
4. Dorong periode istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan.
5. Berikan makan dengan porsi kecil tapi sering.
Rasionalisasi.
1. Klien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dyspnea, produksi sputum dan
obat. Selain itu klien dengan asthma mempunyai kebiasaan makan yang buruk.
2. Dapat menyebabkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan
diafragma serta dapat meningkatkan diafragma.
3. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
4. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.


Dapat dihubungkan dengan :
Kurangnya informasi.
Mis interpretasi informasi.
Kurangnya pengulangan informasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Permintaan pemberian informasi.
Pernyataan ke khawatiran.
Ketidak akuratan dalam mengikuti instruksi.
Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan jangka panjang : Pengetahuan Pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penyakitnya meningkat.
Tujuan Jangka Pendek : Pasien menyatakan pemahaman akan kondisi /
proses penyakit dan pengobatannya.
Pasien menyatakan pemahaman akan kondisi/proses
penyakit dan pengobatannya .
Pasien menggidentifikasi hubungan tanda-tanda/gejala
dengan proses penyakit dan hubungannya dengan
factor penyebab.
Pasien memulai perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam
tindakan pengobatan.
Rencana Tindakan.
1. Terangkan / ulangi penjelasan tentang proses penyakit. Dorong pasien dan keluarga
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
2. Jelaskan rasionalisasi dari latihan pernafasan sebagai latihan yang baik untuk
diteruskan.
3. Diskusikan obnat-obatan pernafasan yang digunakan, efek samping serta reaksi yang
mungkin timbul.
4. Diskusikan factor-faktor yang dapat memperbaiki kondisi pasien seperti udara
lembab, angin ,temperatur lingkungan yang ekstrim, asap rokok, aerosol, polusi
udara.
5. Berikan informasi tentang bahanya merokok pada paru-paru dan anjurkan pasien
untuk tidak merokok.
6. Dorong pasien / keluarga untuk mengeksplorasi cara-cara mengontrol factor penyebab
yang dapat memperburuk kondisi pasien didalam dan disekitar rumah.
Rasionalisasi.
1. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana
pengobatan.
2. Nafas bibir dan nafas abdominal / diafragmatik menguatkan otot pernafasan,
membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil, dan memberikan individu arti
untuk mengontrol dyspnea. Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi umum
meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot dan rasa sehat.
3. Pasien sering mendapat obat pernafasan banyak sekaligus yang mempunyai efek
samping hampir sama dan potensial terjadi interaksi obat yang patologis. Penting bagi
pasien untuk memahami perbedaan antara efek samping mengganggu ( obat
dilanjutkan ) dan efek samping merugikan (obat mungkin diganti / dihentikan ).
4. Faktor lingkungan ini dapat memperburuk / menimbulkan /meninggalkan iritasi
bronchial menimbulkan peningkatan produksi secret dan hambatan jalan nafas.
5. Penghentian merokok dapat menghambat / mengurangi keparahan asthma.
6. Agar dapat meminimalisasi / menggurangi invasi dari factor penyebab yang dapat
memperburuk kondisi pasien.
Kriteria Evaluasi.
a.) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan
tindakan.
b) Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan factor penyebab.
c) Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ASTMA BRONCHIALE

PENGKAJIAN
I. BIODATA.
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr.J
Umur : 15 th.
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Pelajar
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Madura / Indonesia.
Status perkawinan : Belum kawin.
Alamat : Ds. Taman Krocok
Tgl masuk RS / Pusk : 15 10 2017
Tgl pengkajian : 16 10 2017.
Nomor register : 16 18 60
Dignosa medis : Astma Bronchiale

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB.


Nama : Tn, Asari Saleh.
Umur : 37 th.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta.
Agama : Islam
Alamat : Ds. Taman Krocok

II. RIWAYAT PENYAKIT.


A. Keluhan utama.
Sesak nafas, disertai batuk yang berdahak.

B. Riwayat penyakit sekarang.


Sesak nafas dirasakan pasien mulai tanggal 15-10-2017 pagi hari sehabis hujan
yang lebat. Oleh teman 1 kamar pasien ia diberi obat Asmasoho 1 tab dan sesak
mulai berkurang. Kemudian psien mandi, tiba-tiba sesaknya makin parah. Oleh
teman-temannya pasien dibawa ke RS untuk berobat. Sedangkan batuk sudah
dirasakan hari kamis tanggal 11-10-2017, namun tidak mengganggu aktivitas
pasien sehari- hari.

C. Riwayat penyakit terdahulu.


Sebelumnya pasien sudah pernah mengidap penyakit astma sejak usia 8 tahun.
Sering kambuh bila cuaca dingin dan akan sembuh setelah minum obat
Aminophilin tab tab s/d 1 tab. Belum pernah dirawat di RS dengan keluhan
Astma atau keluhan penyakit lain.

III. PEMERIKSAAN FISIK.


A. Keadaan umum.
Kesadaran : komposmentis.
Vital sign TD : 100 / 70 mmhg Temp : 36 C
Nadi : 100 x / mt Resp : 32 x / mt.
B. Kulit.
Elastisitas kulit baik, turgor cepat kembali. Kebersihan kulit terawat baik.
Kelembaban kulit cukup, tampak adanya cyanosis perifer.
Hemangioma (-). Lesi (-). Kelainan kulit (-).

C. Kepala.
Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata.
Kulit kepala bersih, tidak tampak adanya kotoran / ketombe.
Warna rambut hitam pekat.

D. Penglihatan.
Bentuk mata simetris. Sekresi air mata (+).
Gerakan bola mata simetris, refleks terhadap cahaya (+).
Konjungtiva pucat, sklera tampak kemerahan.

E. Penciuman & Hidung.


Bentuk hidung simetris.
Pernafasan cuping hidung (+), terpasang selang O2 2 liter/mt.
Epistaksis (-), kotoran hidung (+).
Penciuman berfungsi baik, dapat membedakan aroma dan bau-bauan.

F. Pendengaran & Telinga.


Bentuk telinga simetris, cuping tellinga teraba dingin.
Tidak terdapat adanya sekret.
Pendengaran berfungsi baik, bereaksi bila dipanggil.

G. Mulut.
Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor.
Gusi berwarna merah muda, tidak terdapat gejala anemis.
Tampak gejala cyanosis pada daerah bibir.

H. Leher.
Pulsasi vena jugularis (+) teraba kuat.
Tekanan vena jugularis (-).
Tidak ada pembatasan gerak leher.

I. Dada / Pernafasan / Sirkulasi.


Bentuk simetris, retraksi dinding dada (+).
Fremitus vokal (+) dextra dan sinistra
Bj 1 dan Bj 2 tunggal, terdengar adanya whezing dan ronchi basah.
Tampak penggunaan otot bantu pernafasan ( otot sternokleidomastoideus ).
J. Abdomen.
Bentuk simetris, kembung (-).
Tiadk teraba pembesaran hati & limfe.
Terdengar bunyi timpani (+), kembung (-).
Terdengar suara bising usus.

K. Sistem reproduksi.
Alat genetalia berfungsi baik.
Tidak ada keluhan dalam proses eliminasi.

L. Ekstremitas atas & bawah.


Akral dingin. Bentuk tangan simetris D & S, jumlah jari lengkap. Ada
pembatasan gerak tangan kanan karena terpasang infus D 5 % 20 tts/mt.
Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala oedema, tidak terdapat adanya
pembatasan gerak ekstremitas bawah.

IV. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL.


A. Aktivitas & Istirahat.
Dirumah ; aktifitas sehari-hari sebagai siswa kelas 2 Tsanawiyah, belajar dari
pagi s/d sore hari
Istirahat / tidur siang jarang dilakukan. Tidur malam antara 5 7 jam
permalam.
Di RS ; sejak masuk RS hingga pagi hari pasien tidak dapat tidur pada
siang sore hari & malam hari pasien hanya tidur sebentar 4 jam saja.
B. Personal hygiene.
Di rumah : Mandi 2 x sehari pagi & sore, gosok gigi 2 x sehari. Ganti baju 2
x sehari. Sanitasi asir bersih dari PDAM.
Di RS : Sejak masuk s/d sekarang pasien belum ada mandi, cuma gosok
gigi 1 x & ganti baju setelah diseka pada pagi hari.
C. Nutrisi.
Di Rumah : Pola makan 3 x sehari dengan lauk dan pauk yang bervariasi.
Suka minum air putih 5 7 gelas perhari. Pasien tidak suka minum kopi dan
the.
Di RS : Pola makan 3 x sehari dengan diet bubur biasa, namun hanya
mampu menghabiskan - porsi saja.Nutrisi perenteral inf. D 5% - 20
tts/mt.
D. Eliminasi.
Sebelum sakit ; Pola BAB 1 x sehari, biasnya pada pagi hari. Pola BAK 4 6
x sehari.
Di RS : Elliminasi alvi ( BAB ) belum ada. Eliminasi BAK sering 5 x.
E. Sexualitas.
Pasien belum menikah.
F. Psikososial.
Selama di RS pasien ditemani oleh teman-temannya di asrama.
Pasien tampak cemas dan gelisah terhadap penyakitnya.
G. Spiritual.
Meskipun pasien tampak cemas & gelisah, pasien selalu berzikir dan
menyebut nama Allah SWT.

V. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN.


A. Laboratorium.
HARI & JENIS KATEGORI HASIL
N TANGGA PEMERIKSAAN NORMAL PEMERIKSAA
O L N
1 16-10-17 Darah rutin :
HB 14 16 gr % 11 gr %

Leokosit. 4000 10,000 7,600 / mm3

LED. /mm3 22 mm / jam


0 20 mm / jam. 0%
Diff Count
Bas 0-1 % 6%
Eos 1-4 % 0%
Staf 2-6 % 59 %
Seg 50-70 % 33 %
Lym 25-40 % 2%
Mon 2-8 %

B. EKG.
Hasil :-.
C. Pemeriksaan lain ( EEG, USG, CT Scan, dll ).
E. Pengobatan :
Infus D 5 % 20 tts / mt.
Lapimox tab 3 x 500 mg.
Tismalin tab 3 x 1 tab.
Comtusy syr 3 x 1 cth.

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF & OBYEKTIF ETIOLOGI MASALAH

Data subyektif Peningkatan Gangguan ventilasi.


Pasien mengatakan sesak saat produksi sputum.
bernafas.
Data obyektif.
Cianosis perifer & pada
daerah bibir.
Whezing (+)
Ronchi basah (+).
Pasien tidak mampu
membuang sekret (akumulasi
sekret)
Terpasang selang O2 2 tl/mt.
Data subyektif. Ketidaktahuan Cemas.
Pasien mengatakan rasa pasien tentang
kekhawatirannya terhadap penyakitnya
penyakitnya.
Data obyektif.
Raut muka tegang.
Pasien tampak gelisah

Adanya akumulasi Nutrisi kurang dari


Data subyektif.
sekret. kebutuhan tubuh
Pasien mengatakan rasa mual dan
tidak ada nafsu makan.
Data obyektif.
Pasien tidak mampu
menghabiskan 1 porsi dari
diet yang disediakan, hanya
porsi saja.
Adanya sputum kental.
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
N HARI &
KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
O TGL TUJUAN TINDAKAN RASIONALISASI

1 Selasa Bersihan jalan nafas Jangka pendek 1. Auskultasi 1. Derajat spasme ronchus 1. Mengobservasi
. 16-10- tak epektif Pasien mampu bunyi nafas, dapat terjadi dengan bunyi nafas,
17 berhubungan dengan menunjukan catat adanya obstruksi jalan nafas & mencatat
peningkatan produksi perilaku untuk whezing dan dapat dimanifestasikan adanya whezing
sekret, ditandai dengan memperbaiki jalan ronchi. adanya bunyi nafas dan ronchi
: nafas dengan batuk 2. Pantau tambahan setiap 4 jam
Adanya cianosis yang epektif & frekuensi 2. Pernafasan dapat sekali.
perifer. mampu pernafasan, melambat dan frekuensi 2. Mengobservasi
Whezing (+). mengeluarkan catat rasio ekspirasi memanjang frekuensi nafas,
Ronchi (+). sekret. inspirasi / dibandingkan ispirasi. saat inspirasi
ekspirasi. 3. Peninggian kepala dan ekspirasi
Jangka panjang 3. Berikan posisi tempat tidur 3. Meninggikan
Mempertahankan setengah mempermudah fungsi bagian kepala
jalan nafas dengan duduk umtuk pernafasan. dari tempat
bunyi nafas yang memberikan 4. Hidrasi membantu tidur pasien
bersih. rasa nyaman menurunkan kekentalan menjadi
pasien. sekret, cairan hangat setengah duduk.
4. Tingkatkan dapat menurunkan 4. Anjurkan pasien
masukan spasme bronchus. untuk sering
cairan / air 5. Dapat mengeluarkan minum air
hangat sampai sputum yang kental. hangat kalau
3000 ml. bisa sampai
5. Ajarkan 3000 ml / hr.
tehnik batuk 5. Menganjurkan
yang efektif pasien untuk
batuk yang
efektif,

Cemas berhubungan
2 Selasa dengan ketiadktahuan Jangka panjang ; 1. Observasi 1. Sebagai evaluasi derajat 1. Mengobservasi
16-10- pasien tentang Menunjukan frekuensi, distres pernafasan dan penggunaan
17 penyakitnya. Ditandai perbaiakn ventilasi kedalaman atau kronisnya proses otot sterno
dengan : dan oksigenisasi pernafasan penyakit. kleido
Raut muka tampak jaringan yang apakah 2. Sianosis sentral mastoideus
tegang dan gelisah. adekuat & gejala menggunakan memngindikasikan yang digunakan
distres pernafasan otot aksesori beratnya hipoksemia sebagai otot
sehingga pasien & pernafasan 3. Gelisah & ancietas pernafasan
dapat tenang mulut. adalah manifestasi tambahan Px.
kembali. 2. Observasi umum pada hipoksemia, 2. Mengobservasi
secara rutin GDA memburuk disertai kelainan warna
Jangka pendek: kulit dan samnolen menunjukan kulit, cianosis
Pasien dapat warna disfungsi serebral yang perifer (+).
mengerti tentang membran berhubungan dengan 3. Menjelaskan
penyakitnya dan mukosa. hipoksemia. kepada px
berpartisipasi 3. Observasi tentang patofis
dalam pengobatan. tingkat 4. Pasien dapat memahami penyakitnya,
kesadaran / prosedur therapi yang memberikan
status mental diberikan. kesempatan
dan gejala 5. Dapat mencegah pada Px untuk
perubahan memburuknya hipoksia. bertanya
kesadaran. tentang
4. Berikan penyakitnya.
penjelasan 4. Menjelaskan
mengenai kepada pasien
prosedur tentang
pengobatan. prosedur
5. Pertahankan pengobatan
ventilasi yang diberikan.
mekanik yang 5. Menciptakan
baik ( O2 lingkungan
tambahan yang tenang,
sesuai dengan membatasi
indikasi & jumlah
toleransi pengunjung &
pasien ) mengobservasi
Nutrisi kurang dari pemasangan O2
kebutuhan tubuh 1. Menanyakan
3 Selasa berhubungan dengan Pasien mampu 1. Observasi 1. Kegagalan pernafasan kepada Px
. 16-10- akumulasi sekret, menunjukan kebiasaan membuat status makanan yang
17 ditandai dengan : perubahan untuk makan pasien hipermetabolik dengan ia sukai dan
Px hanya mampu mempertahankan dan asupan peningkatan kebutuhan mengobservasi
menghabiskan - BB makan saat kalori. jumlah
porsi dari diet ini. 2. Rasa tidak enak, bau, pemasukan
yang disediakan. 2. Berikan dan penampilan makanan setiap
Pasien mengeluh perawatan oral berpengaruh terhadap habis makan.
mual dan tidak ada sesering nafsu makan dan dapat 2. Menganjurkan
nafsu makan. mungkin. membuat rasa mual, kepada
3. Hindari muntah dan kesulitan keluarga untuk
makanan bernafas. memberikan
penghasil gas, 3. Dapat meningkatkan perawatan
minuman distensi abdomen yang mulut (gosokj
berkarbonat, mengganggu pernafasan gigi) sebelum
makanan yang & diafragma dan & sehabis
sangat panas meningkatkan dispnea, makan.
dan sangat suhu ekstrim dapat 3. Menganjurkan
dingin. mencetuskan / kepada pasien
meningkatkan spasme untuk tidak
bronchus. mengkonsumsi
makanan dan
minuman
dalam kemasan
dan makanan
yang bersifat
pedas dan
asam.
CATATAN PERKEMBANGAN.
HARI /
NO NO DXN PERKEMBANGAN PARAF
TANGGAL
1. Rabu. No 1 S : Pasien mengatakan rasa
17-10-17 sesak berkurang, batuk
jam 12.30 (+), sekresi sputum
berkurang.
O : Cyanosis perifer (-).
Wheezing (-). Ronchi (+).
A : Sebagian masalah dapat
teratasi.
P : Masih relevan.
I : Teruskan semua rencana
point 1-5.

2. Rabu. No 2 S : Pasien mengatakan rasa


17-10-17 sesak berkurang.
jam 12.30 O : Px tidak menggunakan O2
tambahan lagi.
Cyanosis (-).
Whezing (-)
Ronchi (+).
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi
umum pasien.

3. Kamis. No 3 S : Pasien mengatakan rasa


18-10-17 mual (-).
O : Pasien mampu
menghabiskan 1 porsi
penuh diet yang
disediakan.
Pasien mampu
mengeluarkan sekret yang
ada di bronkus.
A : Masalah dapat teratasi.
P ; jam 12.00.
Pasien diperbolehkan
pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, , Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, 1992. Depkes RI. Jakarta.


Doenges, E. Marylin. Nursing Care Plan ( Terjemahan ), 1999. EGC. Jakarta.
Ngastiyah ,, Perawatan Anak Sakit, 1997. EGC. Jakarta.
Price, A. Sylvia. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit),Edisi 4, Buku II,1995.
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai